NovelToon NovelToon

Kesayangan

Bab 1 Gadis Itu

🍀

🍀

🍀

Tin

Tin

Tin

"Astaga apa dia bosan hidup. Bagaimana bisa dia mengganggu jalanku" Galih menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi di mobilnya.

"sial....!" makinya dengan sorot mata tajam ke arah depan.

Disaat tengah memaki baik ucapan maupun dalam hatinya Galih melihat pengendara motor yang terlihat berlari entah karena apa.

"ada apa sebenarnya...?" Galih bertanya pada dirinya sendiri. " apa mungkin kecelakaan?, oh tidak kenapa harus hari ini....!" ucapnya geram.

Tok tok tok

Seseorang mengetuk jendela mobilnya

Sial gangguan apa lagi ini.

Galih terus memaki dan dia tidak menghiraukan orang yang mengetuk jendela mobilnya.

Galih terus memandang fokus ke depan dimana jalan raya tampak penuh dengan berbagai jenis mobil yang terjebak macet karena sesuatu hal yang terjadi didepannya.

Dan sialnya Galih ikut terjebak bersama orang-orang tersebut.

"ma......., Galih sudah sampai. Dan Galih kangen mama" ucap Galih pelan.

Tok tok tok

"permisi tuan, bisa minta waktunya sebentar...?" suara dibalik jendela mobilnya terdengar kembali. Dan sepertinya kali ini orang yang lain. Tapi dengan maksud yang sama.

Galih yang malas karena mobilnya yang terus diketuk memilih menurunkan kaca jendela dan menatap orang yang mengganggunya.

"maaf tuan menganggu waktunya, saya hanya ingin memberikan Brosur ini mungkin kalau tuannya senggang bisa mampir" Gadis itu menyodorkan selembaran yang dibawanya.

Galih terpaku menatap kearah manik hitam yang tengah menatapnya, apalagi ditambah senyum manis dan rambut hitam lurus yang di ikat kuda sembarangan. Menambah kesan lain dimata Galih.

"terimakasih.." ucap Galih datar.

Galih jelas terkesima dengan paras cantik didepannya, bahkan cuaca siang ini tampak terik tapi anehnya makin menambah nilai plus untuk gadis ini.

Untuk beberapa saat Galih terdiam menikmati wajah cantik yang memerah karena terpaan sinar matahari dan polusi kendaran di jalan ini.

Namun entah kenapa Galih enggan untuk mengalihkan pandangannya. Bahkan dia melupakan sejenak kedongkolannya karena jalan yang macet.

"terimakasih kembali tuan, kalau ada waktu luang silahkan mampir" Gadis itu menundukkan badannya sebagai rasa terimakasih.

Gadis itu akan beranjak karena memang tujuannya hanya menyebar selembaran yang dibawanya. Dan sebelum dia benar-benar pergi Galih kembali memanggilnya.

"heiii ......" Galih memanggil membuat gadis itu berbalik setelah yakin kalau dia yang dipanggil.

"iya tuan...?" bertanya-tanya apa ada kesalahan yang dilakukannya disaat memberikan selembaran tadi.

"di depan ada masalah apa?" memilih bertanya hal apa yang terjadi yang membuat mobilnya tidak bisa bergerak barang sedikit pun.

Gadis itu menatap kearah yang ditunjuk " oh di depan sana ada kecelakaan tuan. Dan kebetulan korban masih ditangani di tempat. " Gadis itu menjelaskan dengan sabar.

"astaga......"Galih memijat pelipisnya. Seharusnya dia sudah ada dirumah sekarang. Tapi lihat dia bahkan masih ditempat sejak 30 menit yang lalu.

"tuan mau kemana?. Maaf sebelumnya kalau tuannya buru-buru bisa diantar teman saya pakai motor" Gadis itu niat membantu.

Seolah mendapat angin segar Galih menatap langsung gadis itu. Berharap kalau gadis itu tidak akan membatalkan ucapannya.

"apa boleh?" berharap bahkan dengan sorot matanya.

"silahkan" ucap gadis itu pasti. Kemudian menghampiri sahabat

nya yang sedang membantunya menyebarkan selembaran.

"Zaky....." memanggil sahabatnya.

"kenapa Cin"menjawab panggilan sahabatnya.

"minta tolong antar tuan itu. Kasian katanya ada acara penting tapi malah kejebak macet. Tadi aku nawarin diantar motor kamu. Boleh kan?" Gadis itu bertanya yang lebih tepatnya memaksa sahabatnya untuk menjawab iya.

Pria tampan bernama Zaky itu, tentu saja tidak bisa menolak permintaan sahabatnya ini. Apalagi disaat dia meminta dengan suara halus dan lembutnya. Membuat siapa saja langsung menganggukkan kepala.

"terimakasih..." Gadis itu tersenyum tulus dengan wajah memerahnya karena terpaan sinar mentari.

"langsung suruh ke motor aja Cin, biar lebih mudah" Zaky mengusulkan jalan amannya.

"oke" menjawab dengan membulatkan jarinya.

Gadis itu kembali berlari kearah mobil dimana pemilik mobil sudah keluar dari mobilnya dengan tangan menenteng tas kecil.

"langsung ke motor sana saja tuan. Teman saya sudah nunggu disana." jelas Gadis itu.

Mereka berjalan beriringan dengan gadis itu yang menunjukan jalan dimana sahabatnya menunggu.

disaat sudah sampai dimotor gadis itu meminta selembaran yang dipegang sahabatnya.

"sini selembaran nya biar aku aja yang bagikan. Sedikit lagi ini kan..." Gadis itu mengambil alih selembaran.

"ingat hubungi aku dan habis itu langsung pulang" Zaky memperingatkan sahabatnya.

"hmmm, kalau gitu aku lanjut lagi ya biar cepat selesai " gadis itu mengangguk dan langsung berlari sebelum Galih mengucapkan terimakasih.

Galih menghela nafasnya merasa belum sempat berterimakasih " ayo mas naik...." Zaky meminta orang itu menaiki motor bebeknya.

Galih naik dan memilih melupakan sejenak masalah Gadis itu. Toh dia bisa menitip ucapan terimakasihnya pada sahabatnya yang sekarang membantu nya.

Selang beberapa menit mereka sampai pada kawasan perumahan elit dan berhenti di depan gerbang yang menjulang tinggi.

Galih turun dan mengambil dompetnya didalam tas yang dibawanya " terimakasih" Galih berterimakasih dengan menyelipkan beberapa uang berwarna merah ke tangan Zaky.

"sekalian juga ucapkan terimakasih saya pada temanmu" sambung Galih.

Zaky menatap tangannya yang berisi uang yang diselipkan orang asing yang diantarnya ini. Melihat dimana mereka berhenti Zaky merasa wajar jika orang ini mengeluarkan uang dengan gampangnya.

Zaky menyodorkan kembali uang yang diterimanya" saya terima ucapan makasih nya mas tapi tidak perlu dan saya akan sampaikan ucapan mas tadi sama teman saya." ucap Zaky mengembalikan uang yang diterimanya.

Disaat Zaky akan men stater motornya dia menatap kembali orang yang diantarnya " oh ya mas, kalau mau mengucapkan terimakasih silahkan datang ke toko yang ada di selembaran tadi. Saya rasa itu jauh lebih baik" ucap Zaky lalu menghidupkan motornya dan menunduk sedikit sebagai ucapan permisi.

🍀

🍀

🍀

Part 2 Rutinitas

🍀

🍀

🍀

6 Bulan Kemudian

Tidak terasa waktu berjalan dengan cepatnya. Setelah kepulangannya ketanah air Galih mulai disibukkan dengn peran gandanya.

Peran sebagai seorang anak tunggal dan peran sebagai seorang arsitek muda dengan lulusan terbaik.

Iya cita-citanya sejak dulu tidak pernah berubah, Galih ingin membangun rumah impiannya dan pasangannya kelak dan tentunya hasil rancangan dia sendiri.

Tapi melihat kondisi sang ayah membuat Galih harus sedikit mengalah. Mengalah karena ada hal yang lebih penting yang harus dia kerjakan.

Perusahaan besar Pratama Group memerlukan pemimpin baru dan Galih sebagai anak tunggal harus siap menerima mandat itu.

Sesekali Galih masih mendesign beberapa proyek besar yang dikerjakan kantor. Seolah mendapat kepuasan tersendiri disaat dia melakukan apa yang memang disukainya.

Bahkan terkadang untuk menghilangkan rasa jenuhnya Galih mendesign berbagai hal meski tidak tuntas paling tidak dia sudah mengeluarkan apa yang ada di otaknya.

Sama seperti saat ini, setelah selesai memeriksa setumpuk berkas di meja kerjanya. Tampak Galih fokus dengan gambar dan pensil ditangannya. Galih memang lebih suka membuat sketsa nyata dengan tangannya dibanding dengan komputer, tab, laptop dengan bantuan bebapa aplikasinya.

Karena yang penting sekarang bukan hasilnya, melainkan idenya tertuang dan mengurangi rasa jenuh efek kerjaan kantor yang menumpuk.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu mengalihkan fokus Galih, membuatnya menatap kearah pintu dengan tajam. Padahal dia belum tau siapa yang mengetuk tapi sudah ingin marah saja.

"masuk..." akhirnya Galih memilih mengalah dan membiarkan orang yang mengetuk pintu untuk masuk.

"maaf pak saya mau mengantar berkas" sang sekertaris mengatakan maksudnya.

"astaga Novi apa tidak bisa membiarkan saya istirahat sejenak. Saya baru istirahat loe ini...!" Galih tidak suka keasikannya diganggu.

Kalau seandainya Novi karyawan baru, sudah jelas dia sudah menangis karena ucapan tajam bosnya ini.

Tapi karena Novi sudah terbilang sekertaris senior karena bekerja sudah sangat lama jadi Novi menanggapinya dengan kekehan kecil. Seolah mengatakan saya sudah biasa bahkan mendapatkan hal lebih buruk dari ini saja sudah sering.

Jadi kalau hanya kata-kata tajam, bukan hal serius menurutnya.

"anda bisa mengerjakan ini dirumah pak. Karena tidak terlalu mendesak tapi saya harap bisa selesai lebih cepat" jelas Novi santai.

"astaga Novi yang bosnya disini sebenarnya siapa?, kok jadi kamu yang ngatur saya. Dan satu lagi, ini bukan sekolah yang harus membawa pekerjaan kerumah dan saya tidak suka waktu istirahat saya diganggu.." jawab Galih tegas sambil memijat pelipisnya.

"baik pak" menjawab pendek seolah apa yang dikatakan bosnya barusan bukan apa-apa.

"kalau begitu saya permisi pak..." Novi memilih kembali kemeja kerjanya dari pada harus melihat wajah ditekuk bosnya ini.

"ah satu lagi pak,.." Galih melotot ke arah Novi seolah mengatakan kau bosan hidup hah.

"heheh......, bapak mau makan siang apa?" tanya Novi karena dia memang mengurus hal itu.

Toh jam istirahat sebentar lagi. jadi Novi memilih bertanya sekarang untuk menghemat tenaganya. jadi dia bisa langsung memesan pesanan bosnya disaat dia sudah sampai meja kerjanya.

"saya makan dengan Thomas, jadi tidak perlu memesan makanan" jawab Galih pasti.

"baik pak. Kalau tidak ada lagi saya permisi" ucap Novi menutup ucapannya. Membuat Galih mengibaskan tangannya seolah mengusir.

...****************...

Sementara dilain tempat Cinta bekerja dengan giat, bahkan dia harus mengerjakan semua pekerjaan ditoko kue itu seorang diri.

Toko kue milik istri dari pamannya dimana Cinta tinggal sekarang. Cinta tidak pernah mengeluh langsung pada bibinya karena dia menganggap pekerjaan ini dia lakukan sebagai balas jasa. semenjak kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan Cinta terpaksa ikut pamannya. Karena memang pamannya lah keluar yang tersisa.

Bahkan disaat sang paman menikah sekalipun Cinta tetap ikut dengannya. Termasuk juga keputusan pamannya menetap dikota, Cinta terpaksa harus ikut karena memang tidak ada tujuan lain.

Kirana Cinta Lestari, biasa di panggil Cinta karena memang semua orang terdekat memanggilnya begitu.

Cinta masih kuliah menjelang semester akhir di sebuah universitas ternama. Beruntungnya Cinta kuliah karena beasiswa yang didapatnya.

Karena itu Cinta memutuskan untuk tetap tinggal dirumah pamannya. Karena dia memang harus fokus dengan kuliahnya.

Walau setiap harinya membantu di Toko setidaknya Cinta bisa menyempatkan untuk belajar. Dan beruntungnya lagi jurusan yang dia ambil berkaitan erat dengan Toko milik bibi yang sekarang dijaganya.

Semenjak awal kuliah sikap Bibinya mulai berubah. Mulai dingin, ketus, bahkan mewajibkan Cinta untuk menjaga toko kuenya.

Dengan alasan dia belum mampu membayar orang untuk menjaga katanya. Padahal toko kue ini terbilang toko besar dengan pendapatan yang lumayan. Jadi untuk membayar 1 atau 2 orang rasanya tidak akan masalah.

disaat pulang dari toko Cinta membersihkan diri dan setelahnya mulai memasak.

Karena jurusan yang diambilnya Tata boga tentu saja membuat Cinta tidak keberatan sama sekali. Walau terkadang disaat lelah Cinta ingin menyerah tapi mengingat dia hanya punya paman dan bibinya saja yang membuatnya menyurutkan niatnya.

"selesai ..." ucap Cinta pelan setelah menyiapkan makanan dan menatanya dengan rapi diatas meja. Jadi paman dan bibinya nanti bisa langsung makan setelah pulang.

Cinta memilih masuk kedalam kamar. Merebahkan badannya sejenak.

"ahh...., nyamannya Tuhan" Cinta mulai berucap lirih.

Malam hari suasana meja makan mulai hening disaat semua yang duduk memulai makannya.

"gimana kuliahnya lancar..?" Paman Bayu bertanya pada keponakannya setelah menyelesaikan makan malamnya.

"lancar paman" Cinta menjawab pasti. Karena memang tidak ada masalah pada kuliahnya.

"ini.." menyodorkan uang ke arah Cinta dan Bibinya melihat semua yang mereka lakukan dalam diam.

Cinta menatap seolah bertanya, soalnya bertanya asal uang ini. Karena menurutnya ini belum waktunya pamannya memberikan uang hasil kontrakan rumah mendiang orangtuanya di kampung.

Paman memang memutuskan mengontrakkan rumah mendiang kakaknya dari pada harus menjualnya. Karena menurutnya uang hasil kontrak rumah itu lumayan untuk menambah uang jajan dan keperluan keponakannya.

"yang ngontrak bayar lebih awal. Karena mau memperpanjang kontraknya" jelas Paman Bayu.

"terimakasih paman" Cinta mengucapkan dengan tulus. Karena jujur kalau bukan karena pamannya mungkin dia lebih memilih tinggal sendiri, entah itu meng kos atau tinggal di asrama.

Cinta merasa tidak nyaman dengan semua sikap dan perlakuan bibinya di belakang pamannya. Namun lagi-lagi Cinta memilih diam karena alasan pamannya.

Cinta tidak mau pamannya cemas dan terlebih lagi dia tidak mau paman dan bibinya bertengkar karena dia.

Sama seperti sekarang bibi Hanum terlihat tidak suka dengan interaksinya dengan sang paman.

Bahkan disaat bibi hanum memaksanya untuk menjaga toko kuenya dengan alasan kekurangan dana untuk memperkerjakan orang, Cinta memilih mengiyakan dengan segera.

Dari pada berdebat Cinta lebih memilih mengiyakan. Toh dia juga tidak terlalu dirugikan. Terkadang dia mempraktekkan apa yang didapatnya dibangku kuliah di dapur toko.

Membuat aneka jenis kue baru dengan resep ciptaannya, tidak jarang juga Cinta kena teguran bibi hanum karena membuat stok persedian toko berkurang karena eksperimennya.

Bibi Hanum berdiri dari duduknya sebelum menghabiskan makannya merasa jengah dengan sikap suaminya yang terlalu perhatian pada keponakannya.

"mau kemana?, makan mu belum habis..!" paman Bayu bertanya merasa tidak suka dengan kebiasaan sang istri yang sering kali tidak menghabiskan makanannya.

Kalau memang tidak suka dia bisa mengambil makanan bertahap bukan?. Tapi bibi Hanum selalu mengambil makanan bersamaan dan membuatnya menumpuk diatas piringnya. Tapi pasti selalu bersisa.

Mubazir

"aku kenyang..." jawab bibi Hanum seraya beranjak pergi ke kamarnya. Toh yang selalu beberes meja makan selalu Cinta, entah itu disaat akan mulai makan atau setelah selesai makan.

"hah, bibi mu itu...." Cinta menanggapi dengan tersenyum keluhan pamannya. Toh memang hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang.

☘️

☘️

☘️

Part 3 Berisik

🍀

🍀

🍀

"Cinta....." terdengar seseorang memanggilnya. Gadis seumurannya berlari menghampirinya.

"astaga, hati-hati jangan lari. Nanti kalau jatuh gimana?" Cinta memarahi sahabatnya.

"heheh....., sorry" ucap Gea dengan manisnya.

"iya, ada apa emang, kok sampai lari begitu....?" Cinta bertanya pada sahabatnya.

Iya Gea adalah salah satu sahabat baiknya selain Luna. Mereka berteman semenjak awal masuk kuliah karena jurusan yang mereka ambil sama. Bahkan ketiganya lebih terlihat seperti saudara karena selalu bersama dan saling mengerti.

Meski mereka dari kalangan berbeda, mereka tetap tidak perduli. Mereka tetap seolah menunjukan arti persahabatan yang sesungguhnya.

Mereka selalu menghabiskan waktu didaerah kampus. Karena kalau untuk menghabiskan waktu diluar kampus akan sangat sulit.

Mengingat Cinta yang akan menghabiskan waktunya untuk menjaga Toko kue milik paman dan bibinya.

Terkadang disaat ada tugas yang perlu dikerjakan dan mereka ingin menghabiskan waktu bersama, Gea dan Luna ikut menghabiskan waktunya di Toko yang dijaga Cinta.

Walaupun mereka hanya duduk saja, bukan tidak ingin membantu tapi Cinta berfikir itu tidak perlu, selain karena kedua sahabatnya asing dengan pekerjaannya juga Cinta tidak ingin merepotkan sahabat-sahabatnya.

"hehehhe, pengen aja. Bete tau mana Luna enggak ada juga" Gea berucap manja.

Gea terbiasa bersikap manja pada kedua sahabatnya karena memang sudah sifatnya begitu.

Apalagi mengingat dia anak perempuan bungsu dari keluarga terpandang. Dengan semua saudara maupun sepupunya laki-laki semua.

Keluarganya memang memperlakukannya seperti tuan putri. jadi wajar saja sifat itu terbawa sampai ke ranah persahabatan mereka. Dan lebih untungnya Cinta dan Luna tidak merasa keberatan.

"woy......." suara seseorang kembali terdengar.

"lah itu anak baru nongol. Kemana aja lo?" Gea bertanya setelah salah satu sahabatnya ya itu Luna berteriak dan menghampirinya dengan berlari seolah takut ditinggalkan.

"biasalah......,.masalah cowok!" Luna terlihat kesal setelah menjawab karena tidak suka membahas cowok lagi.

"kenapa lagi? Sampai enggak ngampus!" Kali ini Cinta yang bertanya. Karena dari mereka bertiga yang paling sering ganti pasangan ya cuma Luna.

Alasannya sederhana, Aku hanya menyeleksi ribuan orang untuk menemukan satu yaitu cinta sejatiku. Ucap Luna yakin setiap ditanya kenapa sering ganti pasangan.

Bahkan jarak waktu bergantinya ban mobil seseorang lebih lama dari pada hubungannya.

Tapi hebatnya Luna selalu merasa galau setiap putus, walaupun galaunya cuma 1 hari pasca putus doang.

"putus lagi?!" bersamaan Gea dan Cinta bertanya." dan jangan bilang kamu enggak masuk kelas gara-gara galau karna putus cinta!" Cinta menyambung ucapannya.

"udahlah jangan dibahas. Aku males. Gimana kalau kita makan kue yang super lembut dengan ditemani capucino yang creamy di tempat sahabat kita ini" ucap Luna menatap Cinta sambil memainkan alisnya sekaligus mengalihkan topik pembahasan yang menurutnya tidak penting itu.

"kalau mau buang stres jangan ditempat kerja orang dong!." Gea menepuk bahu Luna lumayan keras dengan dibarengi tatapan tajamnya.

Cinta tertawa dengan semua kelakuan kedua sahabatnya, karena sikap mereka berubah tergantung sikap masing-masing dari mereka.

Disaat Luna berulah, Gea tiba-tiba berubah dewasa begitu juga sebaliknya.

Mereka bersikap tergantung kebutuhan dari masing-masing orangnya.

" aku enggak ke toko hari ini" Cinta berucap sambil berjalan dan di ikuti oleh kedua sahabatnya.

"kenapa?, bibi kamu sudah insaf..?" Gea bertanya dengan polosnya.

Cletak

Gea menjerit pelan setelah menerima sentilan dari Luna. " apaan sih sakit tau..." Gea menatap tajam Luna.

"kamu tu ya, ngomongnya sembarangan" Luna menjawab dengan kesal. Luna tidak mau Cinta merasa tidak nyaman meski yang dia ucapkan memang benar.

Bibinya Cinta memang kejam. Dia bahkan tidak memikirkan perasaan Cinta sama sekali. Bibinya seolah sengaja memperlakukan Cinta dengan buruk agar Cinta pergi, mungkin.

Bahkan disaat melihat Cinta terlihat sangat lelah dan lemah, Luna dan Gea terang-terangan memintanya untuk meninggalkan rumah.

Kembali lagi, hati Cinta terlalu lembut dan alasannya selalu pamannya. Dia tidak ingin pamannya merasa sedih kalau tau hubungannya dengan sang bibi tidak baik. Karena memang selama ini bibi Hanum selalu bersikap biasa saja didepan suaminya.

Bibi Hanum menunjukan ketidaksukaannya pada keponakan suaminya itu, tapi tidak lebih dari pandangan sinis nya saja.

"hehehehe, bukan gitu. Lagian paman ada dirumah membantu bibi. Jadi aku libur deh..." Cinta menjelaskan.

"aku harap paman mu tetap dirumah..." harap Gea. Dengan begitu dia bisa pergi jalan-jalan dengan formasi lengkap.

" kalau gitu, kita ke mall aja, gimana?" Luna memberi usul. Toh jarang-jarang mereka bisa jalan bersama. Jadi moment ini harus dirayakan.

"tadi galau....., sekarang semangat banget..."Gea mencibir sahabatnya. mood Luna berubah sepersekian menit. Dan ini wajar tapi Gea dan Cinta selalu merasa aneh.

"jangan ke mall deh, mending kerumah paman dan bibi aku aja...." Kali ini Gea mengusulkan. Kalau jalan ke mall dan lainnya kayanya sudah lumrah tapi kalau kerumah pamannya adalah hal baru kan.

"ihhh.....paman sama bibi mu kayak bibi Hanum enggak?" Luna bertanya tanpa filter. Dan Cinta hanya menanggapi dengan senyuman.

Toh memang benar adanya.

Dan juga kedua sahabatnya memang sudah tau sikap buruk bibinya, apalagi kalau sudah di toko. Karena itu Cinta sama sekali tidak tersinggung.

"kalian bisa nilai sendiri nanti, pokoknya kita cuci mata, oke....."Gea semakin bersemangat untuk membawa kedua sahabatnya kerumah utama.

Luna dan Cinta memilih menurut, toh mereka juga sedang santai. Apalagi Luna yang tengah galau katanya.

Mereka menunggu dengan sabar sampai mobil hitam berhenti tepat disamping mereka. Dan mereka menaikinya tanpa canggung karena sudah tau itu mobil khusus yang mengantar jemput Gea sahabat mereka.

Sepanjang jalan mereka terus bercanda seolah tidak ada beban bahkan untuk Luna yang tengah galau.

Seolah tidak berbekas, Luna berbaur dengan santai. Bahkan kebanyakan lelucon keluar darinya.

Mobil berhenti di sebuah rumah super mewah, bahkan dari gerbangnya saja terlihat pemilik rumah tidak ingin terganggu oleh hal apapun dari luar.

Cinta dan Luna hanya bisa ber-wah ria, disaat melihat kondisi rumah setelah gerbang dibuka. Cinta dan Luna seolah bertanya bersama bagaimana bisa ada rumah sebagus dan seluas ini. Bahkan kalau dilihat mungkin halamannya saja sudah ber hektar-hektar. Dan tentu saja berapa uang yang mereka habiskan hanya untuk mengurus rumput dan tanamannya.

Ditengah keterkejutannya Gea keluar lebih dulu dari mobil yang berhenti tepat didepan pintu masuk rumah super mewah ini.

"ayo...." Gea meminta kedua sahabatnya untuk keluar juga dari mobil.

"wah gila sih, pantas mobilnya nyaman banget, orang rumahnya aja sekeren ini. Ah bukan hanya keren tapi super keren.." Luna mengeluarkan pendapatnya membuat Gea tertawa terbahak-bahak. Melihat kepolosan kedua sahabatnya.

Luna memang cenderung ceplas ceplos sedang Cinta lebih mampu mengendalikan raut wajahnya, meski terlihat juga kalau dia terkejut.

"ini rumah paman sama bibi aku, ayo masuk...." Gea masuk kerumah dengan diikuti kedua sahabatnya.

"ma...pa......" Gea mulai memanggil pemilik rumah.

"berisik....., mama sama papa di belakang.." seseorang menjawab panggilan Gea. Membuat Gea menatap ke sumber suara.

🍀

🍀

🍀

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!