NovelToon NovelToon

MENYESAL

Bab 1 Penyesalan Rinda

Sudah dua jam Rinda menanti kedatangan Danis, pria yang sudah dua tahun ini menjadi kekasihnya. Sudah dua jam juga, Rinda tidak bisa menghubungi pria yang biasanya selalu menjawab panggilan telepon darinya. Karena Danis selalu ada untuknya.

"Kamu ingkar lagi," ucap Rinda sambil memperhatikan layar smartphone miliknya. Berharap ada kabar dari Danis.

Meskipun harus kecewa untuk yang kesekian kalinya, Rinda masih akan menunggu kedatangan Danis. "Aku tunggu sampai lima belas menit lagi," ucap Rinda yang masih berharap Danis akan datang.

Lewat lima belas menit, mungkin Rinda akan berpikir ulang tentang hubungannya dengan Danis. Sejak dulu, Rinda tidak suka dengan orang yang ingkar janji. Sedangkan ini sudah yang kesekian kalinya Danis mengingkari janjinya. Sudah satu bulan ini Danis berubah. Tepatnya setelah Rinda mengenalkan kekasihnya itu dengan Dita.

Malam ini seharusnya Rinda lewati dengan indah. Karena malam ini perayaan hari jadi Rinda dan Danis sebagai sepasang kekasih. Malam ini, Danis berjanji untuk makan malam bersama Rinda di cafe langganan mereka. Cafe yang menjadi saksi pertama kali Rinda dan Danis bertemu.

Dua tahun yang Rinda lewati bersama Danis mungkin akan terbuang sia-sia. Rinda harus siap melepaskan. Bukan hanya karena malam ini Danis tidak menepati janji. Sejak Danis berubah, Rinda sudah memikirkan kelanjutan hubungannya dengan pria itu. Terus atau putus, tergantung sikap dan penjelasan Danis malam ini.

Satu pesan masuk dari Delia, sahabat Rinda di kantor. [Aku melihat Danis]. Belum sempat Rinda membalas dengan bertanya, 'di mana?' Sahabat Rinda itu sudah lebih dulu mengirimkan foto Danis dengan seorang wanita yang sangat Rida kenal.

"Dita?" gumam Rinda.

Harusnya Rinda tidak perlu terkejut melihat Dita yang bersama Danis saat ini. Sejak sahabatnya itu kembali dari luar negeri, bukan hanya sikap Danis yang berubah. Tapi, beberapa kali Rinda melihat Danis menjemput Dita, disaat Rinda sedang membutuhkan bantuan pria itu.

Tidak ada lagi Danis yang menelponnya sebelum tidur. Tidak ada lagi Danis yang menemaninya lembur di kantor. Tidak ada lagi Danis yang memberikan kejutan dengan tiba-tiba datang ke kantor, sambil membawakan makanan untuk Rinda dan rekan kerjanya yang lembur. Tidak ada lagi Danis yang selalu ada disetiap Rinda membutuhkannya. Karena setiap kali Rinda butuh Danis, pria itu selalu bersama Dita.

Menyesal. Rinda menyesal mengenalkan Danis dan Dita. Rinda tidak menyangka dia orang terdekatnya akan mengkhianati dirinya seperti ini. Saat itu yang Rinda pikirkan, sahabat dan kekasihnya harus saling mengenal dan akur. Bukan hanya akur, mereka justru menusuk Rinda dari belakang, dengan diam-diam menjalin hubungan di belakang Rinda.

Kepala Rinda menggeleng kuat. Dia tidak ingin mempercayai foto yang Delia kirimkan. Tapi Delia tidak mungkin berbohong. Foto itu nyata adanya. Danis dan Dita saat ini berada di restoran mahal tempat Delia dan keluarganya mengadakan pertemuan dengan keluarga calon suami Delia.

"Maaf, boleh ikut duduk?"

Rinda mendongak untuk melihat pria yang baru saja bertanya padanya. Lalu Rinda mengedarkan pandangannya. Malam ini Cafe terisi penuh karena weekend. Yang tersisa hanya kursi yang ada dihadapannya.

Akhirnya Rinda menjawab, "Silakan."

Rinda tidak keberatan pria itu duduk dihadapannya. Rinda akan segera pergi. Danis dipastikan tidak akan datang. Untuk apa Rinda masih berada di tempat ini.

"Saya juga sudah mau pergi," ucap Rinda lagi.

"Tunggu!" Pria itu menahan Rinda yang akan bangkit dari duduknya.

Rinda kembali melihat pria dihadapannya. "Ada apa?" tanyanya.

"Saya Keenan. Ini kali pertama Saya ke Bandung lagi. Kalau -."

"Rinda." Rinda menyambung ucapan Keenan dengan menyebutkan namanya.

"Kalau Teh Rinda tidak keberatan, Saya butuh teman ngobrol."

"Panggil Rinda saja," sahut Rinda agar Keenan memanggil nama saja, tanpa perlu embel-embel kakak didepannya sebagai sikap sopan santun pria itu.

Rinda memperhatikan pria dihadapannya ini, sebelum dia menjawab bersedia. Rinda harus tahu dulu orang seperti apa yang bicara dengannya saat ini, yang butuh teman ngobrol. Dia pria baik-baik, atau penipu. Sikap sopan yang Keenan tunjukkan belum membuat Rinda yakin.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Rinda bertanya karena merasa tidak asing dengan wajah Keenan, setelah dia perhatikan.

"Mungkin," jawab Keenan tidak yakin.

"Jadi ini kali pertama Anda ke Bandung?" Rinda bertanya untuk memastikan lagi apa yang Keenan katakan sebelumnya.

"Dulu sering. Terakhir kalinya Saya ke Bandung, kira-kira sepuluh tahun yang lalu." Jawab Keenan.

"Sudah lama sekali ya," ucap Keenan lagi.

"Ada pekerjaan di Bandung atau yang lain?" Rinda kembali bertanya.

Setelah Rinda pikir, tidak ada salahnya mengobrol sesat dengan Keenan. Pria berwajah Indo itu, setidaknya bisa membuat Rinda sedikit menghilangkan kecewanya malam ini. Meskipun hatinya tetap saja menyesal, telah mengenalkan Danis dan Dita.

"Saya sebenarnya butuh orang yang bisa memandu Saya menunjukkan jalan-jalan di kota Bandung. Kalau kamu tidak keberatan, -."

"Kenapa Anda tidak mencari tour guide saja?" Sahut Rinda memotong ucapan Keenan.

"Itu kalau ingin wisata. Saya datang untuk mencari alamat kenalan keluarga Saya."

Jawaban Keenan cukup jelas. Sekarang Rinda paham alasan Keenan meminta bantuan darinya. Tidak ada salahnya Rinda membantu Keenan, meskipun pria itu sebenarnya bisa menggunakan google map untuk mengantarnya ke alamat yang dia tuju.

"Kamu menginap di mana?" Tanya Rinda penasaran.

Keenan menunjuk hotel mewah yang ada di seberang cafe. "Malam ini Saya menginap di sana."

Dugaan Rinda tidak salah. Dari penampilannya, Keenan bukan orang biasa. Hanya orang-orang yang punya dan berlebih yang memilih menginap di hotel mewah. "Tidak terlalu buruk." Rinda bergumam dalam hati. Tidak terlalu buruk dia mengenal Keenan, meskipun dia tetap harus hati-hati.

"Sebelum pulang, bagaimana kalau Saya antar kamu jalan-jalan melihat kota Bandung di malam hari," ucap Rinda memberikan tawaran pada Keenan.

Dengan senang hati Keenan menerima tawaran dari Rinda. Menggunakan kendaraan roda empat milik Rinda, mereka menyusuri jalan di sekitaran cafe dan hotel tempat Keenan menginap. Sudah terlalu malam kalau mereka ingin mengelilingi pusat kota. Rinda punya jam malam yang diatur ayah Riza. Sebagai anak yang berbakti, dia harus taat aturan. Karena Rinda harus memberikan contoh yang baik untuk Ardian.

"Besok pagi Saya jemput kamu di sini." ucap Rinda, sebelum Keenan turun dari mobilnya.

"Terima kasih Rin," balas Keenan setelah mengangguk.

Rinda tidak membalas ucapan terima kasih Keenan. Matanya tertuju pada dua orang yang sangat dia kenal masuk ke dalam hotel tempat Keenan menginap.

"Kamu kenal mereka?" Keenan bertanya setelah memperhatikan arah pandang Rinda.

Rinda menggeleng. Dia tidak mungkin menceritakan rasa sakitnya saat ini pada orang yang baru saja dia kenal.

"Saya turun dulu," ucap Keenan.

Rinda mengangguk. Dia melambaikan tangan pada Keenan sebelum meninggalkan hotel. Rinda boleh mengingkari mengenal Danis dan Dita. Tapi rasa sakit hatinya tidak dapat dia abaikan begitu saja.

Rinda tiba di kediaman orang tuanya. Sebelum masuk ke dalam rumah, Rinda melihat ke seberang jalan. Dita tinggal di rumah yang berada tepat di seberang rumahnya. Karena bertetangga, mereka berdua berteman baik sejak kecil, lalu menjadi sahabat.

Mengingat lamanya pertemanannya dengan Dita, Rinda tidak percaya sahabatnya itu akan mengkhianatinya seperti ini. Namun malam ini dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat dua manusia laknat itu masuk ke dalam hotel. Untuk apa, jika bukan menginap.

"Rin." Panggilan dari bunda Nara mengejutkan Rinda yang masuk ke dalam rumah sambil melamun. Rinda punya kunci sendiri, sehingga tidak perlu merepotkan orang rumah membukakan pintu untuknya.

"Bagimana makan malamnya?" tanya bunda Nara penasaran.

"Bunda, Rinda mau tidur."

Bunda Nara terdiam melihat sikap putrinya yang hilang setelah menaiki anak tangga. Tidak antusias seperti biasanya. Bunda Nara yakin, makan malam Rinda dan Danis malam ini gagal lagi.

Rinda langsung masuk ke kamarnya. Tanpa membersihkan diri dan berganti pakaian. Rinda membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata. Bukan fisiknya yang lelah, tapi hatinya. Dikhianati oleh dua orang yang sangat dekat dengannya.

Rinda tidak yakin, Danis tega melakukan ini padanya. Meskipun dia sudah merasakan Danis berubah setelah Rinda mengenalkan pria itu dengan Dita. Melihat mereka bersama, Rinda merasa sakit sendiri. Terluka tapi tak berdarah.

Tidak masalah jika Danis ingin mengakhiri hubungan mereka. Mungkin Danis bosan. Mungkin Danis tidak lagi mencintainya. Tapi, mengapa harus memilih Dita sebagai penggantinya?

Lelah memikirkan kisah percintaannya, Rinda akhirnya pergi ke alam mimpi. Sementara di hotel, dua insan tanpa ikatan sedang memadu kasih. Tidak ada rasa bersalah pada diri mereka, apalagi menyesal, jika saat ini ada hati yang terluka.

Bab 2 Mengabaikan

Pagi-pagi sekali Rinda sudah bersiap menjemput Keenan di hotel, seperti janjinya kemarin malam. Rinda turun ke meja makan hanya untuk menyapa keluarganya dan minum susu hangat yang selalu disiapkan bunda Nara setiap pagi, untuknya dan Ardian.

"Mau kemana?" Pertanyaan itu keluar dari mulut bunda Nara.

Ibu dari Rinda itu menatap heran pada putrinya yang sudah mengenakan outfit untuk pergi. "Tidak biasanya," ucap bunda Nara lagi.

Ini hari libur. Putrinya itu biasanya hanya bersantai di rumah, menemani Ardian bermain game atau membantu asisten rumah tangga membersihkan rumah. Keluar rumah pun, kalau Danis datang lalu mengajak Rinda dan Ardian pergi bermain ke tempat permainan.

"Ada teman dari luar kota yang minta tolong diantar ke alamat kenalan orang tuanya," jawab Rinda.

"Mami Nda mau ke mana?" Ardian yang datang bersama pengasuhnya ikut bertanya. Ini hari libur, maminya tidak mungkin pergi tanpa mengajaknya.

Rinda mensejajarkan tubuhnya dengan Ardian. "Sayang, Mami ada keperluan diluar. Ardi main sama mbak dan nini saja hari ini. Nanti Mami belikan cheese cake kesukaan si gantengnya Mami. Boleh?"

Ardian anak yang baik, tentu saja dia mengizinkan maminya pergi. Apalagi sudah diiming-imingi akan dibelikan cheese cake kesukaannya.

Setelah mendapatkan izin dari putra kesayangannya, dan juga izin dari kedua orang tuanya. Maka, disinilah Rinda berada. Di parkiran hotel tempat Keenan menginap. Menunggu pria itu turun dari kamarnya.

Dari jauh Rinda sudah melihat Keenan yang berjalan kearahnya. Pagi ini pria itu terlihat lebih tampan. "Jangan mudah tergoda dengan pria kaya dan tampan, Rinda!" Rinda mengingatkan dirinya sendiri.

Melihat kelakuan Danis, Rinda jadi ilfil dengan pria tampan dan kaya. Tapi otaknya tidak bisa menolak permintaan Keenan untuk jadi penunjuk jalan. Aneh memang, Rinda bahkan tidak habis pikir. Mengapa dia mau membantu Keenan? Atau dia butuh pelarian agar tidak terus berada dalam penyesalan, telah mengenalkan Danis dan Dita.

Keenan mengetuk jendela mobil Rinda. "Turun," ucapnya. Setelah Rinda menurunkan jendela kaca tersebut.

"Kita pakai kendaraan Saya saja," ucap Keenan lagi.

Rinda mengangguk, lalu menutup kembali kaca mobilnya sebelum mematikan mesin mobil. Rinda keluar dari mobil dan mengikuti Keenan yang menuju mobil pria itu.

"Mobil ini." Rinda berujar dalam hati. Dia mengangumi mobil miliki Keenan. Tidak semua orang bisa memiliki mobil mewah itu. Rinda pun mempertanyakan siapa Keenan sebenarnya, mengapa Rinda merasa tidak asing dengan Keenan. Sayang, Rinda tidak berani menanyakan secara langsung pada Keenan.

"Kita cari sarapan dulu," ucap Keenan.

Suara Keenan menarik lamunan Rinda. Setelah sadar, Rinda menautkan alisnya. Keenan menginap di hotel mahal. Biasanya sudah satu paket dengan sarapan. "Mengapa mencari sarapan di luar?" Tanya Rinda dalam hati.

"Saya bosan dengan makan hotel," ucap Keenan, seolah bisa membaca pikiran Rinda.

"Oh," sahut Rinda. Sebenarnya dalam hatinya Ingin mengatakan Keenan sombong.

"Oh ya, kenalan keluarga kamu ada di daerah mana? Biar cari sarapan searah dengan tujuan." ucap Rinda lagi.

Keenan membuka chat dari ibunya, lalu menunjukkan alamat teman ibunya pada Rinda. Mata Rinda membulat membaca alamat yang dikirimkan ibu Keenan.

"Kenapa?" Keenan bertanya setelah melihat reaksi Rinda begitu membaca pesan dari ibunya.

"Apa alamatnya jauh dari sini?" Keenan kembali bertanya setelah Rinda menjawab, "Tidak apa-apa."

"Tidak terlalu jauh," jawab Rinda.

Setelah itu Rinda mengarahkan kemana Keenan harus melajukan kendaraannya. Tidak perlu petunjuk arah, Rinda tentu sangat hapal dengan alamat yang menjadi tujuan Keenan.

"Kalau boleh tahu, ada keperluan apa kamu mengunjungi teman mama kamu itu?" Rinda bertanya karena penasaran.

"Ada yang ingin Saya bicarakan dengan mereka. Saya juga ingin meminta tolong kamu, untuk pura-pura jadi teman dekat Saya."

Rinda menoleh dan melihat wajah Keenan yang serius menatap jalanan. "Teman dekat?" Ulang Rinda permintaan Keenan.

Bagaimana bisa jadi teman dekat. Mereka belum dua puluh empat jam kenal. Rinda tidak tahu apa-apa tentang Keenan. Lagi pula Rinda tidak mungkin mengakui itu pada teman baik mama Keenan itu. Karena teman mama Keenan tahu, Rinda punya hubungan dengan Danis.

"Mama saya bilang, sejak kecil Saya sudah dijodohkan dengan putri keluarga itu." Keenan menjelaskan, setelah mendengar Rinda mengulang permintaannya.

Rinda terkejut mendengar penjelasan Keenan. Itu berarti Keenan dijodohkan dengan Dita. Karena satu-satunya putri keluarga yang Keenan maksudkan adalah Dita. Karena sahabatnya itu anak satu-satunya.

"Kamu menolak perjodohan itu?" Tanya Rinda menyelidik. Keenan mengangguk menjawab pertanyaan Rinda.

"Kenapa?" Rinda kembali bertanya.

"Ini bukan zaman Siti Nurbaya," jawab Keenan.

"Kenapa tidak mencoba mengenalnya terlebih dulu, sebelum menolak?" Rinda tahu, saran yang dia berikan ini hanya membuang waktu. Jelas-jelas gadis yang dijodohkan dengan Keenan itu bukan gadis baik-baik.

"Saya pernah melihat fotonya. Tidak ada yang membuat Saya tertarik padanya." Jawab Keenan. "Apalagi setelah tahu dia gadis murahan," sambung Keenan dalam hati.

Rinda tertegun dan bertanya dalam hati, "Bukankah tadi malam Keenan melihat Dita dan Danis?"

Hening, Keenan dan Rinda sama-sama tidak tahu harus memberikan pendapat apa lagi. "Saya lapar, " ucap Keenan mengalihkan pembahasan mereka.

Rinda mengarahkan Keenan ke tempat makan yang satu arah degan alamat tujuan mereka. Alamat yang berada tepat di hadapan kediaman orang tuanya.

Smartphone milik Rinda berbunyi. Satu pesan masuk, pesan yang dikirimkan oleh Dita. [Rin, tolong bilang ke mama kalau aku nginap di rumah kamu.]

Rinda hanya membacanya saja. Tidak ada niatan Rinda untuk membalasnya, apa lagi menyetujui permintaan Dita. Dia tahu mengapa mantan sahabatnya itu meminta bantuannya. Pasti mama Ana mencari putri semata wayangnya itu, karena tahu Keenan akan datang.

"Ada apa?" Keenan bertanya karena Rinda terlihat melamun.

"Bukan apa-apa," jawab Rinda.

"Kita makan di sana saja," Rinda menunjuk warung penjual nasi kuning langganannya.

"Sarapan nasi kuning," ucap Rinda lagi.

"Ok," jawab Keenan. Dia tidak keberatan diajak makan di pinggir jalan oleh Rinda. Keenan percaya pada Rinda, gadis itu tidak mungkin membuatnya celaka.

Rinda dan Keenan turun bersama. Untung saja warung pinggir jalan itu pagi ini sedikit lenggang, tidak seperti biasanya. Sehingga Rinda bisa segera memesan yang dia inginkan. Namun kehadiran Keenan tetap saja menjadi pusat perhatian.

"Neng Rinda sama siapa?" tanya ibu pedagang nasi kuning itu.

"Turis Bu," jawab Rinda bercanda.

Tapi ibu pedagang nasi kuning itu percaya, karena melihat wajah Keenan yang seperti orang asing. "Pantas saja tidak bersama den Ardi, karena bawa tamu." Ibu pedagang itu menanggapi jawaban Rinda.

"Ardi pacar kamu?" Keenan bertanya setelah mereka duduk. Dia mendengar ucapan ibu penjual nasi, dan jadi penasaran siapa nama pria yang ibu penjual nasi itu sebutkan.

Rinda menggeleng. "Ardi itu putra saya," jawab Rinda.

Salah satu yang membuat Rinda menerima Danis sebagai kekasihnya, karena pria itu bisa menerima keberadaan Ardi. Begitu juga sebaliknya, Ardi juga bisa menerima keberadaan Danis.

"Kamu sudah menikah?" Tanya Keenan yang terkejut dengan jawaban Rinda.

Rinda kembali menggeleng. "Belum," jawab Rinda santai.

"Kamu pasti berpikir yang tidak-tidak tentang Saya. Sudah punya anak, tapi belum pernah menikah." Rinda kembali bicara, menebak pikiran Keenan.

Setiap pria yang mencoba mendekatinya pasti mengira Rinda punya anak di luar nikah, termasuk Danis. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya mundur berlahan meninggalkan Rinda, karena tidak bisa menerima keberadaan Ardian dan status Rinda yang punya anak diluar nikah. Tanpa mereka tahu yang sebenarnya.

Belum sempat Keenan menjelaskan pendapatnya tentang Rinda, mami Ardian itu memeriksa smartphone miliknya yang berbunyi. Rinda kembali menerima pesan dari Dita. [Rin, kamu di mana?]

Seperti sebelumnya, Rinda mengabaikan pesan tersebut. Jika biasanya Rinda selalu jadi penyelamat untuk Dita, kali ini Rinda tidak akan melakukannya lagi. Apalagi dia tahu, Dita memintanya berbohong karena sedang bersama Danis.

Rinda menarik nafas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya dengan berlahan. Dia mencoba menghilangkan sesak yang tiba-tiba menerpanya, karena mengingat bagaimana Danis dan Dita bergandengan tangan dengan mesranya masuk ke hotel.

"Kamu baik-baik saja, Rin?" tanya Keenan yang memperhatikan apa yang Rinda lakukan.

Baru saja Rinda akan menjawab pertanyaan Keenan, ibu penjual nasi kuning menyela. "Punten, ibu mau mengantar nasi pesanan neng Rinda."

"Terima kasih Bu," ucap Rinda dan Keenan bersamaan.

"Sama-sama Den, Neng," balas ibu penjual nasi kuning.

"Kamu baik-baik saja?" ulang Keenan pertanyaannya, setelah ibu penjual nasi kuning itu meninggalkan mereka.

"Saya baik-baik saja," jawab Rinda sambil menunjukkan senyum terbaiknya agar Keenan percaya.

Keenan tahu Rinda berbohong. Tapi dia tidak bisa memaksa Rinda untuk bicara lebih banyak kepadanya. Mereka baru kenal, tidak salah jika Rinda memilih menyimpan masalahnya sendiri.

Bab 3 Tidak Menyangka

Danis menatap Dita yang masih berada dalam pelukannya. Tubuh mereka masih sama-sama polos setelah olahraga malam. Olahraga yang mampu membuat Danis terbang tinggi. Sesuatu yang belum pernah Danis rasakan. Selama ini hubungannya dengan Rinda sangat sehat.

Mengingat Rinda, Danis harus segera menghubungi kekasihnya itu dan meminta maaf. Dengan hati-hati, Danis menjauhkan tangan Dita yang memeluk tubuhnya dengan sangat posesif.

"Aku tidak melarang kamu tetap berhubungan dengan Rinda. Tapi, tubuh ini milikku." Danis mengingat ucapan terakhir Dita sebelum gadis itu terlelap.

Danis tidak menyangka hubungannya bisa sejauh ini dengan sahabat kekasihnya. Sejak awal Rinda mengenalkan mereka, Dita sudah memberitahu ingin mengenalnya lebih dekat. Diawali dengan Dita menyapanya setiap pagi lewat video call. Membuat Danis jadi lupa untuk menghubungi Rinda seperti yang biasa dia lakukan.

Pembicaraannya dengan Dita, dirasa Danis lebih seru. Apa lagi Danis disuguhi pemandangan indah. Dita masih mengenakan pakaian tidur yang tipis, selama vidio call berlangsung. Pria mana yang tidak tergoda melihatnya. Hingga puncaknya tadi malam, Danis tidak bisa menahan diri. Apa yang seharusnya tidak dia lakukan, akhirnya terjadi.

Danis mencari smartphone miliknya, tapi dia tidak menemukan benda pipih itu. Danis lupa jika benda penting itu di sita Dita. Karena Dita tidak ingin Danis terganggu dengan pesan dan panggilan yang menghubungi kekasih sahabatnya itu, terutama panggilan dan pesan yang dikirim Rinda. Karena Dita tahu, Danis akan menemui Rinda. Dan seperti biasa, setiap Danis akan bertemu sahabatnya sejak kanak-kanak itu, Dita selalu menggagalkan rencana Danis.

Danis terkejut begitu ada suara panggilan masuk. Bukan dari smartphone miliknya, melainkan smartphone milik Dita. Tertera nama mama di layar benda pipih itu. Danis ingin membangunkan Dita, tapi suara itu sudah berhenti dengan sendirinya. Tidak berselang lama satu pesan masuk. Danis segera melihat notifikasi yang masuk dan mencuri membacanya.

Alis Danis terangkat membaca pesan yang dikirimkan oleh kontak yang diberi label mama itu. [Dita kamu dimana? Cepat pulang! Calon suami kamu akan datang pagi ini.]

"Calon suami?" Danis mengulang kalimat yang menarik perhatiannya itu. Lalu apa maksud Dita menggodanya? Hubungan mereka sudah sampai sejauh ini. Meski Danis akui dia yang salah. Tergoda dengan sahabat kekasihnya sendiri.

Danis kembali teringat dengan Rinda. Terbesit penyesalan dalam hatinya karena menduakan kekasih hatinya itu. Setelahnya, Danis tersenyum senang. Dita akan menikah, Itu berarti, dia akan terbebas dari Dita. Dan Danis bisa kembali bersama Rinda seperti sebelumnya.

Smartphone milik Dita kembali bersuara. Danis mendekatkan benda pipih itu ke telinga Dita. Seperti yang Danis inginkan, Dita terjaga dari tidurnya.

"Berisik Danis!" Seru Dita tidak suka.

"Itu panggilan dari mama kamu. Mungkin ingin tahu kamu menginap di mana," jawab Danis.

"Mama?" Dita bertanya untuk memastikan.

"Iya, telepon dari mama kamu."

Mendengar penjelasan Danis, Dita segera meraih smartphone miliknya. Gadis itu duduk dan bersandar di sandaran tempat tidur. Danis meneguk ludah dengan kasar. Dita tidak menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Seolah sengaja menggoda Danis untuk mengulang permainan mereka.

"Aku harus segera pulang," ucap Dita setelah bicara dengan mama Ana.

Danis mengangguk. Dia sudah membaca pesan tersebut. "Bersihkan dulu tubuhmu," ucap Danis.

"Berdua," balas Dita manja.

Sebagai pria normal, Danis tidak mungkin menolak. "Tidak ada salahnya mereka mengulang untuk ketiga kalinya. Setelah ini, mereka tidak akan berhubungan lagi." Danis bicara dengan dirinya sendiri.

Dan hal yang seharusnya tidak terjadi, kembali terulang. Sampai mereka lupa kalau Dita harus segera pulang. Itu karena Danis merasakan hal yang berbeda dari sebelumnya, bermain di kamar mandi.

"Sepertinya kita akan terlambat sampai di rumahku. Aku hubungi Rinda dulu," ucap Dita setelah selesai mandi.

"Untuk apa?" tanya Danis. Dia tidak ingin Rinda sampai tahu, mereka menginap di hotel.

"Aku butuh bantuan dia," jawab Dita.

Dita tidak menjelaskan pertolongan apa yang dia minta pada Rinda. Hanya saja gadis itu terlihat kesal karena Rinda tidak membalas pesan yang dia kirimkan.

"Menyebalkan." Dita menggerutu.

"Kenapa?" tanya Danis penasaran.

"Rinda tidak membalas pesanku, padahal sudah dibaca."

"Mungkin belum sempat membalas," ujar Danis membela kekasih hatinya itu.

"Sesibuk apapun dia, tidak pernah mengabaikan pesan dariku," sahut Dita.

Mendengar jawaban Dita, Danis kembali merasa bersalah. Akhir-akhir ini dia sering mengabaikan pesan Rinda. Meskipun setelah itu dia meminta maaf.

"Antarkan aku pulang," ucap Dita.

Tiba di parkiran, Danis melihat mobil yang biasa dikendarai Rinda sehari-hari. Pikiran Danis jadi tidak tenang, hatinya bertanya-tanya, "Untuk apa Rinda berada di hotel bintang lima sepagi ini?"

***

Rinda meminta Keenan menghentikan laju kendaraannya tepat di depan kediaman keluarga Heru. "Ini rumah yang alamatnya tertulis di chat yang dikirim mama kamu," ucap Rinda.

Keenan memperhatikan kediaman yang Rinda tunjukkan. "Kamu tidak salah alamat, kan?" Keenan bertanya karena Rinda tidak membaca petunjuk.

"Saya mengenal mereka," jawab Rinda.

"Kamu kenal mereka?" Keenan mengulang jawaban Rinda.

"Itu berarti kemarin malam, -."

Rinda melanjutkan perkataan Keenan. "Kemarin malam Saya berbohong. Saya mengatakan tidak mengenal dua orang yang masuk ke hotel sambil bergandengan tangan itu. Maaf, Saya tidak tahu kalau Dita adalah gadis yang dijodohkan dengan kamu."

"Tidak apa-apa," balas Keenan.

"Dia sahabat saya sejak kecil," ucap Rinda.

"Bagaimana dengan laki-laki yang bersama sahabat kamu itu? Apa mereka sepasang kekasih?" Tanya Keenan menyelidik. Jika benar, dia bisa memiliki alasan menolak perjodohan yang dilakukan mamanya.

"Saya tidak tahu hubungan mereka seperti apa. Dengan melihat mereka kemarin malam, kamu pasti bisa menebak."

"Bukankah kamu kenal laki-laki itu?" Tanya Keenan lagi.

"Bukan berarti Saya tahu hubungan mereka, kan?" jawab Rinda yang tidak ingin memberitahu hubungannya dengan Danis, pada Keenan.

"Kamu bisa pergi menemui mereka sekarang," ucap Rinda lagi.

Keenan mengangguk, dia setuju dengan saran yang baru saja Rinda ucapkan. Semakin cepat dia menemui keluarga Heru, semakin cepat dia menyelesaikan masalah. Sejak awal tujuan Keenan datang ke keluarga Heru untuk membatalkan pertunangannya dengan Rinda.

Keenan tidak berbohong tentang dia yang tidak tertarik dengan Rinda. Hanya saja bukan karena dia melihat foto, seperti yang dia katakan pada Rinda. Melainkan sejak pertama kali mereka bertemu, Keenan tidak bisa menjatuhkan hatinya pada Dita. Ditambah kejadian kemarin malam, membuat Keenan semakin yakin dengan keputusannya.

"Saya menunggu kamu di sana," ucap Rinda lagi setelah ikut turun dari kendaraan milik Keenan. Dia menunjuk kediaman orang tuanya.

"Kenapa tidak ikut masuk?" Tanya Keenan. Tidak mungkin dia meninggalkan Rinda di luar seorang diri.

"Itu rumah orang tua saya," jawab Rinda, menunjuk kediaman ayah Riza. Keenan terkejut. Dia tidak menyangka Rinda dan Dita adalah tetangga.

"Aku masuk dulu," ucap Keenan pada akhirnya. Dia tidak bisa melibatkan Rinda seperti rencana sebelumnya, meminta gadis itu mengaku sebagai teman dekatnya.

"Mami!"

Keenan mengurungkan niatnya masuk ke kediaman Heru. Dia melihat kearah anak laki-laki yang memanggil ibunya.

"Kesayangan mami dari mana?" balas Rinda sambil mencium pucuk kepala Ardian.

Keenan tersenyum, ternyata Rinda yang dipanggil mami oleh anak laki-laki itu. Dia kembali mendekati Rinda yang sekarang sudah bersama Ardian dan pengasuhnya.

"Habis main dari taman Neng," pengasuh Adrian yang menjawab.

"Jagoan mami main apa?" Tanya Rinda lagi.

"Main semuanya," jawab Ardian.

Ardian bicara dengan Rinda, tapi matanya memperhatikan Keenan. Dia penasaran dengan pria yang mendekati mereka. Lalu dia menoleh pada Rinda.

"Ini om Keenan," ucap Rinda yang mengerti maksud Ardian.

"Ardi ya," sapa Keenan, sambil mengulurkan tangannya. Sebelumnya dia berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan Ardian.

Rinda cukup terkejut dengan tindakan Keenan. Pria itu tahu cara berbicara dengan anak-anak. Bahkan Danis saja harus diingatkan terlebih dahulu.

"Om tahu nama Ardi dari mami?" tanya Ardian.

Keenan terpaksa berbohong dengan menganggukkan kepalanya. Dia takut salah jika memberitahu Ardian yang sebenarnya, kalau dia tahu nama Ardian dari ibu penjual nasi kuning.

"Kalau begitu Om bisa jadi teman Ardi dan mami, seperti om Danis."

Keenan mendongakkan kepalanya untuk melihat Rinda. Tapi gadis itu justru memalingkan wajahnya. Sehingga Keenan mengurungkan niatnya untuk bertanya, siapa Danis?

"Keen, papa Heru dan mama Ana pasti sudah menunggu kamu," ucap Rinda agar Keenan segera masuk ke kediaman keluarga Heru.

Bukan tanpa sebab, Rinda tidak ingin tiba-tiba Danis dan Dita datang, lalu melihat mereka saling kenal. Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri, dengan pasangan mereka masing-masing.

Keenan pamit pada Ardian dan Rinda sebelum masuk ke kediaman keluarga Heru. Sedangkan Rinda segera membawa Ardian pulang. Ditangannya sudah ada cheese cake kesukaan putranya. Untung saja Rinda ingat dengan janjinya, lalu meminta Keenan mengantarnya ke toko kue langganannya.

"Lihat ini, Mami sudah bawa cheese cake kesukaan Ardi," ucap Rinda sambil menunjukkan cheese cake yang dia bawa.

"Hore!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!