NovelToon NovelToon

Maafkan Aku, Tak Bisa Mencintaimu (Ketika Cinta Tak Harus Memiliki)

Bab 1 Kenaikan Kelas

Matahari telah menampakkan diri ketika Anya membuka jendela kamarnya. Udara terasa sangat sejuk. Anya menghela nafas dalam-dalam sambil menikmati indahnya cuaca pagi ini.

Hari ini adalah hari kenaikan kelas di sekolahan Anya. Ya, kini Anya telah beranjak dewasa. Dia bukan lagi gadis kecil yang suka merengek-rengek minta gendong kepada Mamanya. Anya adalah seorang gadis yang memiliki postur tubuh kecil, tinggi, kulitnya putih, rambutnya lebat serta hidung yang mancung.

Tepat pukul 8 pagi Anya berangkat ke sekolah bersama Papanya. Dia memang sengaja berangkat siang, karena dia tau tidak ada kegiatan apa-apa di sekolahan, kecuali pengambilan rapor. Sesampainya di sekolahan, Anya langsung mengajak Papanya menuju ruangan kelas di mana rapor akan dibagikan. Dari kejauhan, Anya sudah melihat banyak sekali teman-temannya yang duduk di depan kelas. Kemudian ia langsung bergabung dengan teman-temannya sembari menunggu Papanya mengambil rapor.

"Anya, siang amat sih lu berangkatnya?", tanya Sharen. Sharen ini adalah teman sebangku Anya, yang itu berarti dia adalah teman dekatnya Anya.

"Bodo amat lah. Orang di sini juga nggak ngapa-ngapain", jawab Anya.

"Emang lu ya. Tuh, dari tadi lu dicariin".

"Siapa yang nyariin?"

"Kak Banyu", jawab Sharen.

Seketika Anya kaget. Memang sih, semenjak beberapa minggu yang lalu, kak Banyu selalu nyariin Anya. Setiap kali ketemu, dia mencoba meminta nomer whatsapp si Anya, tapi sampai sekarang Anya masih enggan berbagi nomer kepada kak Banyu.

"Anya..."

Tiba-tiba ada suara seorang laki-laki yang memanggil Anya dari kejauhan. Tak berapa lama, ia mendekati Anya. Ya, dialah kak Banyu.

"Ada apa, Kak?"

"Bisa kita ngobrol sebentar?"

Kak Banyu langsung mengajak Anya menjauh dari Sharen.

"Anya, sebelum libur kenaikan kelas, aku mau minta sesuatu sama kamu", kata Kak Banyu.

"Apa?"

"Dari dulu sampai saat ini, permintaanku masih sama, Nya. Aku cuma minta nomor whatsapp kamu".

Anya hanya diam. Dia hanya nunduk. Bingung antara mau ngasih atau tidak.

"Gimana? Kamu masih nggak mau ngasih nomer kamu?, tanya kak Banyu.

"Emangnya mau buat apa sih, Kak?"

"Sekedar menjalin silaturahmi aja. Itu doang kok, nggak lebih".

"Emmmm....."

"Ya udah, kalau kamu masih belum bisa ngasih nomor whatsapp kamu, nih.. ", kata kak Banyu sambil menyodorkan sebuah kertas kecil.

"Apa ini?", tanya Anya.

"Itu nomor aku. Kapanpun kamu siap buat nyimpennya, simpen ya. Jangan lupa, nanti langsung hubungin aku juga".

Anya hanya menganggukkan kepala. Ia kemudian bergegas pergi meninggalkan kak Banyu.

"Sampai jumpa 2 minggu lagi, Nya...", teriak Kak Banyu.

Anya diam dan seolah tak memperdulikan teriakan kak Banyu. Ia terus berlari menuju ruangan kelasnya, karena dia sudah melihat Papanya keluar dari ruangan itu.

...****************...

Satu minggu sudah berlalu. Rasanya Anya mulai bosan dengan kegiatan di rumah. Ia mencoba mengajak Sharen hangout, tapi sayangnya, Sharen sedang liburan bareng keluarganya.

Anya membuka jendela kamar. Ia duduk sambil menatap ke arah keluar. Dia diam sejenak, membayangkan betapa serunya kalau dia bisa liburan bareng dengan keluarganya. Tapi, apalah yang bisa dia buat. Kakak semata wayangnya sedang kuliah di luar negeri. Sedangkan kedua orang tuanya, lagi ada kerja di luar kota. Alhasil, dia di rumah hanya ditemani oleh Bi Inah, pembatu di rumah Anya.

"Tok...tok...tok...."

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Anya langsung mempersilahkan masuk, karena ia sudah tau, itu pasti Bi Inah.

"Non, di luar ada yang nyariin, Non.."

"Siapa, Bik?"

"Katanya sih, temen non Anya".

"Ya udah, bilang sama dia, bentar lagi saya turun".

"Baik, Non".

Tidak berapa lama kemudian, Anya turun dari kamarnya. Saat sampai di depan rumah, Anya kaget bukan main. Ia melihat seorang laki-laki yang tidak asing baginya sedang duduk di teras rumah. Ya, itu kak Banyu.

"Kak Banyu!"

Seketika itu, kak Banyu langsung menoleh ke arah Anya. Ia tersenyum, lalu menghampiri Anya.

"Apa kabar, Nya?"

"Dari mana kamu tau rumahku, Kak?"

"Itu masalah gampang. Yang penting sekarang, aku udah bisa ketemu sama kamu".

"Ada apa kamu ke sini?", tanya Anya.

"Aku pengen ngajak kamu jalan keluar".

"Maaf, Kak. Tapi, aku nggak bisa".

"Pleasee, Nya. Sekali ini aja".

"Tapi....."

"Pleaseee....."

Anya diam sejenak. Sebenarnya dia pengen, tapi dia masih ragu, karena dia akan pergi dengan kak Banyu.

"Aku janji deh, sebelum jam 3 sore, aku bakalan anterin kamu pulang lagi", bujuk kak Banyu.

"Ya udah. Kamu tunggu di sini sebentar, aku mau siap-siap dulu".

Kak Banyu terlihat bahagia. Akhirnya, dia bisa ngajak Anya jalan-jalan juga. Sambil menunggu Anya siap-siap, kak Banyu kembali duduk dan menyeduh kopi yang sudah disediakan oleh Bi Inah sedari tadi.

Bersambung ❤

Bab 2 Sunset Terindah

Selang beberapa menit kemudian, Anya dan kak Banyu langsung berangkat. Di dalam perjalanan, kak Banyu mencoba bertanya kepada Anya, ke mana dia ingin pergi.

"Kamu pengen kita ke mana, Nya?"

"Ke mana ya? Terserah kamu aja deh, Kak. Aku ngikut, yang penting bisa ngilangin rasa bosan".

"Nah kan bener", celetuk kak Banyu.

"Apanya yang bener?", tanya Anya.

"Sudah ku duga, kamu bakalan bosan dan ngerasa sepi sepanjang liburan ini. Karena aku tau, kamu cuma sendirian di rumah".

"Palingan juga Sharen kan yang ngasih tau kamu?"

"Sok tau!!!"

"Terus, siapa dong?"

"Nih... baca", kata kak Banyu sambil nyodorin handphonenya. Dia nunjukin sebuah chat di whatsapp. Dan ketika Anya membacanya, Anya tiba-tiba bengong. Berulang kali dia memandangi kak Banyu dengan tatapan seperti tidak percaya.

Jadi, sebenarnya orang tua mereka itu adalah rekan bisnis. Bisa dikatakan juga, orang tua mereka itu sahabatan. Sewaktu pengambilan rapor kemarin, kak Banyu tanpa sengaja melihat wajah Papanya Anya. Dan seketika itu, dia baru sadar, kalau beliau adalah sahabat Papanya yang sering datang ke rumah kak Banyu.

Saat itu juga, kak Banyu membujuk Mamanya untuk memberikan nomor whatsapp Mama Anya. Awalnya nggak dikasih sih, tapi karena kak Banyu terus memaksa, akhirnya dia bisa mendapatkan nomor Mamanya Anya.

Beberapa hari kemudian, kak Banyu mencoba whatsapp Mamanya Anya. Awalnya sekedar ingin menanyakan nomor whatsapp Anya, tapi karena Mamanya Anya pesan untuk menjaga Anya selama beliau di luar kota, akhirnya kak Banyu langsung tancap gas, pergi ke rumah Anya.

"Kenapa? Masih nggak percaya?", tanya kak Banyu.

"Aku cuma nggak nyangka aja sih. Ternyata dunia ini begitu sempit".

"Hahahahahaha....."

"Terus, ini kita mau ke mana?", tanya Anya.

"Aku mau bawa kamu ke suatu tempat, di mana kamu akan merasa bahwa dunia ini tuh luas. Seluas caraku untuk mendapatkan kamu".

Anya hanya diam, dia mencoba untuk tidak menghiraukan perkataan kak Banyu walaupun sebenarnya, dia mengerti dengan maksud kak Banyu.

...****************...

Satu jam kemudian, Anya dan kak Banyu sampai di sebuah pantai. Jam menunjukkan pukul 1 siang. Sebelum kak Banyu mengajak Anya ke tepi pantai, kak Banyu mengajak Anya makan di sebuah rumah makan yang tak jauh dari pantai tersebut.

"Iya, Ma. Mama nggak usah khawatir. Anya baik-baik aja kok. Mama kapan pulang?"

"InsyaAllah, lusa Mama sama Papa sudah pulang. Ya sudah, kamu lanjutin gih makannya. Mama mau lanjut meeting juga".

"Oke, Ma. Byee".

"Siapa yang nelfon?", tanya kak Banyu.

"Biasa. Mama", jawab Anya.

"Mau mastiin kalau kamu lagi baik-baik aja sama aku kan?"

"Ih.. sok tau", gerutu Anya.

Mereka menghabiskan waktu sampai satu jam hanya untuk makan dan ngobrol. Setelah makan selesai, kak Banyu mengajak Anya ke tepi pantai.

"Udah jam 2 lebih nih. Padahal tadi janjinya mau nganterin pulang sebelum jam 3", celetuk Anya.

"Ya udah, yuk kita pulang sekarang aja", ajak kak Banyu.

"Eh..eh.. Ya udah deh, pulang agak entaran aja. Pengen liat sunset, udah lama banget nggak liat sunset".

Kak Banyu tersenyum kecil. Ia merasa lega karena Anya mulai akrab dengannya.

"Sebenarnya, aku paling suka main ke pantai. Tapi udah 1 tahun terakhir ini, Mama sama Papa sibuk, kak Andra juga lagi kuliah di luar negeri, jadi nggak ada yang bisa diajakin main ke pantai", kata Anya.

"Sharen ke mana?"

"Dia nggak pernah mau kalau diajak ke pantai. Sukanya ngemall, kalo nggak ke mall, palingan juga ngafe doang".

"Emangnya kamu nggak punya temen deket selain Sharen gitu yang bisa kamu ajak main ke pantai?"

"Nggak ada. Temenku ya cuma Sharen. Selain itu, aku nggak begitu akrab".

"Oh... Kalau pacar?"

Anya diam tak menjawab pertanyaan kak Banyu. Ia terus menikmati angin pantai sore ini. Suasana hening sejenak, hingga akhirnya, sunset pun mulai terlihat.

"Wiihhh.. cantik banget ya. Jadi pengen deh tiap hari ke sini buat liat sunsetnya", kata Anya.

"Kamu kayak nggak pernah liat sunset aja. Segitunya amat".

"Lah, emang udah lama banget aku nggak liat sunset. Apalagi dengan suasana yang seperti ini".

"Suasana yang seperti apa? Romantis karena liatnya bareng sama aku?"

"Geer banget sih".

"Jujur aja. Bagiku, ini adalah sunset terindah sepanjang hidupku. Karena saat ini, aku bisa menikmati sunset dengan seseorang yang sangat spesial dalam hatiku", ujar kak Banyu.

Anya hanya tersenyum tipis. Ia terus melihat ke arah matahari yang semakin lama semakin terbenam, kemudian hilang dan digantikan dengan kegelapan langit di malam hari.

Bersambung ❤

Bab 3 Mengenalmu Lebih Dekat

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tapi, kedua mata Anya rasanya masih enggan untuk terpejam. Tatapannya kosong, pikirannya terus berputar tak tentu arah. Entah apa yang sedang ia pikirkan pada malam itu.

Ia kemudian menyingkap selimut yang sedari tadi menutupi tubuhnya, lalu berjalan menuju balkon depan kamarnya. Ia duduk diam menatap langit yang penuh dengan bintang. Hatinya terasa sunyi. Ada rindu yang sedang ia simpan untuk seseorang.

Ketika ia tengah asyik dengan lamunannya, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang.

"Mama, ngagetin aja", kata Anya.

Mamanya tersenyum sambil mengusap rambut lebat milik Anya.

"Mama kok belum tidur?"

"Mama belum ngantuk. Kamu kok juga belum tidur?"

"Nggak tau nih, Ma. Rasanya belum ngantuk aja".

"Dari tadi Mama liat, kamu ngelamun aja. Lagi ngelamunin apa sih? Lagi kangen ya sama Banyu?"

"Ih, Mama. Nggak lucu ah bercandanya".

"Kalaupun iya juga nggak papa kok. Mama suka sama Banyu. Dia orangnya baik".

"Enggak, Ma. Aku nggak lagi mikirin dia".

"Terus siapa?"

"Udah, Ma. Jangan dibahas lagi. Tidur yuk. Anya udah ngantuk nih".

...****************...

Keesokan harinya, Anya diminta untuk menemani Papanya ke rumah orang tua kak Banyu, yang itu berarti dia akan bertemu dengan kak Banyu. Awalnya dia menolak dengan alasan masih ngantuk. Tapi, Mamanya terus memaksa, hingga akhirnya, mau enggak mau, Anya harus pergi dengan Papanya.

Setelah sampai di depan rumah kak Banyu, Anya terdiam sejenak di dalam mobil. Ia menghembuskan nafas dalam-dalam. Ia tidak dapat menyembunyikan rasa groginya. Karena jujur, semenjak pertemuan di pantai beberapa hari yang lalu, baru kali ini ia akan bertemu lagi dengan kak Banyu.

Saat memasuki ruang tamu, Anya melihat Papanya kak Banyu sudah berada di sana. Tak berapa lama, kak Banyu pun keluar. Ia kemudian mengajak Anya ke taman belakang rumah. Sebenarnya, itu atas permintaan Papanya kak Banyu juga.

"Apa kabar?", tanya kak Banyu.

"Baik, Kak".

"Kok kamu jarang bales chat aku sih?"

"Maaf, mungkin waktu itu aku lagi sibuk. Jadi, aku lupa mau bales".

"Emmm... Oh, ya. Besok kita udah masuk sekolah kan?"

"Udah, tapi rasanya pengen libur lebih lama lagi".

"Biar bisa nikmatin sunset lagi sama aku?", ledek kak Banyu.

"Apaan sih!!"

"Nya, aku mau nanya sesuatu sama kamu. Tapi janji dulu, kamu jangan marah ya?"

"Mau nanya apa?"

"Janji dulu jangan marah".

"Iya", jawab Anya.

"Sebenarnya, kamu punya laki-laki idaman nggak sih?"

"Hah?? Maksudnya?"

"Yaaaa... Maksudnya, kamu lagi deket sama laki-laki gitu apa enggak?"

"Ohhh, enggak. Emang kenapa?", tanya Anya.

"Karna aku pengen mengenalmu lebih dekat, Nya".

Anya tiba-tiba tersedak saat sedang menikmati orange jus yang ada di hadapannya. Ia diam sejenak, lalu menoleh ke arah kak Banyu.

"Dekat dalam artian apa, Kak?"

"Aku tau kalau kamu nggak sebodoh ini, Nya. Aku juga tau kalau kamu itu sebenarnya paham dengan semua maksud aku. Hanya saja, kamu nggak mau memperdulikan semua ini".

"Nya, aku sayang sama kamu", lanjut kak Banyu.

"Kak, maaf kalau aku sama sekali nggak pernah memperdulikan perasaanmu. Aku cuma nggak mau ngasih harapan ke orang. Biarkan saja semua ini mengalir seperti air. Biarkan saja aku menikmati ini semua tanpa adanya paksaan. Aku nggak pernah ngelarang siapapun buat ngedeketin aku. Tapi aku nggak bisa maksa diri aku sendiri untuk sayang sama seseorang yang baru saja aku kenal".

"Baiklah, aku nggak akan maksa kamu buat ngerti sama perasaan aku. Tapi please, izinkan aku tetap menjadi sahabat kamu".

Anya mengangguk pelan. Ia mencoba menerima keberadaan kak Banyu di dihidupnya. Ia mencoba untuk membuka hati yang selama ini ia tutup. Dan entah kenapa, saat ini Anya merasa sudah lelah dengan sebuah penantian dan harapan.

...****************...

"Anya, lu mau makan apa?", tanya Sharen.

"Bakso aja deh. Sama es teh", jawab Anya.

"Oke. Lu cari bangku deh, biar gue yang pesen makanan".

"Oke, siyap".

Anya mulai menggerakkan matanya ke segala arah. Ia kemudian melihat satu bangku kosong tepat di sebelah pojok bagian belakang. Ia lalu berjalan menuju bangku itu. Sambil menunggu Sharen, ia memainkan gadgetnya. Tak berapa lama, ia mendapatkan pesan dari kak Banyu.

"Meskipun hanya melihatmu dari kejauhan, tapi kamu tetap terasa dekat di dalam hatiku".

Seperti itulah isi chat dari kak Banyu. Anya seketika mencari-cari di mana kak Banyu berada. Tapi, sebelum ia menemukan di mana kak Banyu duduk, ada sebuah chat lagi yang masuk ke handphoe Anya.

"Nggak perlu nyari aku ada di mana, karena aku selalu ada di hatimu".

Anya tersenyum tipis. Dan tanpa ia sadari, Sharen sudah berada tepat di hadapannya.

"Lu ngapain senyum-senyum sendiri?"

"Nggak kenapa-napa. Mana baksonya?"

"Aneh lu. Nih, mau aku ambilin saos sekalian nggak?"

"Nggak ah, kecap sama sambel aja udah cukup".

"Ya udah".

Mereka kemudian menyantap bakso dan segelas es teh itu dengan lahap. Disela-sela mereka makan, Sharen mencoba untuk menanyakan kembali, apa yang membuat Anya senyum-senyum sendiri tadi.

"Lu tadi kenapa sih Nya senyum-senyum sendiri?"

"Nggak papa Sharen", jawab Anya.

"Jadi lu udah nggak mau sharing sama gue lagi? Oke!!", kata Sharen dengan nada sedikit kesal.

"Bukan nggak mau. Tapi ini bukan waktu yang tepat. Nanti deh, gue pasti cerita sama lu".

"Oke, oke..."

Setelah selesai makan, mereka lalu bergegas masuk kelas lagi. Ya, hari ini, hari pertama mereka masuk sekolah setelah 2 minggu libur.

"Sharen, entar sore kita ngafe yuk. Udah lama nih kita nggak ngafe bareng", ajak Anya.

"Boleh. Jam berapa?"

"Jam 5 aja. Entar gue jemput lu".

"Siyap".

Bersambung ❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!