"Uuuhhhhhmmm....." lenguhan panjang keluar dari mulut Rico yang menandakan bahwa dia telah mencapai klimaksnya.
Sementara itu di bawah Rico ada sang istri yaitu Sofia yang merengut kesal karena dia sama sekali tidak mencapai klimak dalam berhubungannya kali ini dengan sang suami.
Rasanya belum ada lima menit melakukan hubungan suami istri, milik Rico sudah mengeluarkan laharnya.
"Mas, kok cepet banget keluar sih, kayaknya belum ada lima menit deh, bahkan aku belum ngerasain apa- apa..." Sofia memukul pelan dada sang suami.
Iya, bagaimana tidak jengkel, Sofia dan Rico sudah dua minggu tidak bertemu karena sang suami harus pergi ke luar kota. Dia bilang perusahaannya yang baru saja dirintis di kota Surabaya mengalami sedikit kendala. Maka dari itu Rico langsung datang ke sana untuk menyelesaikan masalah yang ada.
"Maafkan aku sayang..." Rico lalu menjatuhkan tubuhnya di samping Sofia.
Sofia diam saja mendengar ucapan maaf dari sang suami karena dia masih jengkel. Sofia lalu memiringkan badannya membelakangi Rico. Rico menghela nafas panjang mengetahui bahwa sang istri ngambek.
Rico lalu mendekap tubuh Sofia dari belakang kemudian mencium pundaknya dengan lembut.
"Maaf sayang, malam ini mas capek banget. Mas kan baru pulang dari luar kota, jadi tenaga mas belum maksimal, jadinya gampang keluar deh..." Rico mengeratkan dekapannya.
"Besok kita lakukan lagi ya sayang..." Rico kembali mencium pundak Sofia.
Sofia lagi- lagi hanya diam, lalu memejamkan matanya untuk segera tidur. Rico benar- benar merasa bersalah pada sang istri. Rico terus mendekap tubuh sang istri yang masih polos sama seperti dirinya. Kemudian Rico pun memejamkan matanya. Baru beberapa detik memejamkan mata, ponsel Rico di atas nakas berdering.
Riko lalu melepaskan dekapannya kemudian bangun dan mengambil ponselnya. Rico menghela nafas melihat siapa yang menelponnya malam- malam begini. Rico tidak mengangkat telpon tersebut dan memilih untuk tidur.
Keesokan harinya, Rico terbangun dan tidak melihat Sofia di sampingnya. Iya tentu saja, Sofia sudah bangun dari satu jam yang lalu dan sekarang dia sedang menyiapkan sarapan pagi dengan dibantu oleh bi Tinah.
Rico lalu bangun dari tempat tidur dan hendak pergi ke kamar mandi. Baru beberapa langkah Rico mendengar ponselnya berdering menandakan telpon masuk. Rico lalu menghentikan langkahnya dan mengambil ponsel di nakas. Rico menerima telpon di balkon kamarnya.
"Mas..." tiba- tiba Sofia masuk ke dalam kamar mencari Rico.
"Iya sayang..." jawab Rico yang baru saja mengakhiri sambungan telponnya.
"Ya ampun mas, kamu belum mandi...?"
"Belum sayang, kita mandi bareng yuk..." jawab Rico.
"Nggak ah, aku udah mandi..." tolak Sofia.
"Ayo lah sayang mas ,kangen ingin mandi bareng kamu..." Rico langsung membopong Sofia masuk ke dalam kamar mandi.
Mau tidak mau Sofia pun mandi lagi bersama Rico, namun bukan hanya mandi saja yang mereka lakukan melainkan ada ritual lain. Iya, karena sudah cukup tidur, tenaga Rico pun sudah pulih dan dia bisa memberikan kepuasan pada Sofia. Sofia yang tadinya masih jengkel karena hal semalam ,kini dia bisa tersenyum lagi.
Setelah ritual mandinya selama satu jam selesai, Rico dan Sofia keluar dari kamar sudah dalam keadaan rapi. Rico sudah siap dengan baju kantornya.
"Mas, kenapa sih hari ini kamu nggak libur saja. Baru juga tadi malam pulang dari luar kota, sekarang kamu sudah kerja lagi. Aku nggak mau kamu kecapekan mas..." ucap Sofia sambil menggandeng tangan sang suami menuruni anak tangga.
"Maunya sih gitu sayang, tapi di kantor lagi banyak kerjaan..." jawab Rico.
"Memang nggak bisa libur sehari saja...? Kita sudah lama lho nggak pergi berdua mas...?" tanya Sofia.
"Nanti mas cari waktu buat kita liburan berdua ya..." sahut Rico sambil mengelus pipi Sofia.
Sofia memanyunkan bibirnya tidak puas dengan jawaban Rico. Padahal Sofia masih rindu sekali sama sang suami. Dia ingin menghabiskan hari ini bersama Rico.
"Jangan ngambek dong sayang..." ucap Rico sambil berjalan menuju meja makan untuk sarapan.
Di meja makan sudah ada nasi dan lauk untuk sarapan pagi. Bu Irma,ibu dari Rico pun sudah sejak tadi menunggu anak dan menantunya untuk sarapan.
"Hari sabtu nanti mas akan ajak kamu jalan, gimana kalau kita nonton..." ujar Rico.
"Hari sabtu masih lama, sekarang aja baru hari senin..." lagi- lagi Sofia memanyunkan bibirnya.
"Sabar ya..." Rico kembali mengusap pipi mulus sang istri sambil tersenyum.
Bu Irma berdehem. Iya, sejak tadi bu Irma mendengar percakapan antara anak dan menantunya. Dia juga tahu kalau sang menantu sedang ngambek karena Rico tidak menuruti apa maunya.
"Sofia, suami kamu itu pengusaha yang sibuk, kerjaannya banyak. Kamu harus ngertiin dia dong. Jangan kayak anak kecil begitu ah, masa cuma masalah kecil saja ngambek. Benar kata Rico ,kalau kamu mau pergi berdua sama Rico, tunggu saja akhir pekan. Biasanya juga begitu kan...?" ucap bu Irma dengan nafa sedikit ketus.
"Iya mah..." jawab Sofia.
Iya, selama menikah enam tahun Rico dan Sofia tinggal bersama bu Irma. Sebenarnya Sofia ingin tinggal berdua saja bersama Rico dengan membeli rumah sendiri, namun bu Irma melarangnya. Rumah bu Irma besar, sementara bu Irma hanya tinggal seorang diri karena sang suami sudah meninggal sepuluh tahun lalu.
Rico adalah anak tunggal, dia lah yang sekarang meneruskan untuk mengurus perusahaan peninggalan sang papa.
"Rico, bagaimana kontrak kerja sama dengan perusahaan keluarga Wardhana, apa sudah sudah ditandatangi oleh pak Satria...?" tanya bu Irma sambil menyantap sarapannya.
" Belum..rencananya hari ini Rico mau ketemu dengan pak Satria, untuk penandatangan kontrak...." jawab Rico.
"Mas, jadi perusahaan mas Rico akan bekerja sama dengan perusahan keluarga Wardhana...? Itu kan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia mas..." tanya Sofia ikut merasa bahagia.
"Iya sayang, doakan mas ya, supaya semuanya berjalan lancar..." jawab Rico.
"Tentu saja mas, aku selalu mendoakan kamu..." sahut Sofia sambil tersenyum pada sang suami.
"Oya Sayang ,kalau hari ini tanda tangan kontraknya berjalan lancar, besok malam akan ada pertemuan makan malam untuk merayakan kerja sama antara perusahaan kita dengan perusahaan keluarga Wardhana..." ucap Rico pada Sofia.
"Kamu sama ibu harus datang ya..." sambung Rico.
"Iya mas, aku pasti akan datang..." jawab Sofia.
Bu Irma menghela nafas, seperti ada yang sedang dia khawatirkan.
Setelah selesai sarapan, Rico pamit pergi ke kantor. Sementara Sofia menyiapkan obat untuk sang mertua. Iya, bu Irma baru dua bulan ini sembuh dari sakit kanker payudara stadium tiga. Selama sakit Sofia lah yang merawat bu Irma dengan penuh kasih sayang, walaupun bu Irma cerewet.
Iya, sebenarnya Rico sudah menyiapkan perawat untuk mengurus sang ibu, namun tidak ada yang betah menjadi perawat bu Irma. Iya karena apa lagi kalau bukan karena bu Irma yang cerewet dan bicaranya sering membuat telinga panas. Untung saja Sofia sudah kebal dengan kecerewetan sang ibu mertua.
Sofia tidak pernah ambil hati apapun ucapan sang mertua. Dia menyayangi ibu mertuanya itu seperti menyayangi ibu kandungnya sendiri. Justru Sofia merasa bersalah pada ibu mertuanya karena selama enam tahun menikah dengan Rico, Sofia belum juga bisa memberikan cucu untuk bu Irma. Padahal selama ini bu Irma selalu bertanya pada Sofia kapan dia akan memberinya cucu.
Sebenarnya Sofia dan Rico sudah mendatangi belasan dokter kandungan yang ada di indonesia maupun di luar negri. Mereka sudah melakukan pemeriksaan baik pada Sofia maupun Rico. Namun hasil dari keduanya baik- baik saja, tidak ada masalah.
Namun tetap saja yang disalahkan adalah Sofia. Bu Irma sering menyindir Sofia secara halus, menurutnya perempuan yang tidak mempunyai anak adalah perempuan yang tidak sempurna.
Kadang Sofia merasa sedih dengan sindiran- sindiran dari ibu mertuanya. Namun dia sadar diri memang dia lah yang belum bisa memberikan cucu pada sang mertua.
"Mah, obatnya diminum ya..." ucap Sofia sambil meletakkan segelas air putih dan piring kecil berisi beberapa butir obat di hadapan ibu mertuanya.
"Mama bosan setiap hari minum obat terus. Kan kata dokter penyakit mama sudah sembuh, kenapa mama masih harus minum obat...?" tanya bu Irma terlihat kesal.
"Supaya penyakit mama tidak kambuh lagi..." jawab Sofia.
"Hah, percuma saja mama sembuh dari sakit kalau kamu belum hamil juga. Kamu tahu tidak Sofia, mama bertahan untuk sembuh karena mama ingin melihat anak dari Rico. Mama ingin menimang cucu dari Rico anak mama satu- satunya..." ucap bu Irma. Sofia pun mengangguk.
"Semoga saja dalam waktu dekat ini Rico bisa punya anak..." sambung bu Irma.
"Aaminnn... doakan saja ya Mah..." sahut Sofia.
Bu Irma tersenyum sinis sambil memalingkan wajahnya dari Sofia.
🐓🐓🐓🐓🐓
Sementara itu di kantor, Rico bertemu dengan Satria pemilik perusahaan keluarga Wardhana untuk menandatangani kontak kerja sama. Dan mulai hari ini Viviana adik kesayangan Satria ikut bergabung di perusahaan milik Rico. Dia menempati posisi sebagai wakil direksi.
Keesokan harinya di malam hari Rico dan Satria mengadakan makan malam di salah satu restauran mewah di Jakarta. Dari kantor Rico langsung menuju restauran, dia tidak sempat pulang ke rumah dikarenakan hari ini banyak sekali pekerjaan dan dia baru bisa keluar kantor pukul setengah delapan malam. Sedangkan acara makan malam akan dilaksanakan pukul delapan.
Untung saja Rico sudah mengantisipasinya dengan membawa pakaian ganti dari rumah. Jadi Rico mandi di kantor dan berganti pakaian di sana kemudian langsung menuju ke restauran.
Sementara itu Sofia dan Bu Irma pergi ke restauran diantar oleh supir. Pukul delapan pas, Rico, Satria, Viviana dan bu Merry ibu dari Satria sudah sampai di restauran. Hanya tinggal menunggu Sofia dan Bu Irma saja yang masih terjebak macet di jalan.
"Saya permisi ke toilet..." ucap Satria.
"Silahkan..." sahut Rico.
Rico, Viviana dan bu Merry berbincang santai sambil menunggu bu Irma dan Sofia. Lima menit kemudian yang ditunggu pun datang. Bu Irma dan Sofia langsung menghampiri meja di mana Rico dan yang lainnya sedang berbincang.
Bu Irma langsung cipika cipiki dengan bu Merry, begitu juga dengan Viviana. Sementara itu Sofia hanya bersalaman saja dengan keduanya. Dalam hati Sofia pun merasa heran, mengapa ibu mertuanya bisa seakrab itu dengan keluarga Wardhana. Padahal perusahaan Rico baru saja menandatangi kerja samanya tadi siang.
Sofia lalu menghampiri Rico dan mencium punggung tangannya. Rico kemudia mencium kening Sofia dengan lembut. Melihat apa yang dilakukan Rico, bu Irma melihat ke arah bu Merry dan Viviana secara bergantian. Sementara itu Viviana menghela nafas panjang lalu duduk kembali di kursinya.
"Mas, aku ke toilet dulu ya kebelet pipis..." ucap Sofia sambil berbisik pada sang suami.
"Iya sayang..." jawab Rico.
Sofia lalu pergi ke toilet. Viviana menatap datar ke arah Rico lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Rico lalu menghela nafas.
Sementara itu Sofia yang sedang kebelet pipis bergegas menuju ke toilet. Saking tergesa- gesanya Sofia tidak memperhatikan bahwa dia salah masuk toilet. Iya, Sofia masuk ke toilet pria.
Dan tanpa sengaja Sofia menabrak seseorang yang baru saja keluar dari toilet.
"Brukkk..." Sofia menabrak seorang laki- laki.
"Aw..." Sofia kaget.
Sofia menatap lekat wajah laki- laki itu begitu pun dengan laki - laki itu,menatap dingin ke arah wajah cantik Sofia.
"Hei Tuan, apa yang anda lakukan di sini...?" tanya Sofia.
Laki- laki itu menghela nafas.
"Bukannya saya yang harus bertanya pada anda...? Kenapa anda berada di toilet pria...?" tanya laki- laki itu dengan nada dingin.
"Hah..? To...toilet pria...?" tanya Sofia terlihat bingung.
Lalu laki- laki itu melirik gambar pria yang ada di tembok yang menandakan bahwa ini adalah toilet pria.Sofia ikut melihat ke arah yang sedang dilihat oleh laki- laki tersebut.
"Hah... Ja...jadi aku yang salah masuk...? Ka.. kalau begitu aku minta maaf..." ucap Sofia terlihat begitu malu pada Satria.
"Permisi..." Sofia membungkukan badannya hendak keluar dari toilet.
Namun Sofia menghentikan langkahnya dan membalikan lagi badannya ke arah laki- laki tersebut.
"Tuan, ehm ... Toilet wanitanya ada di mana ya...? Aku kebelet pipis nih...." tanya Sofia sambil memegangi miliknya yang berbungkus gaun berwarna pink.
Laki- laki kembali menghela nafas. Baru kali ini dia melihat perempuan yang tidak tahu malu. Bagaimana bisa seorang perempuan memegangi tubuh bagian intinya di hadapan laki- laki yang tidak dia kenal.
"Apa kamu tidak bisa membaca...? Tuh toilet wanita ada di sebelah sana..." laki- laki itu menunjuk ke arah kanan di mana toilet wanita berada.
"Oh, ya ampun, gara- gara kebelet pipis mataku jadi tidak berfungsi dengan baik..." ucap Sofia sambil menepuk dahinya.
"Terima kasih tuan, aduh aku sudah tidak tahan, bisa- bisa aku pipis di celana ini..." Sofia berlari menuju toilet wanita.
Laki- laki itu menggelengkan kepalanya.
"Dasar perempuan aneh..." gumam laki- laki itu sambil berjalan meninggalkan toilet.
Seorang pelayan mengantarkan makanan dan menghidangkan makanan tersebut di hadapan Rico, dan yang lainnya. Satria pun sudah kembali dari toilet. Mereka bersiap untuk menyantap hidangan makan malam yang terlihat mewah dan lezat.
"Rico, Sofia masa sih, lama banget ke toiletnya...?" tanya bu Irma merasa tidak enak pada yang lain karena Sofia belum datang juga.
"Kamu susul gih..." sambung bu Irma.
"Iya mah..." Rico bangun hendak menyusul Sofia.
Namun tiba- tiba Sofia sudah kembali.
"Itu dia..." ucap Rico lalu kembali duduk.
"Sayang, kok lama banget sih...?" tanya Rico.
"I..iya maaf..." jawab Sofia.
"Ayo duduk..." ucap Rico.
Sofia lalu duduk di samping Rico dan tepat berhadapan dengan Satria. Melihat laki- laki yang dia temui di toilet duduk di depannya Sofia pun terkejut. Begitu juga dengan Satria yang tidak menyangka akan bertemu lagi dengan wanita yang menurutnya aneh itu.
"Di...dia...?" Sofia menunjuk ke arah laki- laki di depannya sambil menoleh ke arah Rico.
"Oya sayang, kenalkan, ini pak Satria, pemilik perusahanan keluarga Wardhana..." ucap Rico
Sofia
Rico
Satria
Viviana
Bersambung...
"Oya sayang,kenalkan, ini pak Satria, pemilik perusahaan keluarga Wardhana..." ucap Rico.
"P..pak Satria...?"
"Iya sayang, ayo kenalan dengannya..." jawab Rico.
"I..iya..." jawab Sofia.
Iya tentu saja Sofia sedikit canggung, dia tidak menyangka jika laki- laki yang dia temui di toilet tadi adalah pak Satria salah satu pengusaha paling sukses di indonesia yang akan bekerja sama dengan perusahaan sang suami.
"Kenalkan saya Sofia ,istrinya mas Rico..." Sofia menangkupkan kedua telapak tangannya.
Satria menatap wajah Sofia beberapa saat lalu menyatukan kedua telapak tangannya.
"Satria..." jawab Satria lagi- lagi dengan nada dingin.
Acara makan malam pun di mulai. Mereka menyantap hidangan yang tersedia di meja. Sesekali bu Irma, bu Merry dan Viviana ngobrol santai. Mereka bertiga terlihat begitu akrab. Sedangkan Rico sesekali menimpali obrolan mereka. Sementara itu Satria tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Dia fokus dengan makannya.
Begitu juga dengan Sofia ,dia hanya diam menyimak pembicaraan mereka sambil menyantap makanannya. Sebenarnya Sofia ingin ikutan ngobrol, tapi dia bingung mau bicara apa, lagi pula ketiga orang perempuan itu tidak ada yang mengajaknya bicara jadi Sofia memilih diam.
Sesekali Sofia melirik ke arah Satria yang terlihat tidak perduli pada sekitarnya. Satria tetap fokus makan hingga makanan dalam piringnya habis. Setelah makanan habis, Satria mengambil segelas air kemudian meminumnya, setelah itu mengelap mulutnya menggunakan tisu.
"Jeng Merry apakah nak Satria belum ingin menikah...?" tanya bu Irma.
"Belum jeng, saya juga bingung, kenapa dia belum mau menikah. Padahal perempuan yang suka sama dia banyak banget lho jeng..." jawab bu Merry.
"Lho kenapa nak...?" tanya bu Irma pada Satria.
"Belum menemukan yang cocok..." jawab Satria.
Sofia kembali dibuat heran, pertama dia kaget ternyata Satria si pengusaha kaya raya itu ternyata masih mudah,Sofia pikir Satria itu laki- laki paruh baya. Dan sekarang Sofia kembali dibuat kaget, pria seganteng dan segagah Satria ternyata masih belum laku. Sofia kira, dia sudah punya istri dan anak. Karena dari penampilannya pasti umurnya sudah di atas tiga puluh tahun.
Tapi tidak heran sih, jika orang yang sudah sukses dalam karir biasanya dia akan menomorduakan menikah. Baginya pencapaian karirnya paling utama dalam hidupnya.
Setelah makan malam selesai mereka pun pulang. Satria pulang bersama bu Merry dan Viviana tentu saja menggunakan mobil super mewah yang harganya milyaran.
Sofia, Rico dan bu Irma pun segera pulang. Pukul sebelas malam mereka sampai di rumah. Sofia dan Rico segera masuk kamar kemudian membersihkan diri, dan setelah itu bersiap untuk tidur.
"Mas..." ucap Sofia sambil memainkan jarinya di dada Rico. Mereka sudah berbaring di atas tempat tidur.
"Hem..." jawab Rico.
"Aku nggak nyangka kalau pak Satria itu masih muda dan single. Aku pikir pak Satria itu sudah tua..." ucap Sofia.
Rico hanya tersenyum saja mendengar ucapan Sofia.
"Mas, pak Satria itu orangnya pendiam banget dan terlihat sedikit sombong ya. Aku heran deh orang yang pendiam seperti itu kok bisa jadi pengusaha sukses. Memangnya dia bisa ngomong di depan para kliennya...?" tanya Sofia.
"Dan satu lagi ,kok bisa sih dia masih belum menikah padahal umurnya di atas kamu kan mas, tapi pantas saja sih, orangnya dingin begitu, perempuan juga pasti takut melihat wajahnya yang terlihat galak. Kalau sikapnya seperti itu terus, bisa- bisa sampai tua dia nggak laku..." sambung Sofia.
"Sayang, kamu nggak boleh bicara seperti itu tentang pak Satria. Dia itu sudah menanamkan modal diperusahaan kita lho, kita tidak boleh bicara sembarangan, kita harus menghormatinya..." sahut Rico.
"Iya, aku nggak bermaksud mengejek dia kok mas.Aku heran saja dia mas, kok pak Satria sama adeknya namanya siapa...?" tanya Sofia.
"Viviana..." jawab Rico.
"Iya Viviana, kok mereka beda seratus delapan puluh derajat ya...? Pak Satria pendiam dan dingin, tapi Viviana beda, dia ramah, periang, ceria dan suka mengobrol. Bisa begitu ya..." sahut Sofia.
"Ya bisa lah sayang..." jawab Rico.
Tiba- tiba ponsel Rico berdering menandakan pesan masuk. Rico mengambil ponselnya di atas nakas kemudian membuka pesan tersebut dan mengetik sesuatu. Tak lama kemudian Rico meletakkan kembali ponselnya.
"Pesan dari siapa mas...?" tanya Sofia.
"Dari klien... Sudah yuk kita tidur..." Rico memeluk Sofia. Mereka berdua lalu tertidur.
Keesokan harinya seperti biasa Rico berangkat ke kantor. Kali ini Rico berangkat lebih awal karena ada meeting penting pagi ini.
Seperti biasa setelah kepergian suaminya ke kantor, Sofia mengurus ibu mertua menyiapkan obat.
Siang harinya Sofia menghubungi Rico, mereka sudah janjian akan makan siang di restauran dan sekalian akan mengantar Sofia membeli baju di mall.
"Halo sayang..." ucap Rico di sebrang telpon.
"Mas, jadi kan kita makan siang di restauran...?" tanya Sofia.
"Aduh maaf ya sayang, kayaknya hari ini mas nggak bisa deh. Mas belum selesai meeting. Lagi banyak kerjaan juga di kantor. Gimana kalau kita perginya hari sabtu saja pas mas libur...?" jawab Rico.
"Ya udah deh..." jawab Sofia sedikit kecewa.
"Sayang, jangan marah ya, mas benar- benar minta maaf..." ucap Rico.
"Iya mas, nggak papa, tapi janji ya hari sabtu kita pergi..." sahut Sofia iya sayang.
"Iya mas janji sabtu besok kita pergi berdua..."
"Ya udah aku tutup dulu telponnya..." ucap Sofia.
"I love you sayang..." ucap Rico.
"I love yau too..."
Sambungan telpon pun terputus. Sofia benar- benat kecewa hari ini. Dia sudah dandan dan bersiap untuk pergi, tapi tiba- tiba Rico membatalkan janjinya.
🐓🐓🐓🐓🐓
Hari berlalu, Rico semakin sibuk di kantor. Dia selalu pergi pagi pulang malam. Setiap pulang dari kantor Rico terlihat begitu lelah dan langsung tidur. Rico pun jadi semakin tidak punya waktu berdua dengan Sofia. Bahkan di akhir pekan yang harusnya libur pun ada saja pekerjaan yang harus dia kerjakan .Tak jarang dia harus bertemu klien di luar kota untuk membahas kerja sama dengan perusahaan miliknya yang kini semakin berkembang pesat.
Sofia semakin merasa kesepian berada di rumah. Belum lagi bu Irma yang ikut- ikutan terlihat sibuk. Dia ikut arisan ibu- ibu sosialita bersama bu Merry. Hampir setiap hari mereka ada saja acara di luar rumah.
Sofia hanya tinggal di rumah ditemani bi Tinah. Sebenarnya Sofia pernah meminta pada Rico untuk bekerja lagi. Tapi sayangnya Rico tidak mengijinkan dengan alasan tidak mau melihat Sofia kecapekan.
Iya, dulu Sofia pernah bekerja di perusahaan yang menjalankan bisnis di bidang Fasion. Cocok sekali dengan keahlian Sofia sebagai desainer baju. Sofia juga hampir saja membuka usaha sendiri karena desain baju yang dia buat cukup digemari oleh pelanggan. Namun mimpinya harus terkubur setelah menikah dengan Rico.
Iya, Rico tidak mengijinkan Sofia bekerja. Rico menginginkan Sofia menjadi ibu rumah tangga. Rico khawatir jika Sofia kerja maka mereka tidak akan punya banyak waktu berdua karena sama- sama sibuk.
Namun sekarang walaupun Sofia tidak bekerja, Rico sendiri yang tidak punya waktu untuk Sofia.
🐓🐓🐓🐓🐓
Siang ini Sofia sibuk membuat makan siang untuk sang suami. Sofia dibantu oleh bi Tinah membuat makanan kesukaan Rico. Setelah masakan siap, Sofia mandi dan berganti pakaian. Dia dandan secantik mungkin untuk menemui Rico di kantor. Sofia sengaja tidak mengabari Rico bahwa dia akan ke kantor. Sofia ingin membuat kejutan untuk sang suami tercinta.
"Bi, aku pergi dulu ya..." ucap Sofia.
"Iya non, hati- hati di jalan..." sahut bi Tinah.
"Iya bi..."
"Oya non, apa non Sofia mau di antar sama mang Kardi...? Biar bibi panggil mang Kardi untuk menyiapkan mobil..." tanya bi Tinah.
"Nggak usah bi, biar aku bawa mobil sendiri saja. Lagi pula satu jam lagi mang Kardi harus jemput mama kan...'' jawab Sofia.
"Iya non..."
Iya, dulu sebelum menikah dengan Rico ,Sofia pernah membeli sebuah mobil. Ya, walaupun bukan mobil mewah seperti punya Rico, tapi Sofia bersyukur bisa beli mobil dengan hasil keringat sendiri.
Sofia melajukan mobilnya membelah jalanan raya menuju ke perusahaan sang suami. Setelah memarkirkan kendaraannya di tempat parkir, Sofia berjalan menuju lobby utama. Tentunya Sofia mendapat sambutan hangat dari para karyawan yang dia temui di sana. Mereka menyapa istri bos mereka dengan sopan dan ramah.
'Selamat siang bu Sofia..." ucap salah satu karyawan yang berpapasan dengan Sofia.
"Selama siang..." Sofia menjawab dengan ramah pula.
Sofia lalu naik ke lantai atas di mana ruang kerja suaminya berada. Sampai di lantai lima, Sofia keluar dari lift dan berjalan menuju ruangan sang suami. Suasana di lantai lima terasa sepi. Iya tentu saja, ini adalah jam istirahat, tentu saja para karyawan sedang pergi ke kantin untuk makan siang.
Begitu juga dengan sekertaris Rico yaitu Siska yang tidak ada di meja kerjanya. Sampai di depan ruang kerja Rico, Sofia menghentikan langkahnya. Pintu ruang kerja Rico tidak tertutup dengan sempurna. Sofia bisa mendengar ada suara orang yang sedang bicara namun tidak begitu jelas.
Sofia lebih mendekat lagi ke arah pintu dan menajamkan pendengarannya. Namun suara itu terdengar semakin aneh di telinga Sofia. Jantung Sofia berdebar semakin kencang mendengar suara yang tidak asing lagi buatnya.
Iya, suara itu adalah suara d*s*han seseorang yang sedang berhubungan badan. Tapi Sofia heran kenapa suara itu bisa terdengar dari dalam ruang kerja suaminya. Siapa yang sedang berbuat mesum di sana. Berani sekali melakukan hal seperti itu di dalam kantor. Bukankah kantor tempat untuk bekerja bukan untuk berbuat mesum.
"Aaahhh baby... Kenapa kamu bisa senikmat ini...." suara seorang laki- laki kembali terdengar dari dalam sana. Dan Sofia tidak asing lagi dengan suara itu. Iya, suara itu mirip dengan suara Rico.
Dengan menguatkan hatinya Sofia memberanikan diri untuk memegang handle pintu kemudian menariknya hingga dia bisa melihat keadaan di dalam ruang kerja sang suami.
Mata Sofia membulat sempurna begitu melihat dua orang sedang melakukan hubungan badan di atas meja kerja Rico. Iya, mereka berdua adalah Rico dan Viviana. Mereka berdua terlihat bergairah sekali melakukan kegiatan panas tersebut.
Sofia langsung menutup mulutnya agar dia tidak mengeluarkan suara. Dadanya terlihat naik turun dengan cepat. Air matanya pun menetes begitu saja membasahi kedua pipinya. Sofia menggeleng- gelengkan kepalanya tak sanggup melihat adegan mesum sang suami bersamaa Viviana di depan matanya sendiri.
Bagaimana mungkin dia akan tahan suami yang selama ini selalu bersikap romantis dan perhatian padanya tiba- tiba terlihat sedang melakukan hubungan badan dengan wanita lain di dalam ruang kerjanya.
Dan yang tak habis pikir lagi wanita itu adalah rekan kerja Rico sendiri. Iya Viviana. Perempuan yang sangat Sofia kenal dengan baik. Dia sudah dua bulan ikut bergabung di perusahaan milik Rico karena perusahan keluarganya yaitu keluarga Wardhana telah menanam saham dan bekerja sama dengan perusahaan Rico.
Sofia tahu setiap hari mereka selalu bertemu dan terlihat begitu dekat. Tapi Sofia tidak pernah menyangka jika kedekatan mereka bukan hanya sebatas soal pekerjaan, namun kedekatan mereka sudah melewati batas kewajaran.
Sofia sudah tidak tahan lagi menyaksikan perbuatan mesum sang suami bersama dengan Viviana. Itu terlihat begitu menjijikan. Sofia lalu membalikkan badannya untuk segera pergi dari sana. Tak sengaja tempat bekal makanan yang ada ditangannya pun jatuh begitu saja ke lantai hingga menimbulkan suara yang cukup keras.Untung saja tutupnya rapat hingga makanan di dalamnya tidak tumpah dan berceceran di lantai.
Sofia tidak memperdulikan tempat makanan yang terjatuh di lantai, dia segera pergi dari depan ruang kerja Rico menuju lift dan segera turun ke lantai bawah. Sofia berusaha sekuat tenaga untuk menahan tangisnya. Dia tidak mau semua karyawan akan menatap heran padanya karena menangis.
Sementara itu, di dalam ruang kerja, Rico kaget mendengar suara dari luar ruang kerjanya. Rico mengehentikan aktifitasnya sejenak dan melihat ke arah pintu yang sedikit terbuka.
"Ah sial..." gumam Rico.
"Babyyyy.... Kenapa berhentiiii...." rengek Viviana yang duduk diatas meja sambil menekuk dan membuka kedua kakinya lebar- lebar.Sementara kedua tangannya berpegangan pada meja . Viviana hanya memakai kemeja yang semua kancingnya terbuka. Sedangkan pakaian bagian bawahnya sudah berserakan di bawah meja kerja Rico.Sementara itu Rico masih menggunakan kemeja warna putih dan menurunkan kain bagian bawahnya. Dia berdiri sambil mengguncang- guncangkan tubuh Viviana maju mundur.
Namun Viviana harus kecewa karena Rico mengehentikan gerakannya. Padahal sebentar lagi Viviana akan dibuat melayang.
"Baby, apa kamu tadi tidak menutup pintu...?" tanya Rico.
Viviana menoleh ke arah pintu yang sedikit terbuka.
"Entahlah aku lupa..." jawab Viviana dengan wajah kecewa karena aktifitas panasnya harus berhenti.
"Sebentar baby... Aku lihat keluar dulu..." Rico mencabut miliknya dari dalam milik Viviana. Lalu mengenakan kain bagian bawahnya kemudia kemudian berjalan ke arah pintu.
Rico melongok keluar, namun dia tidak menemukan siapapun di sana. Namun di lantai Rico melihat tempat makan yang tergeletak. Rico lalu mengambil kotak makanan tersebut.
" Ini milik siapa...? Kenapa kotak makanan ini bisa ada di bawah...? Apa ini milik Siska...? Ke mana dia...?" gumam Rico sambil mengambil kota makanan kemudian menoleh ke arah meja kerja Siska namun di sana tidak ada siapapun.
Rico lalu meletakkan kotak makanannya di atas meja kerja Siska, sekertarisnya. Kemudian Rico kembali masuk ke dalam ruang kerjanya. Kali ini dia menutup dan mengunci pintu ruang kerjanya.
Sementara itu Viviana memanyunkan bibirnya. Dia begitu kecewa karena tidak dapat menuntaskan hasratnya yang hampir mencapai puncak.
"Maaf baby, tadi ada suara dari luar, aku takut ada yang mengintip kita. Kamu tadi lupa mengunci pintu ya...?" Rico mengusap rambut Viviana yang masih duduk di atas meja.
Viviana diam saja tidak mau menjawab pertanyaan Rico. Viviana ngambek.
"Maaf baby nanti kita lanjutkan lagi ya..." ucap Rico mencoba membujuk Viviana agar tidak ngambek lagi.
Tiba- tiba ponsel Rico berdering menandakan telpon masuk. Rico segera mengangkat telpon dari sang mama.
"Halo ma..."
"Rico, apa tadi Sofia datang ke kantormu...?" tanya bu Irma.
"A...apa ...? Sofia...? Aku tidak melihatnya...?" Rico langsung panik jangan- jangan suara yang tadi dia dengar dari luar ruang kerjanya adalah suara Sofia yang menjatuhkan tempat makan.
Tentu saja Rico panik jika Sofia melihat apa yang baru saja dia lakukan bersama Viviana di dalam ruang kerjanya.
Bersambung...
"Tadi kata bi Tinah , Sofia pergi ke kantor kamu mengantar makan siang, tapi sampai sore begini dia belum pulang. Jadi dia tidak bersamamu sekarang...?" tanya bu Irma.
"Tidak mah, Sofia tidak datang ke sini..." jawab Rico.
"Ke mana dia ya...?" tanya bu Irma.
Bu Irma mengakhiri panggilan telponnya. Sedangkan Rico langsung menghubungi nomor Sofia dengan perasaan was- was.
"Baby, kamu telpon siapa...?" tanya Viviana sambil menarik tangan Rico.
"Sebentar baby, aku mau menghubungi Sofia dulu..." Rico mengusap pipi Viviana. Lagi- lagi Viviana memanyunkan bibirnya.
Pada dering ketiga, Sofia mengangkat telponnya.
"Halo.." ucap Sofia dari sebrang telpon.
"Halo sayang, kamu ada di mana...?" tanya Rico mencoba bersikap tenang.
Mendengar Rico memanggil Sofia dengan sebutan sayang, Viviana merasa cemburu. Dia tiba- tiba memukul dada Rico, hingga Rico meringis.
"Aku ada di mall, ada apa...?" tanya Sofia dengan suara datar.
"Oh... oya sayang ... apa tadi kamu datang ke kantor...?" tanya Rico.
"Iya..." jawab Sofia.
Rico kaget dan panik mendengar jawaban Sofia. Bagaimana jika Sofia melihat apa yang dia baru saja lakukan bersama Viviana, pasti akan menjadi masalah besar.
"Tapi aku langsung pulang karena menurut sekertarismu, kamu tidak ada di kantor, kamu lagi meeting sama Viviana..." ucap Sofia.
Rico bisa bernafas dengan lega mendengar ucapan Sofia. Kalau Sofia langsung pulang berarti dia tidak melihat apa yang baru saja dia lakukan dengan Viviana.
"Oh...i..iya... Tadi mas memang meeting sama Viviana..." sahut Rico.
Sementara itu diujung telpon sana Sofia tersenyum getir mendengar ucapan Rico yang mengatakan bahwa dia baru saja meeting bersama Viviana.
"Kamu cepat pulang ya, tadi mama mencarimu, mungkin dia sedang butuh bantuan kamu..." ucap Rico.
Sementara itu Viviana sibuk menciumi muka Rico dan tangannya mulai melepaskan kain penutup tubuh bagian bawah Rico.
"Oya sayang, apa kamu bawa mobil sendiri...?" tanya Rico sedikit mend*sah karena Viviana sudah berhasil melepaskan pakaian bagian bawahnya dan dia dengan lembut memainkan benda milik Rico.
"Iya, aku bawa mobil sendiri..." jawab Sofia dengan suara bergetar karena tentu saja dia bisa mendengar d*s*han sang suami dari ujung telpon sana.
"Iya sayang ,cepat pulang ya, hati- hati di jalan. Aku tutup telponnya..." ucap Rico dengan suara berat karena Viviana terus memainkan benda miliknya dengan gerakan maju mundur.
Rico segera mematikan sambungan telponnya karena sudah tidak tahan dengan ulah Viviana.
"Aaahhhh... Baby kamu nakal sekaliii....Aku balas kamu ya..."
Tanpa aba- aba lagi Rico langsung mengarahkan miliknya ke dalam milik Viviana sambil memeluk tubuh Viviana dan bibirnya menelusuri leher jenjangnya. Iya, mereka melanjutkan aktifitas yang tadi sempat tertunda.
🐓🐓🐓🐓🐓
Mobil Sofia memasuki halaman rumah Rico, lalu masuk ke dalam garasi. Sofia langsung turun dari mobil kemudian dia masuk ke dalam rumah. Sofia terus berjalan melewati ruang tengah lalu menaiki anak tangga hendak menuju kamarnya.
"Dari mana saja kamu Sofia, sudah sore begini baru pulang...? Mama pulang kamu tidak ada di rumah. Kamu tahu kan hari ini bi Timah pulang kampung...? Harusnya kamu di rumah dong waktu bi Tinah pergi..." tanya bu Irma yang sedang duduk di ruang tengah.
Sofia menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan menghadap Bu Irma.
"Maaf mah, tadi Sofia abis dari toko buku..." jawab Sofia asal saja.
Bu Irma mendekat ke arah Sofia dan memperhatikan wajah Sofia dengan seksama.
"Kamu kenapa Sofia...? Mata kamu merah. Apa kamu habis menangis...?" tanya bu Irma.
"Ehm...nggak... Sofia hanya kelilipan saja kok mah..." jawab Sofia sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Oh..."
"Sofia ke kamar dulu mah..." ucap Sofia lalu menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Sampai di dalam kamar Sofia langsung mengunci pintu. Dia melempar tasnya ke tempat tidur. Sofia kembali menangis dan menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Sofia menangis pilu mengingat apa yang dilakukan oleh Rico bersama Viviana di ruang kerjanya.
Tentu saja hati Sofia begitu sakit bagai ditusuk sembilu. Suami yang begitu dia cintai telah berkhianat dengan orang yang sangat dia kenal. Iya, selama perusahaan keluarga Wardhana menjalin kerja sama dengan perusahaan milik Rico, hubungan keluarga mereka dengan keluarga Rico di luar pekerjaan pun begitu dekat.
Viviana dan mamanya beberapa kali datang ke rumah untuk makan malam. Tahu bahwa mereka adalah penanam modal di perusahaan Rico, Sofia pun bersikap baik pada mereka dan selalu menyambut kedatangan mereka dengan tangan terbuka.
Bu Merry dan Viviana begitu menyukai masakan Sofia. Kata mereka masakan Sofia tidak kalah enak dengan rasa masakan di restauran mahal. Tentu saja Sofia begitu tersanjung dengan pujian mereka karena masakannya disukai oleh salah satu keluarga kaya raya di indonesia.
Semenjak menikah dengan Rico, Sofia tidak ada kegiatan lain selain mengurus pekerjaan rumah tangga. Ya tentu saja dia tidak mengerjakan sendiri, tapi dibantu oleh bi Tinah.
Sofia yang memang hobi memasak pun mempelajari resep- resep baru. Baik dari bi Tinah maupun melihat resep di video yang beredar di sosial media. Berbagai resep masakan baik masakan nusantara maupun asia, sampai dengan western sudah Sofia coba. Hasilnya sungguh enak. Karena Sofia menuruni bakat sang ibu yang juga pandai memasak.
Setiap bu Merry dan Viviana datang ke sini Sofia selalu melayani mereka dengan baik. Dia juga cukup akrab karena sering ngobrol sharing tentang banyak hal. Sofia mengakui bahwa Viviana dan bu Merry orang yang enak diajak bicara dan tidak sombong. Sofia merasa nyaman bicara dengan mereka. Begitu juga dengan bu Irma yang makin akrab dengan mereka bahkan bu Irma meminta Viviana untuk memanggilnya mama sama seperti Rico dan juga Sofia.
Di depan Sofia, bu Irma mengatakan bahwa dia sudah menganggap Viviana seperti anaknya sendiri karena dia tidak punya anak perempuan. Viviana pun menurut, dia memanggil bu Irma dengan sebutan mama. Sofia tidak keberatan bahkan dia senang akan hal itu. Sofia juga menganggap Viviana sebagai adik sendiri, karena umur mereka hanya beda tiga tahun saja dari Sofia.
Dan setiap Sofia membawakan makan siang untuk Rico, dia juga membawakannya untuk Viviana. Sofia benar- benar tulus menyayangi Viviana. Tapi Sofia tidak pernah menyangka jika Viviana tega menusuknya dari belakang. Viviana tega berselingkuh dengan suaminya.
"Tega kamu mas... Tega... Hik...hik.. Apa salah aku sama kamu mas...? Apa....? hik..hik... Semua sudah aku lakukan buat kamu... Kurang berbakti apa lagi aku sama kamu...? Hikkk.hik... Tapi kamu tega mengkhianati aku hik...hik..." tangisan Sofia begitu menyayat hati.
Iya tentu saja Sofia begitu sedih dan sakit hati. Pengorbanannya selama ini terasa sia- sia.Dia sudah banyak berkorban untuk Rico.
Dia bahkan rela mengorbankan karirnya demi menikah dengannya. Sofia rela hanya menjadi ibu rumah tangga dan meninggalkan cita- citanya menjadi desainer terkenal.
Sofia juga dengan tulus merawat bu Irma ketika dia menderita kanker payudara. Sofia merawat sang mertua dengan penuh kasih sayang sampai dia sembuh.
Tapi apa balasan Rico sekarang. Dia sama sekali tidak menghargai semua pengorbanan Sofia, dia tega mengkhianati cinta Sofia yang tulus padanya. Dia tega menodai pernikahannya dengan berselingkuh dengan Viviana.
Ponsel Sofia berbunyi menandakan pesan masuk. Sofia mengambil ponselnya lalu membaca pesan tersebut. Ternyata pesan dari Rico. Rico memberitahu Sofia bahwa malam ini dia akan pulang terlambat karena ada pertemuan dengan klien penting dari luar negri.
Sofia hanya membaca saja pesan dari Rico tanpa mau membalasnya. Sofia melempar ponselnya ke tempat tidur.
Namun beberapa menit kemudian ponselnya berdering. Rico menelponnya. Mungkin Rico tahu jika Sofia ngambek karena dirinya pulang malam, makanya dia tidak membalas pesan darinya.
Pada dering ke empat Sofia baru mengangkat panggilan dari Rico.
"Halo..." ucap Sofia sambil menghapus air mata di kedua pipi.
"Halo sayang, maafkan aku ya, hari ini aku harus pulang malam. Ada klien yang mendadak ingin ketemu untuk membahas kerja sama..." ucap Rico.
"Iya aku tahu, bukannya tadi kamu sudah memberitahuku lewat pesan..." sahut Sofia.
"Iya, tapi kamu tidak membalas pesanku tadi, aku khawatir kamu marah sayang..." ucap Rico.
"Kapan aku marah sama kamu mas, bukannya setiap hari kamu selalu pulang larut malam ...?" sahut Sofia dengan nada dingin.
"Iya sayang, sekali lagi maafkan aku ya, di kantor lagi banyak banget kerjaan. Nanti kalau kerjaanku udah nggak banyak , aku akan pulang lebih cepat. Nanti kita bisa pergi berdua, dan nonton film..." ucap Rico.
"Kamu tidak usah janji mas, janji kamu yang kemarin saja belum kamu penuhi kan...?"
"Iya makanya aku minta maaf karena aku terlalu sibuk sekarang. Tolong kamu pahami keadaanku sayang..." ucap Rico.
"Kapan aku tidak memahami keadaan kamu mas...? Selama ini aku selalu menurut sama kamu. Aku tidak pernah membantah ucapan kamu kan...?" tanya Sofia kesal.
"Iya sayang, kamu memang istri yang baik dan patuh. Aku sangat mencintai kamu sayang. Terima kasih sudah menjadi istriku yang begitu pengertian padaku..." ucap Rico.
"Ya udah, aku tutup telponnya ya. I love you sayang..." ucap Rico.
Sofia hanya diam saja tidak menyahut ucapan sang suami.
"Sayang, kok kamu diam saja...? Kamu tidak mau menjawab ucapanku tadi...?" tanya tanya Rico.
"I love you too..." jawab Sofia sambil mengepalkan telapak tangannya.
"Terima kasih sayang...." sahut Rico.
Sambungan telpon pun berakhir. Sofia kembali menangis.
🐓🐓🐓🐓🐓
Malam harinya pukul satu dini hari Rico baru pulang ke rumah.Sofia tentu saja sudah tertidur pulas. Namun dia terbangun mendengar pintu kamar terbuka dan Rico masuk ke kamar mandi. Hanya saja Sofia masih pura- pura tidur. Tak lama kemudian Rico yang sudah berganti pakaian dengan piyama naik ke tempat tidur dengan perlahan supaya tidak membangunkan Sofia.
Perlahan Rico mendekat ke arah Sofia. Beberapa saat lamanya Rico menatap wajah Sofia yang tertidur pulas. Rico mengusap lembut pipi mulut Sofia dengan kedua jarinya. Kemudian Rico mengecup lembut kening Sofia.
Tiba- tiba ponsel Rico berdering. Rico kaget dan segera mengambil ponselnya dia atas nakas. Sambil menoleh ke arah Sofia, Rico mengangkat telponnya.
"Halo baby..." ucap Rico setengah berbisik takut membangunkan Sofia.
"Sudah.... aku sampai rumah, baby... Sudah ya aku mau istirahat. Badan aku capek sekali . Tenagaku habis gara- gara kamu baby. Kamu luar biasa sekali malam ini baby.. Aku jadi ingin bersama kamu terus baby..."
"Iya... Iya... Besok kita habiskan malam berdua lagi... Sudah ya, takut Sofia bangun... Selamat tidur baby. I love you..."
Rico lalu mengakhiri sambungan telponnya. Kemudian Rico kembali menatap wajah Sofia dan memastikan bahwa Sofia tidak mendengar percakapannya bersama Viviana di telpon.
Rico langsung membaringkan tubuhnya di samping Sofia karena malam ini dia begitu capek. Iya, sebenarnya malam ini dia tidak menemui klien. Tapi dia pergi ke hotel bersama Viviana. Dia menghabiskan malam bersama Viviana untuk bersenang- senang. Entah berapa kali dia dan Viviana melakukan hubungan suami istri di kamar hotel tersebut.
Tentu saja setiap sampai di rumah dia selalu merasa capek karena tenaganya sudah dikuras habis oleh Viviana. Iya, tubuh Viviana begitu menggoda di mata Rico. Servisnya di atas ranjang pun begitu membuat Rico puas. Dia begitu agresif dan lincah ketika sedang begulat bersamanya. Bahkan Viviana selalu mendominasi di setiap kali permainannya.
Iya, walaupun Viviana seorang perempuan muda tapi ketika di atas ranjang dia begitu jago memuaskan Rico. Rico selalu dibuat ketagihan oleh Viviana.
Bagaimana mungkin Rico tidak betah selalu berada di samping Viviana. Apa yang tidak dia dapatkan dari Sofia dia dapatkan dari Viviana. Kepuasaan yang dia dapat Viviana berkali- kali lipat dari kepuasan yang dia dapat dari Sofia.
Tentu saja Rico lebih memilih menghabiskan malam bersama Viviana dibanding Sofia. Di mata Rico, Sofia dan Viviana adalah dua perempuan yang jauh berbeda. Sofia perempuan yang lemah lembut, keibuan dan dewasa, tapi dia pasif ketika di atas ranjang. Sedangkan Viviana kebalikannya. Dia perempuan yang ceria, centil, kekanak- kanakan namun menggoda, dan yang paling Rico sukai dia sangat aktif ketika di atas ranjang dan selalu bisa memuaskannya.
Namun ada satu yang hanya dia dapat dari Viviana dan hanya Rico bisa dapatkan dari Sofia, yaitu kepatuhan dan ketulusan. Sofia begitu patuh dan selalu melayani Rico. Sedangkan ketika bersama Viviana, Rico lah yang melayani serta memanjakannya bak seorang ratu. Dan itu Rico lakukan dengan senang hati, toh dia juga mendapatkan servis yang memuaskan di atas ranjang dari Viviana.
Di mata Rico, antara Sofia dan Viviana tetap saja pemenangnya adalah Viviana. Karena bagi laki- laki yang dalam keadaan sehat jasmani ,kepuasan di atas ranjang lah yang lebih utama dari pada lainnya. Menurut Rico sepatuh apapun seorang istri, belum sempurna kalau ketika di atas ranjang belum bisa melayani secara maksimal.
Walaupun begitu Rico tidak mau menyakiti Sofia , dia akan terus menyembunyikan hubungannya dengan Viviana. Baginya Sofia tetaplah yang utama. Cintanya pada Sofia tidak akan pernah berubah walaupun kini telah hadir perempuan lain dalam kehidupannya.
Setelah mengetahui bahwa sang suami telah tertidur pulas, Sofia membuka matanya. Sofia menatap wajah sang suami yang sudah tidur. Terdengar dengkuran halus yang menandakan dia sudah dengan pulas.
Sofia memiringkan badannya memunggungi Rico. Sofia lalu terisak. Air matanya tak berhenti mengalir. Iya, tentu saja dia tadi mendengar percakapan antara Rico dengan Viviana. Dari percakapan tadi,Sofia tahu bahwa suaminya tidak menemui klien, tapi dia baru saja bersenang- senang dengan Viviana. Kata- kata vulgar Rico yang mengatakan Viviana begitu luar biasa , hingga membuatnya ingin selalu berada di dekat Viviana pun membuat panas telinganya.
Iya, bagaimana mungkin suaminya bisa bicara seperti itu pada perempuan lain. Itu sangat menjijikan dan menyakitkan bagi Sofia.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!