Seorang wanita dengan paras jelita, wajah cantiknya tidak pernah membuat orang lain bosan saat memandang rupanya. Usianya sudah cukup matang, meski wajahnya mengisyaratkan bahwa dia masih belia namun nyatanya ia sudah dua puluh enam tahun. Senyuman ramah gadis itu selalu bergelayut pada sudut – sudut bibir tipisnya, suaranya lembut dan santun selalu terdengar saat ia menyapa orang yang ia kenal.
Dira! Begitu orang memanggil dirinya, Oceana Veddira nama yang cukup populer diejakan di tempatnya bekerja. Bukan karena kecantikan wajahnya, namun karena etos kerjanya yang sungguh mengagumkan. Ia menjadi salah satu karyawan andalan di perusahaannya, bahkan ia menjadi salah seorang yang cukup dipercaya untuk mengemban pekerjaan – pekerjaan penting.
Gadis itu baru dua tahun bekerja pada sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang mining, mereka berkonsentrasi khusus pada pertambangan batu bara. Dira bekerja dibawah Departemen Accounting, ia hanya seorang staf biasa namun Board of Directors secara khusus mengawasi kinerjanya.
Sejak menamatkan pendidikan S1 nya Dira secara khusus direkrut oleh Segah Basadewa Group atas rekomendasi dari Universitas tempat ia menyelesaikan studinya. Tidak heran jika Universitas merekomendasikannya, Dira adalah mahasiswi yang tergolong cerdas bahkan ia dapat menyelesaikan studinya dengan menyandang predikat cumlaude. Tanpa banyak pertimbangan juga gadis ayu itu menerima tawaran bergabung dengan Segah Basadewa Group.
Selain menerima penghasilan yang cukup tinggi, Dira juga diberikan fasilitas rumah tinggal yang sangat nyaman dan bisa dibilang sangat mewah. Dia diizinkan untuk menempati bangunan boardinghouse khusus para eksekutif, sungguh keberuntungan bertubi – tubi menghampirinya.
“ Selamat pagi Pak Slamet! “ sapa Dira dengan riang pada satpam yang bertugas jaga didepan bangunan boardinghouse yang ia tempati.
“ Selamat pagi Mbak Dira, hati – hati dijalan! “ pesan Pak Slamet pada Dira yang hendak berangkat bekerja.
Setiap harinya Dira berangkat ke kantor dengan berjalan kaki, meski banyak transportasi tersedia didekat rumah tinggalnya. Namun Dira enggan, karena dia akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk berganti kendaraan dari satu angkot ke angkot yang lain. Padahal jika dia berjalan kaki dengan melewati perkampungan dibelakang rumah tinggalnya ia akan sampai di kantor dalam waktu lima belas menit.
“ Selamat pagi Bapak – Bapak! “ khas Dira menyapa para petugas jaga dan para supir anggota Direksi yang standby didekat pos satpam di depan kantornya.
Bip!
Terdengar suara pintu terbuka saat Dira menempelkan kartu aksesnya pada handle pintu yang terbuat dari besi. Ia kemudian naik ke lantai dua menuju ruangannya, ia menapakkan kaki nya pada anak tangga yang dibuat dari marmer. Saat masuk pada lobby lantai dua, Dira sudah disambut dengan miniatur berbagai macam alat berat yang diletakkan pada meja hias dengan penutup kaca. Serta akuarium besar berisi ikan arwana yang cantik dan terawat, beberapa sign dan foto – foto indah tergantung pada dinding beton yang bercat cream.
Dira segera menyalakan komputernya, sesaat kemudian teman – teman nya juga mulai berdatangan, lalu terakhir disusul oleh Pak Kevin. Pria berkacamata yang berusia sekitar empat puluh lima tahun itu adalah atasan langsung Dira, dialah Pak Kevin Manager Accounting yang menjadi leader Dira.
“ Dira, Dira apakah sudah membaca email? “ teriak Pak Kevin dari dalam ruangan yang disekat dengan kaca buram.
“ Email yang mana Pak? “ tanya Dira saat ia sudah menghadap Pak Kevin diruangannya.
“ Mengenai meeting ekspansi Perusahaan kita Dira, coba kamu baca dahulu emailnya. “ perintah Pak Kevin pada gadis yang berdiri di depannya.
“ Baik Pak. “ sesaat Dira meninggalkan ruangan Pak Kevin dan kembali menuju meja kerjanya.
“ Kenapa? “ bisik William saat mendapati Dira melenggang dari ruangan Pak Kevin.
“ Pak Kevin menyuruhku mengecek email, memangnya mau ada ekspansi ya? “ tanya Dira pada rekannya itu dengan setengah berbisik.
“ Iya benar! Di luar provinsi kita Dir, jauh banget loh! “ bisik William lagi.
“ Jangan – jangan kamu disuruh ikut meeting karena kamu mau dikirim kesana kali Dir? “ seloroh William lagi.
“ Ih jangan dong Wil, jauh dong aku sama kalian? “ ujar Dira sambil menguncupkan bibir tipisnya, ia terlihat sangat menggemaskan.
“ Coba di cek aja dulu! “ William kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.
Dira segera membaca email yang ditujukan padanya dan beberapa karyawan lain, ia juga melihat nama Pak Kevin ada disana sebagai peserta meeting. Namun beberapa saat mata nya terbelalak melihat nama Hiskia Basadewa, dia adalah pemilik perusahaan tempat ia bekerja.
“ Aduh, kenapa ada Pak Hiskia ya? Apakah meetingnya akan sepenting itu? Bahkan beliau yang menetap diluar kota pun akan turut hadir. “ gumam Dira dalam hatinya.
“ Dira, Dira yang pengajuan budget kemarin jangan lupa mintakan approval Direksi ya! “ kembali terdengar suara Pak kevin membuyarkan lamunan Dira.
Gadis itu kemudian menghela nafas panjang, ia kembali memfokuskan pikirannya pada segudang pekerjaan yang sudah menantinya, ia mengabaikan segala hal yang ada didalam pikirannya. Terlihat Dira mulai mencetak beberapa berkas melalui printer yang ada disampingnya, kemudian seorang karyawan perempuan dari Departemen lain mendatanginya dan menyodorkan selembar kertas.
“ Entertain lagi? “ Dira berdecak saat melihat nominal yang tertera pada lembaran kwitansi yang baru saja ia terima. Sementara perempuan itu hanya menganggukkan kepalanya pelan.
“ Oke ku ajukan dulu ya. “ jawabnya sambil meletakkan kwitansi berwarna hijau itu ditumpukkan paling bawah berkas – berkas yang ada diatas mejanya.
Kesibukan terlihat didalam ruangan itu, belasan penghuninya dibuat kalang kabut oleh tugasnya masing – masing. Sesekali terlihat Pak Kevin menghampiri meja anak buahnya, bukan hanya mengecek pekerjaan juga terkadang memberikan teguran pada anak buahnya jika timbul kesalahan. Sesekali juga terdengar telpon berdering, sesekali juga terdengar mereka memanggil nama satu sama lain terkadang juga terdengar guarauan kecil diantara mereka.
***
Waktu menunjukkan pukul dua belas siang, seluruh karyawan menghambur keluar dari ruang kerja. Ada yang berlari ke toilet, ada yang langsung berlari ke warung makan, ada yang sibuk bertelepon disudut ruangan, dan ada juga yang menenteng tas bekalnya menuju ruang istirahat.
Dira salah satunya, perempuan itu berjalan menuju taman yang ada dilantai dua untuk menikmati bekal makan siangnya. Dia selalu membawa bekal setiap hari, masakan sederhana yang ia buat pagi hari sebelum ia berangkat bekerja. Dira kemudian duduk disalah satu kursi yang masih kosong, ia membuka kotak makannya, lalu meneguk air mineral dari botol yang berwarna merah muda yang selalu ia bawa.
“ Dir! Kamu ikut meeting besok Senin ya? “ suara Axel tiba – tiba mengagetkan Dira.
Axel adalah rekan kerja Dira yang bekerja di Departemen Procurement, ia satu tahun lebih tua dari Dira. Axel dan Dira mengenal satu dengan yang lain karena mereka sering didaulat oleh Perusahaan untuk mewakili pembagian sumbangan ataupun kegiatan sosial lainnya.
“ Hai! Bikin kaget saja kamu Xel, iya aku ikut. Aku juga melihat ada nama mu diundangan meeting. “ jawab Dira sambil menutup botol minumannya.
“ Jangan – jangan kita mau dikirim kesana Dir? “ seloroh Axel kemudian seraya membuka makanan yang dikemas dengan box makanan tebal berwarna merah.
“ Entahlah Xel, kita ikuti saja mau seperti apa Xel. Ayo makan! “ sambung Dira sambil menyendok makan siangnya dan memasukkan kedalam mulut mungilnya.
Sabtu pagi seperti biasanya Dira bersiap untuk berangkat bekerja, dengan kaos berkerah berwarna navy dipadukan dengan celana jeans berwarna hitam dan sneaker putih Dira terlihat lebih sporty. Memang itu adalah dress code di perusahaan nya bekerja, setiap hari Sabtu seluruh karyawan dibebaskan untuk mengenakan kaos berkerah. Dira terlihat menenteng tas kerjanya yang berwarna hitam, tak luput dari genggamannya botol minuman yang berwarna merah muda kemudian ia melenggang meninggalkan bangunan boardinghouse.
“ Selamat pagi Pak Slamet! Eh bukan Pak Slamet, Pak Muhtar rupanya. Hahaha “ terdengar Dira salah menyebut nama satpam yang bertugas jaga hari itu.
“ Hahaha Mbak Dira ingatnya sama Pak Slamet terus. “ canda satpam pada Dira.
“ Maaf Pak nggak memperhatikan. “ Dira tersenyum dengan sangat manisnya.
Saat hendak berjalan seperti biasanya, ia melihat seorang pria muda dengan wajah tampan duduk dibangku yang tidak jauh dari pos satpam. Lelaki itu mungkin usia nya tiga tahun lebih tua dari Dira, pria bertubuh tinggi dan berhidung mancung itu terlihat sedang memencet – mencet layar HP nya.
“ Siapa itu pak? “ tanya Dira pada Pak Muhtar sambil berbisik dengan sangat pelan.
“ Seperti nya karyawan baru Mbak. “ Pak Muhtar juga dengan berbisik menjawab pertanyaan Dira. Karena merasa tidak mengenalnya, Dira mengabaikan lelaki itu dan langsung berjalan menjauhi rumah yang ia tinggali.
“ Hei, sorry apa kamu mau pergi ke kantor Segah Basadewa Group? “ tiba – tiba Pria berkaos hijau muda itu menghentikan langkah Dira dan mendekati nya.
“ Eh Iya, Bapak mencari siapa? “ Dira kembali bertanya dengan ragu pada Pria itu, namun tetap terdengar formal.
“ Saya juga mau kesana, tapi saya bingung mau naik apa. “ terlihat Pria berkulit bersih itu menggaruk – garuk kepalanya.
“ Oh begitu, Bapak mau bareng saya? “ ujar Dira menawarkan diri.
“ Ehm, boleh. “ Lelaki itu menjawab singkat.
“ Tapi saya jalan kaki ya Pak. “ sambung Dira kemudian.
“ Ehm, boleh. “ Lelaki itu mengiyakan ajakan Dira, meskipun wajahnya secara gamblang terlihat bingung sekaligus kagum.
Mereka kemudian bersama – sama meninggalkan bangunan mewah ditepi jalan raya itu, Dira melangkahkan kaki nya memasuki gang – gang pemukiman disana. Pria berkaos hijau itu mengekor dibelakang Dira, sementara Dira berjalan dengan agak cepat seperti biasanya.
“ Apa kamu selalu berjalan kaki begini? “ tanya Pria yang menenteng tas jinjing berwarna cokelat itu.
“ Iya Pak, karena kalau naik kendaraan umum harus dua kali ganti. Belum lagi macetnya, padahal kantor kita tidak begitu jauh. “ jelas Dira pada laki – laki yang baru saja ia temui itu.
“ Kamu sudah lama ya kerja disini? “ Pria itu kembali bertanya pada Dira.
“ Baru dua tahun Pak. Bapak baru masuk ya? “ gantian Dira melontarkan pertanyaan pada laki – laki yang tidak ia ketahui namanya itu. Sesaat laki – laki itu hanya diam saat mendengarkan pertanyaan Dira.
“ Ehm, iya baru. “ jawab Pria itu kemudian.
Keduanya terus berjalan menyusuri jalan beton itu dalam diam, Dira tetap memimpin didepan dan laki – laki itu masih membuntutinya sambil menengok kesamping kanan kirinya. Seolah ia sedang mengamati tempat yang ia lewati, seperti rumah – rumah penduduk yang dibangun saling berhimpit, sekolah dasar negeri yang tidak begitu terawat dan beberapa bangunan rumah ibadah yang cukup megah.
***
“ Selamat pagi Mbak Dira. “ sapa satpam yang ada didepan kantor.
“ Halo selamat pagi Pak. “ dengan senyuman yang menawan Dira menjawab sapaan pria paruh baya itu.
“ Pak, jika Bapak ingin menemui bagian personalia Bapak bisa minta tolong diantarkan satpam ya. Saya langsung naik ke atas, permisi Pak. “ pamit Dira dengan sopan pada Pria yang datang bersama nya ke kantor pagi itu.
“ Oke, terima kasih ya. “ jawab Pria itu singkat, kemudian melihat Dira meninggalkannya.
Dira terus melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja dilantai dua, berbeda dengan hari – hari biasanya setiap Sabtu para karyawan akan mengikuti senam pagi terlebih dahulu dihalaman belakang kantor. Hal ini sudah menjadi agenda wajib seluruh karyawan setiap akhir pekan.
“ Kamu nggak ikut senam Dir? “ sapa Sherly saat melihat Dira masih mengenakan celana jeans.
“ Ikut Kak, ini mau ganti dulu. “ terlihat Dira mengeluarkan baju gantinya dari dalam tas, kemudian menghilang menuju toilet.
“ Eh kamu lihat nggak tadi ada cowok ganteng banget loh, apa karyawan baru ya? “ ujar salah satu rekan perempuan Dira saat mereka menuruni tangga menuju halaman belakang.
“ Masa sih? Mana - mana? “ tukas Sherly penasaran.
“ Tadi aku lihat dia masuk ke ruangan Ms Julie Kak, semoga aja dia ikut senam ya, hahaha. “ ucap gadis itu menjawab pertanyaan Sherly.
“ Apa yang kamu maksud laki – laki yang mengenakan kaos hijau Ren? Kalau yang kamu maksud dia, tadi pagi kami berangkat bersama – sama dari boardinghouse, katanya dia karyawan baru. “ sela Dira kemudian.
“ Iya bener, laki – laki berkaos hijau muda kan Dir? Departemen apa dia Dir? Siapa namanya? “ Reni mengiyakan pertanyaan Dira dan terus mengoceh menanyakan hal macam – macam.
“ Idih Reni, gesit banget kalau ada cowok ganteng deh. “ ejek Sherly pada juniornya itu.
“ Aduh aku nggak sempat nanya – nanya Ren. “ sambung Dira lagi.
Mereka bertiga kemudian segera mencari tempat strategis untuk mengikuti senam di pagi hari itu. Dira mengedarkan pandangannya keseluruh halaman, namun ia tidak menemukan Pria tampan yang berangkat bersamanya tadi pagi.
***
Selesainya mengikuti senam pagi, Dira kembali ke toilet untuk mengganti pakaiannya lalu ia masuk kedalam ruang kerjanya. Beberapa rekannya juga sudah ada yang memulai pekerjaannya, Dira hendak duduk dikursinya namun terlihat menyembul dibalik layar komputer seorang pria sudah menempati mejanya. Dira segera mendatangi Pria itu, Pria berkaos hijau yang tadi pagi berangkat bersamanya sedang duduk disana, dikursinya.
“ Permisi ini kursi saya Pak. “ ucap Dira dengan nada sedikit tegas pada Pria itu.
“ Oh sorry, kamu mau duduk ya? “ laki – laki itu segera bangkit berdiri, dan mempersilahkan Dira duduk.
Sesaat kemudian Pak Kevin kembali keruangan, saat melihat Pria berkaos hijau itu berdiri di sudut ruangan segera Pak Kevin menghampirinya dan menjabat tangannya. Pak Kevin dan Pria muda itu keluar dari ruangan Departemen Accounting, dan keduanya menghilang dibalik pintu.
Sekitar pukul dua siang Dira sudah menyelesaikan seluruh pekerjaannya untuk hari itu, ia segera berkemas dan meninggalkan kantor. Saat tiba dihalaman depan kantor ia melihat Pria berkaos hijau itu lagi, ia duduk didekat pos satpam. Laki – laki itu tampak sedang memainkan botol minumnya, namun botol itu terjatuh dan kemudian menggelinding tepat didekat kaki Dira. Dengan sigap Dira memungutnya dan mengulurkannya pada laki – laki itu.
“ Ini, sedang menunggu siapa? Mau bareng lagi? “ tanya Dira saat pria itu sudah meraih botol minumnya.
“ Terima kasih, boleh bareng lagi? “ Pria itu terdengar malu – malu.
“ Boleh, tapi saya jalan kaki lagi Pak. “ jawab Dira kemudian, dan Pria itu mengangguk menyetujui.
Dira memperlambat langkahnya, takut jika laki – laki yang mengikutinya itu tertinggal. Pria dibelakang Dira juga perlahan mengikuti ritme langkah gadis cantik didepannya. Mereka berdua tetap berjalan dalam hening, meski sesekali Pria tampan itu bersenandung kecil dan hampir tidak terdengar.
Minggu pagi yang sangat cerah, Dira dengan penuh semangat membersihkan kamar tidurnya yang berada di flat lantai tiga bangunan lima tingkat itu. Wanita itu mengganti sprei dan juga bedcover bersih kiriman office girl tadi sore. Tak luput Dira mengepel lantai kayu yang terlihat hangat, dia juga mengelap nakas dan meja dibawah televisi yang menggantung pada dinding.
Sesudah beres dengan kamarnya, Dira memungut baju yang ia kenakan kemarin dari keranjang pakaian kotor. Segera ia membawa nya ke kamar mandi dan mencuci dua potong pakaiannya itu menggunakan tangan. Sebenarnya ada ruang laundry di lantai satu, hanya saja Dira lebih senang mencuci dengan tangan setiap hari. Biasanya ia akan mencuci baju nya disore hari, namun karena rasa lelahnya yang sungguh sejak kemarin ia membiarkan pakaiannya tetap didalam keranjang.
Dira kemudian menggantung pakaiannya menggunakan hanger dan meletakkannya pada teras samping kamarnya. Teras itu dibangun hanya dengan material besi yang tidak begitu rapat, masih terdapat sela – sela pada bagian lantai dan dindingnya sehingga Dira bisa menggantung pakaiannya disana dan membiarkannya kering.
Wanita cantik itu segera melenggang ke dapur yang masih berada di dalam flat nya, ia memasak makan siangnya. Diintipnya kulkas dua pintu yang berdiri kokoh disamping kompor listrik yang lengkap dipasang dengan exhaust cooker hood. Ia lalu meraih satu pack sayur baby ceciwis dan satu butir telur ayam dan meletakkannya di meja dapur.
Dengan sigap Dira mencuci sayuran dan memotongnya menjadi bagian yang lebih kecil, sesudahnya ia mengupas beberapa butir bawang merah dan bawang putih lalu mencuci nya bersama dengan cabai rawit. Terdengar cukup keras suara Dira menumbuk bumbu dapur dengan cobek batu yang tadinya tersandar rapi di rak piring. Dira sangat tangkas memegang seluruh peralatan dapur disana.
“ Hmmmm, harum. “ Dira menghirup semangkuk baby ceciwis tumis yang baru saja matang.
Cacing dalam perutnya sudah mulai bergeliat, segera ia mengambil sepiring nasi putih dan meletakkan telur mata sapi diatasnya. Tidak lupa ia menyiram nasi dan telur dengan kuah tumisan sayur, ia menyendoknya pelan kemudian memakannya dengan lahap. Seselesainya menghabiskan makan siangnya, Dira kembali membersihkan area dapur. Mencuci seluruh perabot yang ia gunakan dan mengepel lantai dapur.
Dira kemudian duduk dikursi meja makan dan menyibakkan tirai jendela, ia melepaskan pandangannya melihat suasana kota hari itu. Kota yang terlihat penuh sesak dengan bangunan – bangunan menjulang tinggi yang seakan sedang saling memamerkan kemegahannya.
Setelah kering peluh yang tadinya bercucuran pada kening dan lehernya, Dira segera meraih handuk mandi yang tergantung pada jemuran didepan kamar mandi. Ia melesat kedalam kamar mandi dan segera membasuh tubuhnya yang lengket karena seharian bercumbu dengan sapu dan pel lantai. Air terasa hangat membasahi tubuhnya yang terasa sedikit pegal, namun Dira sangat menyukai aktivitas itu. Bersih – bersih adalah obat mujarab nya untuk menghapus kepenatannya bekerja seminggu penuh dan biasanya ia akan merasa lebih good mood setelah bersih – bersih.
Dira melirik jam yang ada diatas nakas masih pukul satu siang, dengan bahagia ia melempar tubuh mungilnya ke atas ranjang. Menyetel AC kamar ke suhu dua puluh dua derajat, kemudian menyusupkan badannya kedalam bed cover yang baru saja ia ganti. Bukan Dira namanya jika tidur tidak berselimut, seperti sudah menjadi gaya hidupnya untuk selalu membungkus tubuhnya saat sedang tidur. Tidak berapa lama berbaring diatas ranjang, mata sipitnya sudah mulai terpejam dan dia sudah hanyut dalam tidur siangnya yang teramat berharga.
***
Tet... tet.. tet..
Terdengar suara bel pintu didepan flatnya, Dira terjaga dari tidurnya dan waktu itu sudah menunjukkan pukul empat sore. Bergegas Dira mengusap matanya yang sedikit berair, lalu membuka pintu yang bel nya berbunyi beberapa kali.
“ Ada apa Pak Tom? “ sapa Dira saat mendapati office boy berdiri di depan pintu flatnya.
“ Mau antar galon mbak. “ ucap laki – laki muda yang mengenakan seragam berwarna biru itu.
“ Oh, terima kasih Pak Tom. “ sambung Dira setelah pria itu membawa masuk satu buah galon air dan meletakkannya disamping dispenser, sesudahnya laki – laki itu keluar dari flat yang hanya dihuni oleh Dira sendiri.
Karena hari sudah sore Dira segera menuju teras untuk mengangkat jemurannya, namun saat ia lihat pakaiannya sudah tidak tergantung disana. Hanya satu buah hanger kosong tanpa pakaian menggantung, ia kemudian mengedarkan pandangannya dan melihat seonggok kain di teras lantai dua. Pakaian nya jatuh ke teras lantai dua tepat dibawah kamarnya, dengan sedikit kesal Dira beranjak dari teras dan turun kelantai bawah.
Tet.. tet.. tet..
Dira mencoba menekan bel yang ada didepan pintu, namun belum ada jawaban dari si pemilik flat.
Tet.. tet.. tet..
Dira menekan lagi tombol yang sama, lalu ia mendekatkan telinganya pada daun pintu berwarna hitam itu. Ia berusaha mendengarkan suara – suara yang mungkin timbul jika ada seseorang didalam flat.
Ceklek!
Pintu terbuka dengan lebar saat Dira masih menempelkan telinganya disana, terlihat pria tampan –yang kemarin berkaos hijau) berdiri diambang pintu dan terkekeh melihat tingkah Dira yang kikuk. Pria tampan itu terlihat baru saja terjaga dari tidurnya, nampak dari rambutnya yang sedikit berantakan dan sesekali ia mengerjap – ngerjapkan matanya.
“ Ehm, maaf Pak saya kira tidak ada orang jadi saya mencoba mendengarkan kalau – kalau ada suara dari dalam flat. “ ucap Dira dengan polos karena tertangkap basah seolah sedang menguping.
“ Oh, tidak apa – apa. Ada yang bisa saya bantu? “ sambung pria ganteng itu kemudian.
“ Ehm anu Pak, saya mau ambil baju. “ Dira dengan malu – malu berucap sambil menunjuk kedalam flat laki – laki itu.
“ Baju apa ya? “ Pria itu bingung dengan ucapan Dira baru saja.
“ Itu, baju saya jatuh dari jemuran atas Pak. Ada di teras Bapak sepertinya. “ Dira menggaruk – garuk tengkuknya yang tidak gatal itu.
“ Oh, masuklah. “ perintah laki – laki muda itu.
Dira segera menyusup masuk kedalam flat pria yang mengenakan celana pendek selutut itu, kemudian pintu tertutup secara otomatis. Gadis itu mengedarkan pandangannya, meski bentuk flat mereka sama jelas dekorasi interior mereka berbeda jauh. Hanya ada satu kamar di flat itu, juga ada ruang tamu dan meja makan yang terpisah dari dapur.
Wanita mungil itu segera berlari kecil meraih gagang pintu yang mengarah ke teras, ia melihat pakaiannya teronggok disana. Segera ia memungut baju dan celana yang sudah kering itu dan menggulungnya kedalam pelukannya.
“ Terima kasih ya Pak. Maaf mengganggu waktu Bapak. “ dengan cepat Dira meraih kembali gagang pintu depan flat.
“ Oh iya, mau susu? “ tawar laki – laki itu tiba – tiba saat Dira sudah membuka setengah pintu.
“ Tidak Pak, terima kasih. “ Dira menolak tawaran laki – laki yang sedang meraih satu kotak susu UHT dari dalam kulkas.
“ Oke. “ jawab pria itu singkat.
Dira segera menghilang dari pandangan pria tampan itu dan kembali kekamarnya sambil membawa pakaian yang tadi terjatuh disana.
“ Sebenarnya siapa dia? Jangan – jangan dia pikir aku sengaja melakukannya? “ gumam Dira pada dirinya sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!