'' Kamu bisa masak gak,sih?'' teriak Roby pada Lani di pagi itu. Bersamaan dengan bunyi sendok dan garpu yang jatuh di lantai.
'' Percuma aku kasih uang belanja,kalau setiap kali masak selalu tidak enak.'' Diam sebentar, '' bulan depan tidak ada uang belanja lagi.''
Lani kaget dengan apa yang baru saja diucapakan suaminya. Lani memandang suaminya sebentar,lalu tertunduk lagi. '' Uang bulanan yang biasa diberikan pun hanya cukup untuk setengah bulan,itu pun dicukup - cukupkan dan sekarang malah tidak dikasih.'' gerutu Lani dalam hati.Lani hanya diam,ia tidak bisa menolak dengan keputusan suaminya. Percuma juga bicara,hanya akan menimbulkan masalah baru,bisa jadi suaminya akan bertambah marah,hingga tidak hanya ucapan,tapi bisa jadi tangan dan kakinya ikut melayang ketubuh Lani.
Suaminya berlalu meninggalkan Lani yang masih berdiri di samping meja makan. Lani mendengar suara pintu dibuka,tak lama deru mesin mobil berbunyi. Ketika Lani tidak mendengar suara mobil itu ,barulah Lani duduk pada kursi yang ada didekatnya.
'' Mana mungkin makanan ini tidak enak,ada 200 kotak siap untuk diambil,kalau tidak enak mana mungkin orang memesan padaku.'' kata Lani dalam hati. '' Laki-laki tidak tau terimakasih,sudah dimasakkan masih saja mengeluh,tidak bersyukur dimasakkan yang enak,malah bilangnya gak enak.'' katanya lagi.
'' Hehhhhh,'' Lani mendesah,membuang kekesalannya,lalu membayangkan sebulan yang akan datang,bulan yang akan datang lagi dan dan bulan yang akan datang lagi.
'' Apa bisa ia membiayai hidupnya dan anaknya,apa cantringannya akan semakin banyak?hehhhh,'' Lani mendesah lagi.
Lani ibu muda yang baru berusia dua puluh tiga tahun,berparas cantik tapi tubuhnya lebih kurus setelah berumah tangga, kerena rumah tangga yang ia jalani tidak seperti apa yang ia bayangkan.
Selama ini Lani mencukupi kebutuhannya dengan menerima pesanan makanan. Keuntungan yang Lani dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhannya dan sebagian ditabung.
'' Mama....''
Tiba-tiba anak laki-laki sekitar 4 tahun datang dan memeluknya, namanya Rico.Lani tersadar akan lamunannya.
'' Ia ,sayang,'' ucap Lani sambil memegang pipinya yang tembem.
'' Mama,kok nangis? Kenapa Ayah selalu marah-marah sama Mama?'' tanya Rico dengan bahasa usia 4 tahun yang masih belum fasih.
'' Sayang......, Ayah marah karena Mama memang salah '' Lani menatap anaknya memberi penjelasan.
'' Mama salah apa?''
'' Masakan Mama tidak enak. Jadi Ayah marah.''
Anak itu naik ke kursinya dibantu Lani. Anak itu melihat makanan di atas meja,begitu juga sisa bekas makanan ayahnya yang tidak habis.
'' Coco,'' panggilan sayang Lani ke Rico, '' mau makan ini? atau Mama buatkan lagi,nak?''
'' Ini saja Ma,sepertinya ini enak''
Lani mengambilkannya dan meletakkan lauk ke dalam piring yang sudah terhidang di meja makan.
Anak itu mencicipinya.
'' Hemmmm ,enak,Ma.''
'' Benarkah?''
Lani tersenyum melihat anaknya makan dengan lahapnya.
'' Mau lagi?'' Tanya Lani saat nasi dipiring anaknya sudah hampir habis.
'' Tidak Mah,sudah kenyang,'' Ucap Rico sambil mengelus perutnya.
'' Mama jangan sedih lagi ya,masakan Mama enak kok,'' kata Rico menghibur.
'' Ia nak,Mama gak sedih lagi. Ayo siap-siap,sebentar lagi pasti Fadhil datang menjemput.''
Rico mengangguk,Rico berjalan menuju kamar mengambil tasnya.
'' Ric....Rico....'' terdengar panggilan dari luar.
Fadhil dan mama Fadhil sudah menunggu. Fadhil dan keluarganya adalah tetangga seberang rumahnya di komplek itu, keluarga Fadhil sangat baik,mereka sering membantu Lani,termasuk saat ke sekolah.Rico selalu pergi dan pulang sekolah TK bersama Fadhil dan Mamanya. Lani tidak punya kendaraan sendiri, jadi Rico selalu pergi ke selolah bersama Fadhil.
Rico pamit dan salim sama Lani.
Rico berlari kecil menemui Fadhil,ia segera naik motor duduk dibelakang mama Fadhil. sementara Fadhil duduk di depan.
'' Titip Rico ya mama Fadhil,''
'' Ia....tenang aja,dek Lani.''
Lani menatap kepergian mereka sampai punggung Rico tidak kelihatan lagi, barulah Lani masuk ke dalam rumah.
Ada banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan pagi ini. 200 kotak nasi sebentar lagi akan diambil,tapi Lani sudah terbiasa dengan pekerjaannya. Jika banyak pesanan Lani akan minta tolong mama Fadhil untuk membantunya.
Alhamdulillah untuk pesanan hari ini Lani bisa melakukannya sendiri. Lani sudah bangun dari jam tiga subuh dan sekarang semua sudah masak tinggal menatanya di dalam kotak.
Sembari menata dan memasukkan makanan ke dalam kotak, Lani teringat dengan kata-kata suaminya tadi pagi.
'' Heeehh,'' Lani mendesah lagi. Mengingat apa yang akan terjadi kedepannya. Sanggupkah dirinya dan anaknya Rico bertahan memperjuangkan hidupnya. Apalagi Lani juga tau pesanan makanan tidak setiap hari Lani terima,kadang bisa dua hari baru ada,kadang seminggu baru ada pesanan,meski ada juga hampir tiap hari,yang jelas tidak menentu.
Setiap ada pesanan Lani akan menyimpan keuntungannya sedikit dan sisanya akan digunakannya untuk menyambung hidupnya.
Tapi Lani sangat bersyukur ada saja orang yang memesan makanan padanya. Mereka juga puas karena masakan Lani enak dan harganya terjangkau.
dret.....dret.....dret.....hp Lani berbunyi.
'' Ya....hello...''
'' Apa sudah siap masakannya?''
'' Sudah siap semuanya,tinggal diambil,'' kata Lani kemudian.
'' Nanti ada yang mengambilnya,dek Lani,''
'' Ia,Bu.saya tunggu,terimakasih Bu,''
'' Ia sama-sama, dek Lani.''
Tak lama notifikasi pesan masuk. Lani tersenyum membaca pesan yang masuk tersebut. Sejumlah uang sudah masuk ke rekeningnya. Hasil kerjanya hari ini. Memang rata-rata palanggannya akan segera mentrsanfer atau membayar langsung jika pesanan mereka sudah siap,kalau pun terlambat palingan sampai keesokan harinya.
'' Tok....tok....tok....permisi,''' Terdengar suara dari luar. Suara sorang laki-laki dewasa yang siap untuk mengambil pesanan.
'' Ya...sebentar...'' Lani berjalan membuka pintu. Lani tau pasti laki-laki tersebut ingin mengambil pesanan yang sudah siap.
'' Mau mengambil nasi,Bu,''
'' Ia sebentar ya.....saya ambilkan,'' Lani masuk dan keluar lagi setelah membawa beberapa kantong plastik berisi nasi kotak. Kantong plastik yang berisi nasi kotak itu segera diambil dan dimasukkan ke dalam mobil.
'' Terimakasih,Bu,'' katanya setelah selesai dimasukkan kantong-kantong plastik berisi kotak nasi ke dalam mobil.
'' Ia,Pak,sama-sama.''
Setelah mobil itu pergi Lani kembali masuk ke dalam rumah. Ia ingin bereskan peralatan dapurnya yang belum dibersihkan.
Rasa lelah bangun tidur dikala subuh belum menjelang terbayar sudah. Semoga besok ada yang pesan lagi. Dan semoga rezekinya semakin banyak lagi. Lani yakin,selain berusaha maka jalan berikutnya adalah berdo'a. Ia yakin usahanya tidak akan sia-sia
Lani melihat jam dinding di rumahnya.
'' Sebentar lagi Rico datang. Lebih baik aku istirahat dulu,membaringkan tubuhku,rasanya lelah sekali,''' gumamnya kemudian. Ia berusaha memejamkan matanya,berharap bisa tertidur,meski ada banyak pikiran di kepalanya,mulai dari kehidupannya sendiri,kemudian anaknya Rico dan juga suaminya yang selalu marah-marah ketika ada di rumah.
Lani masuk ke kamar,membaringkan tubuhnya,rasa lelah membuatnya langsung tertidur.
Drettt.....drettt.....drett......
Lani terkejut dan terbangun dari tidurnya. Hpnya berbunyi. Segera Lani mengambil dan melihat siapa yang menelpon.
''Ibu'' bisiknya.
'' Hallo,Ibu,'' sapa Lani senang.
'' Apa kabar,Bu?''
'' Ibu baik,sayang,tapi....''
''Tapi kenapa,Bu?'' tanya Lani lagi.
'' Ayahmu sakit,nak. Sudah dua hari di rumah sakit,''
'' Ayah....Bu?''
'' Kalau bisa pulanglah,nak. Ayah sering mengigau memanggil namamu kalau tidur,''
'' Ia,Bu. Lani akan usahakan,Lani beritau ayah Coco dulu.''
'' Ibu tunggu ya,Nak.''
'' Ia,bu.'' sambungan telpon pun terputus.
Lani segera menelepon Roby.
tut.......tut.....tut......telpon kemudian terputus.
Lani mencoba lagi,tapi tetap sama,tidak diangakat. Lani mencoba dengan mengirim di WA.
'' Ayah,sakit. Ibu baru saja menelpon,ia ingin kita segera pulang,'' tulis Lani di hpnya.
Menunggu sebentar ternyata contreng dua tak lama menjadi biru,itu artinya pesan dibaca.
'' Aku tidak punya uang untuk pulang,''balas Roby.
'' Tapi kita sudah lama tidak pulang,aku kangen dengan mereka.Ayah juga sakit,sudah 2 hari di rumah sakit,'' Lani menunggu sebentar,pesan contreng dua,tapi tidak berubah warna biru. Lama menunggu ahirnya Lani mengirim pesan lagi.
'' Ku mohon sekali ini saja,aku hawatir sama ayah,biasanya ibu tidak sampai menelpon walau pun ayah sakit.'' kirim....tapi sama hanya contreng dua tanpa dilihat.
''Ah....ada apa dengannya......?Kenapa semua jadi begini? Ayah.....adai aku dekat denganmu aku pasti pulang. Ayah.....semoga engkau baik-baik saja,aku juga kengen ayah,sudah lama tidak bertemu ayah,semoga ayah baik-baik saja.'' kata Lani dalam hati.
''Ayah lihat menantumu yang dulu engkau banggakan,sekarang menjenguk ayah saja dia tidak mau,alasnya tidak punya uang. Mana mungkin tidak punya uang,itu pasti hanya alasan saja.'' gerutu Lani kembali.
***********
Lani teringat kurang lebih lima tahun silam.
Jam dinding menunjukkan pukul 20.00 lewat. Lani sedang asik rebahan di sofa ruang keluarga,sambil memainkan hpnya.
'' Lan,besok ada tamu yang datang,kamu siap-siap ya,'' ucap ayah Lani yang berjalan untuk duduk di sofa berhadapan dengan Lani,diikuti dengan ibu.
'' Kenapa harus Lani Ayah,kan ada pembatu!'' seraya bangun dan duduk berhadapan dengan ayahnya.
'' Bukan begitu,besok yang datang itu teman Ayah,''
'' Lho......biasanya juga teman Ayah kan?'' sahut Lani lagi.
'' Mereka datang mau melamar kamu.....''
'' Apa.....?'' hp di tangan Lani terjatuh dari genggamannya,ia terkejut mendengar kata-kata ayahnya.
'' Ayah bercanda ya...?''
'' Ayah tidak bercanda,mereka memang ingin melamarmu.''
'' Ayah gimana,sih.Lani masih ingin kuliah Ayah,Lani gak mau nikah Ayah.....'' ucap Lani cemberut.
'' Ayah tidak melarangmu kuliah,menikah sambil kuliah juga bisa kan?''
'' Tapi.....Ayah......Lani tidak mengenalnya,Lani juga tidak mencintainya Ayah.....''
'' Tapi Ayah dan ibumu mengenalnya,mereka keluarga yang baik,jadi pasti anaknya juga baik,nak.''
'' Kamu percaya saja sama Ayah,'' kata ayah Lani.
Lani menunduk,ada buliran kesedihan di matanya.
Lani tidak bisa membayangkan jika harus menikah diusianya yang masih 18 tahun. Lani masih ingin kuliah,masih ingin mengembangkan hobbynya memasak juga.
Ayah berdiri lalu beranjak duduk disebelah Lani. Ayah tau anaknya sedang bimbang dan ragu. Ayah membelai rambut Lani yang panjang. Ayah Lani sangat sayang dengan Lani,hingga tidak mau jika Lani salah memilih jodoh.
'' Nak,Ayah ingin kamu bahagia dan Ayah yakin pilihan Ayah akan membuat kamu bahagia,'' ayah diam sebentar, '' Ayah tau siapa mereka,Ayah tau mereka baik,jadi Ayah yakin kamu pasti bahagia.Nanti kamu juga masih bisa kuliah,Ayah tidak melarangmu kuliah,'' kata Ayah Lani menjelaskan.
'' Tapi Ayah,kuliah sudah menikah itu beda Ayah....''
''Sama saja,malah jauh lebih mudah,kan ada yang bantu kamu kalau kamu repot dengan tugas kuliah,ia kan?''
Lani masih tidak bisa menerima keputusan ayahnya yang mendadak itu.
'' Lani belum siap,Ayah. Nanti saja lah Ayah,tunggu Lani sudah siap,''
'' Apa kamu sudah pacar?'' tiba-tiba Ibu bertanya.
'' Tidak punya Ibu,kan dilarang Ayah.''
'' Kalau begitu terima saja dia,dari pada nanti kamu menyesal. Zaman sekarang susah cari suami yang baik,'' kata ibu lagi.
'' Ah....Ibu.....sama saja dengan Ayah,'' Lani cemberut.
'' Coba kamu lihat kakakmu,mereka bahagiakah?mereka itu Ayah yang pilihkan istrinya.''
'' Kamu ikuti saja kata-kata Ayah,ya!''
Lani tidak bisa menjawabnya.
*********
'' Mama.....ma......'' terdengar suara Rico. Rico sudah pulang sekolah TK,ia memanggil Lani,tapi tak ada sahutan,karena Lani sedang melamun.
'' Ya,sayang......Mama di kamar''
Rico masuk,'' Mama kok diam,Coco panggil.''
'' Mama ketiduran,sayang.''
'' Sini Mama bantu lepaskan seragamnya,''
'' Gak,usah Ma.Coco bisa sendiri,kok.''
Lani tersenyum melihat anaknya yang sudah mulai mandiri. Sambil melihat anaknya berganti pakaian,Lani teringat kembali dengan ibunya. Tapi,Lani ingin menelpon kakaknya saja,takut ibunya kecewa. Diambilnya hp yang tadi tergeletak di ranjang,segera dicarinya no kakaknya Radit.
'' Hallo....kak Radit.''
'' Dek,gimana? kapan kamu pulang?''
Lani benar-benar merasa sedih dengan pertanyaan kakaknya.
'' Ia kak....secepatnya,tapi untuk sementara ayah Coco sangat sibuk,jadi Lani tidak bisa memastikan,kak,'' Lani ber alasan.
'' Kakak harap kamu bisa pulang secepatnya,dek.''
'' Ia,kak.''
'' Sudah dulu ya,kak. Nanti Lani telpon lagi,''
'' Ia Lani....kakak tunggu.''
Lani tersenyum melihat anaknya yang sudah berganti pakaian,duduk disebelahnya.
''Ma....Mama kenapa.....''
''Kakek sakit,sayang....kita disuruh pulang,''
''Hore......Coco kangen sama kakek,Ma. Kapan kita pulang?''
'' Tunggu Ayahmu dulu.''
Rico mengganguk. '' Ma.....Coco nonton tv ya...!.
'' Ia.....''
Lani kembali melihat pesan di WA untuk suaminya,berharap pesan itu dibuka dan dibalas,tapi sampai sore bahkan malam tak ada perubahan. Lani sebenarnya ingin menelpon lagi,tapi diurungkannya,takut suaminya semakin marah.
Hingga tidur pun Lani tidak tenang,ia memikirkan ayah dan juga suaminya. Kali ini ia berharap suaminya pulang malam ini. Biasanya Lani selalu berdo'a agar suaminya tidak pulang,setidaknya Lani bisa tenang,karna tidak kena marah suaminya.
Setiap kali suaminya pulang ke rumah,pasti selalu marah-marah.Ada saja yang membuat suaminya marah. Mulai dari kamar mandi bau,baju yang kerja yang tidak rapi,anak yang cerewet atau makanan yang tidak enak.
Lani sendiri bingung dengan kesalahannya,karena kalau dipikir-pikir apa yang dikatakan suaminya itu tidaklah benar. Contoh hari ini saja,makanan yang tidak enak,tapi nyatanya makanan itu malah pesanan orang,kalau tidak enak mana mungkin orang mau memesan makanannya.
Alarm berbunyi,membangunkan Lani di waktu subuh. Lani meraih hpnya dan mematikan alarm. Lani merasa kepalanya sedikit sakit dan masih mengantuk,Lani sendiri tidak tau kapan ia bisa tertidur. Ketika melihat jam di hpnya pukul 01.10 WIT Lani belum bisa tidur.
Tak lama Lani teringat suaminya,ia berharap suaminya pulang tadi malam. Pelan-pelan Lani bangun dan keluar kamar.
Sebenarnya Lani dan suaminya tidak pernah tidur satu kamar semenjak mereka pindah ke komplek perumahan ini. Seminggu setelah menikah Lani langsung meninggalkan kota kelahirannya serta keluarganya.Lani mengikuti Roby yang bekerja di perkantoran dan tinggal di komplek perumahan ini.Jarak yang sangat jauh dan kesibukan masing-masing membuat Lani dan keluarga jarang bertemu.
Lani menuju jendela depan,membuka gorden,tak dilihatnya mobil suaminya.
'' Tidak pulang,ternyata ia benar-benar tidak peduli,dia anggab apa keluargaku ini,ya....Tuhan,'' bisik Lani dalam hati.
Pelan-pelan Lani melangkah ke dapur,mengerjakan pekerjaannya seperti biasa.'' Untung hari ini tidak ada pesanan.'' gumam Lani kemudian, karena kurang tidur membuat kepalanya terasa sakit.
***********
Drtttt......drettt......drettt....... Hp Lani kembali berbunyi di sore itu.Lani bergegas mengambilnya. '' Kakak,'' sepintas Lani melihat siapa yang menelpon.
'' Hallo.....kak,bagaimana keadaan ayah?'' tanya Lani penuh keingintauan.
'' Bisakah kamu pulang,dek?ayah semakin parah,dek.''
Lani terkejut,terdengar isak tangis Lani saat mendengar kakaknya bicara. Ia sedih karena dirinya tidak bisa bertemu ayahnya yang sakit.
'' Dek.....dek.....kamu tenang dulu,''
'' Tapi....Lani ingin pulang,kak....Lani ingin bertemu ayah,kak,'' Lani sebenarnya ingin bercerita tentang suaminya,tapi Lani sendiri tak kuat menceritakannya.
'' Coba kasih tau ayah Rico lagi,dek,''
'' Ia,kak. Tunggu sebentar.''
Lani menutup telponnya dan mencari nomor suaminya.
tut.....tut....tut.....kembali suara terdengar saat menghubungi suaminya. Beberapa kali Lani mencoba menghubungi,tapi hasilnya hasilnya sama.Entah sudah berapa kali Lani menelpon hingga ahirnya.....
'' Kamu bisa mikir,gak?aku sibuk....ditelepon melulu.''
'' Aku ingin bicara. Ayah tambah parah,kita harus segera pulang,aku ingin bertemu ayah,''
'' Sudah ku bila,aku tidak bisa pulang,aku tidak punya uang,kamu kira rumah kamu itu dekat,''
'' Pakai saja tabunganku,aku punya tabungan,''
'' Tidak bisa,aku juga sibuk,kerjaanku banyak,sudah.....jangan telpon lagi.....''
'' Ta.......tut....''telpon dimatikan,sebelum Lani selesai bicara.Lani ahirnya pasrah,Lani perlahan duduk dilantai,berusaha menenangkan hatinya. Tangis Lani mulai pecah,tubuhnya bergetar,tapi Lani berusaha untuk menutup mulutnya,agar suaranya tidak terdengar oleh Rico yang sedang nonton tv.
Lani teringat kembali dengan kakaknya, '' pasti kakak menunggu kabar dariku,''gumam Lani kemudian.Lani segera menelpon kakaknya.
'' Hallo kak,''
'' Ia,dek.Kapan kamu pulang?''
'' Ayah Rico sibuk,kak. Dia tidak bisa pulang,tapi......aku ingin pulang......aku....ingin bertemu ayah......'' kata Lani sambil terisak.
'' Pulang sendiri saja,dek!''
'' Lani tidak pernah pulang sendiri,'' ucap Lani terisak, '' Lani takut.....''
Hening sesaat.....
'' Coba kamu sewa mobil,dek. Siapa tau ada yang mau menyewakan mobil,dek. sepertinya itu lebih aman.''
Mendengar usul kakaknya,Lani berhenti terisak,Lani memikirkan usul kakaknya.
'' Baik,kak. Akan Lani coba,''
'' Ia,kakak tunggu kabarnya,ya dek!''
Telpon dimatikan.Lani berdiri.Lani teringat mama Fadhil.Lani segera keluar rumah untuk menemui mama Fadhil.Mama fadhil sedang diteras,bermain bersama Fadhil.
'' Dek Lani....mau kemana?'' tanya mama fadhil,saat melihat Lani keluar dari pagar,tapi belum sempat dijawab,mama fadhil bertanya lagi.'' Kamu kenapa?'' tanya mama Fadhil lagi,ia melihat wajah Lani yang sembab saat sudah tidak jauh darinya masuk ke teras rumah.
'' Ayah sakit,dan hari ini tambah parah.Lani harus pulang,mama Fadhil,''
'' Oh.....suamimu sudah tau?''
'' Sudah,tapi.... dia tidak bisa pulang. pekerjaannya banyak,'' kata Lani sambil terisak,tanpa menceritakan yang sebenarnya
,'' Apa mama Fadhil bisa bantu,carikan Lani mobil yang bisa disewa?''Lani memegang tangan mama Fadhil penuh harap.
'' Sebentar, aku coba tanyakan bapak Fadhil dulu,''mama Fadhil masuk ke dalam rumah,tak lama mama Fadhil keluar kembali diikuti dengan bapak Fadhil.
'' Benar kamu mau cari mobil untuk disewa ,dek Lani?'' tanya bapak Fadhil.
'' Betul,ayah sakit,Pak.''
'' Bapak coba tanyakan teman bapak dulu ya?'' Lani mengangguk,Lani sangat berharap ada yang bisa menolongnya.
'' Hello....,''
'' Tumben nelpon.....ada apa?''
'' Mobil kamu ada yang bisa di sewa,gak?''
'' Lho....kamu mau kemana?mobil kamu kemana?kok tiba-tiba tanya mobil rentalan ku?''
'' bukan aku,tapi tetanggaku,mau pulang ke kota XXX,orang tuanya sakit.''
'' Oh...begitu....lumayan jauh ya....e......sebentar aku tanya supirnya dulu?''
''Ok....ok.....ok....aku tunggu,'' Telpon dimatikan.
Lani sedang gelisah,ia harap-harap cemas.
''Tunggu ya,dek Lani!'' Kata bapaknya Fadhil.
Lani hanya mengangguk.
'' Kapan ayah kamu masuk rumah sakit,dek?'' tanya mama Fadhil.
'' Sudah empat hari mama Fadhil,tapi... baru kemaren Lani dikabari,saya sangat khawatir.''
Hp bapaknya Fadhil kembali berbunyi.Ia segera mengangkatnya.
'' Ya.....hallo....bagaimana?''
'' Bisa....kapan berangkatnya?''
'' Kapan berangkatnya,dek Lani?'' tanya bapaknya Fadhil.
'' Kalau bisa sekarang pak,tapi Lani siap-siap dulu.''
'' kalau bisa sekarang katanya,tapi dia siap-siap dulu,nanti aku kasihkan no.hp nya,oke.?''
'' Ok......''
'' Ok....terimakasih ya...''
'' Ok.....sama-sama.'' telpon ditutup.
'' Terimakasih ya....pak,sudah bantu Lani.''
'' Sama-sama,semoga ayah kamu cepat sembuh,''
'' Aamiin....terimakasih,pak.''
'' Dek,Lani. Apa ada yang bisa dibantu?biar gak ketinggal barang kamu?'' tanya mama Fadhil.
'' Apa ya.....Lani juga belum tau,''
'' Ya....sudah ,ayo....kita ke rumah mu beres-beres!''
'' Ayo......terimakasih ya....mama Fadhil.''
Untunglah ada mama Fadhil yang membantu Lani membereskan barang bawaannya. Meskipun tidak banyak tetap saja karena dadakan membuat Lani bingung harus mempersiapkannya.
Lani bahkan meminta tolong untuk menyimpan paralatan memasaknya di rumah mama Fadhil,Lani hanya hawatir kalau-kalau peralatan memasaknya dibuang atau dijual suaminya. Kalua suaminya marah apa pun bisa dilakukan,jadi Lani memilih mengamankannya. Apalagi peralatan memasaknya sangat penting bagi Lani.
Mama Fadhil sendiri bingung kenapa Lani memintanya untuk menyimpan peralatan memasak ditempatnya,karena kalau dipikir-pikir jika ada maling pastilah bukan itu yang mereka ambil,karena masih ada benda lain yang berharga di rumah itu,tapi mama Fadhil mengurungkan niatnya untuk bertanya,ia sadar ini bukan waktu yang tepat. Lani sangat sedih dan sangat ingin bertemu ayahnya.Selesai beres-beres mama Fadhil pamit pulang,ia sebenarnya ingin menghibur Lani,tapi percuma juga,karena Lani masih sibuk dengan pikirannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!