NovelToon NovelToon

Indah Cintanya

(1). Prolog

Happy reading

PERHATIAN UNTUK KAKAK² DISINI, CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI Dan jangan terlalu diambil hati. Mungkin ada kesamaan tempat atau nama, semua terjadi secara kebetulan. TERIMAKASIH sudah mau mampir🙏🙏

Liliana Marcella Kusuma. Biasa dipanggil dengan sebutan Lili, Umurnya sudah memasuki usia 17 tahun, dan punya dua adik yang sangat manja. Sebagai anak tertua terkadang membuat Liliana cemburu karena kedua orang tuanya sangat menyayangi kedua adiknya, karena sejak kecil dia tak pernah mendapat perlakuan istimewa itu, Dia diasuh oleh pembantunya bernama bibi Ara. kedua orangtuanya hanya sekedar membiayai semua kebutuhannya, tak pernah sedikitpun menyapa anak sulungnya itu, terkenal kejam memang tapi bagaimana lagi. Karena setiap Liliana meminta penjelasan mereka hanya mengabaikannya.

Liliana Marcella Kusuma, Itulah nama yang dulunya disematkan oleh neneknya. Ibunya bernama Anna Wilona Gabriella dan ayahnya bernama David Raynard Kusuma. Sedangkan adik keduanya bernama Arthur Bryan Kusuma dan Adik ketiganya bernama Alexa Briela Kusuma. Keluarga mereka termasuk orang yang berada, tidak jauh berbeda dengan keluarga Bagaskara.

Ivander Jovanka Bagaskara. Pria dingin yang tak tersentuh, seperti kulkas 7 pintu. Umurnya masih 17 tahun, Orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan Vander/Ivan. Dia terlahir dari keluarga konglomerat dan keluarga yang lengkap, meski begitu tak membuatnya bahagia. Tapi setelah bertemu dengan wanita yang kerap diabaikan oleh orang sekitarnya, membuat hidupnya lebih berwarna, Siapa lagi kalau bukan Liliana Marcella Kusuma.

Ayahnya bernama Farel Nicholas Bagaskara dan ibunya bernama Cecilia Alice Abigail.

Ivander Jovanka Bagaskara, punya 1 saudara. Tapi sifat mereka sangat bertolak belakang, karena kakanya sangatlah ramah jauh berbeda dengan adiknya, pria dingin si tujuh kulkas. Namanya Alexander Damian Bagaskara, kakak dari Ivander

Singkat ceritanya.

"Bii...nanti kalau ditanya papa sama mama bilang aja kalau Lili kerja kelompok ya bik, Soalnya pulang sekolah Lili langsung tancap kerumah temen Lili." Kata Liliana kala pagi itu saat ingin berangkat ke sekolah.

"Iya Non, nanti bibi bilangin sama nyonya besar!

"Makasih bik.. Kalau begitu Lili berangkat dulu ya bik."

"Ya non.. Hati-hati."!!

Seperginya Liliana, Nampak Arthur berjalan menuju meja makan diikuti oleh adiknya.

"Loh pada kemana semua bik? Papa sama mama juga biasanya sudah turun jam segini."!! Tanya Arthur kepada ketua pelayan

"Kurang tau den, soalnya bibi belum lihat nyonya sama tuan besar."

"Biasa lah ka, kayak nggak tau aja kebiasaan Papa sama Mama! mending kita makan aja daripada terlambat." Sahut Alexa yang sudah Duduk anteng dikursinya

Arthur berdehem membalas perkataan adiknya. "Ka Lili kemana ya, kok nggak kelihatan."? Gumamnya dalam hati, tak berani mengungkapkannya secara langsung. Bukan tidak mau tapi Mereka dilarang oleh kedua orangtuanya, Ntah apa alasannya! Padahal kan mereka itu saudara sekandung. Pernah dulunya Arthur mengajak kakanya makan bersama tapi yang ada dia dimarahi oleh orang tuanya, sedangkan Lili dia dikurung didalam gudang selama dua hari dan tidak diberi makan. Miris sekali memang nasibnya, dan dari kejadian itu Arthur tak berani lagi untuk mengajak kakanya makan bersama. Dia tidak mau Kakanya semakin tersiksa dan sedih.

"Ka ayo makan, nanti kita terlambat Lo." Ucap Alexa saat melihat kakanya hanya bengong tanpa memakan sarapannya

"Eh..Iya."

••••••••

Di salah satu Sekolah terbaik di Surabaya

"Eh Lo tau nggak? Vander..ketua geng caros itu kemarin habis berkelahi dengan geng rimba! Sangking parahnya mereka sama-sama terluka."!! Kata salah ratu gosip disekolah itu.

"What.. benarkah! Terus bagaimana keadaan mereka?" tanya salah satu temannya

"Entah gue juga kurang tau sih, Tapi dengar-dengar mereka sempat dibawa kerumah sakit."

"Astaga bakal jadi gosip besar-besaran ini."!!

Liliana bersama sahabatnya yang kebetulan lewat di koridor itu berhenti, dan mendengar percakapan mereka barusan.

"Vander...dia pasti nggak baik-baik saja sekarang! Gue Titip tas gue ya ca, gue mau samperin pacar gue dulu." kata Liliana dengan nada khawatir, dia menyampirkan tas itu dilengan eca yang satunya.

"Ok deh...Lo hati-hati." sahutnya lalu berjalan menuju kelasnya

Liliana mengangguk lalu berlari kecil menuju kelas Vander, yang berada dilantai 3. Sesampainya disitu dia melihat Vander lagi berbincang dengan para gengnya. Tak ambil pusing dia melangkah mendekati Vander lalu berhenti tepat dihadapan pacarnya duduk.

"Sayang....." Ucap Vander berdiri melihat pacarnya yang kini menatapnya

"Lii....Ada apa? Kamu kangen ya. Tumben kamu kesini yang, bentar lagi bell masuk Lo." Ucap Vander dengan lembut.

Liliana menghambur ke pelukan hangat pacarnya. "Kamu kenapa nggak bilang kalau kamu sakit? Kan aku khawatir Van..." Ucapnya lalu merenggangkan pelukan mereka.

Ivander mengulum senyum manisnya, mendengar Liliana yang sebegitu khawatirnya, membuat hatinya membuncah bahagia. " Aku nggak papa kok, masih sehat gini juga." Ucapnya seraya menatap wajah Liliana dengan penuh cinta.

"Nggak papa kamu bilang! Trus ini kenapa?" tanya Liliana menangkup kedua pipi Vander dengan lembut.

"Nggak papa kok sayang....Lagian udah diobati kok tadi."!! Sahut Ivander memegang kedua tangan Liliana yang menempel di pipinya.

Kringggg...kringgg

Bunyi bell menandakan para siswa agar segera berbaris dilapangan melaksanakan apel pagi, sebelum semuanya masuk kedalam kelas.

"Yuk sayang, udah bell tuhh...nanti kita kena hukum lagi." Ajaknya sembari merangkul bahu Liliana dengan mesra.

Liliana mengangguk, mereka berjalan agak cepat karena para siswa sudah berbaris dilapangan sekolah.

•••••••

Jam istirahat tiba, para siswa berhamburan keluar kelas, Begitu juga dengan Liliana dan Eca, nampak dari ujung kantin semua kursi sudah terisi penuh.

Sedangkan Vander tak nampak batang hidungnya, biasanya dialah yang selalu mencari tempat duduk untuk pacarnya, karena semua siswa tidak ada yang berani dengannya.

"Yah kursinya penuh Li, terpaksa deh kita makan dikelas lagi." Gerutu Eca sembari mengamati sekelilingnya.

"Ya mau gimana lagi, Nggak mungkin kan kita makannya sembari berdiri." Sahut Liliana lalu merangkul sahabatnya untuk segera memesan makanan untuk mereka.

Setelah mendapat pesanannya, mereka berjalan menuju kelas, sembari becanda riang. Sial nya mereka harus berjumpa dengan di nek lampir.

"Wah..wah..wah.. Queen Vander! Kebetulan sekali kita berjumpa. Nggak etis rasanya jika queen Vander ini harus makan didalam kelas! Ya nggak Guys?" katanya meledek sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Ya betul sekali princess.." sahut anggota gengnya

"Emang kenapa! Kamunya aja yang lebay, mau makan kok milih-milih." Ucap Liliana dengan santai

"Iya heran ni orang..." sahut Eca memandang mereka dengan muka masam

"Saya ini berbicara fakta..semua orang juga tau kok, kalau Lo itu cuma jalang yang dipungut Vander! Jangan sok-sokan polos deh Lo." sengitnya menatap Liliana dengan mata menyalang.

"Lalu...Saya harus bilang wow gitu." balas Liliana dengan santai

"Kurang ajar, berani-beraninya kamu bilang gitu dihadapan saya!"

Liliana menyeringai dia pikir dia bisa mempermalukan dirinya. Dia segera menarik lengan Eca untuk pergi meninggalkan Tempat itu. Muak dengan segala drama si lampir itu.

Sepulang dari sekolah mereka berkumpul dirumah salah satu temannya. Beruntung Eca satu kelompok dengannya.

Dreett...

Bunyi hpnya membuat lamunan Liliana buyar, tugas kelompok mereka sudah selesai. Tinggal menunggu jemputan saja. Eca juga izin pulang duluan karena neneknya masuk rumah sakit.

Dilihatnya nama yang tertera, ternyata dari sang pacar.

"Halo sayang... Lagi Dimana? Tugas kelompoknya sudah siap belum?" tanya Vander diseberang sana dengan tidak sabaran.

"Udah dong, ini mau pulang yang.."

"Kirim alamatnya yang, Aku yang akan menjemputmu." kata Vander diseberang sana lalu mematikan sambungan telepon nya.

Liliana menggerutu sebal dengan kelakuan pacarnya, tapi meskipun begitu dia tetap cinta pada pria itu.

Selang sepuluh menitan, Vander datang Dengan motor Moge Nya. Liliana mendekat saat Ivander turun dari motornya.

"Sudah selesaikan tugasnya? sekarang waktunya kita healing..." Kata Vander antusias lalu memakaikan helm pada pacarnya. Liliana menurut saja kemana Vander membawanya, karena sejauh yang dia tahu Vander itu tipikal pria yang sejati dan tau bagaimana cara pria itu memperlakukan nya.

Sepanjang perjalanan kedua sejoli itu hanya diam saja, sesekali bercanda untuk mencairkan suasana. "Hari ini kegiatannya apa saja yang? Capek nggak?" tanya Vander perhatian sembari mengelus punggung tangan Liliana dengan melingkar di pinggangnya.

Liliana menyenderkan kepalanya dipunggung lebar Vander. " Seperti biasa deh, nggak capek kok."

"Beneran? Trus maag nya nggak kambuh lagi kan?"

"Nggak..." lirihnya singkat. Waktu seperti ini yang dulu ada dibenaknya, menghabiskan waktu berdua dengan orang tercinta.

"Kamu ngantuk?" Tanya Vander lagi lantaran Lili menjawabnya dengan singkat

"Bukan....Lagi menikmati Waktu saja! Suatu hari nanti kenangan ini akan melekat di memori aku. Dan aku berharap kita masih bersama hingga hari itu tiba."

"Aamiin..Pasti dong sayang, aku nggak akan pernah ninggalin kamu." sahutnya Dengan senyum lebarnya.

Jangan lupa vote komen dan share

Jangan lupa tinggalin jejaknya, agar author semangat ngupdate nya

Terimakasih

(2). Tidak ada hak

Happy reading

Dikediaman keluarga Kusuma

Liliana berjalan cepat menuju kamarnya, dia takut nyonya Anna semakin marah, Tapi semua tak sesuai ekspektasi. Diujung sofa ruang tamu nyonya Anna menatapnya dengan selidik.

"Darimana saja kamu? Jam segini baru pulang."!! Suara nyonya Anna menggelegar dari arah ruang tamu, kedua tangannya bersedekap didada.

"Liliana mengangkat kepalanya, dia menatap wajah Anna dengan berani. "Mama...Oh itu tadi lili habis kerja kelompok ma, Tadi juga udah izin kok sama bibi."!!

"Awas kamu ya! Jika berani macam-macam diluaran sana, Sudah untung saya ngasih kamu sekolah yang bagus, tempat tinggal dan makan yang gratis." Ancam Nyonya Anna lalu berjalan meninggalkan ruang tamu.

"Tapi aku juga anak mama! Kenapa aku tidak berhak dengan semua itu." Lirih Liliana bermaksud membela dirinya.

Nyonya Anna menghentikan langkahnya. "Saya tidak merasa punya anak seperti kamu, Dan ingat anak saya hanya Arthur dan Alexa! Ingat itu." Ucapnya lalu berjalan menuju lift.

"Kalau aku bukan anak mama, Lalu aku anak siapa?" Tanya Liliana pada dirinya. Bulir-bulir bening mulai membasahi pipinya, Tapi segera diusapnya.

Dari lantai 2, Jelas saja Arthur mendengar ucapan kedua wanita itu. "Kasihan kak lili..Tapi mau gimana lagi, aku tak bisa berbuat apa-apa." Gumamnya menatap nanar punggung Liliana yang menghilang dibalik pintu.

Bahkan untuk tempat kamar saja, Liliana ditempatkan dikamar spesial pembantu. Makannya pun harus selalu bersama pembantu. Gila sekali memang nyonya Anna itu.

Malam harinya, semua kumpul dimeja makan, kecuali Liliana. Karena nyonya Anna sudah melarangnya untuk bergabung, David suaminya nampak legowo saja, dia tidak keberatan dengan keputusan istrinya.

Tidak punya hati memang!

Mereka tak pernah berpikir sedikit saja diposisi anak sulungnya itu? Bagaimana hancurnya mental anak itu tanpa peran orang tua.

•••••••

Sedangkan didalam kamar, Liliana Sibuk mengerjakan tugas Nya, sembari video call dengan sang pacar.

"Masih lama nggak yang? Ngerjain tugasnya?" Tanya Vander sambil menatap wajah serius Liliana mengerjakan tugas.

"Sebentar lagi...Udah mau siap kok."

"Daritadi jawabnya Tinggal dikit! Itu namanya masih banyak yang."

"Ish kamu ni, nggak sabaran banget! Mau aku matiin Video call Nya." Ancam lili dengan mata melotot.

Tapi bukannya takut, Vander semakin gemas dengan kelakuan wanita itu

"Galak banget pacar aku." Sahut Vander diseberang telepon sembari terkekeh

"Biarin..."

"Hhahahha....hahaha"

Melihat ekspresi wajah lili yang bete dengan mengerucutkan bibirnya, membuat Vander tak bisa menahan tawa. Akhirnya pecah juga tawanya yang renyah itu.

Kalau orang tau dia bisa tertawa serenyah itu, bakal jadi trending topik tu. Akhirnya pria kaku dan dingin menemukan pawangnya.

Sedangkan Lili jangan ditanya lagi bagaimana wajahnya, Dia diam saja sembari melanjutkan tugasnya. biarlah Vander itu, sudah menjadi kebiasaan memang! pria itu suka sekali menjahilinya.

Puas menjahili pacar imutnya. Vander lanjut mengambil gitar, matanya tak lepas dari video call. Disana nampak Liliana yang sudah bersiap akan tidur.

"Van...aku duluan ya, ngantuk banget soalnya." lirih Liliana sembari mengucek matanya.

"Video call Nya jangan dimatiin! Aku mau nyanyi yang, buat kamu."

"Ok, selamat malam...I love you sayang."

"Malam juga, love you too sweety! Mimpi indah yaa...."

Vander mulai memetik gitarnya perlahan, matanya tak lepas memandang Liliana dilayar henphone.

Liriknya:

 Kutemukan satu sisi dalam sisi

Warna-warni penuhi jiwaku

Meski kadang hati ini pun bertanya

Apa mungkin benar ini nyata?

Kau hadir dibalik kokohnya tembok hatiku

Kauruntuhkan kerasnya diriku

kan kujaga diluas hatiku

Didalam samudra perasaan

Tak terkira, entah sampai kapan

Tak ada ujungnya

Mungkin hanya mati yang memisah

Sejak hari itu ku merasa lagi

Perasaan yang telah lama mati

Tak pernah kusangka selama ini

kau yang sanggup menghidupkan lagi

Kau hadir dibalik kokohnya tembok hatiku

Kauruntuhkan kerasnya diriku

Kan kujaga diluas hatiku

Didalam samudra perasaan

Tak terkira, entah sampai kapan

Tak ada ujungnya

Mungkin hanya mati yang memisah

Didalam samudra perasaan

Tak terkira, entah sampai kapan

Tak ada ujungnya

Mungkin hanya mati yang memisah

Mungkin hanya mati yang memisah

(tak pernah kusangka selama ini)

(yang selalu menghidupkan aku)

mungkin hanya mati yang memisah

..

Vander menghela nafasnya, setelah selesai menyanyikan lagu itu. Dia tersenyum melihat wajah polos Liliana yang tertidur.

"Cantik sekali pacar aku..." ucapnya lalu berbaring ditempat tidurnya, Tak lama dia menyusul Lili kedalam mimpi. sengaja Vander tak mematikan video call itu, agar dipagi hari wajah Lili yang pertama ditatapnya. Bucin sekali.

Romantis sekali memang cinta mereka, Lagu "Tak ada ujungnya" seakan mewakili isi hati Vander. Karena selama ini tak pernah ada satupun wanita yang bisa memporak-porandakan hatinya. Cinta mati sekali dia pada perempuan itu.

Judul lagu "Tak ada ujungnya" Yang dinyanyikan oleh Rony Parulian. Menggambarkan emosional seseorang yang menemukan cinta sejati setelah sekian lama merasakan ketidak percayaan pada perasaan tersebut. Dalam liriknya ia menumpahkan kerinduan dan harapan untuk cinta yang tulus, yang mampu memberikan energi baru dalam hidupnya.

Nampak ringan dan sederhana. Lagu tak ada ujungnya merupakan lirik yang mengekspresikan perasaan bimbang dan keraguan pada awalnya, berubah menjadi rasa syukur akan kehadiran cinta yang berhasil mengubah segalanya.

Kediaman keluarga Bagaskara

Pagi harinya, Benar saja sesuai dugaan nya Vander terbangun lebih dulu, dilihatnya henphone itu ternyata sudah lowbat. Salah dia sendiri sih, udah tau baterai nya tinggal 30% masih aja dibuat vc semalaman.

Tak mau ambil pusing dia segera bebersih, lalu turun kebawah dengan baju training nya. Sudah menjadi kebiasaan nya dihari libur, jika ada waktu luang maka dia akan menyempatkan diri lari pagi disekitaran komplek.

"Siap lari pagi Van?" tanya Alexander yang kebetulan sudah siap juga dengan pakaian training nya

"Siap dong..."

"Oke let's go."

Akhirnya Kaka beradik itu pergi dengan semangat empat lima. Nyonya Cecilia yang kebetulan sudah turun dengan rapi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua putranya.

"Sayang sudah siap kan? Kalau sudah kita pergi sekarang, karena waktunya sudah mepet." Kata Tuan farel yang sudah siap dengan jas yang melekat ditubuhnya.

Cecilia mengangguk sembari tersenyum.

"Sudah mas, yok kita pergi sekarang."!! Sahutnya lalu menggandeng tangan farel dengan mesra menuju mobil.

Satu contoh pasangan paling so sweet, Ya seperti nyonya Cecilia dengan Tuan farel. kemana-mana selalu gandengan, memanggil pasangan dengan panggilan sayang, mengajak istri healing untuk sekedar melepas penat, kalau makan selalu sepiring berdua, saling terbuka satu sama lain Dan masih banyak lagi deh.

Jangan lupa vote komen dan share ya

tinggalkan jejaknya, Agar author lebih semangat ngupdate nya

Terimakasih

(3). Ancaman

Happy reading

Satu jam kemudian Alexander dan adiknya kembali kerumah.

"Jadi benar semuanya ulah si Kevin gila itu?" tanya Vander diseberang telepon

"Benar boss! Bahkan dari penyelidikan yang kami temui dia akan mengganti target sasarannya."

"Apa maksudmu?"

"Itu tuan, Kevin sudah mengetahui apa kelemahan anda, Dan akan memanfaatkan itu untuk memudahkan rencananya."

"Sial, Aku tak akan membiarkan dia menyentuh milikku sedikitpun." Gumamnya mengepalkan tangannya.

Anak buahnya itu ingin memberitahu kalau Incaran Kevin jatuh pada kekasih Vander, setelah sekian lama mencari tahu, akhirnya dia bisa mengetahui kelemahan lawannya itu

"Perketat keamanan, jangan biarkan dia sedikitpun menyentuh Liliana."!!

"Baik tuan, kami laksanakan."

Setelah mendapat titah dari sang tuan, mereka segera diskusi lalu berpencar sesuai arahan yang telah ditentukan.

Dukk

"Kenapa Lo, sok sibuk banget?" tanya Alexander lalu duduk disamping adiknya

"Emangnya elo, belum punya pacar aja udah sibuk banget."

"Biarin, namanya juga demi masa depan."

Vander memutar bola matanya jengah, tidak berniat untuk menyahut perkataan kakanya.

"Udahlah gue mau mandi dulu." Ucap Vander lalu berjalan menuju kamarnya. Alexander berdehem membalas perkataan adiknya, tangannya sibuk henphone.

••••••••••

Dikediaman keluarga Kusuma

Sedangkan Lili sibuk dengan pekerjaan rumah, mulai dari membersihkan pekarangan belakang, memasak, belanja keperluan rumah bersama pengasuhnya. Kebetulan sekali ketua pelayan sedang pulang kampung, jadi Liliana sendiri yang ikut membantu bibinya.

Dan semua itu tak lepas dari pantauan sang adik, Arthur. Dia yang baru pulang berolahraga, berjalan mendekati kakanya yang sibuk mencuci piring.

"Eh kamu dah pulang dek?" Tanya Liliana saat melihat adiknya membuka kulkas lalu mengambil minuman kesukaannya.

sedangkan Arthur setelah meletakkan minuman itu diatas meja, Dia bukannya membalas perkataan kakanya, dia beringsut mendekati Liliana yang sedang sibuk mencuci piring. Diusapnya dahi Lili yang basah oleh keringat. Tentu saja itu menghentikan pergerakan tangan Liliana.

"Kakak keringetan..., nggak capek Kaka dari tadi kerja terus."Jelas Arthur saat melihat keterkejutan kakanya.

"Hehe...Kaka udah terbiasa, jadi nggak capek." Balas Liliana menyunggingkan senyum manisnya.

"Arthur bantuin ya kak."

"Eh nggak usah dek, ini tinggal sedikit kok! Lagian nanti mama marah Lo lihat kamu bantuin kakak." Jelas Liliana sambil matanya sesekali melihat kepintu dapur.

Namun Arthur tak memperdulikannya, tangannya dengan cekatan menyusun piring yang baru dibilas kakaknya, Liliana pasrah saja.

Setelah selesai dengan kegiatan nyuci piring nya, Liliana lanjut menyapu halaman belakang rumah, karena lama tak merawat bunganya dia lanjut menatanya dengan rapi agar Indah saat dipandang. Sedangkan Arthur pamit pergi ke rumah temannya, setelah dia membantu Liliana mencuci piring. Dan Liliana hanya berpesan untuk tidak mengebut dijalanan.

Liliana segera masuk kedalam kamarnya, setelah selesai menata bunganya kembali.

"Hah.. akhirnya selesai juga, letih, lesu, resah, gelisah! Aaaah pengen es krim." Gerutu Liliana sembari bersandar dipinggiran kasur, tangannya sibuk mengotak-atik henphone.

Tningg...

WA√ (Datang ketempat ini, jika ingin adik Lo selamat)

Setelah membaca pesan tersebut, Liliana segera beringsut dari tempat tidur, perasaannya tak karuan. Melihat ada nomor baru yang mengancamnya.

Dia buru-buru mengganti baju, lalu berlari menuju kamar adiknya. Kosong itu hal pertama yang ia lihat dikamar Arthur

Dipertengahan tangga, Bibi yang biasa membersihkan kamar Arthur, mengatakan jika Arthur barusan pergi bersama temannya.

Liliana segera berlari keluar rumah, tak lupa dia mengabari Vander, pacarnya. Karena mereka memiliki prinsip jika ada masalah/ problem, tidak ada satupun hal yang harus ditutupi dari mereka berdua.

••••

Sesampainya di alamat yang dikirimkan. Liliana celingak-celinguk mengamati sekeliling, tak heran karena disitu hanya ada gedung yang terbengkalai.

"Ini benar ni! Masa lokasinya disini sih?" tanyanya pada diri sendiri

WA√ (Masuk kedalam gedung bagian barat, jika ingin bertemu adikmu)

Liliana membaca pesan tersebut, lalu meng klik pesan terakhir berupa video. Disana nampak Arthur yang diikat disalah satu kursi, wajahnya terdapat banyak memar.

WA√ (Jangan sentuh adikku, aku akan masuk sekarang juga)

Liliana segera berlari menuju gedung bagian barat, yang ada difikiran nya sekarang hanya keselamatan sang adik.

Deg

Hati Liliana teriris melihat kondisi Arthur. Dia mendekat dengan hati-hati lalu terduduk didepan sang adik.

"Kak ngapain kesini? mereka itu orang jahat kak." Ucap Arthur terkejut melihat Liliana didepannya.

"Udah kamu tenang aja, kakak akan bantu kamu keluar dari sini."!! Sahut Liliana dengan pelan membuka ikatan tali ditubuh adiknya.

Selagi orang-orang itu tak nampak disekitarnya, Liliana mengambil kesempatan itu untuk menyelamatkan adiknya. Namun lili salah besar, karena mereka sedang pantauan cctv.

"Wah anda hebat sekali nona, sudah siap dengan tantangan rupanya..." Ucap salah satu pria dengan topengnya.

Liliana membalikkan tubuhnya, dia menarik Arthur kebelakang, Jangan kira dia takut dengan pria itu.

"Ya... Aku selalu siap dengan tantangan itu." Kata Liliana sembari mengangkat dagunya agak Tinggi.

Pria yang didepan nya menyerigai, dia semakin mendekat kearah lili.

"Nona cantik....kau sangat menantang rupanya." Tanyanya dengan usil mencolek dagu Liliana. Tentu saja itu memantik Amarah lili berkobar, dia tidak suka dengan cara pria itu yang murahan.

"Jaga tangan anda tuan! Karena saya tidak suka disentuh sembarang orang seperti anda. Jangan jadi pengecut, untuk mendapatkan sesuatu yang anda inginkan."!!

Tentu saja pria bertopeng itu menggertakkan giginya, dia tidak suka dibilang pengecut.

"Aku suka dengan perangaimu." Ucapnya lalu memegang tangan Liliana dengan lancang.

Bug

Liliana tak tinggal diam, dia menyuruh Arthur menjauh lalu menendang pria itu hingga tersungkur.

Anak buah pria itu segera menyerbu Liliana, 10 lawan 1. Tentu saja itu hal yang mudah baginya, walaupun ilmu bela diri nya tak seberapa.

bugh

Tak

Bug

Krekkk

Liliana dengan semangat melumpuhkan lawannya. Hingga kesepuluh orang itu tumbang tak tersisa, rupanya pria bertopeng itu sudah siap dengan ancang-ancangnya.

"Awas kak lili..." teriak Arthur dari sudut ruangan itu. Namun terlambat saat ingin membalikkan tubuhnya Dan

Bugh

Balok kayu mengenai kepala bagian belakang Lili, Dia mendesis kesakitan, matanya buram dan terjatuh hingga kepalanya sekali lagi terbentur bagian ujung meja yang runcing.

Brakk

Bertepatan dengan itu Vander masuk dengan anak buahnya, matanya menatam melihat kondisi Liliana yang memprihatinkan. Anak buah nya segera mengeksekusi pria bertopeng itu bersama anak buahnya.

"Sayang...Li, bangun Li! Hei..Maafkan aku sayang, terlambat membantumu." Lirihnya sembari terisak, dia segera menggendong Liliana kedalam mobil tak lupa dengan Arthur yang sudah tak sadarkan diri.

Sesampainya dirumah sakit, sepasang kakak beradik itu segera ditangani dokter. Vander tak henti-hentinya mengumpat, Ini kali pertama dia terlambat menolong kekasihnya, dari musuh.

"Maaf tuan... Pasien atas nama Liliana Marcella Kusuma harus segera dioperasi, karena penyumbatan pembuluh darah dibagian kepala belakang." Ucap salah satu dokter wanita saat selesai memeriksa pasien nya.

"Lakukan yang terbaik dokter, Saya Ingin kekasih Saya kembali sehat seperti sedia kala."

Dokter itu bersama rekan-rekannya segera melakukan tugas mereka. Vander tak henti-hentinya menyalahkan diri sendiri, jika saja dia tidak terlambat maka semuanya pasti baik-baik saja. Disampingnya nyonya Cecilia berusaha menguatkan sang putra.

"Perbanyak berdoa nak...semuanya pasti baik-baik saja." Ujar nyonya Cecilia Sembari mengusap punggung Lebar Putranya dengan lembut. Bukannya apa, baru kali ini dia melihat sisi lain dari putranya. Mungkin baginya kehadiran Liliana berdampak besar dengan kehidupan Vander.

"Ini salahku ma, andai saja aku bisa lebih cepat sampai.. Pasti semuanya akan baik-baik saja." lirih Vander

Nyonya Cecilia tak menyahut, dia diam saja menguatkan sang putra.

Jangan lupa vote, komen Dan share ya

Jangan lupa tinggalkan jejaknya juga, agar author tambah semangat ngupdate nya

Terimakasih sudah mau mampir

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!