NovelToon NovelToon

Transmigrasi Master Beladiri Ke Dalam Novel Sad Ending

Bab 1

Di sebuah ruang latihan beladiri luas dan banyak perlengkapannya yang tersusun rapi, seorang murid sedang duduk di sudut ruangan yang sepi sambil menyeka air matanya, ia ikut menangis karena membaca sebuah novel sedih sambil memeluk tasnya ikut merasakan kesedihan alur cerita novel tersebut.

Seorang pelatih beladiri masuk ke dalam ruangan tersebut, namanya adalah Glarissa. seorang master bela diri yang sudah memiliki banyak penghargaan pertandingan bela diri baik nasional maupun internasional sehingga mendapatkan gelar Master beladiri di usia mudanya. Yaitu 22 tahun.

Ruang latihan itu sendiri adalah miliknya yang ia bangun dari uang kemenangannya dan berhasil mendidik banyak murid yang berkualitas dalam segi ilmu beladirinya.

Ia berjalan mendekati murid tersebut, bahkan saat ia melangkah, muridnya sama sekali tidak menyadari jika ia mendekat saking pelannya ia berjalan.

"Anisa! Ngapain masih di sini? Nggak pulang?" tanya Glarissa kepada anak didiknya itu.

"Eh Master? Kok tiba-tiba nongol aja?" Anisa balik bertanya sambil melihat kekiri dan kanan melihat tidak ada lagi yang tinggal di ruang latihan tersebut.

"Kamu ngapain masih di sini? Kenapa belum pulang? Ini sudah hampir larut malam lho?" tanya Glarissa lagi.

"Ah maaf Master, saya sedang menunggu jemputan," jawab Anisa sedikit gugup mengahadapi Master yang terkenal disiplin dan tegas itu.

"Siapa yang jemput? Kakak kamu? Abang kamu? Orang tua kamu? Atau pacar kamu?" tanya Glarissa secara mendetail.

"Abang saya Master," jawab Anisa sambil menunduk kepalanya.

"Baguslah kalau begitu. Ingat Anisa, jangan pacaran, kamu masih kecil dan emosional mu masih labil, tunggu kamu besar dan sudah memahami perasaan mu sendiri baru kamu boleh punya kekasih. Ilmu beladiri yang kamu pelajari itu untuk menghajar pria brengsek, pria hidung belang, pria mata keranjang, pria mesum, pria kurang ajar, pria tak tahu diri dan pria jahat. Kamu paham kan?" Ucap Glarissa tersenyum.

Anisa mengangguk mantap. "Iya Master. Oh ya Master, aku ada novel seru nih. Nama pemeran utamanya sama dengan nama Master, mungkin Master mau baca." Anisa menyodorkan buku novel tersebut kepada Glarissa. "Ah Master, aku titip buku ku dulu ya, aku mau ke toilet sebentar, kalau Abang ku datang, suruh tunggu ya Master." Anisa buru-buru lari ke toilet.

Glarissa yang penasaran dengan isi novel yang katanya 'seru' itu pun di bukanya. Ia membaca sebagian dari kisah yang di barusan saja di baca Anisa tadi.

Wajah Glarissa langsung berubah. "Ck! Novel macam apa ini? Jelek sekali. Di tindas malah diam saja. Benar-benar novel yang membosankan!" ucapnya ketus karena ia sangat tidak menyukai sesuatu hal yang menyedihkan. Ia tak berniat untuk melanjutkan membacanya.

Saat ia ingin menutup buku novel tersebut, tiba-tiba saja tangannya lengket di buku novel tersebut.

"Apa yang terjadi?" tanyanya bingung. Seketika ia di sedot masuk ke dalam buku itu dan buku itu pun terjatuh ke lantai dalam keadaan tertutup.

Setelah buang air, Anisa kembali ke ruangan tersebut dan tidak melihat keberadaan Masternya lagi, hanya ada buku yang tergeletak di lantai.

"Eh, Master sudah pergi?" tanya Anisa bingung yang tidak melihat keberadaan Masternya.

Ia memungut buku tersebut, belum sempat memasukkan bukunya ke dalam tas, terdengar suara Abangnya dari luar.

"Anisa! Anisa! Cepat! Aku buru-buru nih!" teriak Abangnya dari luar ruangan. Anisa berlari keluar ruangan dan melihat Abangnya sedang bertengger di atas motor.

Anisa mendekat dan naik di belakang. "Mau kemana emangnya Bang?"

"Biasalah, mau ketemu sama pacar ku," jawab Abang sambil tersenyum.

"Bang, kata Master, aku berlebih ilmu bela diri untuk menghajar pria kurang ajar. Nah Abang jangan kurang ajar sama pacar Abang, kalo enggak ku hajar Abang," ucap Anisa mengingatkan.

"Alah, kamu itu masih kecil, sok nasehatin pula! Memangnya kamu tau apa anak kecil!" gerutu abangnya sambil mencibir.

Buk!!

"Bang? Abanggggggggggg!" teriak Anisa menggoyangkan tubuh abangnya yang pingsan setelah ia pukul tadi.

...************...

Brukkkkk!

Tubuhnya jatuh dari tangga setelah di dorong oleh seorang pelakor dari tangga lantai dua membuat kepalanya menghantam lantai dengan kuat dan mendapatkan luka di keningnya.

"Ha ha ha ha! Rasain kamu Glarissa! Mau rebutan suami dengan ku? Kamu tidak pantas!" ucap wanita itu tersenyum licik melihat Glarissa yang terjatuh.

Wanita itu pun pergi dari ruangan tersebut tanpa mempedulikan Glarissa yang sudah terluka.

Perlahan-lahan matanya terbuka, ia merasa pusing dan memegang kepalanya karena rasa sakitnya seperti di tusuk, ada terasa seperti basah di kepalanya, dan saat ia memegang ternyata darah.

"Di mana aku?" tanyanya sambil melihat sekeliling di tempat asing tersebut, saat ia melihat ke arah tangannya, ke bajunya, ia sangat terkejut karena ia tidak lagi memakai baju silatnya lagi, tapi baju daster yang ada bagian bolong di samping.

"Aaaaaaaaaaaaa! Tidak! Kenapa aku memakai baju daster! Aku adalah seorang master bela diri! Lantas kenapa aku jadi wanita tak terurus!" pekiknya panik dan kebingungan.

Seketika kepalanya terasa sakit, ada seperti kepingan-kepingan ingatan yang ada di kepalanya.

Sebuah ingatan jika ia adalah istri sah Seorang pebisnis kaya dan suaminya malah selingkuh dengan perempuan lain. Dan pelakor itu sekarang sudah menjadi istri kedua suaminya dan tragisnya mereka tinggal satu atap.

Seluruh harta sang suami di kuasai oleh pelakor, bahkan ia sebagai istri sah tidak mendapatkan apa-apa. Ia sangat ingin bercerai dengan suaminya, tapi Suaminya bersikeras tidak menceraikannya karena apa bila ia menceraikan istri pertamanya, maka warisan dari ayahnya akan di tarik kembali.

Sementara Glarissa sendiri tidak mampu melawan kehendak Suaminya. Pernikahan mereka karena adanya perjodohan dari kedua keluarga tanpa ada rasa cinta, kalau ia meminta cerai maka orang tuanya akan memarahinya.

Karena mereka dari keluarga biasa, jadi kedua orangtuanya mengharap harta dari mertuanya untuk hidup mewah. Mereka tidak peduli dengan keadaan Glarissa yang menderita.

Akhirnya ia hidup dalam kesengsaraan. Ia juga kerap kali di perlakukan kasar oleh istri kedua suaminya itu, bahkan pelakor itu tidak segan-segan memukulnya seperti yang di alaminya saat ini.

Jika di pikir-pikir lagi, ia ingat jika kejadian yang ia alami sekarang sama persis seperti kejadian yang menimpa seseorang, tapi di mana ingatan itu?

Setelah berpikir keras, ia pun ingat jika kejadian yang alami sekarang yaitu kejadian yang ada di buku novel milik anak didiknya yang ia baca tadi. Akhir kisah tragis yang di alami oleh istri sah, yaitu meninggal di tangan pelakor.

"Ya ampun! Jangan-jangan aku melintas waktu ke dalam novel? Ini tidak benar! Tidakkkkkkkkkkkk!" teriaknya hingga bergema di ruangan tersebut.

"Ck! Benar-benar menyebalkan, kenapa aku malah masuk ke dalam novel yang menyedihkan begini? Haruskah ku bunuh semua pemeran utama yang ada di dalam novel ini agar aku bisa kembali ke dunia nyata ku?" tanya sambil melihat ke langit-langit ruang mewah tersebut.

"Haishhh! Tapi aku tidak bisa membunuh sembarangan orang!" gumamnya sambil menarik nafas.

Glarissa terduduk sambil menangkan dirinya, ia harus mengambil langkah baru, bukan hanya untuk kebaikan pemeran utama novel ini, tapi juga untuk dirinya sendiri, ia harus memikirkan cara agar ia bisa kembali ke dunia nyata.

"Baiklah kalau begitu, karena aku sudah ada di novel ini, maka aku akan mengubah alur cerita menyedihkan ini menjadi happy ending," gumamnya sambil berdiri untuk memulai kehidupan barunya.

Bab 2

Glarissa kembali berdiri, dari ingatan pemeran utama novel ini, ia punya kamar tidak jauh dari dapur, kamar yang tidak terlalu luas, sederhana, tapi kosong melompong. Tidak seperti kamar istri kedua suaminya itu, mewah dan luas.

Tentu saja luas, karena tempat tinggal suaminya dan istri keduanya itu, sementara ia tinggal sendiri.

Glarissa masuk ke dalam kamar tersebut, meskipun kecil tapi lamar itu cukup rapi. Ia ingin menggantikan daster robeknya itu dengan baju yang layak di pakai.

Ia membuka lemari dan melihat beberapa pakaiannya, dari baju yang ada semua bajunya kusam. Sepertinya ia tidak pernah beli pakaian sehingga baju yang seadanya yang ia pakai.

"Ya ampun, dia ini benar-benar baik atau bodoh sih sehingga hidupnya menderita begini? Nafkah batin tidak di kasih nggak apa-apa, lah ini nafkah lahir pun tidak ia dapatkan, benar-benar tragis hidupnya," ucap Glarissa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum sinis melihat pakaian yang sudah bolong-bolong masih di simpannya.

Saking miskin duitnya, baju yang sudah bolong di jahit lagi, koyak di jahit lagi, entah berapa kali jahit dalam satu baju itu.

"Tidak bisa ini, aku harus pergi ke kamar istri muda pria brengsek itu untuk mengambil baju," ucap Glarissa tegas.

Ia keluar dari kamarnya dan menuju kamar di istri muda tersebut. Dengan mengangkat tangannya, ia memukul pintu kamar itu dengan kuat.

Duk! Duk! Duk!

"Buka pintu kamar sekarang juga!" teriak Glarissa dari balik pintu.

Istri muda yang bernama Eva itu menekuk alisnya mendengar kamarnya di gedor.

"Heh! Mau apa kamu gedor-gedor pintu kamar ku!" Balas Eva dari dalam kamar.

"Beri aku baju! Aku mau baju!" jawab Glarissa.

"Enak saja kau minta baju, pakai saja kamu yang lusuh itu," jawab Eva dari balik pintu sambil tertawa mengejek.

"Oke, kalau begitu jangan salahkan aku yang bersikap kejam," ucap Glarissa tersenyum licik.

Ia mundur kebelakang beberapa langkah, dengan kuat ia menendang pintu kamar itu hingga jebol.

Brakkk!

Pintu itu tumbang ke lantai membuat Eva ternganga, matanya membulat tak percaya dengan apa yang di lakukan Glarissa.

Glarissa masuk kamar Eva, tanpa basa basi dan menunggu persetujuan dari Eva, ia membuka lemari Eva, di dalam lemari terdapat banyak baju-baju bermerk dan bagus-bagus.

"Hey! Apa yang kau lakukan! Jangan sentuh baju-baju ku!" teriak Eva menarik tangan Glarissa.

Glarissa tak peduli, ia mengeluarkan semua baju-baju yang ada di dalam lemari tersebut untuk ia bawa ke dalam kamarnya. Bukan hanya baju, ia melihat sepatu, sendal, heels dan tas-tas branded tersusun rapi di rak.

Mata Glarissa berbinar-binar melihat barang bagus. "Wah, ternyata kamu banyak barang bagus ya? Kalau begitu ku ambil semuanya."

"Glarissa! Jangan sentuh barang-barang ku! Aku akan melaporkan pada Afgan agar kau di marahi olehnya!" bentak Eva naik pitam sambil terus menarik-narik tangan Glarissa.

Eva sendiri juga bingung, kenapa sikap Glarissa seketika berubah menjadi orang kemaruk dan pemberian, bukannya selama ini di marahi sedikit saja langsung menangis dan mengurung diri berjam-jam di dalam kamar? Tapi sekarang kenapa berubah?

Karena Glarissa merasa terganggu, ia pun mengambil selimut, tanpa pikir panjang lagi, ia pun menggunakan selimut dan membungkus Eva dengan selimut tersebut, agar tidak lepas, Glarissa mengambil tali tas dan mengikat tubuh Eva agar tidak menggangu ia mengambil barang.

Akhirnya beres, Eva di ikat seperti kepompong yang meliuk-liuk tubuhnya seperti ulat.

"Lepaskan aku Glarissa! Sebentar lagi Mas Afgan pulang! Kalau tahu kau Melakukan ini pada ku, dia pasti akan menghajar mu seperti waktu itu!" teriak Eva dengan lantang sambil berusaha melepaskan diri.

Glarissa mengambil lakban, lalu mengelem mulut Eva agar tidak berisik

"Mmmm mmmm mmmm mmmm." omel Eva.

Saat itu juga, Glarissa menjarah seluruh barang milik Eva, bukan hanya baju dan barang branded, Glarissa juga mengambil kartu ATM-nya dan perhiasan.

"Ha ha ha ha, ku pikir aku datang ke dunia ini aku bakalan miskin, ternyata aku tetap kaya," gumam Glarissa tertawa puas. "Maafkan aku Tuhan karena menjadi penjahat, aku lakukan ini demi bisa bertahan hidup," ucapnya sambil memohon ampun.

"Mmmm mmmm mmmmm mmmm!" omel Eva lagi.

"Ngomong apa sih kamu? Berisik banget," kata Glarissa, ia pun tersenyum melihat kartu ATM milik Eva, isinya pasti banyak uang.

Glarissa menggondol barang-barang milik Eva, ia juga mengambil laptop dan ponselnya juga membawanya masuk ke dalam kamarnya. Ia tidak peduli dengan Eva yang masih terbungkus dengan selimut.

Akhirnya ia pun mendapat baju barang-barang untuk mengisi kekosongan kamarnya, meskipun bekas, setidaknya itu lebih baik dari pada pakai baju bolong.

"Sekarang si pelakor itu ku beri pelajaran, nanti giliran si suami gila itu ku beri pelajaran," ucapnya sambil memilih-milih baju yang akan ia pakai.

Ia mengambil ponsel Eva lalu melihat jumlah uang yang ada di saldonya. Ternyata ada 1 M.

"Gila! Istri kedua uangnya 1 M, istri pertama malah sepeser pun nggak ada," omelnya.

Glarissa membuat dompet digital baru untuk untuk memindahkan uang 1 M itu, agar tidak di bekukan oleh Afgan jika ketahuan ia mengambil uang milik Eva.

"He he he he, untung saja kepintaran ku, ku bawa ke dunia ini," ucapnya tersenyum. "Hidup di dunia novel ini tidak buruk juga. Mungkinkah aku harus mengubah seluruh alur cerita novel ini baru bisa kembali ke dunia nyata ku?"

Transfer berhasil, Glarissa meriset ponsel Eva kembali ke stelan pabrik dan akan menjadikan ponsel Eva miliknya, apa lagi ponsel Eva ponsel mahal dan baru beli.

Setelah beberapa saat kemudian, Afgan pulang ke rumah. Saat ia masuk ke dalam rumah yang terlihat sepi, biasanya jam segini Glarissa masih mengerjakan pekerjaan rumah.

"Sayang, Sayang!" panggil Afgan kepada Eva, karena hanya Eva istri kesayangannya.

Tidak ada sahutan, ia pun berjalan menuju ke dalam kamar.

"Lho? kenapa dengan pintu kamar ini?" tanyanya kaget melihat pintu yang jatuh ke lantai.

Saat ia masuk ke dalam kamar, lebih terkejut lagi melihat Eva yang di bungkus itu, Eva menangis melihat kedatangan Suaminya.

"Ya ampun Sayang, kenapa dengan mu?" tanya Afgan sambil membuka lakban di mulut Eva.

"hu hu hu, Sayang. Tolong sayang, Glarissa menggila, semua barang milik ku di curinya, dan aku di sekap di kamar," ucap Eva sambil terisak.

Bab 3

Afgan membantu membuka selimut yang membalut tubuh Eva, akhirnya Eva bisa bernafas juga.

Eva duduk di sisi ranjangnya memegang dadanya yang terasa sesak sambil terus mengatur nafas. Afgan melihat semua rak-rak dan lemari terbuat lebar, semua barang-barang Eva sudah tidak ada, hanya Tinggal yang jelek-jelek saja.

"Di mana dia?" tanya Afgan berdiri di depan Eva.

"Ke kamarnya."

"Sialan! Sepertinya dia minta di hajar!" ucap Afgan penuh amarah karena istri tercintanya di sakiti.

Afgan berjalan dengan langkah penuh amarah, ia melangkah menuju kamar Glarissa. Saat sampai di depan kamar Glarissa, pintu kamar Glarissa tertutup rapat.

Duk! Duk! Duk!

"Glarissa! Glarissa! Cepat buka pintunya! Berani sekali kau menyakiti Eva dan mencuri barang-barangnya! Kembalikan cepat barang-barangnya!" teriak Afgan dari balik pintu sambil menggedor-gedor pintu kamar Glarissa.

Glarissa mengorek-ngorek telinganya dengan ujung jari kelingkingnya sambil bergumam. "Berisik sekali sih!"

"Glarissa! Cepat buka pintunya!" Teriak Afgan lagi membuat emosinya bertambah kuat.

Glarissa pun mendekati pintu kamarnya lalu membukanya. Saat melihat Glarissa yang keluar dari pintu kamar tersebut, Afgan langsung mengayunkan tangannya ingin menampar wajah Glarissa.

Dengan cepat, Glarissa menangkap tangan Afgan. "Kamu ingat ngapain? Mau memukul ku? Emang kamu pantas?"

Afgan ingin menarik tangannya kembali, tapi pegangan Glarissa sangat kuat. Bahkan Glarissa menekuk tangan Afgan membuat terasa tangannya seperti akan patah.

Afgan meringis kesakitan. "Hei! Lepaskan! Sakit tahu!" teriak Afgan.

Glarissa mencibir. "Idih, gitu aja sakit, kamu itu laki-laki atau enggak sih? Masa tangan kamu dipegang aja sakit, bener-bener lemah!"

"Cepat lepaskan!" bentak Afgan.

"Oke aku lepaskan," ucap Glarissa mendorong kuat Afgan hingga ia terjerembab ke lantai.

Duakk!

"Ughhhh!" Afgan meringis kesakitan sambil memegang bokongnya yang terhempas ke lantai itu.

Eva terlihat panik dan langsung mendekati Afgan. "Sayang kamu tidak apa-apa kan?" tanya Eva khawatir takut jika Afgan terluka.

Eva membantu Afgan berdiri. Dengan wajah merah padam Afgan menunjukkan Larissa dengan jari telunjuknya.

"Kamu... Kamu berani sekarang ya! Bahkan berani melawanku!" Mata Afgan membulat. "Kenapa kamu sekat Eva lalu mencuri barang-barangnya?! Kembalikan barang-barangnya itu dan minta maaf pada Eva!"

"Aku minta maaf sama pelakor? Jangan mimpi! Kalau kau tidak ingin aku mengganggu istri tercinta mu ini, kau harus memberi sesuatu yang lebih dari apa yang kau beri kepada pelakor ini!" pinta Glarissa.

"Memangnya kamu siapa yang harus kuberi ini dan itu? Tinggal di rumah ini saja Kau harusnya bersyukur. Kalau tidak ada keluargaku, orang tuamu nggak bakal hidup mewah sampai sekarang!" ucap Afgan ketus

"Halah banyak bacot mu! Bagaimana kalau aku minta cerai dengan mu, lalu aku akan mengadu pada Papa mu, jika kau menelantarkan ku, Melakukan KDRT dan membiarkan pelakor tinggal di rumah ini. Aku ingin melihat, apakah Papa mu akan memihak ku atau kamu? Aku ingin melihat semua semua fasilitas mu akan di tarik kembali," ucap Glarissa tersenyum sinis sambil membayangkan Afgan di marahi Papanya. Membayangkan saja membuat Glarissa bersemangat.

Afgan membelalakkan matanya melihat ke arah Glarissa. "Kalau kamu berani mengadu pada Papa ku, selesailah hidup mu!" ancam Afgan dengan nada tinggi.

Kalau bukan karena perjodohan oleh orang tuanya karena ingin membalas budi kakek Afgan kepada keluarga Glarissa, ia tidak sudi menikah dengan Glarissa.

Glarissa terkekeh. "Ck! Kau mengancam ku? Ha ha ha ha, suami ku tercinta, kau percaya nggak jika sekarang aku berani ke rumah orang tua mu sekarang?" tantang Glarissa.

"Kamu berani?" balas Afgan.

"Kalau begitu beri apa yang aku mau. Karena hidup mu ada di genggaman ku sekarang." Glarissa mengangkat tangannya dan menggenggam tangannya seolah-olah yang ia genggam adalah hidup Afgan, membuat Afgan menjadi ngeri.

"Oke! Oke! Aku akan beri apa yang kamu mau, tapi kembalikan dulu barang-barang milik Eva!" ucap lnya sedikit melemah.

"Kembalikan?" Glarissa kembali tertawa. "Heh! Apa pun barang milik dia... maka akan menjadi milikku, apa yang dia punya maka akan menjadi punya ku," jawab Glarissa enteng tanpa beban.

"Sebenarnya kau mau apa sih! Hah!" ucap Afgan merasa pusing dengan permintaan Glarissa. "

"Kamu nggak tuli kan, ikuti semua kemauan ku kalau kau ingin hidup mu dan hidup pelakor ini tenang." Glarissa tersenyum sambil menaikkan turunkan alisnya.

"Begini saja, kalau kau tidak mau kembalikan barang milik Eva tidak masalah, tapi kembalikan kartu ATM Eva ," pinta Afgan sambil mengulurkan tangannya ke arah Glarissa.

Glarissa masuk ke dalam kamarnya, ia mengambil kartu ATM itu lalu melemparnya ke lantai. Ia melempar kartu yang kosong itu karena semua saldonya sudah ia pindahkan ke dompet digital miliknya.

Eva secepatnya mengambil kartu tersebut dan menyimpan di sakunya. "Glarissa! Kembalikan juga ponsel dan laptop ku!" pinta Eva.

"Tidak mau! Ponsel dan laptop mu itu akan menjadi milik ku," tolak Glarissa ketus.

Afgan melihat ke arah Eva dengan kasih sayang. "Sudahlah Sayang, ponsel kamu nanti aku akan beli yang baru, biarkan saja dia memakai yang bekas," ucap Afan sengaja memanasi Glarissa.

Glarissa tersenyum sinis. Sedikit pun Glarissa tidak iri, karena rencananya adalah, ia akan mengeruk seluruh harta Afgan lalu menceraikannya, Glarissa tidak akan membiarkan kedua pasangan itu hidup dengan damai, ia akan terus mengusik ketentraman mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!