Malam saat jam menunjuk angka Sembilan, seorang gadis tengah terbaring di kasur kamarnya. Badan dan pikirannya lelah karena seharian harus menemani sahabatnya untuk mengurus keperluan pernikahan.
Matanya terpejam pikiran menerawang. Berbagai kejadian yang telah berlalu membuat rasa was-was di hati semakin menjadi, apalagi untuk masa depan. Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia karena kecelakaan pesawat. Dan sekarang dia tinggal satu rumah dengan keluarga sahabatnya.
“Apakah nanti saat menikah akan ada sahabat yang mendampingiku?” begitu batinnya.
Yola nama gadis itu, seminggu yang lalu dia menemani sang sahabat untuk fitting ulang baju. Namun ada yang mengusik pikirannya.
“Kok, secepat itu lingkar pinggang Lisa bertambah sampai tujuh centi. Aneh, dia makan apa. Tapi kayaknya bukan lingkar pinggang, deh. Kalau diperhatikan perut Lisa kayak makin gede. Sia-sia dong, dia diet selama ini. Ck…
Tapi mungkin saja itu faktor beban pikiran, bisa jadi. Resiko menikah dengan seorang actor atau memang semua calon pengantin seperti ini menjelang pernikahan. Nafsu makan berubah drastis. Ah, nggak tahu lah. Tidur aja!”
Lagipula pernikahan Lisa baru tercium netizen dua minggu yang lalu. Saat ini masih menjadi topik hangat dalam pemberitaan media manapun.
Antara terharu, bangga dan juga senang bisa melihat mereka akhirnya menikah. Perjuangan masa pacaran yang bisa dibilang backstreet dua tahun ini, berbuah manis.
Lisa Harmien Adiningrat. Dialah sahabat Yola yang sebentar lagi menjadi pengantin. Sejak jaman orok sudah bersama, seperti periksa kandungan secara rutin, saling bereaksi bersamaan jika ibu kami bertemu.
Gelar nama belakang cukup menjelaskan kelas ekonominya bukan.
Adiningrat…
Ningrat!
Ayahnya seorang pengusaha Batubara terbesar di Pulau ini. Menurut silsilah keluarga dari sang ibu, Lisa termasuk dalam keturunan bangsawan Jawa. Namun visual Lisa lebih banyak diambil dari gen Ayahnya yang orang Inggris.
Setelah Sekolah Dasar di Indonesia dia melanjutkan sekolah ke London ikut bersama kakek neneknya. Selama itu pula gaya dan penampilannya berubah drastis.
Penampilannya menjadi berani, makin cantik dan seksi. Nggak heran sih, jika dia didapuk menjadi salah satu model majalah ternama di London.
Namun demikian bukan berarti persahabatan Yola dan Lisa putus. Setidaknya mereka saling memberi kabar satu sama lain, walaupun tiga hari sekali, tergantung kesibukan masing-masing.
Untuk calon mempelai pria ternyata juga merupakan blasteran Indonesia-Jerman. Namanya Dietrick Alan Pancabima, dipanggil Alan. Menurut kabar yang beredar, orangtua Alan cerai dan dia ikut pulang Ibunya ke Indonesia sejak usia SMP.
Menjadi artis sejak usia 20 tahun, sebenarnya lebih berminat akting dalam drama atau film action. Namun sering kebagian menjadi pemeran pembantu.
Banyak juga tawaran menjadi pemeran utama, namun dia menolaknya. Sebab peran yang ditawarkan adalah drama romantis. Sebisa mungkin dia tidak akan mengambil job percintaan. Padahal kalau dia mau, bisa jadi ratingnya sebagai artis pendatang baru bisa berada di puncak.
Yola hanya tahu sebatas itu saja, walaupun calon sahabatnya, Yola bertemu dengan laki-laki itu hanya hanya dua kali. Itupun dalam acara ulang tahun Lisa.
Kesan pertama bagi Yola saat bertemu dengan laki-laki itu adalah sikapnya yang agak cuek, hanya mau tersenyum di depan kamera. Nilai plus laki-laki itu adalah jauh dari gosip jelek. Paling yang menjadi sorotan adalah sikapnya yang cuek itu sampai dijuluki Mr. Coolkaz oleh netizen.
Lalu Yola, nama lengkapnya adalah Yemita Yola Sri Asih Padmasari. Bukan blasteran Eropa- Indonesia, melainkan blasteran Jawa-Jepang. Tepatnya nenek Yola lah orang Jepang, sampai sekarang beliau masih sehat wal'afiat.
Setahun sekali Yola selalu mengunjungi tempat tinggal sang nenek. Sejak Yola ditinggal pergi kedua orang tuanya, sang nenek berulang kali meminta Yola untuk tinggal di Jepang. Namun Yola selalu menolak dengan halus.
Bagaimanapun sang nenek tetap menghormati keputusan cucunya itu.
Saat ini Yola sedang menempuh semester empat di Universitas X, mengambil prodi Sastra dan Bahasa Indonesia. Menjadi guru bahasa itulah tujuannya.
Untuk tempat tinggal, sebenarnya Yola punya. Hanya saja saat ini ditempati oleh Om Bekti dan keluarganya. Om Bekti adalah adik kandung Almarhumah Ibunya Yola.
Om Bekti terobsesi dengan harta peninggalan orang tua Yola. Atau mungkin hanya dugaan Yola saja. Tapi dari gelagat dan bukti-bukti, jelas segala sikapnya menunjukkan serakah dengan harta.
Seperti memalsukan dokumen hak waris juga kepemilikan tempat usaha orang tua Yola. Om Bekti bilang harta itu sebenarnya adalah miliknya. Dia memperkuat bukti surat waris dari almarhum kakek, Yola saja sangat meragukannya.
Kalau Om Bekti bisa mengurusi semua itu, Yola oke-oke saja. Tapi awas saja kalau nanti sampai menghancurkan tempat usaha peninggalan orang tua Yola. Akan Yola buat dia merasakan hal yang sama.
Saat ini berdiam dan tidak melakukan apapun yang menyulut api dengan Om Bekti adalah langkah Yola. Setelah lulus nanti, lihat saja. Akan direbut lagi apa yang jadi miliknya.
Demi mendapat kenyamanan dan jauh dari cekcok bersama keluarga Om Bekti, Yola memilih tinggal bersama Om Sam dan tante Yuni.
Mereka adalah orang tua Lisa, tante Yuni merupakan sahabat ibu Yola sejak kecil. Mungkin hubungan mereka menurun kepada anak-anaknya, Yola dan Lisa.
Hal yang membuat Yola betah di rumah keluarga itu adalah sikap mereka sama seperti orang tua ke anak-anaknya. Mencurahkan segala kasih sayang dan perhatian tanpa pilih kasih antara Yola maupun Lisa.
Sungguh suatu keberkahan dalam hidup bisa memiliki orang tua lagi. Bahagia semakin menjadi tatkala sahabat atau bisa dibilang saudara angkat akan menikah besok.
Kreeeeett!
Pintu kamar terbuka, Yola menoleh. Rupanya tante Yuni, "belum tidur, La? " tanya beliau.
Yola bangun untuk duduk. "Mm…belum Tan. Aku jadi ikut deg-deg an mikirin besok. Padahal aku yang jadi bridesmaid. Masa deg-deg an juga sih. Aneh tau nggak, Tan. Haha" Yola tertawa sambil menutup mulut. "masuk dong, Tan!"
Tante Yuni hanya tersenyum. Kemudian beliau mendekat dan duduk di samping Yola. Mengelus rambut gadis. Air matanya menitik di pipi.
Yola terkejut, refleks mengusap air mata itu. " Tante jangan sedih dong. Kan, masih ada aku yang bakal nemenin tante. Kalau Lisa kangen, nanti bisa pulang kesini.
Atau gini aja, waktu tante kangen Lisa. Nanti Aku telpon deh, biar dia cepat pulang. Kalau masih nggak mau, aku seret dia. Gimana? " Yola meringis, sengaja mengucapkan kata-kata itu untuk menghibur Tante Yuni.
Kasihan beliau sejak kepulangan Lisa dua tahun lalu, selalu terjadi cekcok kecil. Karena perubahan Lisa yang bisa dibilang berlebihan.
Tante sering menasihati agar Lisa lebih sopan baik dalam berpakaian dan bertutur kata. Ujung-ujungnya selalu berdebat. Dulu dia gadis kalem, sopan dan nggak neko-neko.
Mungkin Lisa juga butuh waktu untuk kembali seperti dulu. Saat ini yang ada di pikiran Yola adalah menjadi sahabat Lisa seperti biasanya. Cara menasihatinya pun berusaha tidak semencolok tante yang menunjukkan sikap emosi.
Yah, mungkin itu termasuk kekhawatiran orang tua terhadap anaknya yang sudah tumbuh dewasa. Jika ayah dan ibu masih hidup, tentunya Yola akan selalu diomeli, seperti Lisa saat ini.
Yola merindukan rindu masa-masa itu.
Masa dimana ibu selalu mengomel setiap pagi saat sarapan dan Ayah yang selalu membelanya. Yola rindu masa itu.
Tiba-tiba Yola malah menangis di depan Tante Yuni.
"Loh. Kamu kok malah ikutan nangis sih, Yola! " tante buru-buru mengusap air mata yang mengalir di pipi Yola.
Yola merasakan kelembutan dan perhatian dari seorang Ibu, ia pun menghambur kepelukan tante Yuni.
" Aku kangen, Tan. Aku kangen Ayah dan Ibu. Aku rindu dikhawatirkan mereka. Omelan mereka. Aku rindu, Tan..! " tangis Yola semakin menjadi. Semakin erat pula pelukannya.
Tante Yuni mendesah maklum, juga prihatin dengan Yola. Ia pun sengaja mengucapkan beberapa kata untuk menghibur Yola.
"Mulai sekarang kamu bisa manggil Tante dengan sebutan Ibu, atau Mama. Sama seperti Lisa. Mulai sekarang kamu juga harus siap di omelin." mencubit hidung merah Yola.
Lalu Tante Yuni tersenyum memandang gadis di hadapannya "Karena punya anak seperti kamu adalah suatu keberuntungan dalam hidup Rio dan Asri, ayah dan ibumu. Tante juga mau keberuntungan seperti mereka" kembali beliau mengusap rambut kepala Yola.
Yola pun mengangguk kecil, lalu kembali dalam pelukan Tante Yuni. Dia masih kurang puas dengan pelukan dari sosok Ibu.
"Tuhan, terimakasih sudah mengirimkan orang tua baru lagi untukku. Walau Aku dan Tante Yuni tidak ada ikatan darah, namun ikatan batin semoga saja selalu terbentuk dan berkembang menjadi cinta keluarga." begitu batin Yola berharap.
Rasanya masih kemarin dia berada di pelukan Ibunya. Rasanya masih kemarin dia bercanda dengan Ayahnya.
Padahal itu sudah lewat dua tahun lebih. Tapi Yola masih merasa orang tuanya berada di dunia ini.
*****
Pukul 20.00 WIB.
Yola tengah sibuk di dalam kamar, HP nya berbunyi. Panggilan dari Lisa.
"Halo Lis, ada apa? " Tanya Yola sambil fokus menghias kuku buatan, Nail-Art. Masih kurang 2 kuku lagi untuk para maid besok. Total ada empat orang bridesmaid.
Mereka adalah Yola serta tiga orang sepupu Lisa yang umurnya kurang lebih berjarak 1 tahunan satu sama lainnya.
"Duh, kurang dua aja kok mata ini nggak bisa diajak kompromi, ngantuk berat. Si Lisa juga nggak ngomong ini kemana sih.
dia lagi Be-Ol apa gimana. " Yola mengeluh karena sudah sepertiga kelopak matanya yang masih bisa diajak bekerja.
"Kenapa kemarin aku ngotot banget buat bikin nail-art segala. Tapi kan ini juga buat promosi produk baruku. Ya harus dong. Apalagi nanti bakal diliput media. Setidaknya satu dua foto kami memakai nail-art juga akan terpampang di media. Dan banyak yang kepo. Wah, ini karya siapa sih.
Mau dong nail-art kayak pernikahannya mempelai wanita si artis itu. Terus banyak deh yang pengen beli. Wahaha, ya ampun Yola, kamu pinter banget sih cari duit. Pernikahan temen aja dijadikan ajang buat promosi. Wkwkwk! " ucap Yola menyemangati diri sendiri.
Diseberang sana terdengar isak tangis. Yola menghentikan kegiatannya. Kemudian bergegas menuju kamar Lisa, sambil berjalan tanpa mematikan telpon.
Sampai didepan kamar Lisa, Yola langsung membuka pintu. Saat seperti ini Yola tak perlu izin. Nggak sopan?
Yola tidak ambil pusing jika dikatai seperti itu. Namun satu hal yang Yola ingat, sejak dulu jika ada masalah, Lisa selalu berdiam diri di kamar dan enggan berkomunikasi dengan orang lain.
"Lis, kenapa? " Yola mengulang pertanyaan ditelpon. "Eh, lupa belum dimatikan telponku." menepuk pipi sendiri. Lalu mematikan sambungan di gawainya.
Lisa mengusap airmatanya, lalu menyuruh Yola menutup pintu kamar.
Yola melaksanakan permintaan itu, kemudian duduk disebelah Lisa yang kini wajahnya sembab karena terlalu lama menangis.
"Olaaa.. " dia kembali terisak. Sepertinya ingin menyampaikan sesuatu, namun kata-katanya tercekat di tenggorokan. Mata yang hanya berkaca-kaca kini kembali menumpahkan airmata.
"Cup, cup, cup. Udah. Segede kingkong gini kok masih aja nangis! Cerita dong. Mumpung masih bareng ini. Besok kan udah dibawa suamimu! " celetuk Yola sambil mengusap-usap bahu Lisa.
Lisa Kembali menangis. Kali ini lebih keras. 'Duh, ini anak kayak bocah' Batin Yola.
"Ya udah, kalo nangis terus aku tinggal nih. Sana nangis aja sampai bintilan. Besok cantikan kami, pada Bridesmaid daripada pengantinnya" Yola menjauh dari duduknya, sok cuek. Kemudian berdiri hendak pergi.
Lisa berhenti menangis, "eh. Jangan pergi. Iya aku udah nggak nangis lagi. Aku mau cerita penting banget. Ini menyangkut masa depanku" sambil mengusap air mata. Kemudian menarik nafas lalu membuangnya.
Lisa menatap Yola dengan memelas. Sedangkan yang ditatap malah membalas tatapan dengan mata ngantuk. Mata Yola sudah benar-benat lelah, seharian berkutat dengan hal yang berhubungan dengan pernikahan besok.
"Jadi? " tanya Yola tidak sabar. Matanya melirik ke arah bantal. Rasanya bantal dengan sarung putih motif bunga itu seperti menawarkan diri untuk di tumbangi oleh kepala Yola.
"Jadi gini. Sebenarnya pernikahanku ini adalah pernikahan bohongan."
Ucapan Lisa membuat mata Yola langsung onfire, "hah?" tidak percaya dengan kalimat yang baru saja dia dengar.
"Apa? Bisa ulangi? aku nggak konsentrasi?" Yola meminta Lisa mengulang kalimatnya.
Kemudian Lisa kembali menarik nafas dan menghembuskannya, lagi.
"Pernikahanku rekayasa." Lisa mengakuinya sambil menatap Yola dengan wajah sedih.
Yola mangap, terkejut. Matanya melotot tidak percaya. "Apa-apaan ini. Lagi ngeprank atau gimana sih?
Yola melihat sekeliling, mencari tahu ada kamera tersembunyi atau tidak, siapa tau Lisa sedang live di sosial medianya dengan ngeprank Yola sebagai korban.
Tapi setelah diamati dan dicari, tidak ada. "Jadi ini beneran?" Yola melihat Lisa.
Lisa hanya menangguk.
Oh, tidak!
Amarah Yola naik seperempat darah. Bagaimana tidak, Yola merasa Lisa mempermainkan pernikahan. Sebuah janji suci dihadapan yang kuasa. Mana bisa dibuat bohongan.
"Edan ya kamu, Lis. Mana boleh kamu mempermainkan aturan kayak gitu? Nikah bohongan. Dosa tau! " seru Yola pada Lisa, alis tebalnya saling tertaut menandakan kondisi Yola yang sedang emosi.
"Aku tau kamu bakal bereaksi kayak gini. Tapi please aku mohon dengerin penjelasanku dulu. Cuma kamu yang mau dengerin segala keluh kesah aku. Walau selalu berawal kamu marah duluan, tapi akhirnya kamu selalu membantuku juga, kan". Lisa mengubah posisi duduknya.
Yola pun diam. Mencoba menenangkan diri. Banyak pertanyaan yang memenuhi otaknya. Antara spekulasi dan bermacam pertanyaan. Hingga menarik kesimpulan, 'Jadi dia anggap hubungan dengan kekasihnya selama ini apa?"
Mungkinkah sekedar drama atau akting untuk mengelabui om Sam dan tante Yuni yang mengharap Lisa menjalin hubungan dengan orang baik-baik.
"Aku hamil, La." Lisa tertunduk, malu mengakui.
Jeder!
Yola seperti disambar petir. Kekuatan pengakuan dengan sistem kejut terbesar. Hingga tak mampu bereaksi bahkan untuk sekedar berkedip.
"Aku hamil, tapi bukan sama Alan" Lisa menangis lagi, sambil menutup wajahnya.
Double jeder!
Kali ini jika petir sungguhan Yola mungkin sudah gosong, untungnya tidak.
Namun badan Yola lemas. Hatinya sedih melihat kondisi keluarga Lisa. Awalnya Yola kira semua baik-baik saja walau ada sedikit perdebatan ibu dan anak, namun ternyata tidak.
"La, kamu udah aku anggap kayak saudara aku sendiri. Aku yakin kali ini kamu bisa bantu aku."
"Emang selama ini aku nggak pernah bantuin kamu?
Tapi kalau menyangkut dengan kebaikan om dan tante aku sungguh minta maaf. Jika itu nggak baik buat mereka, aku nggak bisa." Yola merasa bimbang membantu Lisa, karena keputusan Lisa sudah Yola cium.
" Lagi pula siapa yang menghamili kamu? Udah berapa bulan? Selama ini kamu sama Alan itu hubungannya gimana? Bisa jelasin ke aku nggak sih! Kamu jahat banget nutupin ini dari aku. Udah sejak kapan kamu bohong ke aku? " tanya Yola bertubi-tubi. Rasanya Yola sudah semakin jauh dari Lisa. Bahkan tahu hal ini pun mendadak.
Lisa kembali menangis. Yola yang sudah jengah dengan tingkah Lisa masih mencoba mengalah. Yola mengatur emosi agar stabil.
"Oke lanjutkan ceritamu. Aku akan demgarkan, jika memungkinkan akan kasih kamu solusi."
" Makasih, La!" Lisa tersenyum sendu.
"Hmmm..." hanya itu yang keluar dari mulut Yola. Kemudian Yola kembali duduk di samping Lisa.
mencoba menyimak setiap kata yang keluar dari mulut Lisa. Namun karena bantal di sebelah Lisa juga menarik perhatiannya.
Yola pun meletakkan kepalanya di atas bantal itu.
Sebenarnya Tante Yuni juga harus tahu masalah ini. Suara Lisa seperti dengungan tawon yang sedang lewat, pikiran Yola malah ke hal lain. Dia mencemaskan orang tua Lisa.
'Kalau saja aku punya anak gadis dengan kasus seperti Lisa, pasti shock berat. Cukup satu orang saja, jangan sampai terjadi pada yang lain. Walau bagaimanapun sesuatu yang masih tabu dan memang seharusnya nggak terjadi sebelum ada ikatan yang sah. Aku paham, Lisa memiliki kesulitan tersendiri.
Hanya saja dia mungkin butuh waktu dan meyakinkan diri untuk menceritakannya. Aku tidak bisa terlalu menyalahkan dan mentolerir kesalahannnya ini. Harus dengan kepala dingin.
Kring...!
.
.
.
Yola tersentak kaget. Tumben alarm di kamar bunyinya sangat kencang. Biasanya si Pikuk, alias jam yang keluar burung mainan ketika kedua jarum menunjukkan tepat ke angka. Tapi ini alarm macam bel masuk sekolah. Ckck...
Sekaget apapun Yola, namanya juga bangun tidur tentu saja masih harus mengumpulkan nyawa, alias sadar.
Lamat-lamat Yola engamati jam weker itu. Bunyi jarum jam berdetak, jarum pendek hampir menunjukkan angka 6. Matanya langsung on.
"Wah, udah jam hampir jam 6. Aku belum sembahyang! " bergegas merapikan tempat tidur.
Tapi Yola baru sadar bahwa ini bukanlah kamarnya. "Oh, pantas jam weker hari ini bunyinya kenceng, wong ini kamar Lisa!" bergumam sendiri.
"Nggak papa, tidur lagi aja deh. Baru ingat Aku juga lagi dapet. Hehe" kembali ia merebahkan tubuh sambil menggeliat-geliat.
Brakkk!
Seseorang membuka pintu dengan kasar.
"Apalagi sih ini!" Yola kaget dan mengeluh karena badannya masih capek.
"Kak Yola. Bangun, woy! Perawan hobi kok bangun siang. Jodohmu dipatok ayam, loh! " Teriakan cempreng khas Mbak Nicta Gina membuat Yola tersentak, lagi. Lalu bangun dari rebahannya.
"Dih, mana ada jodoh dipatok ayam. Ada juga rejeki. Tapi tenang, kali ini rejeki nggak kemana-mana kok". Lalu menyanggah pernyataan absurd Maya sambil memeluk guling. Lalu kembali tidur.
"Maya, jangan berisik di pagi yang indah ini. Mentari selalu memberi semangat bagi mereka yang memiliki keyakinan kuat. Beri waktu aku 15 menit. Nanti aku ikut turun," balas Yola ikut absurd.
"Dih, cewek kebo. Ya udah ngorok lagi sana! " Maya berlalu meninggalkan kamar.
Tunggu, Lisa? Aku baru ingat. Tadi malam dia bilang bahwa dirinya hamil. Apa aku nggak salah dengar. Aku harus segera mencari Lisa. Apa dia akan melakukan hal yang aneh hari ini. Misalnya bunuh diri?
Yola segera bangun lagi, lalu menepuk pipinya. "Hus... mikir kok sembarangan..! "
Ya, dan Yola pun sadar hari ini nggak boleh leha-leha. Para ciwi-ciwi rempong alias bridesmaid lainnya akan segera tiba, dan Yola juga akan sibuk dengan calon pengantin juga mereka. Tapi bagaimana dengan perasaan dan kondisi Lisa saat ini.
Segera Yola beranjak bangun berdiri dan berlari menuju kamar mandi.
Setelah badan dan penampilan fresh, Yola keluar kamar. Semua tampak sibuk untuk persiapan nanti sore.
Yola mencari Lisa, tapi tak kunjung ketemu.
"Lagi apa La, kok kayak bingung gitu. Mending sini bantuin tante nyiapin makanan buat saudara di sana" kata tante yang sedang sibuk menyiapkan makanan di meja. Beliau melihat Yola seperti sedang luang.
Mencari Lisa bisa nanti. Ada tante yang butuh bantuanku. Maaf ya, Lis. Aku belum bisa menghibur kamu secepatnya. Batin Yola.
"Baik tante! " jawabnya. Kemudian bergegas membantu beliau.
*****
Di samping kolam renang Lisa duduk termenung sendiri. Sesekali mengecek ponselnya, seperti sedang menunggu kabar dari seseorang.
Tak berapa lama kemudian, HP nya berbunyi. Setelah tahu telpon dari siapa, dia segera mengangkatnya. Seketika raut gembira menghiasi wajah yang suram tadi.
"Halo, gimana? Kamu jadi kesini sekarang dan jelasin ke mereka semua?" Lisa memelas.
Senyum mengembang di wajah Lisa saat ia mendengar jawaban di seberang sana. Lisa merasa harapannya segera terwujud sebentar lagi. "Baik, aku tunggu. Thanks! "
Setelah menutup telpon dia segera pergi untuk menemui seseorang.
*****
Pukul 11.30 WIB.
Satu jam lagi acara ijab qabul akan segera dimulai. Beberapa wartawan sudah datang. Hanya 5 wartawan dan yang terpercaya saja yang diundang.
Kemudian acara resepsi diadakan 1 jam setelah ijab qabul. Yola ikut deg-degan. Dilihatnya Maya dan Kak Nana sedang sibuk menyiapkan tempat untuk sesi ijab qabul.
Kali ini tampilan para bridesmaid sungguh cantik dan menawan. Dress warna putih, sepatu highheels yang senada, serta sedikit corak babypink menyesuaikan dengan gaun pengantin. Tampilan tidak terlalu ramai tapi anggun dan indah, dipadu dengan aksesories jepit bunga kecil warna putih makin menambah manis tampilan mereka.
Karena Yola kesulitan memakai sepatu highheels, Ia sengaja menukar dengan sepatu flat yang tak kalah anggun jika dipakai.
"Nah, gini kan enak jalannya. Masa wara-wiri pake sepatu jinjit." Yola tersenyum puas. Kemudian mengedarkan pandangan ke sekeliling yang tampak bahagia.
Ya bahagia bagi mereka, entah untuk Lisa. Yola merasa tidak enak hatinya.
"Ssst... Kak Selly mana? " tanyanya sambil celingukan saat menghampiri Kak Nana dan Maya.
"Lagi di gedung resepsi, nge-handle persiapan yang di sana." jawab Kak Nana.
"Ooo... " hanya itu jawab Yola.
"Eh, mana nail artnya? Tunjukkin dong. kita foto yuk..! " Yola penasaran, apakah mereka benar-benar memakai mahakarya official Yola tahun ini.
seperti saling memberi kode, mereka menunjukkan 10 jari masing-masing. Kemudian bergaya ala foto model sambil memamerkan kukunya.
Jepret 20x....
"Wooaahhh.... cakep banget sih! Keren-keren. Nah, gitu ya. Nanti kalau wartawan muncul usahain kukunya kelihatan. Tapi jangan terlalu mencolok. Oke..! " Yola memberi petuah ala kepada para bridesmaid lainnya.
"Yes, madam! " jawab mereka serempak.
Yola tersenyum. Tapi tunggu, madam? "Eh. Aku emangnya udah tua? "
Kedua gadis tadi bergegas pergi. Takut membuat keributan jika terus meladeni Yola.
" Weh, tunggu. Maya, Kak Nana! " Yola tak mau tinggal diam, kakinya turut melangkah kemana mereka dua orang itu pergi.
*****
Karena mengikuti dua cewek ngeselin tadi adalah percuma, lebih baik Yola menemani pengantin untuk makan siang.
Sengaja Ia membawakan sepiring gado-gado lengkap dengan kerupuk udang kesukaan Lisa. Juga jus wortel dan tomat yang baginya sangat enak, namun tidak untuk Yola.
Perpaduan sayur dan buah yang aneh rasanya. Lidah memang tidak bertulang, tapi diciptakan untuk merasakan kenikmatan ciptaan Tuhan.
Tapi untungnya Tuhan itu menciptakan perbedaan. Coba kalau sama, Yola dan Lisa minum jus itu. Aduh, membayangkan rasanya saja sudah eneg.
Terdengar keributan di ruang ganti pengantin. Yola cepat-cepat pergi dan masuk ke sana.
Saat tiba di dalam ruangan, Yola melihat semua tampak bingung, kacau.
Yola yang baru saja datang, juga ikut panik.
"Gawat! Pengantinnya kabur! " bisik Maya ke Yola sambil menunjukkan sebuah kertas. Ternyata sebuah surat.
Semua berusaha untuk melihat isi tulisan itu. Ada sekitar 7 orang yang ada di dalam ruangan.
Tiba-tiba hp Yola berbunyi. Ada pesan suara dari Lisa. Sengaja Yola mengecilkan volume suara, agar hanya bisa didengar olehnya.
*Olaa, aku pergi bersama orang yang kucintai. Mungkin keputusanku merugikan banyak orang. Aku emang pantas dibenci. Tapi aku ingin bersamanya. Aku harap kamu mengerti.
Tolong gantikan aku menjadi pengantin. Ini demi kebaikan Alan. Aku nggak mau dia sendirian terus. Kamu dan Alan memiliki kecocokan. Aku yakin kalian akan berjodoh nanti. Sekali lagi aku minta maaf*...
Yola melotot kaget, "Gila!"
Sebenarnya Lisa kena pelet apa sih. Sampai segitunya. Dia siapa sampai Lisa rela mengorbankan semua ini. Dan meminta Yola menjadi pengantin, menggantikannya.
Bener-bener nggak sehat Lisa. Yola pun bertekad harus membawa Lisa kembali.
Aku meminta kertas yang di tangan Maya. Hanya tertulis, 'aku pamit. Maafin Lisa ya Ma, Pa dan Ola...! '
Tinta yang digunakan juga masih segar. Tulisan ini mungkin belum ada setengah jam ditulis. Sepertinya kalau dikejar sekarang masih bisa.
Tante Yuni berteriak sambil menangis memanggil anaknya agar pulang. Om Sam jantungnya kumat. Makin menambah kepanikan orang yang ada di ruangan itu.
Yola meminta Maya untuk menutup pintu. Untungnya ruangan ini didesain kedap suara, jadi sementara aman dari telinga orang luar.
Melihat kondisi Om Sam, Tante Yuni semakin tidak terkendali, dan brukkk.... pingsan.
Keadaan seperti ini bagaimana bisa Yola meninggalkan om dan tante. Apakah Yola harus memenuhi permintaan Lisa, menggantikannya.
Arrrrrrrggghhhh......
Bagaimana ini. Ya, hanya ini satu-satunya cara. Demi Om dan Tante. Juga Lisa. Apapun caranya, dia akan mencari dan membawa Lisa pulang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!