...Yo! Gue Kian. Anak gang sebelah, komplek sebelah, pokoknya paling ujung dunia deh. Tapi jangan salah, walau jauh di mata, gue selalu deket di drama."...
...Mama selalu bilang gue anak spesial. Bukan karena gue pinter, tapi karena tiap hari pasti ada aja kelakuan gue yang bikin heboh. Hidup gue tuh bukan sinetron, tapi rating-nya bisa ngalahin itu Ikatan Cinta....
..."Eh lo kenapa? Sirik? Gak usah gitu dong, ntar jerawatan."...
..."KIANNNN!! Buruan beraknya woi, ntar telat masuk sekolah!"...
...Tuh denger, si Rohit udah mulai ngoceh. Temen satu ini loyal, tapi pelitnya naudzubillah. Udah dibonceng seminggu, bayar cuma goceng. Fix kalo mama tau kelakuan gue ceramah satu jam. Katanya, “Nolong itu kudu ikhlas, biar pahalanya gak disamber setan.”...
...Hidup gue emang bukan biasa-biasa aja. Biasa banget malah… Tapi tetep, kisah gue selalu ada gregetnya....
Pagi itu gue kayak biasa, berantem sama jam weker. Jam udah teriak-teriak dari tadi, tapi gue masih asik mimpi . Hidup memang indah, kalo nggak ada kenyataan. Pas akhirnya gue bangun, gue panik. Bukan karena telat sekolah, tapi karena kemeja gue masih di jemuran, dan celana gue… dipake cimmy!! Kucing putih bloonnya ga ketulungan!! Fix, ini rumah bukan rumah, tapi arena battle royale.
“MAAA!!! CIMMY PAKE CELANA AKU LAGII!!”
"Ya elah, emang kamu doang yang bisa pake celana sobek sobek gitu?"
Gue buru-buru nyari celana lain, tapi yang ada cuma celana olahraga SD. Yaudah, gas aja. Toh fashion itu soal pede, bukan mahal.
Pas keluar rumah, si Rohit udah nunggu depan gang. Mukanya udah kayak gorengan kelamaan di wajan.
“Lama banget lo, Ki! Gue sampe sempet nonton sinetron tadi.”
“Yeeh, lebay. Tuh motor lo mana bensinnya? Jangan sampe mogok tengah jalan lagi kek kemarin.”
“Tenang, hari ini gue ngisi… seribu.”
“SERIBU?!"
“Ya… lumayan buat nyampe warung depan.”
Gue pengen nangis. Tapi karena gue cowok, jadi gue tahan. Air mata mahal, bro.
...Yasudah lah yaa, lanjut bacanya di episode selanjutnya. Gue capek. Mau rebahan. Peace out, sayang~...
Kian dan Rohit sudah sampai diparkiran sekolah tepat sebelum bel terakhir berbunyi.
Melangkahkan kaki menuju kelas XI IPA 3 . kian dan Rohit satu kelas, satu meja, dan satu prinsip.
Prinsipnya adalah menjadi siswa teladan anti bolos walaupun dikelas tidur. Bahkan guru mereka mengapresiasi tindakan mereka. Setidaknya mereka masih niat dateng ke sekolah. Jadi anak baik gak harus instan, bisa mulai dari niat dulu.
No problem!
......................
"Eh.. hit. Ntar jangan bangunin gue ya pas istirahat. Badan lemes habis habisan. Kepengen tidur panjang"
"Tapi nanti sellin dikantin "
"Ga doyan. "
Setelah mengutarakan, kian segera menutupi wajahnya menggunakan buku paket tebal yang ia bawa.
Tidak puas dengan jawaban kian, rohit menyenggol punggung kian. "CK!! Semangat gitu kek. Gue bayarin deh" . Sembari melakukan hal sama seperti kian. Meletakkan kepalanya diatas meja .
Rohit menghela nafas. Memang susah kalau udah urusan sama ngantuknya kian. Matanya yang lengket dan mimpinya yang ga kelar kelar bikin dia susah Bangun. Alhasil bunyi bel istirahat Rohit pergi sendirian kekantin. Bahkan menatap sellin yang katanya kakak tingkat paling cantik tidak membuat sahabatnya tergiur untuk ikut nimbrung kekantin.
"Dasar bocah absurd" Rohit mengguman tak karuan. Ia kesal.
Biasanya kian paling semangat tentang makanan. Entah apa yang ia lakukan sampai harus memilih tidur daripada cuci mata.
Plakk!! Rohit menepuk jidatnya sendiri seperti orang gila.
"Begoo!! Kan temen gue gay. Tolil tolil "
"Kenapa Lo? "
Dias. teman tim basket Rohit disekolah itu menunjukkan batang hidungnya setelah libur panjang akibat cedera lutut.
"Gapapa. Gimana lutut Lo?"
Rohit penasaran dengan kondisi Dias selaku kapten di timnya. Sedikit kesal karena tidak adanya Dias membuat club basket menjadi off play.
Ga semangat sama sekali. Stamina down!!
"Aman. Tapi gue belum ikut main. Gadibolehin sama dokter. "
"Iyalah, ntar copot lagi tuh sekrup-sekrup. Santai dulu, jangan maksa "
Sambil menyeruput es Rohit, Dias berkata sambil ngegas, "Ngaco!. Gue belum jompo " .
Dias lebih nyaman dengan Rohit yang bisa dibilang orang yang sangat care. Baginya, ia lebih leluasa berbicara dengan Rohit daripada anggota tim yang lain.
Rohit Memundurkan sedikit kakinya takut mengenai orang yang ada dihadapannya.
"Udah. Lo fokus sembuh dulu. Kalo masalah basket mah. Pas kuliah juga ada olahraga basket. Diluar sekolah Lo juga ikut basket kan?" Mencoba menenangkan. Rohit tahu kalau Dias adalah maniak basket.
"Iyeee. Tapi ya tetep kangen lapangan sih " jawab Dias sambil menatap gorengan dipiring rohit
Sambil cengar cengir dia menempelkan senyum merekah. "Pinjem seratus dong"
"Wahh.. gila ni anak. Gue udah berduka cita atas perginya Lo berobat. Dateng Dateng pinjem seratus"
Seriuss!! Kaptennya gaberes.
Dias yang ditatap ngeri temannya hanya bisa cekikikan. Mengerjai Rohit adalah hobi utamanya. Ekspresi 'iddiih' nya sangat ngena terpampang nyata.
"Sumpah Lo jadi miskin ? Beneran? "
"Enggak sih. Tapi kalo Lo kasih ya gue terima"
"Ogahh!! . Bapak Lo kepala sekolah disini. Kenapa ga Lo minta aja Sono .. noohh diruang rapat. Tempatnya masih sama. Dari sini pentok belok kiri "
"Pelit"
"Ya Lo ga make sense gila "
"Lo lebih kaya dari gue "
"Sinting ni orang"
"Ga. Gaada Seratus-seratusan kagak ada. Mending lo balik aja ke rehab lutut.”
"Bwahahhahaha"
"Gue balik kelas duluan deh. Mau bangunin si sleeping beauty. Keburu ngimpi sampai Jerman"
"Kian?"
"Yoi"
"Salamin."
"Apaan salam salam. Muka Lo kek Walid"
"Ehh... Cemburu banget nih Abang Rohit"
"Beda konteks well "
"Bye. Sehat sehat deh kapten "
......................
Jam terakhir pelajaran sekolah hampir usai. Mau tak mau rohit harus membangunkan tetangganya ini. Ia tahu pasti kian tidak akan bangun. Namun, ia bosan jika harus mendengarkan materi kewaganegaraan sendirian. Harus ada yang diobrolin.
“ lo ga mau diseret guru bp kan ki”
“ didepan lo ada bu sastro “ Rohit berbisik tepat disebelah telinga kian.
Kian langsung reflek ngegeplak lengan Rohit. "Gue udah bangun dari tadi. Gausah sok-sokan nakutin gitu,” katanya dengan suara serak habis tidur.
“ hehe.. sorry.”
Kian yang sudah kepalang malas sekolah ingin segera pulang dan melanjutkan sereal drama kolosal favoritnya.
“ harusnya gue nonton dulu sampai selesai. Kalau gini kan jadi penasaran “ kian menggaruk belakang kepala.
Rohit yang sudah mengetahui tabiat tetangga beda gang itu hanya fokus dan berkelut dengan layar tablet dirumah. Otaknya hanya drama, anime , movie , film , semacam itu. Hobi belajar bahkan tidak ada didalam otaknya.
“ jangan obsesi nyari duda tajir melintir. Itu cuma di drama yang lo tonton “ lirih rohit sembari menutup bukunya.
“ ya bisa aja kan? Didunia ini gaadaa yang ga mungkin .” Ikut menutup buku
Pelajaran terakhir sudah usai. Setelah guru berpamitan diikuti dengan bunyi bell pulang sekolah, seluruh siswa bergegas keluar dari kelas masing masing.
Niat hati ingin segera pulang, namun pikiran rohit yang entah ide darimana ingin mencoba menginjakkan kaki di mall besar dikotanya.
Tak lain dan tak bukan kian hanya mengekor mengikuti rohit .
“ kita mau nyari apa sih?”
“ cuma mau buat story aja sih. Udah lo diem aja nengok sana”
“ ngapain ?”
“ diem. Nurut” sambil mendorong kian mendekat kearah eskalator.
Rohit memotret kian dari belakang tanpa sadar membuatnya tersenyum.
“ bagus “ rohit mengguman.
“ moto apaan? “ tanya kian yang sudah sampai lebih dulu di lantai 3
“ kepo. Udah ayok”
“ kemana ? Gue gabawa duit hit”
"Lo bawa duit gak sih?” tanya Kian curiga.
“Gue bawa. Dua ratus lima puluh.”
“Duit segitu bisa apa, cuy? Di mall paling cuma dapet sehelai kaos sama teh botol,” katanya sambil ngakak.
“Gue pengen nyari baju, kali aja nemu diskon. Lo mau gue beliin apa?”
“Kaos Dior sama sempak Calvin Klein. Set, kece.”
“Anjir ngaco. Duit gue aja belum tentu cukup buat bayar parkir ntar.”
“ kita muter aja dulu . Yuk”
Rohit menarik paksa tangan kin agar menyamai langkah girangnya. “ semangat dong” katanya.
Dengan memaksa kaki yang sudah hampir gempor karena beberapa kali jalan, ia masih harus menuruti dan mengiringi langkah rohit yang bisa dibilang lebih lebar dibanding dirinya.
Ia menyesal !!
“ kita beli baju couple yuk!” Rohit spontan menoleh kearah baju keren disampingnya.
“ duhh.. jangan kebiasaan narik narik. “ kian sebal.
Tak menunggu lama. Kian yang masih mengekor rohit dari belakang hanya bisa terdiam.
Rohit yang sibuk nyari baju dan kian yang entah fokus melihat seseorang yang sedang duduk di pojok dekat bagian celana.
Sambil menganga dan mematung, kian mengguman “ ganteng banget astaga !!!” .
Mata membelalak itu seperti melihat sosok pangeran yang selama ini ia idamkan.
“ eh hit. Lo masih lama ga nyari bajunya?”
“ bentar. Gue nyari yang ukurannya agak besar. “ rohit tidak fokus dengan kian. Ia hanya menjawab sambil melihat label harga di tag baju yang terpasang.
“ gue juga mau liat liat ahh” kata kian sembari berjalan menjauh dari rohit. .
“ ucup dicinta ulam pun tiba. Namanya jodoh ga kemana. Ada aja gebrakannya”
Kian mencoba melihat lihat sambil sesekali melirik seorang pria berjas yang tengah sibuk menelepon .
Tangan berurat dengan jam mahal bertengger di pergelangan tangan kirinya menambah keseksian tersendiri bagi mata kian.
Sedikit mendekat. “ ukuran yang cocok buat gue apa ya ?” Kata kian mencoba berdialog.
“Mmm… kalo xl kebesaran sih. Apa ya ?” Sambil melihat melihat yang lebih jauh. Kian sudah berhasil duduk disamping pria yang sedang matanya incar.
“ huftt.. capek banget muter muter”
Ia mencoba menjadi friendly sebisanya. Ini diluar batas kemampuan kian untuk pdkt dengan orang yang lebih tua.
“ om” sapa kian ramah
Tidak ada jawaban dari sapaannya.
Kian mencoba duduk lebih dekat.
Sambil mengibas seragam dan rambutnya ala cowok cool yang dicintai banyak orang, kian memperagakan apa yang ada di drama korea favoritnya.
“ udah gausah jaim . Khm pepet aja kali ya “ batin kian ga sabar.
“ kenapa kamu?” Tanya pria itu
.
“ eh. Gapapa om.”
“ kalau gapapa. Kenapa nginjek sepatu saya?”
Plak!!!. Mental Kian langsung bubar jalan. Mukanya kayak abis ditampar mental reality. Panik, malu, semua jadi satu.
“ eh. O oh sorry om gasengaja. Aduh ni kaki gatau tempat. Maaf om”
“ gajelas “
Setelah mengatakan itu. Pria gagah dengan urat kecintaan kian pergi meninggalkan tempat duduk.
“ AKhhhh… MY TYPE MY TYPEEEE” Kian kegirangan bukan main. Ia menunduk meringkuk untuk menutupi muka merahnya sekarang.
“ kenapa lo? “ tanya rohit yang tiba tiba datang sambil menenteng paperbag isi pakaian.
“ ayo pulang. Gue udah selesai nih”
“ yuk. Tapi kita muter dulu ya”
“ katanya pegel.”
“ siapaa? Gue ga ngomong tuh”
Sudah berjalan memutari seluruh mall bahkan rohit yang awalnya oke oke aja mendadak lemas.
“ lo nyari apaan?”
Kian yang masih tolah toleh ingin berusaha nyari bau wangi pria paruh baya yang sedikit menggetarkan hatinya.
“ bau mint”
“ hah!!?”
“ ssstt.. nafas lo merusak indra penciuman gue” sambil berjalan menuju kearah lift .
“ kayaknya dia diparkiran deh “ mengguman
“ hit. Pulangnya lewat sini kan ? “ menunjuk lift
“ pulang sekarang aja ya ?”
Rohit yang sudah pegal menenteng kesana kemari satu paperbag berisi dua baju ditambah kakinya yang hampir mengikuti ketua kapten basketnya untuk berobat kedokter segera menekan tombol lift didepannya.
Sewaktu didalam lift, Dengan wajah tanpa dosa kian segera menekan tombol lift untuk mengantarkan mereka ke parkiran.
Setelah sampai, kian segera berlari menuju basemant mobil paling ujung.
Rohit yang melihat tingkah kian sedari tadi aneh segera menarik kerah seragam temannya
“ motor kita disana. “
kian melepas paksa tangan Rohit karena tanpa sengaja mencekik lehernya tanpa kira “ duhh.. iya tahu. Tapi bentar gue mau mastiin sesuatu”
Sambil menyilangkan kedua tangan didepan dada “ mastiin sesuatu apaan gue tanya?”
“ daritadi lo kek bocah lingkung tolah toleh kanan kiri ga nemu apa apa.”
Iya juga sih!!
Kian tahu itu hanya sesaat. Tapi hatinya masih mengganjal.
Dengan berat hati. Ia harus segera kembali kerumah sebelum sang mama khawatir karena sudah keluar terlalu lama.
“ bye cinta pertama “
“ lo kenapa ?”
“ kepo aja! Nyetir yang bener. Nabrak malah jadi ribet nanti”
Entah kenapa mood kian jadi lebih sensitif. Ia kesal.
Sungguh!! Kian ga dapet apa-apa kecuali wangi mint segar dari aroma pria yang ia temui tadi.
...****************...
“ ma.. mama .. maa” panggil kian tak sabar
“ apa anak cantik”
“ ganteng” koreksi kian
“ iyaa.. kenapa ?”
Sang mama yang sangat penasaran mulai duduk bersisihan dengan kian.
Sembari mencomot snak yang ada didepan meja tv. Kian membuka suara “ aku tadi liat pangeran. “
“ siapa pangeran ?”
Sembari mengunyah, ia melanjutkan “ itu kayak ungkapan ke seseorang gitu . Bukan namanya pangeran “
"tadi aku liat di mall. Kayak pria matang kesukaan aku ma. Mukanya kayak oppa oppa korea tapi ini kayak ada aksen Jawanya." kian menjelaskan dengan sangat antusias.
Mama anvita hanya ber oh ria. Di kepalanya melintas semua poster yang menempel di dinding kamar anaknya. Raja-raja visual dari negeri drama Korea. Mungkin benar, kata anak tetangga, si Abel, Kian sedang terserang sindrom “halusinasi estetik”. liat cowok dikit, langsung dibaptis jadi pangeran, raja, bahkan presiden.
“ minggir ma. Aku setelin tv yang aku tonton kemarin. Ada yang mirip”
“ duhh.. gausah ki. Kamu belajar gitu lo atau apa gitu. Jangan ngrecokin rencana mama “
Dengan pose jutek, kian berdiri sambil membawa toples isi kacang kulit keluar teras “ padahal mama juga mau liat drakor”
“ penhos mama belum kelar. Udah sana “
“ penthouse mama. Penhos penhos” sambil memperagakan moncongnya yang masih tersisa remukan kulit kacang.
"sama aja perasaan" gimana Bu anvita
"ya beda dong. Ada t nya" kian masih ngeyel
Sambil menatap langit malam penuh bintang, rasa penasaran kian dengan ingatan kecil tentang pria berjas yang ia labeli pangeran mulai hilang.
Ia sangat berharap bisa ketemu kembali dalam jangka waktu yang lebih lama.
“ kok bisa cuma sekelebat aja sih”
“ apa pesona orang kaya begitu ya. “
Ia letakkan toples yang ia genggam ke kursi kecil depan teras.
Intan selaku tetangga julid paling terkenal seantero komplek dengan mulut ghibahnya menyenderkan bahu ke gerbang rumah.
“ ki. Mamamu ada ?”
“ dirumah.” Jawab kian singkat.
“ yeee.. ditanyain juga “
“ kan udah kian jawab Bu intan. Masalahnya dimana ?”
Sambil lewat gerbang samping. Intan menjawab“ di nada kamu. Cengkokan nadamu kurang bisa di nikmatin di telinga tante”
“ hmm” menjawab asal sambil menikmati makanan.
Abel yang berlari sambil membawa buku sangat nampak terlihat habis belajar dari tetangga. Kian yang melihat dari atas bawah hanya bisa menyapa sambil tersenyum.
“ ki. Ada pr ga lo?” Tanya abel sembari mencomot kacang yang kian pegang.
“ ada banyak.” Sahutnya asal.
“Bawa sini. Gue beresin semuanya “
Sambil lari kecil. Kian menyambar “ ceilahh.. bentar”
“ pelan pelan ki. Gausah lari.. terus gimana jeng?” Menatap kian beralih cepat menatap bu intan yang membawa gosip bertebaran, kemudian merakitnya menjadi 1 gosip hangat. Yang kemudian ia share ke orang lain . Dan salah satu orang vipnya adalah mama kian.
Sambil berlari. Buku yang kian tenteng ada lumayan banyak. “ gosip teross”
“ eh gue lupa ambil pulpen bel. Bentar”
“ gosip terooss” balik lagi.
"apasih ki!" sahut Bu intan
“ nih bel. “
Kacamata abel gabisa bohong. Dengan melirik per soal saja, ia langsung paham jawabannya. Abel dan kian beda sekolah. Namun mereka satu angkatan.
Tiiiiiiinnnnn!!!! Ngenggg!!
.
.
“Woi adip. Berenti ga lo!!” Teriak kian sembari mencekal sandal selop yang ia copot dari kaki kanannya.
Namun sepeda motor adip masih lanjut sampai kebelokan. Dengan kesal kian meletakkan sandalnya disamping abel.
“ kotor ki. Nanti kena buku lho”
“ ceilahhh abang kiannn!!!!” Teriak adip lagi.
“ WOIIII!!! “
Sang mama yang mendengar dari dalam sedari tadi kian teriak berjalan keluar “ heh! Udah malem. Jangan keras keras. Nanti dikira rumah kita ada hajatan “
“ itu lo ma. Si adip kurang kerjaan geberin motor didepan kian “ belanya.
“ nahh.. ini dia biang keroknya” kata kian yang melihat motor adip berhenti didepan pagar rumahnya.
“ malam tante anvita yang cantik tiada tara. Bolehkah anak manis ini makan malam dirumah tante “ sapa adip penuh keramahan.
“ boleh. Sini masuk” ajak sang mama ramah
“ loh!! Mama “
Dan seperti inilah adip jika main kerumah kian. Mamanya selalu membuka lebar pintu rumahnya untuk siapapun yang baik keanaknya. Yang mau menerima hal beda dari sang anak. Mungkin itulah rasa terimakasih tak terucap dari bu anvita.
“Nih ki.udah kelar” kata abel sembari memakan kacang kulit.
“ makasih ya bel. Lo tuh pahlawan gue”
“ hmm.. sekarang lo harus bantu gue vote “
“ vote?”
“ iya.. ada plagiat yang mencoreng nama kpopers gue. Bantuin ya”
“ oh oke. Bentar gue ambil hp “
.
......................
.
.
“ terus gimana tante?” Tanya adip ke bu intan sambil melahap ayam di piringnya.
“ ya gitu pokoknya. Terus tuh ya. Katanya warungnya sekarang jadi sepi gegara tali pocongnya ilang” jelas bu intan sambil memperagakan dengan mata melotot dan tubuh yang meyakinkan pendengar.
Sambil mengunyah “ wahh pantesan. Tadi bu intan. Aku liat didepan warung yang bekas itu apa namanya santet. Kayak nyium aroma gaenak.”
“ masa sih? Kayaknya kemarin aku habis beli beras disana loh dip, bu. “
Sambil berkacak pinggang, adip meletakkan piringnya yang masih penuh makanan ” terus anaknya, habis magrib tadi kesurupan”
“ hahh!! Masa dip? Tapi emang tadi pak rt tante liat kesana ada urusan. Tapi ga nanya urusan apa. “
“ astaga. Jadi takut deh bu intan . “
Adip entah mengapa lebih suka nimbrung dengan bu intan yang dimana gelar gosip atau ratu perghibahan komplek ini jatuh kepada bu intan seorang. Mulutnya yang terkenal valid sangat jelas.
“ ada apaansi?” Tanya kian yang barusaja turun dari lantai dua mengambil ponsel.
“ kepo aja urusan orang tua.” Sahut bu intan
“ lahh.. si curut empang pojokan ngapain nyempil itu?”
Dengan lantang adip menjawab “ gue pembawa bukti valid ki disini. Jadi gabisa di ganggu gugat. Nah terus gimana bu intan sama warung kelontongnya?” Lanjutnya tidak menghiraukan kian.
Ck!! Sulittt.
“ nih bel” menyerahkan ponselnya.
“ sandinya masih sama. “ tambahnya
Abel yang segera menghate komenan beberapa akun dan menurunkan bintang seperti haters penuh kebencian sedang melakukan aksinya.
“ mampus lo pada” desisnya sambil ngetik cepat seperti hacker yang punya dendam pribadi.
“ ngeri banget lo bel. Jadi takut sama calon suami lo ntar. Gadimakan aja udah untung kayaknya nih” kata kian sambil melirik kinerja tangan abel yang lebih gesit dibanding dirinya.
“ calon suami masa depan gue itu lo. Jadi aman aja “ katanya spontan.
“ apa ga kasian nanti anaknya bodo kek bapaknya?”
Sambil tertawa sinis karena meladeni komenan yang menurutnya menjengkelkan “ gen pinter itu dari ibunya. Kalo fisik dari bapaknya. Lo ganteng. Gue cantik, gue juga pinter. Jadi kombinasi yang pas. Udah lo diem jangan ganggu konsentrasi gue “ tukasnya ..
.
......................
.
...Di atas sana, bintang-bintang menari, Bersinar riang di langit yang sunyi....
...Mereka seakan membisikkan kisah abadi, Tentang cinta, harapan, dan mimpi-mimpi....
...Kian menatap langit penuh harapan yang menyala. Langit gelap jadi kanvas cahaya,...
...Taburan bintang bagai lukisan maya. Menuntun hati yang tengah meraba....
.
"bel. Kayaknya gue jatuh cinta deh bel " tutur kian yang masih menatap indah malam ini. seakan para bintang dan angin malam ini merengkuh tubuh kian dengan harum mint seperti terakhir kali ia bertemu.
Abel yang menaruh rasa penuh terhadap kian mencoba memahami apa yang orang dicintainya merasakan apa yang sedang dirasakan. Seperti melamunkan beberapa hal yang membekas didalam benak hati, memendam rasa sesak, selalu mengingat hal kecil yang sangat indah, dan mencoba mendekati secara perlahan.
Abel tahu rasanya jatuh cinta tanpa bisa mengutarakan. Abel tahu bagaimana rasanya harus memendam rasa begitu lama.
Namun.... Untuk kali ini. Abel ingin egois. Abel ingin tahu lebih dalam siapa orang yang ia cintai. Ia ingin sepenuhnya memahami perasaan kian.
"gegayaan banget anaknya Bu anvita. Emang siapa yang Lo suka?" tanya Abel lebih intens.
"ada. Tapi gue gatau dia siapa"
BLAMM!!!!
seperti Sebuah pukulan keras ditengkuk Abel. Ingin rasanya ia tertawa terbahak-bahak karena lelucon yang barusaja kian katakan. dan anehnya, kali ini sorot mata kian benar benar serius.
"type Lo yang kayak gimana ? " tanya Abel penasaran
"ya gitu. Pokoknya yang bau mint, seger dipandang. " kata kian sambil memejamkan mata mengingat pertemuan mereka.
Sambil melamun, kian mencoba berpikir beberapa hal penting .Udara malam itu begitu tenang, tapi pikirannya justru berisik. Ia memikirkan banyak hal yang tidak biasanya ia pikirkan. Tentang perasaan. Tentang keberanian. Tentang seseorang.
"bel. " panggil kian yang sudah berdiri sambil petentang petenteng
"Lo mau ga jadi pacar gue? Kekasih gue. Pujaan hati gue. "
Glek!!
"kenapa Lo?" Abel panik setengah mati. Air liurnya nyaris tertelan paksa. Ia langsung panik, matanya membesar, bibirnya bergetar. Jangan tanyakan hatinya. Beneran ga karuan !
"hahhhh!!!" kian menghela nafas.
"Pasti susah banget besok kalo gue nembak dia. " batin kian pasrah
BOOM!!!!!
Seakan memberikan boom kejut langsung ke Abel. Diluar dugaan!.Ternyata ia hanya dibuat bahan percobaan!!. Sialan!!
"Lo suka sama siapa sih gue tanya!" Abel geram
kian menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal " ya pokoknya lebih tua dari gue"
satu hal yang Abel tahu, ternyata type kian adalah orang yang lebih tua dibanding dirinya.
"o- oh. Kirain sebaya "
Karena tidak ingin becandaan kian makin membuat hatinya tak karuan. Abel segera pergi izin pulang dengan alasan mengantuk. Yahh.. Kalau dilihat memang sudah jam sembilan malam. Pemikiran kian yang simpel dan terkesan biasa biasa saja mampu meloloskan Abel begitu saja dengan kebohongannya.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!