NovelToon NovelToon

SECRETS

Frist: Secrets

  Siang hari saat-saat orang sedang sibuk-sibuknya dengan urusanya masing-masing, begitu juga mahasiswa/i di Millenium University. Universitas swasta ternama di negara Tarvisium, negara maju yang makmur. Terlihat 3 orang sedang menikmati waktu istirahat mereka di rooftop kampus, satu diantaranya adalah seorang gadis yang bernama Violia tengah tidur dengan tenang di kursi panjang yang ada di sana.

  "Mohon perhatian, untuk mahasisiwi bernama Violia Lavina Chesterfield menghadap dosen konpen segera." -Setidaknya sebelum panggilan dari speaker yang memaksa dua laki-laki bernama Arfhan dan Octavian yang tengah sibuk memainkan ponselnya untuk membangunkan gadis itu.

  Di dalam ruangan dosen konpen, tepatnya ruangan dosen bernama Leviandre. Dosen muda paling populer di universitas Millenium, tidak hanya karena visualnya dan sifat dinginnya, kecerdasannya juga membuatnya semakin populer, yang membuatnya lulus S1 Univ Millenium itu dalam jangka waktu 4 tahun sebagai lulusan terbaik.

  Dan dalam waktu 9th dari lulus SMA Leviandre sudah menyandang gelar doktor, sebagai lulusan terbaik. Ia ditawari mengajar di Millenium University saat dirinya mendapat gelar Magister. Ia menerima dengan senang hati tetapi dengan menyaratkan pihak kampus mengizinkannya mengajar sambil mengejar gelar doktor.

...✥...

  "Brak!" suara pintu yang ditutup dengan keras. Leviandre yang berada di ruangan tersebut tidak lagi terkejut dengan salah satu mahasiswi bandel itu. Violia berdiri 5 langkah dari meja kerja Leviandre tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Leviandre mulai berdiri dan menghadap mahasiswi yang dipanggilnya tersebut dengan muka tak bersahabat. Ia mulai memeperhatikan Violia dari atas sampai bawah dan menatapnya tajam.

  Violia Lavina Chesterfield, seorang gadis cantik dengan berbagai keunikannya. Mata coklat hazel yang dibalut lentik bulu matanya, hidung kecil yang lumayan mancung dan bibir tipis berwarna pink, yang sangat indah dipadukan dengan kulit cerahnya.

  Sayangnya, kecantikan gadis satu itu ditutupi oleh kenakalannya. Violia adalah seorang gadis tomboy yang ikut dalam sebuah geng-gengan, mereka sering kali membuat masalah.

  "Ga jera pake baju gituan ke kampus?" ucapnya dingin. Saat ini Violia memakai baju crop yang memperlihatkan sedikit bagian perutnya dan dilapisi outher berupa jaket disertai rok diatas lutut yang syukurnya tidak ketat. Ia sama sekali tidak mengubris perkataan dosennya tersebut.

  Tidak, bukan karena Ia takut ataupun merasa bersalah, Ia hanya bad mood karena baru bangun dari tidur karena dosennya itu mencarinya. Ia kembali menatap Leviandre dengan tatapan bertanya, kenapa lagi dirinya dipanggil.

  "Laporan minggu ini, kamu lebih 5 kali dilaporkan dan tertangkap cctv merokok dengan teman-temanmu, beberapa hari kamu terus meninggalkan mata kuliahmu seenaknya saat dosen menyampaikan materi di kelas, kamu menyakiti temanmu hanya karena mereka berbicara terlalu keras di dekatmu, dan tentu saja pakaianmu tidak ketinggalan." ucap Leviandre menyebutkan deretan kasus yang telah dibuat Violia dalam waktu seminggu.

  "Kamu mau dihukum gimana lagi?" lelahnya. Ya, segala hukuman dari yang ringan hingga terberat telah diberikan kepada gadis itu, tapi hebatnya Ia tidak pernah jera untuk mengulang kembali kesalahannya itu.

  "Yaudah, keluarin aja gw dari ni kampus." ucap Violia. Uniknya universitas ini tidak bisa mengeluarkan Violia meski membuat kasus sebanyak apapun, karena Keluarga Violia, Chesterfield adalah satu dari 5 keluarga besar pendiri kampus itu. Atas hadiah khusus berupa permintaan istimewa yang masing-masing diberikan 1 kali kesempatan untuk ke5 keluarga tersebut, dan setelah lebih dari 40 tahun, keluarga Violia yang terakhir menggunakan hak spesialnya tersebut untuk mempertahankan Violia di kampus tersebut apapun masalahnya.

  Keluarga Chesterfield adalah keluarga terkaya di negara tersebut yang berdampingan dengan Keluarga Evander. Dua keluarga besar yang bersahabat sejak zaman kakeknya Violia yang menaungi perusahaan mereka, Chester-F Group yang menaungi beberapa bidang industri. Sebelum itu kedua perusahaan maupun keluarga tersebut adalah musuh bebuyutan yang masing-masing memperebutkan gelar perusahaan ternama.

  "Kenapa? Ga mampu ya?" ucapnya sinis setengah mengejek karena melihat keterdiaman dosennya setelah ucapannya tadi. "Setelah keluar dari sini hukuman kamu membantu pengurus perpus jurusan, bersih-bersih selama 1 bulan dan meresume buku Teori Fungsionalisme Hubungan Bisnis Mark Woritd dalam waktu satu minggu".

  "Kamu keberatan?" tanya Leviandre. "Gw? Udah biasa kali ah." balasnya tak mau kalah. Se-sebiasanya Ia dihukum tetap saja ada ketidak sudian di lubuk hatinya. Apalagi buku yang dikatakan dosen nya tersebut sekitar ±800 halaman!!

  Violia mulai menatap bengis dosennya tersebut sumpah serapah telah berderet di dalam hatinya.

"Udah kan? Gw mau lanjut tidur, ganggu tidur orang aja." Leviandre bergeming, pandangan dinginnya tak lepas dari Mahasiswinya tersebut.

  Ya, Leviandre adalah dosen spesialis jurusan Admistrasi Bisnis, jurusan yang sedang dikejar Violia saat ini. tidak ada sopan-sopannya pikirnya, tapi Ia tak mau memperseriuskan hal tersebut karena sudah malas meladeni Violia.

  "Yaudah kalo gaada lagi saya pamit ya pak Leviandre." ucapnya dengan senyum sinis yang terpaksa karena melihat ekspresi dosennya yang sangat amat tak enak dipandang itu.

  "Duluan ya pak, jan sering-sering nyariin saya nanti orang kampus kira bapak suka saya lagi, haha." tawanya garing sembari keluar ruangan. Keluarnya Violia, Leviandre langsung mendesah berat sembari memijit pelipis nya, pusing juga Ia mengurusi Mahasiswinya tersebut yang tidak bosan-bosannya membuat masalah sejak Ia bergabung ke Milenium University 3 tahun yang lalu.

...✥...

  Langit telah mengjingga yang sebentar lagi akan menggelap. "Vio pulang!" serunya sembari berjalan ke dapur, Ia dapat mencium bau masakan khas ibunya. "Dari mana aja kamu? Kelasnya udah selesai dari 4 jam yang lalu." kata Liliana, Sang ibu melihat anak semata wayangnya menghampiri nya.

  "Biasa kali ma, nongkrong dulu namanya juga anak muda." jawabnya sembari terkekeh. "Mama hari ini ga ke lokasi syuting? Atau udah pulang?" tanya Violia, sebab Ia meninggalkan rumah sedari pagi. "Udah pulang mama, syuting hari ini ga banyak, udah kamu mandi sana, bau banget ini." balas ibunya sembari menyiapkan makanan. "Hehe masa iya Vio sebau itu?" ujarnya seraya mengecup pipi ibunya itu dan langsung pergi ke kamarnya untuk bersih-bersih.

  Liliana Chesterfield adalah seorang aktris papan atas dan juga Ia telah menjadi sutradara di beberapa karyanya yang semuanya cukup sukses. Meskipun begitu disaat senggang Ia tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu, di rumah meski ada art, Ia mau dirinya sendiri yang memasak untuk suami dan anaknya.

  Ayahnya Violia saat ini sedang memegang perusahaan keluarganya. Walaupun kedua orang tuanya sibuk dengan urusannya masing-masing, Violia benar-benar tidak kekurangan kasih sayang karena setelah beraktivitas seharian mereka akan menghabiskan waktu bersama saat malam harinya dan tak lupa hari libur mereka manfaatkan dengan keluarga.

  Jadi, kenapa kelakuan Violia bisa seperti itu? Sedari kecil Violia adalah anak yang sangat aktif hingga jarang teman-temannya yang tahan berteman dengannya, karena sifatnya itu Ia menjadi lebih cocok berteman dengan anak laki-laki meski tentu saja Ia masih mempunyai beberapa teman perempuan. Karena Ia selalu dikelilingi teman laki-laki, Violia tumbuh menjadi gadis tomboy.

  Orang tuanya tak masalah dengan itu, hanya saja sejak SMA Violia benar-benar kelewatan, Ia sampai merokok dan minum-minum, ya memang Ia minum juga mulai saat melihat ayah dan ibunya. Tapi menurut kedua orang tunya Violia masih terlalu dini untuk mengonsumsi minuman keras. Menurut orang tuanya saat SMA adalah masa terburuknya Violia, Ia ikut geng-gengan, merokok, minum-minum, dan sering keluar malam hingga dini hari.

  Tetapi dalam 2 tahun ini sudah lebih membaik karena kedua orang tuanya terus membimbingnya, mereka tidak memakai kekerasan fisik maupun mental untuk menghentikan Violia, karena mereka beranggapan hal itu hanya akan memperburuk keadaan. Kerena hal itu juga Violia mulai tersadar akan perbuatannya dan mulai menarik diri, Ia tidak langsung berhenti tapi mengurangi sedikit demi sedikit.

  Ia masih ikut geng-gengan dan keluar malam tapi sudah jarang pulang lebih dari tengah malam, Ia kadang pulang kemalaman karena suatu hal yang tak dapat dihindari. Ia juga sudah mengurangi minum-minum, kadang minum saat merasa stress dengan hukumannya di kampus atau masalah di tongkrongannya.

...✥...

  Malamnya, karena ayahnya tidak bisa pulang sebab banyaknya perkerjaan, Violia mengantar ibunya ke kantor, ibunya membawakan makanan untuk suaminya tersebut dan berniat ikut menemani suaminya lembur.

  "Vio, mau ke atas dulu atau mau langsung pulang?" tanya Sang ibu." Mampir dulu deh ma, mau jenguk papa, siapa tau papa lagi kangen Vio." jawabnya sambil tertawa. Mereka turun dari mobil dan naik ke ruangan -Gerald Ives Chesterfield- yang berada di lantai paling atas.

  Disaat mereka tiba ternyata Sang ayah sedang ada tamu yaitu Faelian Aendra Evander. Pemegang Evander's Group, perusahaan yang beriringan kesuksesan nya dengan keluarga Violia.

"Papaaaaa, Vio heree-" terhenti, Violia malu sekarang.

  Dua pasang mata menatap Violia lucu di ruangan tersebut. "Eh ada om Lian tuh, udah lama disininya?" ibunya melewati Violia begitu saja tanpa menghiraukan anaknya yang memerah malu. "Barusan mampir pas lewat dari survei lokasi, mampir karna aku liat lantai atas masih terang, ternyata ada yang lagi lembur." balasnya.

  Lalu matanya langsung melirik Violia yang masih membeku di tempat kerena malu. "Violia Lavina ya? Astaga ternyata kita sudah lama tidak bertemu, sekarang sudah besar ternyata, terakhir om ketemu kamu tuh pas kamu baru umur 5 tahunan haha, om jadi berasa tua banget sekarang." ucapnya membuang kecanggungan Violia.

  "Oh ya? Om Faelian ya? Halo om." sapanya ramah untuk menghilangkan malu. Sebenarnya Ia tidak ingat pernah mengenal orang di depannya itu, tetapi dia kenal sosok Felian Aendra Evander yang kerap kali mondar mandir di berita, ayah Vio juga kerap kali masuk berita atas pencapaiannya. Setelah berbincang sedikit Violia pamit pulang.

  "Pa, ma, om, Vio duluan ya mau nongkrong ama temen." izin nya undur diri. "Jangan lama pulangnya ya, hati-hati." ucap ayahnya mengizinkan. "Aman itumah." jawabnya sembari mengacungkan jelpolnya dan keluar dari ruangan. Setelah Violia keluar Faelian mulai tersenyum kepada kedua sejoli di depannya.

...✥...

"Kenapa lu pada? Jelek amat tuh muka." sapa Vio sesampainya di tongkrongan mereka. Daniel menatap Vio dengan tatapan memelas begitu juga dengan Octavian atau biasa dipanggil Ian. "Paling juga butuh asupan makanan tu anak dua." ucap Arfhan memperjelas situasi.

  "Yeeee! Beli aja kali kek gaada duit aja kalian tuh!" balasnya. "Lo tau ga sih Vi makanan gratis itu seenak dan senikmat apa? Lo ga pernah makan makanan gratis sihh." cecar Daniel sipaling mood booster tongkrongan mereka. "Udah hapal gw mah, noh di bagasi mobil ambil!" ucap Vio. Segera saja mereka berdua berlarian keluar.

"Tumben pake mobil lo, motor mana?" heran Arfhan. "Sekalian nganterin nyokap tadi, males mau balik lagi." jawabnya seraya duduk. "Tumben sepi nih, yang lain mana?" heran, karena biasanya markas mereka tidak pernah sesepi itu, biasa tempat ini selalu ramai dengan gelak tawa mereka.

  "Kenan ada lagi di toilet, yang lain sebagain ikut acara cam jurusan, sisanya noh ke arena balap, katanya Andre sama Nera lagi balapan." sahut Arfhan. "Andre Nera geng sebelah? Ngapain mereka nontonin itu?" heran Vio, pasalnya anak-anak tongkrongannya tidak akur dengan tongkrongan sebelah.

  "Lo kan tau sendiri kalo tu 2 orang udah balapan pasti ada masalah dalam hubungan mereka, yang lain mah suka liat geng itu mau hancur karena 2 pemimpinnya berantem aja." Andre dan Nera adalah sepasang kekasih yang memimpin gengnya.

  "VIOOOOOOOLIAAAAAAAAA!" teriak Kenan dari belakang. "Vio Vio Vio tau gakkk?!" tanyanya dengan amat sangat excited. "Apa?! Jan bilang lo dapat pacar baru lagi selama liburan? Gila aja lo, 2 bulan ini lo udah macarin 8 cewe woiii!" katanya ikut ngegas pada Kenandra si pemegang gelar pangeran playboy, pasalnya Kenan tak pernah serius dalam hubungan. Saat melihat cewek cantik langsung aja Ia dekati, cewek mana ada yang gak mau diajak pacaran sama orang spek prince gitu.

  "Yaampun Vi lo kira gw cowo apaann?!" katanya, yaa begitulah manusia kadang susah sadar diri, ke-empat orang di depannya menatapnya malas. "Padahal gw dah baik-baik beliin lu oleh-oleh. Mau ga nihh?" sontak saja mata Vio penuh binar. Ia paling suka hadiah-hadiah pemberian teman-temannya karena..

  "Nihh belati yang super duper tipis dan ringan!" ya, ga salah. Itulah yang disuka Vio dari pemberian teman-teman nya. Kadang-kadang ada kalanya geng meraka itu harus melakukan perlawanan atau melakukan kegiatan berbahaya. Violia yang adalah seorang perempuan tentu kalah fisik dari laki-laki. Hal yang membuat Ia bertahan sampai sekarang bukanlah karena selalu dilindungi, tetapi Ia selalu menggunakan senjata entah itu belati maupun pistol.

  Itulah yang membuat teman-temannya betah bersama perempuan dalam gengnya karena Vio benar-benar tidak merepotkan dan sangat menguntungkan karena keahlian-keahliannya. Geng Vio ini bukanlah geng anak remaja yang bermain-main tanpa tujuan. Geng mereka ini terbentuk dan dibentuk dengan alasan yang sangat spesial.

  Di negara ini masih sangat marak bisnis gelap bahkan tak sedikit mafia yang berkeliaran di negara tersebut. Mereka dimanfaatkan oleh unit pertahanan negara untuk "membasmi" pelaku bisnis gelap tersebut bahkan mafia.

  Unit pertahanan negara bukannya tidak mampu untuk melakukan hal tersebut, hanya saja mereka benar-benar sudah dikenali oleh pembisnis-pembisnis itu, hal itu menyebabkan keterbatasan mereka untuk meruntuhkan operasi-operasi bisnis gelap itu.

  Mereka dilatih secara rahasia oleh unit negara, mereka diajarkan memakai senjata, teknik bela diri yang mendalam, menyusup, dan sebagainya. Dan satu-satunya perempuan yang bertahan selama pelatihan hanyalah Violia. Ya, awalnya ada banyak remaja yang dikumpulkan untuk misi tersebut.

  Tetapi unit pertahanan hanya memilih orang-orang yang bertahan sampai akhir dalam 2 tahun pelatihan yang luar biasa berat. Dari sinilah tercipta geng mereka itu, dari kumpulan remaja yang lolos pelatihan. Dan berakhir geng mereka berkerja untuk melenyapkan bisnis gelap itu.

  Violia benar-benar tidak mengeluh sedikit pun selama pelatihan, Ia bahkan dapat menyelesaikan pelatihan dengan sangat baik. Hal tersebut yang membuat anak-anak gengnya tidak risih dengan adanya perempuan di perkumpulannya itu, Vio bukanlah perempuan lagi di mata geng tersebut.

  Hal itu juga yang membuat Vio merasa aman di tengah-tengah banyaknya lelaki disekitarnya. Hanya orang-orang bodoh yang berpikiran untuk berbuat macam-macam dengan Vio, entah orang itu mau mati atau mau kehilangan anggota tubuhnya.

  Tentu saja tidak ada yang tahu apa yang telah dilakukan Violia selama ini, identitas mereka benar-benar ditutup rapat oleh negara. Kenapa mereka mau melakukan hal berbahaya seperti itu? Tentu saja uang yang diterima mereka untuk tugas ini tidaklah sedikit, bukannya mereka merelakan nyawa hanya untuk uang, tapi karena mereka merasa dirinya mampu, hal ini tidak memberatkan mereka maupun membebani.

  Karena pekerjaan mereka, mereka dibiarkan untuk mengebut bahkan menerobos peraturan lalu lintas. Apa tidak bahaya? Tentu saja mereka sudah dilatih dengan keras untuk menggunakan kendaraan juga, biarpun mereka menerobos lalu lintas mereka tidak akan membahayakan pengguna jalan lainnya. Tetapi jika pengendara lain kecelakaan karena kaget itu diluar kehendak mereka, jadi mereka tidak menggunakan hak istimewa mereka itu seenaknya.

  Polisi dan sebagainya dapat mengenali beberapa anak istimewa tersebut dengan sebuah simbol yang hanya diketahui oleh anggota dan mereka. Disisi lain banyak geng remaja-remaja yang tak berfaedah mengincar mereka karena mengira geng-gengan pada umumnya. Mereka juga dibiarkan melawan untuk kelancaran misi jangka panjang mereka itu, walau tetap saja tidak boleh sampai melakukan pembunuhan.

  "Wahhhh gilaaa cantik bangetttt, ga pistol juga sekalian??? Aaaaa i love it thanks bro!" girangnya mendapat senjata baru. Sebenarnya Vio tidak pernah jauh dari senjata tajam, selalu ada beberapa senjata yang terselip di tubuhnya, sebagai alat pertahanan dirinya. Mengingat banyak anggota geng lain yang mungkin saja tak sengaja Ia temui dan membahayakannya.

  "Iya masama, pistol ga dulu deh, gaada yang bagus waktu itu." katanya. "Jadi gimana perkembangan misi Tuan Zavio?" tanya Kenan yang kemarin baru aja pulang dari liburan luar negrinya. Mereka juga seperti pekerja biasa, mereka juga diberikan cuti. Tetapi, tetap saja mereka tidak bisa meminta cuti seenaknya. Cuti mereka diatur oleh petinggi unit pertahanan. Mereka diberi jadwal cuti, mereka tidak diperbolehkan cuti bersama. Jadi mereka dijadwalkan hanya 2 orang yang bisa cuti bersamaan.

  "Kemarin malam Rey dan beberapa anak lain melakukan misi penyelinapan ke mansion tempat orang-orang yang dikurung Zavio untuk pelelangan budak bulan depan." Sampai Daniel. Seketika aura di sana mendadak serius, mereka tidak lagi terlihat seperti pemuda yang penuh canda seperti sesaat sebelumnya. "Penyelinapan mereka membuahkan hasil, kita sudah dapat data sistem jaga dan denah tempat penyekapan tersebut, jadi kita bisa menyerang kapan saja sekarang." sambung Octavian.

  "Begitu ya? Udah hubungin pihak UNPER (*unit pertahanan)? Kalo belum laporin aja secepatnya." ucap Vio yang langsung di setujui Octavian. "Jadi, apakah kita akan bergerak dalam waktu dekat?" tanya Kenandra kepada Vio, sebab Vio adalah orang yang paling pintar strategi di geng itu. Violia menatap Kenandra lalu tersenyum.

  "Tidak, kitak akan menyerang bulan depan." kata Violia. "Kenapa? Bukannya lebih cepat lebih baik, semakin lama akan semakin banyak orang-orang yang ditangkap dan dikurung di sana." tanya Arfhan heran.

  "Memang benar, tetapi kita akan memiliki peluang gagal kalau menyerang sekarang langsung ke mansion itu. Walaupun kita sudah mendapat info tentang denah maupun sistem operasi di sana, tetapi tetap saja pemiliknya adalah orang yang lebih tahu dari siapapun." mereka mulai mengerti maksud Vio.

  "Bulan depan mereka akan mengangkut semua budak ketempat pelelangan, kita akan menyerang mereka dalam perjalanannya, hal itu lebih menguntungkan kita. Suruh anak-anak yang sedang free untuk mengobservasi jalur perjalan Zavio ketempat pelelangan. Kita dapat memasang jebakan juga memanfaatkan lokasi yang tidak terlalu mereka kenali." Sekarang mereka paham. Hal itu memang lebih menguntungkan mereka.

  "Wahhh, bener juga ya." setuju Daniel tentang pendapat Vio. "Gw bakal suruh Lavien yang baru menyelesaikan kuliah sastra pertamanya dan dia bakalan ajak yang lain untuk ngeobservasi lokasi itu." kata Arfhan setuju dengan rencana Violia. "Kalo gitu gw ngehubungin pihak UNPER dulu, gw langsung balik rumah ya abis itu." ucap Octavian mulai berkemas.

  "Lho kok gitu? Noh cemilan bawaan Vio belum kita sentuh." ucap Kenandra. "Gak ah, keluarga bokap gw lagi ngumpul di rumah, bisa diceramahi nyokap gw kalo keluar lama hari ini." jawabnya seraya meninggalkan tempat dan menuju kafe.

...»»---->Continued<----««...

...Kepanjangan ya?? Ini bisa jadi dua chapter gasih??...

...Apa nextnya dipendekin ya?? Sarannya dong~...

...Bye bye aku tunggu di chapter selanjutnya yaaa♡...

Chapter Two

Menghubungi pihak UNPER tidaklah semudah menelpon, mereka berhubungan lewat beberapa kafe dan resto yang berada di pusat kota. Sebenarnya selama ini pebisnis gelap mengira orang-orang yang menghalangi bisnis mereka masih UNPER, sebab anak-anak selalu berpakaian tertutup sehingga anak buah pebisnis-pebisnis tersebut mengira mereka melawan UNPER dan melaporkannya ketuanya.

Dalam hampir 2 tahun ini mereka baru menghancurkan 3 perusahaan bisnis gelap, ini juga dikarenakan misi ini adalah misi jangka panjang. Jadi mereka mulai dari bisnis yang belum terlalu besar. Setiap kali mereka melakukan tugas, pihak UNPER akan bersembunyi di suatu tempat sehingga pebisnis bisnis gelap percaya bahwa yang menyerang adalah UNPER.

Mereka bertukar pesan dengan pihak UNPER dengan cara menitipkan surat yang hanya dapat dibaca oleh UNPER sebab mereka menggunakan bahasa mereka sendiri yang mereka buat dan pelajari selama masa pelatihan. Mereka menitipkannya di salah satu dari beberapa kafe maupun resto yang telah bekerja sama dengan mereka. Lalu pihak kafe atau resto akan menghubungi pihak UNPER melalui aplikasi pesan online mereka, lalu setelah menerima kode rahasia dari pihak kafe ataupun resto mereka datang mengambil surat dari geng itu. seperti itulah pergerakan rahasia yang mereka lakukan ditengah huru hara ramainya masyarakat pusat kota.

...✥...

Pagi-pagi Violia sudah siap untuk pergi ke kampus, sebenarnya kelasnya baru dimulai 3 jam kedepan. Tetapi, ia harus pergi lebih awal dalam bulan ini karena hukuman dosennya tersebut.

"Gila ih tuh dosen gacape apa ngehukum gw terus?! Apa ga frustrasi gw pergi kampus pagi-pagi sebulanan?!" cemoh Vio didepan cermin, sebab ia baru saja selesai siap-siap. "Padahal hari itu si Daniel juga merokok tuh cuman dihukum berjemur seharian di tengah lapangan ama dosennya! Lah gw?!!!"

"AKHHSSSSHHHH mau pindah jurusan aja ihhhh, punya dosen atu ribet amat, idupnya kek gak pernah muda aja!!" yaa, Ia masih lanjut mengoceh dari keluar kamar hingga sampai di perpus jurusannya, berbagai sumpah serapah telah dilotarkannya kepada sang dosen. salah satunya, "Semoga tuh si Leviandre pas nikah nanti dapat istri yang ribettt, galak tapi Leviandra harus cinta mati ama tuh istrinya lalu istrinya ceraiin dia dan dia gila di tinggal pergi istri tercintanya! Noh mampus lo gaada lagi pintar-pintarnya, gila iya lo!!" ucapnya sembari mengencangkan tarikan gas motornya.

...✥...

Setelah selesai bersih-bersih perpus Vio lanjut mulai menggarap buku tebal yang ada di hadapannya yang juga adalah hukuman dari dosennya. "Wahhh, rese nih dosen. Makhluk bernama Leviandre ini emang diciptakan untuk menguji kesabaran gw! Mampus lu, gabakalan idup tenang karena kumpulan sumpah serapah gw dalam 3 tahun ini pas lu ngehukum gw udah menggunung!" gerutu Violia sembari menyiapkan laptop dan cemilan-cemilannya.

"Ekhm!"

DEG!! Seketika Vio melihat kesamping dan melihat orang yang disebut-sebutnya sedari pagi sudah ada nyender di rak buku sampingnya. "Mampus! Perasaan dari tadi kosong nih perpus, bisa-bisanya dia datang gw gak denger langkah kakinya?!" heran Vio. "Saya dateng mau liat kamu ngerjain hukuman kamu atau tidak, saat masuk suara menggerutumu itu memenuhi satu perpus kamu tahu?" katanya dengan tenang. "Mampus gw! Dia denger semua!!" jangan sampai hukumannya kali ini ditambah!

Sebenarnya Violia sanggup saja melakukan semua hukuman dosennya itu, hukuman itu hanyalah hal kecil bagi Vio dibandingkan pelatihannya dulu. Tetapi entah kenapa dia selalu jengkel dengan dosen satu itu, mungkin karena Vio membenci sikap dosennya itu. Jadi Ia selalu jengkel saat dihukum oleh Leviandre

"Demen ya pak ama gw? Dicariin mulu perasaan. Tapi maaf ya pak, bapak bukan tipe gw." katanya sambil tersenyum. Violia tidak peduli tentang etika maupun sopan santun kalau sudah menyangkut Leviandre.

"Berandalan kayak kamu juga benar-benar bukan tipe saya." balas Leviandre sembari pergi dari sana. Ekspresi Violia saat ini benar-benar sudah tidak bisa dikondisikan.

Tring!

Violia membuka layar hpnya ternyata papanya yang ngechat dia.

...Papahh♡...

Vio, nanti abis ngampus langsung

pulang ya. Nanti bakalan ada tamu,

kita makan malam sama-sama ya.

"Yahhh, gajadi deh mau ke arena balap. Yaudah dehhh." ujar Vio, pasalnya tadi rencananya sehabis kelas Ia mau bermain-main di arena dengan yang lain.

...✥...

Violia sudah siap dengan pakaian rumahannya, Ia sudah mencari yang sedikit lebih sopan diantara baju rumahan nya. Karena ibunya bilang berpakaian yang sopan, jadi Ia menurut saja. Ia tak mau membuat kedua orang tuanya malu di hadapan tamu mereka.

"Pittttt", bunyi sumber suara yang ada di pojok atas kamar Violia. Itu adalah alat komunikasi di mansion Violia yang dipasang di setiap kamar agar mempermudah saling memanggil tanpa perlu berteriak dan mengetuk ngetuk pintu ruangan yang kedap suara itu. "Nona Vio, tamu tuan dan nyonya sudah tiba. Nona disuruh turun oleh tuan." kata art Vio dari sumber suara itu. Setelah mendengar itu Vio langsung turun ke ruang tamu rumahnya.

Sesampainya di ruang tamu Vio melihat orang yang kemarin baru saja ditemuinya. "Eh, om Lian ternyata." sapa Vio dan lansung duduk di sana. "Iya Vio, om dateng lagi hehe." ucapnya sambil cecengesan. "Maaf ya, anak ku terlambat ada urusan bentar tadi katanya." sambungnya merasa bersalah membuat acara mereka tertunda. "Gapapa santai aja, bentaran juga dateng tuh." sahut papa Vio.

"Eh? Om punya anak ya? Kok ga bernah denger?" heran Vio, karena sosok Faelian yang Ia lihat di berita tidak pernah membahasa apapun soal anak atau sebagainya. "Hahaha, iya om punya anak udah besar lagi. Anak om tuh belum mau terekspos media jadi selama ini tidak ada orang luar yang tahu kalo om punya satu anak." jelasnya. "Ooo begitu." paham Vio.

"Permisi, maaf saya terlambat."

DEG!! Suara ini tidak asing bagi Violia. Vio perlahan menoleh ke belakangnya, benar saja disana sudah berdiri dosennya. Tidak lain dan tidak bukan, Leviandre.

"WHAT'S IS?! JAN JANGAN DIA ANAK OM LIAN?!!" teriak batin Vio. Ia berkali-kali melihat dosennya dan orang tuanya beserta Faelian.

"Kamu kenal anak om kan Vio?" tanya Lian pada Violia. "A-ah i-iya om, ternyata anak om." gagap Vio saking terkejutnya, karena mereka benar-benar tidak mirip! Selain warna mata yang hitam agak kebiruan mereka tidak mirip, bahkan sikapnya bertolak belakang! Vio seketika teringat wajah mendiang istri Faelian yang menginggal sewaktu Ia SMP. Warna rambut dan kulitnya mirip, ternyata dosennya itu mendominasi gen ibunya. " Udah ih tatap-tatapannya, kita makan malam dulu yuk. " ajak ibunya, sebab dari tadi dua orang yang baru bertemu itu saling tatap-tatapan tanpa sepatah katapun.

...✥...

Setelah makan malam mereka kembali berkumpul di teras belakang sembari menikmati pemandangan malam dihari yang cerah itu. "Ekhm!" terlihat 3 orang tua yang ada di sana saling mengode. "Gini, sebenarnya kita semua berkumpul di sini bukan hanya untuk makan malam bersama." kata Faelian memulai pembicaraan. "Kemarin kami sudah membicarakan dan sepakat untuk.." papa Vio menjeda kalimatnya yang membuat 2 orang yang tidak tahu apa-apa itu penasaran.

"Menjodohkan kalian berdua."

Sontak, dua buah pasang mata melotot terkejut mendengarnya. Bagai petir disiang bolong, mereka benar-benar tidak menyangka dengan ide orang tua mereka. Saking terkejutnya Violia sampai tak bergeming Ia bahkan tidak kuat untuk membantah saking terkejutnya.

"Apa maksudnya? Yah, apa-apaan ini?" ucap Leviandre tidak mengerti kenapa tiba-tiba ayahnya menjodohkannya. "Sebenarnya setelah bunda mu meninggal ayah sangat sedih melihat kamu yang menjadi lebih pendiam dan kerja terus menerus. Kamu sudah seharian di kampus dan lanjut menolong ayah di kantor lagi malamnya." ucap Sang ayah sendu.

"Ayah sadar kamu menyibukkan diri agar tidak terlalu merasakan kehilangan bundamu, tapi ayah gabisa menggantikan posisi bundamu, karena ayah juga masih sangat sangat kehilangan sosok bunda kamu. Setidaknya jika kamu menikah kamu akan merasakan kehadiran seorang perempuan lagi di hidupmu yang munggkin bisa menutupi sedikit rasa kehilanganmu. Setidaknya satu dari kita berdua bisa mendapat masa depan yang lebih bahagia daripada sekarang. Jika anak papa bahagia, pasti hal itu juga dapat membahagiakan papa." ucap Faelian panjang lebar, ekspresi anak dan ayah tersebut benar-benar suram sekarang.

"Pah?" merasa dosennya sudah tidak bisa melanjutkan penolakan itu, Violia mulai angkat bicara. "Papa setuju karena papa merasa Leviandre adalah orang yang tepat untuk membatu papa dan mama membawa kamu kembali Vio, papa benar-benar sudah bangga kamu sudah mau berubah sedikit demi sedikit selama ini, tidak separah dahulu. Tetapi tetap saja papa sama mama sangat mengharapkan Violia kami kembali seperti dahulu. Papa mama tidak masalah soal kamu memilih menjadi gadis tomboy seperti ini, itu bukan masalah bagi kami. Tapi cukup seperti itu Vio, jangan melebihi batas kamu." alasan papanya menjodohkannya telah tersampaikan.

Sekarang Vio merasakan sangat sesak di dadanya, hatinya serasa tercabik-cabik melihat kedua orang tuanya mulai menitikkan air mata terlebih lagi ibunya. Vio menundukkan kepalanya matanya sudah mulai berair, Ia benar-benar tidak mau menangis di depan dosennya dan Faelian yang baru kembali bertemu kemarin. Terlewat beberapa menit mereka semua diam tidak ada yang angkat bicara, sehingga ibu Vio memecahkan keheningan itu.

"Gimana? Sampaikan saja pendapat kalian. Kami tidak akan memaksa kalian menikah kalau kalian tidak mau, kami gamau kalian menikah tapi saling membenci nanti." ucapnya. Benar, mereka tidak ingin sampai anak-anak mereka menikah dan akhirnya saling menyakiti.

Violia dan Leviandre masing-masing menatap orang tuanya dan menimbang-nimbang keputusan mereka. Ternyata mereka sangat lemah di hadapan orang yang menjaga mereka sembari dalam kandungan.

Setelah menimbang-nimbang, mengangguk. Mereka berdua serentak menganggukkan kepala mereka. Semua orang yang ada di sana terkejut termasuk dua orang yang menjadi sumber keterkejutan itu ikut-ikutan terkejut.

"Beneran? Yaampunn." tangis mulai mendatangi para orang tua kembali, tapi kali ini adalah air mata bahagia. "Kalian bicara saja dulu, kami masuk terlebih dahulu, kami akan menenangkan perasaan kami di dalam." ucap papa Vio, dan langsung menggandeng istrinya dan mereka bertiga masuk ke dalam.

Lewat dari 3 menit akhirnya Violia buka suara,

"Kenapa? Kenapa lu ikut-ikutan nganggukin kepala?!" raut mukanya berubah suram. "Bukankah saya yang harusnya bertanya begitu? Mengingat sikapmu saya pikir kamu akan membantah lebih keras." jawab Leviandre dingin.

"Saya berencana menerima untuk menenangkan ayah saya, dan saya berharap kamu menolak dan perjodohannya dibatalkan atas permintaan kamu." sambungnya.

"Gak liat lo? Orang tua gue udah nangis dan keliatan seputus asa itu, dan itu karena gw. Gw juga ga mau makin menambah kekecewaan orang tua gw, gw udah cukup sering mengecewakan mereka." jawabnya. Terjadi lagi, mereka diam kembali.

"Yasudah karena situasi kita begini, kita terima saja." final putusan Leviandre. "Enak aja, udah gw bilang gw ga suka lo!" Vio tidak terima. "Saya juga bilang berandalan seperti kamu bukan tipe saya, tapi anggap saja kita memainkan drama yang tujuannya untuk membahagiakan orang tua kita, tujuan kita sama kan?" jelas Leviandre kembali.

Selang waktu semenit, "Okedeh kita lakuin aja dulu, dan kita akan cari jalan pisahnya nanti." putus Violia, Leviandre kembali mengangguk tanda menyetujui saran Violia. Mereka kembali menatap langit malam yang sangat indah di saat hati mereka hancur.

...»»————>To be continued<————««...

...Hallo! Nah ketemu lagi nih di chapter ke-dua....

...Aku ini penulis baru jadi mohon dukungan dan bimbingannya🙏🏻...

...Okay nanti kita ketemu lagi di chapter berikutnya yaa~...

...Bye byee~🤍...

Chapter Three

"Tuan Evander, nona Chesterfield selamat datang." sambut pegawai butik itu. Violia hanya membalasnya dengan senyuman. lalu mereka berdua diarahkan untuk menyoba sepasang pakaian mengantin yang telah di pesan oleh Liliana.

Levindre sudah selesai menggunakan setelan jas berwarna putih dengan kemeja silver dan rompi di bahunya. Sekarang Ia duduk di depan tempat ganti perempuan menunggu Violia keluar dari sana. Tentu saja itu bukan kemauannya sendiri, melainkan arahan dari pegawai yang selalu mengikutinya dari tadi.

Tirai di depan Leviandre terbuka. Ia kaget melihat Mahasiswinya yang selalu memakai pakaian berwarna gelap tiba-tiba memakai gaun berwarna putih terang. Ia lansung menetralkan ekspresinya sebelum ada yang sadar akan perubahan ekspresinya tadi.

Violia memandang lurus laki-laki di depannya, tidak ada yang berbeda dimata Vio karena biasanya juga dosennya itu selalu memakai kemeja dan kadang-kadang memakai jas di hari-hari tertentu, hanya saja sekarang dengan warna putih, warna setelan yang tidak pernah dipakai dosennya itu.

Baju pertama mereka sudah pas, tidak ada yang perlu dirubah. Mereka lanjut mencoba setelan kedua, mereka akan memakai satu setelan untuk hari pernikahan dan satunya lagi untuk foto pre-wedding nya.

Setelah selesai di butik mereka pergi membeli cincin. Sekarang di depan mereka sudah berderet bebagai model cincin couple pernikahan.

Pegawainya merekomendasikan berbagai pasang cincin yang memiliki permata yang menonjol. Sehingga yang terakhir Ia menunjukan cincin yang sangat simpel hanya mempunyai permata berupa titik kecil-kecil di sekeliling cincinnya.

"Yang ini saja ya? Kita harus pilih yang tidak terlalu menonjol untuk di pakai sehari-hari, gw ga yakin kita bisa ngelepas cincin ini nanti setelah nikah, orang tua kita pasti memperhatikannya." bisik Vio, "Benar, saya setuju." jawabnya. Mendapat persetujuan dari Levi, Vio langsung minta dibungkuskan cincin tersebut.

"Kamu pulang sama siapa?" tanya Levi, karena biasa Vio selalu membawa motor ke kampus mungkin saja sekarang motornya sedang dikirim kesini atau Ia mau dijemput teman-temannya. "Ya sama bapak lah, jan bilang bapak mau ninggalin gw?!" cecarnya.

"Engga sih, saya kira kamu bawa motor atau mau dijemput temanmu, jadi saya bertanya." sampainya. "Apa nanti kata mama kalo tau gw baliknya sendiri, udah ayo cepet antar gw balik." Ia langsung meninggalkan Levi dan masuk ke mobil begitu saja.

...✥...

Keesokan harinya, mereka akan melaksanakan foto pre-wedding hari ini. Vio dan Levi mengambil izin untuk hari ini dan besok, yang besok adalah hari pernikahan mereka. Ini konsepnya memang serba kilat.

Bayangkan saja pemotretan baru mulai saat siang hari karena dari pagi mereka baru selesai menyiapkan penampilannya. Vio saja heran, make-up di wajahnya sangat tipis, Vio hanya merasa wajahnya lebih segar. Tetapi make-up itu membutuhkan waktu hampir dua jam! Belum lagi menata pakaian Vio dan Levi yang memakan waktu satu jam-an.

Setelah pemotretan nanti mereka harus menyuting yang memerlukan waktu juga mencetak untuk foto hari pernikahan, dan masalahnya hari pernikahannya besok. Dapat dipastikan bahwa tim yang ada di sana akan begadang untuk malam ini.

Pemotretan dimulai, keduanya sangat canggung bahkan setengah jam memotret tidak ada hasil yang memuaskan, jika saja fotografer itu tidak dibayar berkali-kali lipat pasti dirinya sudah menyerah.

"Apakah saya boleh bertanya?" ujar fotografer tersebut yang menarik perhatian dua orang yang terlihat adu mulut sedari tadi, entah apa yang mereka bisikkan. "Apakah kalian sedang bertengkar? Saya tahu semakin mendekati hari pernikahan pasti akan ada beberapa masalah menghampiri. Tapi pernikahan kalian itu besok, tidak sampai 24 jam dari sekarang. Kami berikan waktu istirahat setengah jam untuk kalian membicarakan masalah kalian." ujar fotografer tersebut yang terlihat lelah.

"Lihat?" ucap Levi menatap Vio di depannya. "Bukan salah gw ya!" elak Vio merasa kata yang keluar dari mulut Levi seakan menyalahkannya.

"Kita beruntung orang tua kita tidak ikut kita kesini, jadi cukup kekanak-kanakannya Violia. Mari kita selesaikan ini." ujar Levi.

"Hello? Excuse me? Siapa ya yang ke kanak-kanak?" Vio menatap tidak terima kepada Levi. "See?" ujar Levi melipat kedua tangannya di dada sertai mengangkat sebelah alisnya. "Akarnya itu kelakuan bapak ya!" sentak Vio tidak mau disalahkan.

"Terserah, anggap saja karena kira berdua. Jadi ayo cepat selesaikan ini agar kita cepat pulang dan kita menjauh satu sama lain." ungkap Levi, Ia juga sudah tidak tahan menghadapi berbagai celotehan tidak berguna Vio.

Pemotretan dilanjutkan, sekarang sudah mendingan walau tidak ada kontak fisik yang intens antara keduanya. Fotografer itu mengecek foto-foto yang telah Ia tangkap, itu sudah sangat bagus tapi tidak ada pose yang menyatakan bahwa mereka ini pasangan yang akan menikah, tidak ada kontak fisik sama sekali.

"Oke, udah bagus. Kali ini kita buat lebih intens ya? Nona bisa memegang bunga dengan dua tangan dan menghadap kamera, sedangkan tuan bisa merangkul pinggang pasangannya dan menatap wajahnya sembari tersenyum." instruksi fotografer itu.

Kedua orang itu saling bertatapan mendengar perkataan fotografer itu. "Bisa skip dulu ga ya? Yang lain aja dulu." ucap Vio berdalih. "Baiklah, sweet kisses next, yeah?" ujar Sang fotografer. Sontak saja keduanya bertatapan dengan ekspresi terkejut, Vio langsung menggeleng kecil sebagi isyarat Ia menolak.

"Maaf saya tidak bisa pak." ujar Levi yang membuat Sang fotografer menatapnya tak sedap.

"Saya takut tidak bisa menahan diri pak, dan saya punya prinsip untuk memberikan itu semua hanya pada satu wanita, yakni orang yang sudah terikat janji pernikahan dengan saya. Jadi saya memilih menahan dan melakukannya besok saat kami resmi menjadi suami-istri." ujarnya dengan muka seriusnya itu.

Vio menatap takjup pada dosennya itu, dirinya sangat lancar berbohong pikir Vio. Benar, namanya juga kan mulut lelaki. "AA~ SO SWEET~" seru para staf perempuan di sana. Fotografer itu akhirnya tersenyum "Kenapa ga bilang lebih awal? Maaf harus buat kamu mengatakan hal itu di sini ya." ujarnya terjebak muslihat Levi.

"Tidak masalah, saya tahu tuan adalah fotografer yang luar biasa, pasti bisa buat hasil yang bagus hanya dari pegangan tangan kan?" tambah Levi. Vio mengakui kehebatan dari rangkaian kata-kata yang keluar dari mulut Leviandre.

"Tentu saja." ucapnya percaya diri. "Pertama, nona bisa turun dari kursi itu, dan kalian saling berhadapan. Tuan bungkukkan sedikit badan anda dan nona menatap sedikit keatas." instruksinya. Vio sekarang menjadi jauh lebih pendek daripada Levi, sejak tadi Ia berfoto dengan baik ke kursi kecil guna menyerasikan diri untuk difoto. "Ya! Sekarang nona genggam bunganya di belakang. Saling pandangan, tunjukkan senyum bahagianya. Oke, nice!" serunya.

"Sekarang nona naik lagi ya, hadap-hadapan. Tuan ambil bunga nona dan tutupi wajah kalian dengan itu. Oke!"

"Baik, hadap sini keduanya. Sekarang genggaman tangan, dan lihatkan tawa manis kalian. Nice!"

Para staf perempuan sudah terpaku dengan pangeran yang sempurna di depan sana, katanya.

"Guys.. Sadar, itu suami orang, besok udah resmi." salah satu dari mereka mengingatkan padahal dirinya juga tidak mengalihkan pandangan dari pemandangan visual yang memabukkan di depannya.

"Perasaan tadi mukanya serem deh." tambah rekannya. "Itu karena dia memasang ekspresi dingin, tadi itu mode keren yang sekarang lagi mode manis-manisnya." tutur yang lainnya lagi. Mereka semua saling berbicara dengan pandangan yang tidak beralih dari paras Levi.

Selang beberapa waktu pemotretan mereka selesai. Mereka memilih satu foto yang akan mereka pajang di acara besok. Pilihan mereka jatuh pada foto mereka yang berhadapan dan wajah yang ditutupi bunga.

"Baik, kami akan segera menyuting dan mencetaknya. Akan kami usahakan dikirim sebelum acara besok di mulai. Untuk foto lainnya apakah kalian tidak keberatan jika hasilnya menyusul belakangan?" tanya fotografer itu. "Tidak masalah." jawab Vio dan diangguki oleh Levi.

Setelah itu mereka langsung berganti pakaian dan pulang ke rumah masing-masing.

...»»---->To Be Continued<----««...

...Selangkah lagi udah resmi jadi suami-istri nihh~...

...Mulut lelaki semanis itu ya? Setuju ga?? ...

...Kritik dan sarannya aman sangat diharapkan🙏🏻...

...Bye Byee~ See you in the next chapter. ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!