NovelToon NovelToon

Kau Rebut Suamiku, Ku Rebut Suamimu

Bab Satu

Adara yang baru saja dari luar kota ingin membuat kejutan pada suaminya. Dari bandara, wanita itu langsung menuju ke kantor sang suami, Galang.

Tak lupa Adara membawa makan siang. Kebetulan jam masih menunjukkan pukul dua belas siang. Dia yakin jika sang suami belum makan.

Dengan menggunakan taksi dia menuju kantor suaminya. Sebenarnya itu merupakan perusahaan milik keluarga Adara. Namun, wanita itu mempercayakan pada sang suami untuk mengelolanya. Dia percaya jika pria itu tak akan mengkhianati.

Sampai di kantor, dia langsung menuju ke ruang kerja suaminya. Saat menginjak lantai di mana ruang kerja itu berada, semua karyawan memandangnya. Adara merasa sedikit aneh.

Sekretaris Galang lalu menghadang jalan Adara, membuat wanita itu heran. Dia lalu memandangi wajah karyawan itu dengan dahi berkerut dan penuh tanda tanya.

"Kenapa menghalangi langkahku?" tanya Adara.

"Maaf, Bu. Bapak sedang tak bisa di ganggu," ucap sekretaris yang bernama Melli itu.

"Kenapa ...?" Lagi-lagi Adara bertanya. Apa lagi dia melihat wajah sang sekretaris yang agak gugup.

"Ada tamu. Bapak sedang bicara dengan tamu di dalam," jawab Melli dengan gugup.

"Kalau begitu aku tunggu di sini saja. Sebentar lagi jam makan siang. Tak mungkin mereka akan tetap meeting'kan?" tanya Adara.

"Itu ... itu ... saya tak tau, Bu!"

"Kamu ini ... seperti baru jadi sekretaris aja. Mana mungkin jam makan siang meeting dilanjutkan juga. Bisa mati kelaparan dong," ucap Adara.

Adara lalu berjalan mendekati ruangan suaminya. Melli tak bisa lagi mencegah. Wanita itu lalu duduk di depan ruangan Galang. Saat akan membuka gawainya, dia mendengar suara tawa dari dalam. Setelah itu terdengar suara sedikit desa'han.

Merasa mendengar suara aneh, Adara berdiri dan mendekati pintu. Dia menempelkan telinga di pintu tersebut. Jelas sekali suara-suara tak biasa itu.

Adara lalu berjalan mendekati sekretaris suaminya. Melli tampak pucat dan ketakutan. Wanita itu lalu duduk berhadapan.

"Katakan dengan jujur, siapa yang berada di dalam sana? Atau kau mau aku pecat? Kau tau'kan kalau perusahaan ini milikku. Aku yang menentukan siapa saja karyawan yang berhak dipertahankan atau di pecat!" seru Adara.

"Maaf, Bu. Jangan pecat saya!" ujar Melli dengan wajah memohon.

"Tergantung keterangan yang akan kau berikan. Jika itu masuk akal aku tak akan memecat'mu. Justru aku akan menambah gajimu jika kau bisa bekerja sama denganku!"

Melli lalu menarik napas dalam. Dia tampak ragu untuk mengatakan sesuatu. Adara menatap wanita itu dengan sikap intimidasi agar dia merasa tertekan hingga akhirnya mengakui apa yang suaminya lakukan.

"Sepertinya kau lebih memilih di pecat. Baiklah. Aku akan katakan pada bagian personalia," ucap Adara.

"Jangan, Bu. Saya tulang punggung keluarga. Baiklah, akan saya katakan."

Akhirnya Melli mengatakan apa yang selama ini Galang lakukan dibelakang Adara. Wanita itu tampak geram. Selama satu tahun ini ternyata dia telah ditipu. Akan dia balas semua perbuatan suaminya.

Melli mengatakan suaminya mulai berselingkuh sejak satu tahun lalu dengan sahabatnya, Sheila. Adara tak menyangka jika sahabatnya itu tega mengkhianatinya.

Sheila bekerja di perusahaan ini sejak dua tahun lalu atas rekomendasi darinya. Wanita itu diterima. Sheila bukannya kekurangan uang. Suaminya seorang aktor ternama. Dia yang merasa kesepian karena sering ditinggali ingin mencari kesibukan dengan bekerja.

Melli mengatakan jika mereka sering bepergian hingga ke luar kota. Pantas suaminya sering beralasan ada meeting di kota lain. Ternyata dia bersama Sheila.

Adara ingin tahu seberapa banyak uang perusahaan digunakan suaminya untuk kebutuhannya bersama sang gundik.

"Kalau begitu, aku ingin lakukan audit data keuangan. Kamu katakan dengan staf keuangan aku butuh data pengeluaran perusahaan satu tahun ini!" seru Adara.

"Baik, Bu. Akan saya sampaikan dengan kepala bagian keuangan jika Ibu ingin bicara," ucap Melli.

"Jangan sampai suami saya tau," ucap Adara.

"Baik, Bu. Akan saya sampaikan semuanya nanti."

Adara lalu mengatakan pada sekretaris Galang itu jika dia ingin masuk ke ruang kerja sang suami dan mau memergoki sahabat dan suaminya bermesraan.

Adara berjalan menuju ruang kerja suaminya dengan langkah pelan. Dia langsung membuka pintu tanpa mengetuk. Terlihat Sheila sedang berada di pangkuan suaminya.

Melihat kehadiran Adara, keduanya sangat terkejut. Sheila langsung turun dari pangkuan Galang. Berharap tak ada pertanyaan kenapa dia sampai berada dipangkuan pria itu.

"Kenapa kamu bisa berada di ruangan ini, Sheila?" tanya Adara pura-pura bodoh dan tak paham.

"Aku ... aku tadi mengantarkan laporan keuangan, ya laporan," ucap Sheila dengan gugup.

"Sejak kapan kamu yang mengantarkan langsung laporan ini?" tanya Adara lagi.

"Aku hanya membantu ...," jawab Sheila lagi.

Galang yang awalnya diam karena sangat terkejut, akhirnya bangun dari duduknya. Dia mendekati sang istri lalu memeluknya. Adara yang merasa jijik spontan mendorong. Hal itu membuat pria itu terkejut.

"Kenapa, Sayang? Aku kangen, kenapa kamu mendorong tubuhku?" tanya Galang.

Adara tersenyum dan menjawab, "Aku baru datang dari luar kota, Mas. Takut bau, belum mandi," jawab Adara.

"Aku kira kenapa?" tanya Galang.

Adara lalu menatap Sheila. Tampak dua kancing atas bajunya terbuka. Membuat Adara jijik. Dia mengepalkan tangannya menahan emosi.

"Sheila, kamu itu kalau kerja sebaiknya berpakaian rapi. Sangat tidak pantas kamu begitu. Seperti ja'lang saja," ujar Adara.

Sheila langsung melihat bajunya. Dia lalu memakaikan kancing tersebut. Wajahnya terlihat gugup dan takut.

"Maaf, tadi aku dari kamar mandi. Lupa mengancingkan lagi," jawab Sheila dengan gugup.

"Oh gitu. Lain kali jangan begitu. Seperti wanita penggoda saja kamu. Apa lagi tadi aku lihat kamu sangat dekat dengan Galang. Seperti Galang sedang memangku kamu. Aku harap kalian bisa jaga jarak. Jangan ada gosip nantinya."

Sheila memandangi Galang berharap pria itu membelanya. Namun, sepertinya Galang tak memiliki jawaban.

"Maaf, Adara. Aku tak mungkin mengkhianati kamu," balas Sheila.

"Aku harap juga begitu. Oh ya Galang, aku bawa nasi buat makan siang kita. Tapi maaf, Sheila, aku hanya beli dua. Tak ada untukmu."

"Tak apa Dara. Aku bisa makan di kantin. Kalau begitu aku pamit," ujar Sheila.

Sheila langsung berjalan meninggalkan ruangan. Tapi baru beberapa langkah, terdengar suara Adara yang sedikit menyindir.

"Aku bisa memaafkan semua kesalahanmu, Mas. Apa pun itu, tapi aku tak akan pernah memaafkan suatu pengkhianat!" seru Adara.

"Sayang, aku tak mungkin mengkhianati kamu. Aku sangat mencintaimu. Tak ada wanita mana pun yang membuat aku tertarik selain kamu," balas Galang.

Sheila yang mendengar ucapan Galang itu merasa sedikit cemburu. Dia tampak mengepalkan tangannya saat meninggalkan ruangan.

**

Hei ... Hei, mama datang dengan novel baru lagi. Mama mohon dukungannya dengan tap love dan like serta komentarnya setiap habis membaca. Jangan skip dan menumpuk bab ya! Terima kasih. Lope-lope sekebon jeruk 😍😍😍

Bab Dua

Adara meletakan makanan yang dibawanya ke atas meja. Jika menuruti emosi, ingin rasanya makanan ini di lempar ke wajah sang suami. Tapi, dia tak mau gegabah. Dia harus tahu apa saja yang suaminya lakukan. Dia harus mengembalikan semua miliknya dan juga semua yang dibeli sang suami yang menggunakan uangnya.

"Mas Galang, ayo makan. Pasti kamu lapar setelah tadi bekerja," ucap Adara dengan penuh penekanan.

"Iya, Sayang. Aku pria paling beruntung. Secapek apa pun, kamu tak lupa menyiapkan makan untukku," ujar Galang.

Adara menahan perutnya yang mual mendengar rayuan gombal suaminya. Jika kemarin dia akan melayang dan tersanjung mendengarnya, berbeda hari ini. Dia merasa ingin muntah.

Galang meraih piring yang berisi makanan dari tangan sang istri. Keduanya terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing. Galang memandangi Adara dengan tatapan heran. biasanya sang istri tak akan berhenti mengobrol mengenai perjalanannya ke luar kota, tapi saat ini dia lebih banyak diam.

"Apakah Adara tadi melihat kami sedang bercumbu?" tanya Galang dalam hatinya. Dia melirik istrinya secara diam-diam.

"Sayang, kenapa kamu diam aja?" tanya Galang.

"Aku capek, Mas." Adara menjawab seadanya saja.

"Sudah aku katakan, kamu itu di rumah aja. Semua bisnis ini biar aku yang tangani. Apa kamu tak percaya denganku?" tanya Galang.

"Tentu saja aku tak percaya denganmu, Mas. Apa lagi setelah aku mengetahui pengkhianat'mu!" Tapi itu dijawabnya dalam hati saja. Mana mungkin Adara mengatakan semua, pastilah sang suami tak akan mau mengakui.

"Aku tak mau membebani kamu dengan semua bisnis milikku! Satu perusahaan ini saja sudah cukup!" seru Adara.

"Aku tak pernah merasa terbebani. Justru senang karena bisa mengembangkan perusahaan. Aku merasa bangga karena bisa memberikan manfaat untukmu, Sayang," ucap Galang dengan suara lirih.

Adara menjawab ucapan suaminya hanya dengan tersenyum. Takut nanti dia keceplosan bicara.

Selama mereka makan, sudah berulang kali Galang melihat ke gawainya. Sepertinya banyak pesan masuk yang dia baca. Adara bisa menebak siapa orang yang mengirimi suaminya pesan. Pria itu terlihat sangat gelisah.

Adara yang melihat kegelisahan suaminya justru menjadi senang. Dalam hatinya berkata, tak akan aku biarkan kau tenang.

"Mas, siapa sih yang kirim pesan. Sepertinya kamu sangat gelisah?" tanya Adara pura-pura tak paham dan tak tahu siapa dalangnya.

"Hhmm ... Itu dari rekan bisnisku, Sayang." Galang menjawab dengan sedikit gugup.

"Kalau dari rekan bisnis, kenapa kamu hanya membacanya saja. Kenapa tak dibalas, Mas?" tanya Adara sambil tersenyum miris. Merasa dirinya selama ini bodoh. Setahun suaminya berselingkuh tapi dia tak mengetahui dan menyadari itu.

"Tak ada yang perlu dibalas. Dia hanya sekedar curhat."

Kembali Adara tersenyum. Jika kemarin-kemarin mungkin dia akan percaya dengan suaminya. Tapi tidak kali ini. Dia tak akan pernah percaya lagi dengan apa pun yang Galang katakan.

Setelah menghabiskan makanannya, Galang lalu berdiri. Dia berjalan ke meja kerjanya. Tampak pria itu mengetik sesuatu di gawainya. Adara bisa memastikan jika pesan masuk tadi yang sedang dibalas sang suami.

"Sayang, sampai jam berapa kamu di sini?" tanya Galang.

"Kenapa kamu tanyakan itu, Mas?" bukannya menjawab pertanyaan sang suami justru Adara balik bertanya.

"Aku hanya takut kamu kecapean. Bukankah kamu baru sampai dari luar kota," jawab Galang sambil tersenyum untuk menghilangkan kegugupannya.

"Bukankah di ruangan ini ada kamar? Aku bisa beristirahat nanti di sana," balas Adara.

Galang tampak terkejut mendengar ucapan istrinya. Dia memandangi wanita yang telah dia nikahi selama empat tahun itu dengan tersenyum.

"Kamar itu kotor. Aku belum minta dibersihkan. Sebaiknya kamu pulang saja, Dara. Kamu bisa beristirahat dengan leluasa kalau di rumah. Lebih nyaman," ujar Galang.

Dia tak mungkin membiarkan istrinya berisitirahat di kamar itu karena takut sang istri curiga jika melihatnya sangat berantakan dan jika dia tak salah, ada baju Sheila di dalamnya.

"Kamu mengusirku, Mas?" tanya Adara dengan wajah sedih. Dia yakin ada sesuatu yang disembunyikan suaminya di dalam sana sehingga pria itu takut dirinya masuk dan beristirahat di sana.

Adara membayangkan jika kamar itu telah digunakan suaminya dan Sheila untuk bercinta. Dia merasa jijik membayangkan itu. Tak sudi juga memakai kasur bekas wanita lain.

Akan tetapi dia ingin membuat suaminya itu senam jantung dulu. Dia akan masuk ke kamar walau akhirnya akan pulang juga.

Adara berdiri dan berjalan menuju kamar yang ada di balik lemari buku. Galang yang melihat itu langsung berdiri. Sepertinya dia ingin menghalangi langkah sang istri.

"Dara, kamu mau kemana?" tanya Galang dengan gugup.

"Mau tidur ...," jawab Dara dengan entengnya.

"Jangan, Sayang," balas Galang.

"Kenapa ...? Apa yang kamu sembunyikan di dalam sana, Mas. Kenapa kamu dari tadi tak mengizinkan aku masuk?" tanya Adara.

"Nggak ada yang aku sembunyikan, Sayang. Aku hanya tak mau kamu beristirahat di sana kotor. Aku minta seseorang membersihkan dulu. Kamu bisa kembali besok," jawab Galang.

"Tapi aku ingin istirahat sekarang," ucap Adara. Dia kembali berjalan menuju kamar tanpa pedulikan suaminya.

Saat dia masuk ke kamar itu, dia melihat seprei yang berantakan. Tanpa sengaja dia juga melihat kemeja wanita di atas meja samping tempat tidur. Saat dia ingin melangkah lagi, suaminya menahan tangan wanita itu.

"Sayang, kamu lihat sendiri, kamarnya masih berantakan. Aku kemarin capek banget, tidur di sana," ucap Galang.

Adara membalikan tubuhnya. Dia merasa mual dan jijik membayangkan siang kemarin suaminya bercinta di atas ranjang.

"Kalau begitu aku pulang saja. Besok aku datang lagi. Sepertinya aku akan sering menemani kamu, Mas. Aku ingin belajar memimpin perusahaan!' seru Adara.

"Memimpin perusahaan?" tanya Galang dengan raut wajah terkejut.

"Ya, aku juga ingin merasakan menjadi pemimpin!" seru Adara.

Adara melihat keterkejutan di wajah suaminya. Tapi pria itu tak mengeluarkan sepatah kata pun. Wanita itu tersenyum melihat wajah suaminya yang berubah.

"Aku pamit, Mas. Selamat bekerja," ucap Dara.

Adara langsung berjalan keluar dari ruangan tanpa menunggu suaminya mengecup pipi dan memeluknya seperti biasa. Suaminya juga tak berusaha mengejarnya.

Adara melihat Sheila yang cemberut di meja kerjanya. Dia lalu menghampiri temannya itu.

"Hei Sheila, kenapa kamu belum mengerjakan apa pun. Padahal ini sudah jam kerja bukan istirahat!" seru Adara.

Sheila yang sedang bermain dengan gawainya menjadi terkejut mendengar pertanyaan Adara. Dia tak menyadari kehadiran wanita itu.

"Apa tadi yang kamu tanyakan, Ra? Aku tadi kurang dengar," ucap Sheila.

"Ah lupakan saja. Aku hanya mengingatkan kamu dan seluruh karyawan jika mulai besok aku akan berada di sini setiap hari!" seru Adara dengan suara agak lantang biar semua mendengar.

"Kamu akan di sini setiap hari?" tanya Sheila dengan raut wajah terkejut.

,

Bab Tiga

"Kamu akan di sini setiap hari?" tanya Sheila dengan raut wajah terkejut.

"Kenapa ...?" Adara balik bertanya, bukannya menjawab pertanyaan Sheila.

"Apa kamu akan kerja di sini?" Lagi-lagi pertanyaan yang Sheila ajukan.

Adara tertawa mendengar pertanyaan Sheila. Pasti sahabatnya itu takut ketahuan dan tak bisa bebas lagi berselingkuh. Sebenarnya dia tak perlu turun tangan langsung, bisa melalui tangan orang lain untuk mengetahui apa yang suaminya lakukan dengan kekasih gelapnya itu.

Namun, Adara datang hanya untuk memeriksa keuangan dan kinerja perusahaan selama dipimpin suaminya. Diakui jika sejak Galang memimpin, perusahaan berkembang pesat. Tapi, dia tak pernah tahu apakah suaminya itu ada menyelewengkan uang kantor atau tidak. Inilah yang akan dia periksa.

"Aku kerja atau tidak, terserah diriku. Ini perusahaan'ku, mau aku apakan, tak ada yang bisa melarang atau marah."

Sheila tampak cemberut mendengar ucapan Adara. Dia dari dulu memang agak iri dengan sahabatnya itu. Adara memiliki semua yang wanita idamkan. Berasal dari keluarga baik-baik, kaya, cantik dan pintar. Seolah Tuhan menciptakan dia paling sempurna.

Sheila sebenarnya tak kalah cantik dari Adara. Buktinya dia bisa dapat suami seorang aktor tampan. Sayang suaminya tak memberinya uang yang banyak. Padahal dia seorang aktor ternama. Entah kemana uangnya disimpan.

Namun, Sheila berasal dari keluarga kurang mampu dan kedua orang tuanya telah berpisah sejak dia masih kecil. Sehingga melihat keluarga Adara yang Cemara, dia merasa sangat iri.

"Perusahaan ini milikku, Galang hanyalah karyawan. Hari ini juga aku bisa membuat dia gembel jika aku mau!" bisik Adara ke telinga Sheila. Dia masih menjaga nama baik suaminya sehingga tak mau merendahkan di depan karyawan lain.

Setelah mengatakan itu, Adara berjalan meninggalkan Sheila tanpa menunggu jawaban dari wanita itu. Dia ingin menghubungi pengacara dan melindungi semua aset miliknya.

Melihat Adara telah menghilang, Sheila langsung berdiri. Dia lalu berjalan menuju ruang kerja Galang. Tampak pria itu sedang bekerja. Dia lalu duduk di hadapan suami sahabatnya tersebut.

"Adara bilang dia akan setiap hari ke sini. Apa itu benar?" tanya Sheila.

"Kenapa kamu tanyakan itu, Sayang? Apa kamu takut kita tak bisa bercinta lagi? Kita masih bisa ke hotel, apartemen'mu atau villa," jawab Galang dengan tersenyum.

"Aku tak mau melihat kamu bermesraan dengan Adara. Aku cemburu," ujar Sheila.

Galang tersenyum dan meraih tangan Sheila. Dia mengecupnya dengan mesra.

"Jangan kuatir, Sayang. Adara bukanlah wanita romantis yang sering mengumbar kemesraan. Dia pasti tak akan memelukku di depanmu," ucap Galang mencoba menghibur kekasihnya itu.

Sheila lalu bangun dari duduknya dan berjalan mendekati Galang. Kemudian dia duduk dipangkuan pria itu.

Adara yang baru akan menjalankan mobilnya mendapat kabar dari sekretarisnya Galang yang telah bekerja sama dengannya melaporkan jika Sheila saat ini kembali masuk ke ruang kerja.

Adara mengurungkan niatnya dan kembali ke perusahaan. Dengan langkah pasti dia masuk ke lift dan menekan tombol lantai berapa tujuannya. Wanita itu tak sabar ingin mengerjai kedua orang tak tahu malu itu.

Sampai di lantai dimana ruang kerja suaminya berada, semua karyawan memandanginya saat dia berjalan. Adara tahu semua karena ada Sheila di dalam bersama Galang. Kesimpulannya jika seluruh karyawan telah mengetahui pengkhianatan sang suami.

Adara membuka pintu ruang kerja itu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Sheila yang berada dipangkuan Galang langsung turun dan bersembunyi di bawah meja. Dia yakin itu adalah Adara, karena siapa lagi yang berani masuk tanpa izin.

"Sayang, kenapa kembali?" tanya Galang dengan suara gugup.

"Aku lupa menanyakan apakah kamu makan malam di rumah atau lembur lagi?" tanya Adara.

"Makan di rumah saja. Sudah cukup lama aku dan kamu tak makan bareng," jawab Galang. Setahun belakangan ini dia selalu beralasan lembur karena telat pulang setelah berkencan dengan Sheila.

Adara melihat tangan tersembul dari sela kaki meja. Dia lalu berjalan mendekati dan pura-pura tak melihat, lalu menginjaknya.

"Aww ...," suara rintihan Sheila merasakan tangannya yang sakit karena diinjak. Setelah itu dia menutup mulutnya karena takut terdengar oleh Adara.

"Suara apa itu ...?" tanya Adara pura-pura tak tahu kalau itu suara Sheila.

"Suara apa, Sayang? Aku tak mendengarnya. Itu mungkin ilusi kamu saja karena kelelahan," jawab Galang.

"Oh, mungkin. Kalau begitu aku pulang dulu. Mau mempersiapkan makan malam spesial untuk suamiku," ujar Adara. Dia lalu memeluk suaminya agar Sheila cemburu.

Adara lalu menendang panel meja agar Sheila merasakan tendangan mautnya.

"Kuat juga ya, Mas, panelnya. Padahal aku ada niat menggantinya, tapi karena masih kuat, biar meja ini aja." Adara kembali menendang panel meja dengan keras, agar Sheila yang bersandar disana merasakan tendangannya.

Sheila terpaksa menutup mulutnya agar tak bersuara. Punggungnya yang bersandar di panel meja merasakan sakit atas tendangan dari Adara.

Galang yang melihat Adara menendang panel, ingin rasanya melarang tapi takut istrinya menjadi heran dan bertanya. Sedangkan Sheila meringis merasakan kesakitan.

"Aku pamit, Mas. Jangan lupa pulang segera. Aku tak mau jika aku telah masak, kamu lupa lagi acara makan malam kita," ucap Adara mengingatkan.

Adara lalu memeluk Galang. Sheila yang melihat itu mengepalkan tangannya menahan rasa cemburu.

"Hati-hati di jalan, Sayang," balas Galang.

Adara tersenyum membalas ucapan suaminya. Dia berjalan ke pintu keluar. Baru dia keluar dari ruangan, Sheila langsung keluar dari persembunyiannya juga. Dia langsung cemberut pada Galang.

"Istrimu itu sangat kurang ajar dan gila. Lihat tanganku jadi memerah begini diinjaknya!" seru Sheila dengan suara geram.

"Jangan keras-keras, Sayang. Nanti ada yang dengar," jawab Galang.

Adara yang masih berada di balik pintu mendengar ucapan Sheila jadi tertawa. Dia ingin mengerjai kedua orang itu lagi. Dengan cepat dia membuka pintu agar Sheila tak sempat bersembunyi.

Sheila yang mendengar pintu di buka kembali bermaksud bersembunyi di bawah meja lagi, tapi karena terburu-buru, kepalanya terbentur ujung meja. Merasakan sakit, dia tak sempat lagi bersembunyi.

"Hei, ternyata ada Sheila. Kenapa kamu menunduk? Seperti mau bersembunyi saja," ujar Adara.

"Aku ingin membersihkan bagian bawah meja," ucap Sheila gugup. Galang hanya terdiam, mungkin syok, karena Adara yang muncul tiba-tiba.

"Kamu memang cocok sekali memungut sampah yang terbuang!" seru Adara.

"Dara, kamu ngomong apa? Kamu samakan aku dengan petugas kebersihan!" seru Sheila.

"Mereka lebih mulia dari wanita murahan yang suka memungut barang bekas milik orang lain!" seru Adara.

"Siapa yang kamu katakan wanita murahan?" tanya Sheila tak terima.

"Mereka yang suka milik orang lain!"

"Sudahlah Sheila," ucap Galang menengahi. Takut keduanya bertengkar dan Sheila keceplosan mengatakan hubungan mereka.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu ada di sini. Tadi aku tak melihatmu. Dari mana kamu masuk?" tanya Adara.

Sheila dan Galang saling pandang mendengar pertanyaan Adara. Mungkin mereka sedang mencari alasan apa yang akan dikatakan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!