NovelToon NovelToon

PENJAGA HATI SANG BIDADARI

Bab 1, Sayap Yang Tumbuh

Dengan hati yang berdebar, ia memaksakan dirinya untuk menelpon seseorang. Ia memaksakan jari - jemarinya untuk menekan tombol handphone hitam miliknya dan mencari sebuah nama yang sangat familiar dalam kepalanya. Selama dering telepon terus mengalun, hati dan perasaannya berkecamuk tak menentu arah. Mereka saling bertempur untuk menghapus rasa bersalah dalam diri anak muda yang berumur 17 tahun tersebut. Rasa bersalah karena mengkhianati nafas kejujuran dan kesetiaan yang tinggal di dalam hati sanubarinya. Hingga akhirnya terdengar suara lembut yang menyapanya, "Hai Shaka, apa kabar?".

Dengan mata terpejam Shaka berkata "Hai Sherly, aku... aku...." ucapan Shaka gugup terputus-putus.

"Aku kenapa, Shaka? Apa kamu mau minta bantuanku lagi?" ucap gadis itu.

"Kamu mau kemana, Shaka? Apa kamu lupa bahwa kita akan menghadapi ujian minggu depan? seloroh Sherly.

"Aku......, harus melakukan sesuatu, Sherly. ini permintaanku yang terakhir kalinya" kata Shaka.

"Setelah ini, aku tidak akan memintamu untuk melakukan ini lagi, Sherly" ujar Shaka.

Dengan sedikit tertawa, Sherly kemudian berkata " Baiklah, Shaka. Jangan lupa temui aku setelah urusanmu selesai".

Dengan helaan nafas, Shaka mengiyakan permintaan Sherly seraya berkata "terima kasih, Sherly".

"Okay..., good boy, see you" balas Sherly.

Shaka tidak akan bisa menolak permintaan Sherly, seorang teman kelasnya semenjak kelas 1 SMU. Sherly menjadi satu-satunya teman wanita Shaka yang selalu bisa diandalkan. Kapanpun Shaka mengalami kesulitan, Sherly akan selalu berusaha membantu Shaka dengan ketulusan yang dimilikinya.

Begitupun dengan Sherly, bila ia butuh saran tentang para cowok di sekolah yang naksir dengannya maka ia akan langsung menghubungi Shaka. Sherly tidak akan segan untuk menelpon dan meminta Shaka untuk datang ke rumahnya. Dia akan menceritakan tingkah laku konyol para cowok di sekolahnya yang berusaha mencari perhatian Sherly.

Sherly merupakan gadis yang cantik dan periang. Dengan kulit putih dan wajah ovalnya, Sherly menjadi salah satu top rating girl yang menjadi incaran murid laki-laki di sekolahnya, disalah satu sekolah yang ada di kota bunga, Malang. Ditambah dengan rambut panjang sepunggungnya, Sherly menjadi sosok perempuan yang cantik dan feminim.

Banyak dari teman-teman seangkatannya yang duduk dikelas 2 maupun kakak kelasnya yang berusaha menggoda Sherly. Bahkan banyak murid laki- laki yang berstatus sebagai kelas buaya sampai kelas kadal akan berusaha membuat Sherly jatuh ke pelukan mereka. Namun sayang, sampai saat ini belum ada yang masuk kriteria di hati Sherly. Sherly masih asyik sendiri menikmati hari-harinya untuk menunggu seorang laki-laki yang menjadi tambatan hatinya.

Hanya Shaka yang selama ini mampu menjadi sahabat Sherly. Entah kenapa, tapi sikap Shaka yang dingin dan lugu membuat Sherly nyaman untuk menceritakan isi hatinya. Hal itu yang sering membuat iri para laki-laki yang berusaha menggoda dan merayu Sherly. Banyak dari mereka yang meminta bantuan Shaka untuk bisa mendekati Sherly, baik dengan kata-kata yang halus, dengan sogokan traktiran bahkan ada yang tidak segan untuk melakukan pengancaman terhadap Shaka. Tapi Shaka tidak pernah memperdulikan hal itu. Ia hanya berpikir untuk membalas kebaikan Sherly yang selama ini selalu membantunya.

***

Setelah menelpon Sherly, Shaka bergegas menuju ke halaman rumahnya untuk mengambil motor bututnya. Ia berpamitan kepada ibunya yang sedang menyapu halaman.

"Ibu, saya berangkat dulu" kata Shaka.

Dengan senyum yang mengembang di wajahnya, Ibunya berkata "Iya nak, kamu sudah sarapan apa belum? Ibu sudah membuatkan telur margarin kesukaanmu." kata ibunya.

"Sudah, bu. masakan ibu enak sekali. Terima kasih banyak atas sarapannya,bu." balas Shaka.

"Ya sudah kalau begitu, hati- hati dijalan. Selamat belajar ya, Nak".

Dengan anggukan kepala, Shaka berkata lirih "maafkan aku, ibu. Aku telah menciderai kasih sayangmu, Ibu".

***

Setelah itu, Shaka melaju bersama dengan motornya ke suatu tempat. Tempat yang selama ini ia rindu untuk datangi. Tempat yang membuatnya merasakan sesuatu untuk pertama kali dalam dirinya. Gembira, bingung, mendebarkan sekaligus membuat hatinya gelisah. Tempat tinggal seorang gadis yang membuatnya merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Seorang gadis yang berhasil meluluhlantakkan perasaan dan pikirannya. Serta seorang gadis yang membuatnya bisa membolak-balikkan cinta yang bersemayam di dalam hatinya

Dalam deru motornya, Shaka mengingat jelas pertemuan pertama kalinya dengan Tari, Kakak kelas Shaka yang duduk di kelas 3 sekitar 4 bulan yang lalu. Ia bertemu dengan Tari saat Shaka hendak pulang dari sekolah. Shaka melihat dari kejauhan seorang gadis cantik yang berambut pendek berjalan menuju ke arahnya. Ia melihat gadis itu tertawa bersama dengan dua orang teman perempuannnya.

Dalam diam langkahnya, hatinya berkata "Oh Tuhan, senyumnya seindah bulan di pagi hari. Paras wajahnya memancarkan terangnya cahaya dan Siluet tubuhnya menggambarkan kesempurnaan ciptaanmu".

Tanpa sadar, ia berhenti mematung dan menatap gadis tersebut dengan senyum yang penuh arti.

Melihat ada seseorang yang menatap dan tersenyum kepadanya, Tari dan kedua temannya menghentikan langkahnya. kemudian Tari berbisik kepada temannya mengatakan bahwa ada adik kelas yang sedang bertingkah aneh kepadanya.

Dengan rasa gugup yang sangat luar biasa, Shaka memberanikan diri untuk berjalan dan mendekati Tari seraya mengulurkan tangannya.

" Hai, namaku Shaka. Apa aku boleh berkenalan denganmu?

Dengan tersenyum, gadis itu menjawab " Hallo, aku Tari" ucap Tari seraya menyambut tangan Shaka.

Kemudian Tari bersama dengan kedua temannya tersenyum simpul.

"Apa aku boleh meminta nomer handphonemu? kata Shaka.

Sesaat Tari mengeluarkan pena dari tasnya dan tiba-tiba Tari melangkah satu langkah ke depan untuk lebih mendekat ke Shaka.

Tari menarik tangan Shaka kemudian menuliskan nomer handphone miliknya di tangan Shaka.

Geli bercampur keringat dingin membasahi tubuh Shaka. Ia benar - benar takjub dengan keberanian gadis itu. Dengan mulut berbentuk "O", Shaka memandangi gadis yang menggenggam tangannya dan membuat panas menjalari tubuh tegapnya itu.

Baru pertama kalinya, ia melihat ada gadis yang memberikan nomer handphonenya secara unik, elegan dan pastinya so sweet..

Setelah selesai, Tari memandang Shaka, tersenyum dan kemudian meninggalkan Shaka bersama dengan kedua temannya.

Ingatan itu tergambar jelas dalam pikiran Shaka. Hingga akhirnya, Shaka tiba di rumah yang ditujunya.

***

Rumah tersebut tidak terlalu mewah, tapi cukup asri dan nyaman untuk ditinggali. Setelah mengetuk pintu dan memberi salam, akhirnya dari balik pintu, muncul seorang gadis yang selama ini wajahnya selalu menghiasi pikirannya.

Ya, itulah Tari. Ia membuka pintu sambil memandang terkejut ke arah Shaka.

"Hai Shaka, apa kabar?" Ujar Tari.

"Hai Tari, aku baik, tapi hatiku tidak. Aku ingin berbicara denganmu, Tari." kata Shaka.

"Ayo kita masuk ke dalam, Shaka." ucap Tari sambil tertawa mendengar kata - kata Shaka.

"Apa Ayah dan Ibumu ada?" kata Shaka.

"Kebetulan lagi keluar, emang kenapa? Kamu ingin melamarku?" kata Tari sambil tersenyum menggoda Shaka.

"Enggalah..., engga sekarang maksudnya" kata Shaka sambil tersenyum malu.

Setelah mereka duduk, Shaka hanya bisa memandangi Tari. Tari terus tersenyum melihat tingkah Shaka dan akhirnya ia berkata.

"Kamu mau bilang apa, Shaka? Kayaknya serius amat." kata Tari.

" Aku mencintaimu, Tari". Kalimat tersebut tiba-tiba meluncur dari mulut Shaka.

" Iya, Aku mencintaimu selama ini, Tari." kata Shaka.

Bab 2, Tulang Yang telah Patah Tidak Akan Pernah Patah Kembali

Tari yang mendengar kata - kata Shaka terdiam beberapa saat, kemudian Tari memandang Shaka dan tertawa kepadanya.

Raut muka tegang Shaka berubah menjadi bingung. Ia memandang Tari dengan perasaan tidak mengerti atas sikap Tari.

Setelah itu, Tari berkata "Kalau kamu mencintaiku, emang kenapa, Shaka? Apa yang salah dengan hal itu?

" Banyak orang juga mencintaiku, tidak kamu saja. Teman - teman laki- laki di angkatanku juga banyak yang mencintaiku. Bahkan adik kelasku yang laki - laki juga banyak yang menyatakan cinta kepadaku. Terus apa yang salah, Shaka?".

"Apa kamu tidak mengerti, Tari? Aku mencintaimu dengan setulus hatiku. Apa kamu mau menjadi pacarku?" balas Shaka.

"Tidak" ujar Tari.

Seketika wajah Shaka terperanjat dan dengan terbata - bata ia berkata " Apa kamu tidak mencintaiku, Tari?"

"Tidak" balas Tari.

Wajah Shaka tambah berubah menjadi pucat. Serasa ada beton besar yang menghantam dirinya. Sakit dan perih menyelimuti perasaannya. Jantungnya berdebar kencang tak karuan. Meremuk redamkan isi jiwanya. Membuat dirinya goyah dan dengan sekuat tenaga, ia berusaha membuat dirinya tegar menanggung perkataan Tari.

Dengan bibir terkatup - katup, Shaka berkata " Te..ruuss, ttee..ruuss, apa makk..sudmu bahwa kamu haa..nyyyaaa..membutuhkan diriku?"

"Apa artinya kamu mengatakan bahwa aku satu - satunya laki - laki yang memberimu perhatian yang tulus?"

" Apa maksud dari semua kata - kata manismu yang kamu ucapkan kepadaku dulu, Tari?" kata Shaka.

"Apa kamu mempermainkanku selama ini, Tari? " sambung Shaka.

" Aku menikmati perhatian dan kasih sayangmu, Shaka. Tapi aku tidak mencintaimu. Aku sudah punya tunangan, walau jauh di pulau seberang." kata Tari.

Waktu serasa berhenti berdetak. Siang berubah menjadi gelap. Mendung datang menghiasi awan dan membuat suasana sekitar menjadi kelabu. Seharu biru perasaan Shaka yang ia alami sekarang.

Dengan menghela nafas yang kian berat dan sesak di dada, Shaka melanjutkan pertanyaannya kepada Tari.

"Apa kamu membutuhkan aku sebagai penghapus rasa kesepianmu, Tari?"

"Iya " ucap Tari.

Dengan pandangan tidak percaya, Shaka kemudian berkata " Tari, aku mencintaimu dengan segenap hatiku. Aku rela mengorbankan semua waktuku hanya untukmu."

"Aku baru merasakan cinta dalam hatiku, Tari. Cintaku tulus dan suci kepadamu karena kamulah cinta pertamaku, Tari." lanjut Shaka.

" Tapi aku tidak mencintaimu. Kamu hanyalah teman bagiku" kata Tari.

Dengan menghela nafas dan memandangi wajah Tari, Shaka berkata

" Baiklah Tari, aku terima semua itu. Terima kasih sudah membuatku merasakan cinta untuk pertama kalinya. Terima kasih telah mengajariku selama ini. Aku pulang dulu. Terima kasih." kata Shaka.

"Terserah." balas Tari.

Kemudian Shaka keluar meninggalkan rumah Tari. Ia pergi dengan hanya menatap arah kosong yang ada di depannya. Ia tidak berpaling sedikitpun ke arah Tari. Ia meninggalkan rumah Tari dengan perasaan yang hancur lebur, menahan sakit dan perih hati dalam dirinya, bersama dengan hujan yang memayunginya.

Ia tidak menyangka bahwa Tari akan sekejam itu. Melukai cinta tulus yang selama ini ia persembahkan hanya untuk Tari. Mengkhianati semua pengorbanan yang sudah ia lakukan demi hanya untuk Tari seorang.

Shaka sudah merelakan semua waktunya untuk Tari. Ia sengaja menyimpan uang sakunya hanya untuk bisa menelpon dan mengajak Tari untuk makan.

Ia rela mengorbankan waktu ekstra istirahatnya agar ia bisa menemani Tari berjalan - jalan. Di sela - sela waktu kesibukannya berlatih Taekwondo, Ia menyempatkan untuk selalu menemani Tari. Ia tidak memperdulikan kesehatan dirinya sendiri walau ia seorang atlet yang sedang menjalani Training Center di sekolahnya untuk Lomba Kejuaraan antar sekolah tahun depan.

Bahkan ia rela bolos sekolah hanya untuk menemui Tari yang telah menggantung hatinya lebih dari 2 bulan. Namun semua pengorbanannya itu sia - sia. Sekarang yang ada hanya rasa kepedihan, kekecewaan dan penyesalan yang membayangi Shaka.

Dalam perjalanannya, Shaka hanya bisa menangis. Nanar matanya menatap jalan. Sangat perih rasanya. Sangat luluh lantak perasaannya. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya menyusuri jalan tak tentu arah. Pergi bersama arah angin dan air hujan yang menemaninya.

***

Sementara itu, tak terasa sore telah datang menjelang. Ibu Shaka khawatir karena waktu akan beranjak gelap, namun Shaka masih belum menampakkan batang hidungnya juga. Terlebih dengan cuaca hujan dan petir yang datang menghiasi langit waktu itu.

Dengan berjalan mondar mandir di depan ayahnya, Ibu Shaka berkata :

" Ayah bagaimana ini, kok Shaka belum datang juga?"

" Sabar Bu, mungkin Shaka lagi berteduh." kata Ayah.

" Iya, Bu. Mungkin kakak juga sedang berteduh di rumah temannya." sahut Rama, adik Shaka.

" Lagian tidak akan ada orang yang berani menculik kakak, Bu. Kakak kan pemegang sabuk hitam Taekwondo." sambung Rama.

Rama adalah adik Shaka. Ia adalah adik laki - laki Shaka. Ia berumur 15 tahun dan sedang duduk di kelas 3 SMP di salah satu sekolah swasta di kota Malang. Ia tergolong anak yang usil, namun sangat sayang dan percaya kepada kakaknya itu.

Ayah Shaka merupakan karyawan di salah satu BUMN ternama di kota itu. Sedangkan Ibu Shaka adalah seorang ibu rumah tangga yang dulunya merupakan teman satu kantor dari Ayahnya Shaka. Namun, Ibunya Shaka lebih memilih mengundurkan diri dari perusahaan tersebut untuk menjaga dan mendidik kedua putra tercintanya tersebut.

" Ini bukan soal culik - menculik, Rama. Ibu hanya takut terjadi kenapa - kenapa dengan kakakmu. Ibu dan Ayah tahu kalau kakakmu jago bela diri. Apa kamu tidak ingat bagaimana dulu kakakmu menghajar 2 orang temannya ketika di kelas 3 SMP dan harus membuat Ayah dipanggil ke sekolah?" gerutu Ibu.

"Ibu hanya khawatir saja. Tidak biasanya kakakmu tidak memberitahu Ibu." sambung Ibu.

" Ya sudah Bu, coba telepon aja Shaka." kata Ayah.

"Sudah, Yah. Tapi Shaka tidak mengangkatnya. Gimana nih, Yah?" balas lbu.

"Coba saja lagi, siapa tahu, ia akan menjawabnya. Mungkin ia menyimpan handphonenya karena hujan" kata Ayah.

"Haduhhhh, nih anakkkkk, buat orang tua khawatir saja." geram Ibunya.

Namun pada saat ibunya mencoba untuk menelpon Shaka, terdengar suara sms dari Shaka. Shaka mengabarkan ibunya bahwa Shaka sekarang sedang berteduh di rumah Sherly. Ia meminta maaf karena akan terlambat pulang dan telah membuat keluarganya khawatir.

Melihat sms dari putra sulungnya tersebut, ibunya Shaka merasa lega. Ia sudah mengenal Sherly dan keluarganya sejak setahun yang lalu karena Sherly sering mengobrol dengan keluarga Shaka. Sherly juga sering main ke rumah Shaka. Ibu hanya berpesan kepada anaknya tersebut agar tidak pulang larut malam walaupun besok adalah hari minggu.

***

Pada saat pergi dari rumah Tari, Shaka hanya menghabiskan waktunya untuk merenungi kejadian yang baru saja ia alami. Tak terasa, waktu telah beranjak sore dan beberapa jam lagi langit akan gelap.

Ia tidak berpikir untuk menelpon ibunya. Karena ia mengetahui bahwa ibunya akan tahu bahwa ia sedang menangis. Yah begitulah Ibu, instingnya setajam harimau. Untuk itu, ia hanya mengirim sms untuk memberitahukan keadaannya.

Dalam keadaan yang galau itu, Shaka kemudian pergi menuju ke rumah Sherly. Ia tidak tahu kepada siapa lagi ia akan menceritakan kepedihan hatinya kecuali kepada Sherly. Ia merasa malu untuk menceritakan masalah yang dialaminya tersebut kepada Ayah dan Ibunya. Takut akan ditertawakan oleh keluarganya lagi.

Ia masih ingat ketika keluarganya menertawakannya ketika ia mendapat surat cinta dari teman sekolahnya di kelas 3 SMP. Bahkan Ia masih ingat ketika adiknya Rama mengusili dirinya dengan membacakan surat cinta yang disembunyikan di lemari pakaiannya itu di depan ayah dan ibunya pada waktu sarapan pagi. Ia tidak mau kejadian memalukan di masa lalu tersebut terulang kembali. Oleh karena itu, kali ini ia bertekad untuk menyembunyikan perasaannya. Namun apa daya, Shaka tidak kuat menahan perihnya dan memutuskan untuk pergi ke rumah Sherly untuk mencari solusinya.

***

Ketika tiba di depan pagar rumah Sherly, Shaka berteduh dan mengeluarkan handphone miliknya serta mengirimkan pesan singkat kepadanya :

" Aku di depan rumahmu. Kamu dimana?"

Cukup lama Shaka menunggu jawaban dari Sherly. Hingga 1 jam kemudian, seorang perempuan membukakan pintu rumahnya dan berkata :

" Shaka..."

Shaka pun menoleh dan hanya bisa memandangi Sherly dengan pandangan yang sendu.

Sherly pun berlari dan segera membukakan pintu pagar rumahnya yang berwarna putih. Ia melihat raut muka Shaka yang sembab dan bajunya yang basah kuyub tertembus hujan.

Ia tahu dengan pasti bahwa Shaka sedang mengalami hal buruk karena ia sudah mengenal Shaka sejak lama. Dibalik sikapnya yang dingin, Shaka merupakan laki - laki yang lembut dan hangat.

Tanpa basa - basi lagi, Sherly berkata " Apa yang terjadi? Apa kamu baik - baik saja?".

Ingin rasanya Shaka memeluk Sherly dan menumpahkan seluruh air matanya. Namun ia menahan dirinya untuk tidak melakukan itu.

Ia hanya bisa memandangi Sherly sambil berusaha menahan air mata yang jatuh menetes di pipinya.

Tanpa banyak bicara, Sherly memegang tangan Shaka dan menuntun dirinya untuk masuk ke dalam rumahnya.

Shaka hanya terdiam dan memandangi Sherly ketika ia melakukan hal itu. Mengingatkan hal sama yang pernah Tari lakukan kepadanya saat mereka berdua berteduh di kantin sekolah saat hujan mengguyurnya.

Bab 3, Beauty But The Beast

Sesaat setelah mandi, Sherly menuju ke kamarnya. Ia mengambil handphone miliknya yang tergeletak di meja riasnya dan kemudian duduk di tepi ranjang kamarnya yang berseprei merah muda, warna favoritnya.

Ia membuka handphone miliknya dan menemukan beberapa sms yang masuk ke handphonenya. Namun ia sangat terkejut ketika membaca sms dari nama yang sudah sangat ia kenal selama ini. Dengan cepat ia langsung beranjak dari ranjangnya dan kemudian beranjak pergi keluar dari kamar.

Dengan tergesa - gesa, Sherly menuju ke ruang tamu dan kemudian membuka pintu rumahnya. Ia melihat seorang anak laki - laki yang sedang berteduh di depan pagar rumahnya. Tertunduk lesu sambil memandang ke arah jalan yang disiram air hujan.

" Shaka " panggil Sherly.

Sherly kemudian berlari menuju ke arahnya untuk membuka pintu pagar rumahnya. Ia memandang Shaka yang telah basah kuyub. Namun ia sedikit tercengang ketika melihat wajah sembab Shaka yang berusaha menahan air mata mencoba keluar dari kedua matanya.

" Apa yang terjadi? Apa kamu baik - baik saja?" kata Sherly.

Sherly memandangi Shaka yang hanya diam membisu. Kemudian Sherly menggenggam tangan Shaka dan menuntunnya untuk masuk ke dalam rumahnya.

Rumah Sherly lumayan besar dan luas. Ia tergolong anak yang cukup kaya karena papanya merupakan kontraktor sukses di kota Malang.

Sherly merupakan anak tunggal yang hanya ditemani oleh Papa dan mamanya serta 3 orang Assisten Rumah Tangga. Sehingga ia sangat disayang dan dimanja oleh orang tuanya. Hal itu juga yang membuat Sherly agak pemilih dalam beberapa hal, termasuk urusan laki - laki dalam hidupnya.

Setelah masuk ke dalam rumah, Sherly menyuruh Shaka duduk. Namun Shaka malah pergi keluar dan memilih duduk di kursi yang ada di teras rumah Sherly.

"Aku disini aja" ucap Shaka.

" Sudah ga pa - pa, masuk saja. Nanti kamu tambah sakit." balas Sherly.

" Aku lebih nyaman disini, Sher." kata Shaka.

" Ya udah, terserah kamu. Tunggu bentar ya?" ujar Sherly dan kemudian ia pergi meninggalkan Shaka di teras rumahnya.

Ia menyuruh Assistant Rumah Tangga di rumahnya untuk menyediakan makanan dan minuman yang hangat untuk Shaka.

Tak lama kemudian Sherly kembali dengan membawa kaos dan celana.

" Nih, ganti bajumu" ujar Sherly sambil menyodorkan kaos dan celana yang sudah ia bawa ke Shaka.

" Ga usah khawatir, ini punya papaku. Masih baru kok". ucap Sherly dengan tersenyum.

Shaka hanya memandangi Sherly dengan perasaan bingung campur malu dan kemudian ia berkata :

" Apa ada papamu?". sambil celingukan ke kanan dan ke kiri.

Dengan tertawa, Sherly mengatakan bahwa papa dan mamanya sedang pergi ke undangan pesta teman papanya di luar kota. Jadi ia tidak perlu mengkhawatirkan hal itu.

" Aku lebih butuh kamu daripada kaos dan celana itu. Aku cuma ingin kamu. " tiba - tiba kata - kata itu meluncur dari mulut Shaka.

Deg.., deg.., deg..., bergetar hati Sherly mendengar kata Shaka. Ia kaget Shaka mengucapkan kata - kata itu. Dengan sedikit mematung, ia memandangi Shaka dengan tersipu malu.

Entah kenapa, walaupun banyak kata - kata yang lebih manis yang mampir di telinga Sherly dari para lelaki buaya, tidak membuat jantung Sherly berdebar kencang. Namun kata - kata singkat dari Shaka tersebut malah membuat dia gugup dan hatinya terasa tak karuan.

"Mungkin aku tidak lagi akan menjadi Shaka yang dulu lagi, Sherly." ujar Shaka.

" Aku akan berubah demi rasa sakit yang ada di dalam hatiku." sambungnya.

"Kenapa, Shaka? Apa yang terjadi?" kata Shaka.

Awalnya Shaka terdiam sambil memandangi hujan sore itu. Tapi, setelah Sherly mendesaknya, akhirnya ia menceritakan apa yang telah ia alami.

" Tari sungguh keterlaluan. Aku akan bicara dengannya nanti?" ucap Sherly.

" Ga usah, engga ada yang perlu dilakukan." Balas Shaka.

" Tapi ga bisa gitu dong, ia mesti harus dikasih pelajaran. Biar dia engga seenaknya saja mempermainkan perasaan orang lain. Mentang - mentang dia kesepian, terus apa dia boleh seenaknya dia sendiri memanfaatkan orang lain hanya untuk kepentingan dia sendiri,huh? cerocos Sherly dengan kalimatnya yang panjang lebar.

Melihat panjangnya kalimat yang keluar dari bibir Sherly itu, membuat Shaka tersenyum.

"Biarlah waktu berjalan dengan semestinya. Biarlah yang semestinya berakhir akan berakhir dengan semestinya."

Sherly hanya terdiam mendengar kata - kata puitis Shaka. Ia mulai mengerti tentang arti perubahan diri Shaka yang sudah dikatakan sebelumnya.

" Terus apa rencanamu? gerutu Sherly.

"Memang tidak mudah, tapi aku hanya perlu waktu untuk berjalan dengan luka ini." Kata Shaka.

Kemudian Shaka pamit dan pulang. Sherly hanya bisa memandangi punggung Shaka yang lebar. Ia hanya berharap Shaka tidak melakukan sesuatu yang bisa merugikan dirinya sendiri.

Akhirnya Ujian Akhir Semester telah selesai, setiap siswa datang dan mengerumuni papan pengumuman untuk melihat kelas masing - masing. Saat itu Sherly terkejut karena melihat Shaka berada di kelas yang berbeda jurusan dengannya. Sherly berada di kelas XII IPA 1 sedangkan Shaka berada di kelas XII IPS 3. Sherly tidak habis pikir kenapa Shaka yang lumayan berotak encer tidak masuk di kelas IPA, padahal Sherly tahu bahwa Shaka menginginkan hal tersebut. Sherly lebih terkejut lagi saat mendengar dari Bobi, teman taekwondo Shaka, bahwa Shaka mengundurkan diri dari Kejuaraan Antarsekolah. Amat sangat disayangkan karena Shaka merupakan atlet andalan di sekolahnya. Ia merupakan juara bertahan Kejuaraan Nasional tahun kemarin. Hingga akhirnya akibat dari keputusannya tersebut, dia harus dikucilkan oleh teman - temannya termasuk guru dan pelatihnya.

"Mengapa Shaka melakukan itu? Mengapa ia mengubur semua impian dan harapannya? Apa yang dipikirkannya? Apa ia masih patah hati? Apa ia baik - baik saja?" semua pertanyaan itu hadir dalam benak Sherly.

Sherly mencoba menghubungi Shaka, tapi handphone milik Shaka tidak bisa dihubungi. Kemudian ia menghubungi Ibunya Shaka dan terkejut mendengar bahwa Shaka pergi liburan ke rumah neneknya di jogjakarta seorang diri. Ibunya hanya mengatakan bahwa Shaka sekarang lebih menutup diri dan jarang bergaul. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar.

Memang semenjak kejadian di sore waktu itu, hubungan Shaka dan Sherly menjadi renggang. Shaka tidak pernah menghubungi Sherly. Shaka pun tidak pernah menampakkan wajahnya atau menghampiri Sherly lagi ketika di sekolah. Shaka hanya sibuk dengan dunianya sendiri tanpa menghiraukan yang lainnya.

Sherly sudah berusaha menghubungi Shaka, namun handphone Shaka selalu mati. Sherly berupaya untuk berkomunikasi dan mendekati Shaka, namun Shaka selalu menghindari Sherly. Sherly hanya berharap Shaka baik - baik saja dan berdoa semoga semuanya cepat berlalu.

Tak terasa liburan semester telah selesai. Masing - masing siswa memasuki kelasnya. Mereka sibuk dengan aktivitasnya masing - masing. Hingga suatu hari di kantin sekolah, Shaka melihat seorang gadis berwajah tirus berjalan menuju ke arah kantin. Ia berkulit putih langsat dan tinggi semampai.

Dengan mata sipit dan rambut hitamnya yang terurai panjang sepunggung, ia berjalan seorang diri. Menarik perhatian siswa - siswa lain yang melihatnya.

"Hayo, kamu lihat apa? pasti kamu lihat dia kan?" ujar Bobi sambil menepuk bahu Shaka.

Bobi merupakan teman sekelas Shaka di kelas XII IPS 3 yang juga teman latihan taekwondo Shaka. Ia merupakan salah satu buaya kelas wahid yang ada di sekolahnya.

Dengan postur tinggi dan wajahnya yang tampan, menjadikan Bobi sebagai plaboy sejak duduk di kelas 1. Baginya, tidak ada cewek yang tidak bisa ditaklukkannya, kecuali Sherly.

Iya, Bobi sempat menaksir Sherly dan berusaha menggodanya. Namun ditolak mentah - mentah oleh Sherly. Bahkan Bobi sempat memohon - mohon ke Shaka untuk diajari cara mendekati Sherly. Tapi Shaka malah tertawa dan mengatakan agar bobi berusaha sendiri. " Masa buaya belajar ma cicak." kata Shaka pada waktu itu.

"Namanya Besty Quenn Roselle, panggilannya Besty." kata Bobi.

" Dia anak kelas XI - 1, anak baru di sekolah kita. Pindahan dari Surabaya yang aku dengar." sambung Bobi.

Shaka hanya diam dan terus memandangi gadis itu tanpa berkata apapun ke Bobi.

" Tapi jangan harap kamu bisa dekati dia, Shak. Kepribadiannya ga secantik wajahnya. Ia suka berkata buruk dan menyakitkan hati." cerocos Bobi tanpa henti.

Ketika Besty masuk ke dalam kantin, banyak siswa laki - laki kelas XII IPS yang berusaha menggodanya. Banyak yang mencoba mendekati dan merayunya. Namun Shaka tidak memperdulikan semua itu. Ia hanya diam sambil terus memakan bakso yang ada di depannya itu.

" Diam..!!! Apa kalian tidak pernah melihat seorang gadis? Kampungan..!" ujar gadis itu.

Ia melihat ke smua cowok - cowok yang berusaha menggodanya itu tak terkecuali Shaka. Ia sedikit heran melihat ada seorang anak cowok yang sikapnya tidak seperti semua laki - laki di kantin itu. Besty heran dengan sikapnya yang acuh tak acuh dan hanya terus memakan baksonya tanpa berkomentar apapun, seperti yang dilakukan oleh semua temannya terhadapnya.

" Hei, Besty. Jaga ucapanmu..! Kamu mau cari perkara?" kata Bobi.

" Iya, kamu jangan sok jual mahal. Emangnya kamu siapa? Adik kelas aja banyak gaya." kata siswa laki - laki yang lain.

" Apa mulutmu mau dijahit? Wajahmu tak secantik mulutmu. Aku jamin tidak akan ada cowok yang mau jadi pacarmu" kata siswa laki - laki lain yang berbadan besar.

" Emang kenapa mulutku, hah? Kamu suka mulutku? Kamu mau mencium bibirku?" balas Besty.

Cuuhhh..! Besty melemparkan ludahnya ke sampingnya sambil berniat meninggalkan kantin sekolah.

Sebelum meninggalkan kantin, Joni, siswa laki - laki kelas XII IPS yang berbadan besar itu berdiri dan kemudian menahan tangan Besty hingga Besty terhenti. Ia mengangkat tangannya dan berniat menampar Besty. Namun, Ssebelum tangan besar itu menyentuh pipi dan bibir Besty, tiba - tiba ada tangan lain yang menahannya.

Semua siswa yang di kantin menoleh, melihat Shaka berdiri dan menahan tangan Joni.

"Tak pantas laki - laki memukul perempuan." kata Shaka sambil memandang mata anak laki - laki yang terkenal kasar di sekolahnya itu.

Besty terdiam dan hanya bisa memandangi Shaka. Ia terkejut, bagaimana bisa cowok yang acuh tak acuh itu bergerak cepat untuk melindungi dirinya.

" Diam, Shaka! Jangan ikut campur! Atau nanti aku hajar kamu" kata Joni.

"Jangan sok jadi pahlawan kesiangan." sambungnya.

"Lepaskan tangannya sekarang juga..!!!" ujar Shaka sambil menggeretakkan giginya dan memandangnya dengan sorot matanya yang tajam.

Akhirnya Joni melepaskan tangan Besty dan memandangnya seraya berkata :

"Aku akan berurusan denganmu nanti, gadis sombong..! " kata Joni yang kemudian pergi dan meninggalkan Shaka dan Besty.

Kemudian Shaka pun pergi dari kantin tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada Besty. Ia berlalu dari hadapan Besty tanpa memberi kesempatan kepada Besty untuk mengucapkan terima kasih kepadanya.

Gadis itu hanya bisa memandangi kepergian Shaka yang diikuti oleh Bobi yang menyusulnya dengan tergesa - gesa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!