Suasana di Sekolah SMA KARYA sangat ramai, dipenuhi murid kelas 12 dan para orang tuanya masing-masing. Karena hari ini hari kelulusan bagi mereka semua.
Setelah semua siswa menerima amplop yang lebih dulu diserahkan kepada orang tua masing-masing, kini semua siswa dan orang tua berkumpul di Aula Sekolah yang didekorasi sedemikian rupa untuk menyambut kelulusan mereka, di sana terdapat sebuah panggung, untuk berbagai pertunjukan seni. Di sana juga sudah disediakan kursi-kursi untuk siswa dan wali murid yang hadir.
"Baiklah semuanya. Harap tenang yaah!" Host yang kemayu lembut gemulai (padahal cowok) membuka acara.
"Ehem! Duduk manis-manis ya, sebentar lagi Kepala Sekolah akan memberikan pengumuman."
"Silahkan Kepala Sekolah..." Host mempersilahkan.
Bu Indri selaku Kepala Sekolah, menaiki panggung.
"Terimakasih sebelumnya,"
"Baiklah, selamat pagi semuanya." Bu Indri mengucapkan salam
"Pagi Bu."
"Pagi."
"Tanpa basa-basi lagi, tentu semuanya juga sudah menunggu bukan?. Di sini saya akan mengumumkan hasil dari kelulusan sekolah kita tahun ini. Dan sekolah kita tahun ini.....," Sengaja diputus-putus, biar murid-murid pada penasaran.
Suasana mulai berisik, bisik-bisik tetangga. aduh!
"Lulus semuanya gak ya?"
"Apa ada yang enggak lulus?"
"Gak mungkin ada yang enggak lulus!"
"Semoga lulus semua."
JENG JENG JENG!!!
Suara musik khas deg-degan mulai terdengar di telinga.
"Sekolah kitaaaaaaaa........"
"Sekolah kitaaaaaaaaaaaaaaaa!!!"
JENG JENG JENG!!!!
"SEKOLAH KITAAAAAAAAAAAAAAA!!!"
JEEEEENGGGG JEEENGGGG JENGGGG!!!!
"SEKOLAH KITA SERATUS PERSEN LULUS!!!!!!"
PECAH!
Suasana pecah!
Semua siswa kegirangan, ada yang teriak-teriak, ada yang melompat, ada yang sujud syukur, ada yang lari-lari, ada yang menangis, (tangis bahagia ya), yang kebelet juga ada saking senengnya. Satu lagi, ada yang naik atap sekolah (nah yang ini over). Mereka seneng, masuk bareng-bareng, lulus juga bareng-bareng. Jadi gak ada kesedihan.
"DAAAANNN....," lanjut Kepala Sekolah,
"Sekarang, saya ingin mengumumkan peraih nilai tertinggi tahun ini!"
Bisik-bisik tetangga kembali terdengar,
tapi sepertinya Si Juara Bertahan deh.
Siapakah?
"PERAIH NILAI TERTINGGI TAHUN INI ADALAH......"
JENG JENG JENG!
"YUKI AMANDA!"
Horeee!!!
Sorak-sorak gembira terdengar.
Tepuk tangan bergemuruh.
"Kepada Nak Yuki, silahkan naik ke panggung!"
Yuki Amanda, seorang siswa berprestasi di Sekolah itu menaiki panggung. Dia mencium punggung tangan Kepala Sekolah.
"Saya ucapkan terimakasih buat semuanya, dan juga selamat buat temen-temen. Akhirnya kita semua lulus." Ucap Yuki gadis mungil yang berambut panjang, girang.
Gemuruh tepuk tangan kembali ramai terdengar.
Dan teriak-teriakan bangga untuk Yuki dari teman-teman semua.
"Yuki!"
"Yuki!"
"Yuki!"
"Saya persembahkan kelulusan saya ini untuk Emak sama Bapak."
Dari bawah panggung tampak Emak dan Bapak Yuki tersenyum haru melihat anaknya berhasil.
"Terimakasih." Tutup Yuki , dan izin turun dari panggung. Sekali lagi dia mencium punggung tangan Kepala Sekolah.
"Selamat ya Nak. Kejar cita-citamu." Ucap Kepala Sekolah.
"Makasih Bu. Pasti!" Jawab Yuki semangat.
"Yey! Selamat ya buat Dik Yuki!" Host kembali memimpin acara.
Selanjutnya acara diisi oleh pentas seni dan nyanyian.
Sebagian orang tua juga ada yang pulang, setelah puas dengan hasil yang didapatkan anaknya.
__________
Setelah turun dari panggung, Yuki menghampiri Emak dan Bapaknya, Bu Ana dan Pak Ramlan. Bu Ana, ibu Yuki memeluk Yuki dan menciumnya.
"Selamat anak Emak berhasil!"
"Makasih, Mak."
"Males akh! Kok Bapak gak ucapin ke Yuki?" Yuki cemberut manja.
Pak Ramlan, Bapaknya Yuki mengelus kasar rambut anaknya sambil tertawa.
"Sini peluk Bapak. Bapak sangat bangga padamu, Nak!"
Begitulah kehangatan keluarga sederhana itu. Yuki anak satu-satunya yang sangat disayang oleh Ibu Ana dan Pak Ramlan orang tuanya.
_________
"Selamat ya, yuki!" Ucap Kanza, sahabat Yuki sambil memeluk sahabatnya itu, setelah mereka bertemu di bangku Taman Sekolah yang tidak jauh dari panggung.
"Kamu juga. Selamat ya, Za." Yuki sambil balas memeluk sahabatnya.
"Kamu tetap pada rencana kamu kan?"
"Iya Za, aku pengennya kuliah. Aku mau banggain Emak sama Bapak. Soalnya mereka pengen banget liat aku berhasil."
"Aku dukung kamu deh!"
"Makasih ya Za, kamu memang sahabat aku yang paaaaaaling baik, paling cakep, paling imut, paling semuanya deh!" Yuki memeluk sahabatnya si Kanza dengan sangat erat.
"Ampyuuuunnn... Yuk! Gak bisa napas nih!"
"Hehe.. maaf, maaf."
"Kalo aku sih, langsung kerja aja deh. Soalnya kasian Emak kerja sendirian sejak Bapak meninggal, gak tega aku. Ini aja aku bersyukur bisa tamatin SMA." Kanza terlihat murung.
"Apa pun pilihan kita, semoga yang terbaik buat kita." Yuki menyemangati.
"Iya yuk!"
"Eh, by the way... Temen-temen ngajakin konvoi. Mau ikut gak?" Ajak Kanza
"Hayuk! Kapan lagi bisa kumpul-kumpul."
Dari kejauhan, tampak orang tua Yuki Memanggil.
"Yuki! Nak!"
"Eh! Emak sama Bapak manggil, tunggu dulu ya, Za."
Yuki menghampiri Emak dan Bapak nya.
"Emak sama Bapak pulang duluan ya, Nak."
"Iya Mak, Bapak. Hati-hati di jalan ya, Yuki pulangnya nanti ya, ada acara sama temen-temen. Boleh ya, Pak? Hehe."
"Iya boleh, tapi jangan lupa pulang!"
"Ih, Bapak....!" Rengek Yuki
"Yaudah sana, hati-hati kamu."
"Siap komandan!" Jawab Yuki sambil memberikan gerakan hormat pada Bapaknya.
__________
Setelah acara kelulusan selesai, para siswa berhamburan meninggalkan sekolah diikuti para orang tua. Ada sebagian yang langsung pulang ke rumah, ada sebagian yang berkeliling-keliling ria bermotor merayakan kelulusan.
"KAMI LULUUUSSS!!! KAMI LULUUUSSS!!!" Teriak mereka bersaut-sautan.
__________
Malam hari
TOK! TOK! TOK!
Terdengar suara ketukan pintu yang agak kasar dari luar.
"Ramlan! buka pintunya!"
Pak Ramlan, Bu Ana, dan Yuki yang sedang duduk bercengkrama dikagetkan dengan suara orang di luar sana.
"Siapa ya, Pak?" Tanya Bu Ana pada suaminya
"Sepertinya itu suara Tuan Badrun, Bu. Bapak buka dulu pintunya."
Pak Ramlan berjalan kearah pintu.
"Mau ngapain sih ntuh orang malem-malem ke sini, gak sopan! Teriak-teriak pula!" Celetuk Yuki.
"Sudah-sudah, sana masuk ke kamarmu!" perintah Bu Ana.
Yuki meninggalkan ruangan itu.
Sementara tamu yang datang dipersilahkan masuk.
"Silahkan Tuan, duduk dulu." Bu Ana mempersilahkan.
Pak Badrun duduk di kursi rotan yang sudah agak reot. Badannya yang besar berhasil membuat kursinya tambah reot.
"Ada apa ya, Tuan?" Pak Ramlan memulai obrolan.
"Jangan basa-basi lagi kamu Ramlan! Hutang kamu gimana? Sampai kapan? Hutang itu semakin hari semakin besar bunga nya. Kamu pasti makin tidak sanggup untuk membayarnya. Bahkan rumah ini saja tidak cukup untuk membayar semua hutang-hutangmu!"
Yuki mengintip dari balik tirai pintu kamarnya. Dia merasa kasian sama Bapak dan Emaknya.
"Maaf Tuan, saya akan terus mencicil hutang saya seperti sebelum-sebelumnya, Tuan."
"Tidak bisa! Saya sudah tidak bisa memberi kamu kemudahan itu Ramlan!"
"Lalu saya harus bagaimana, Tuan? Hanya itu yang saya mampu."
Sesaat suasana hening.
Pak Badrun tiba-tiba tersenyum misterius seperti memikirkan sesuatu, sambil menggosok-gosok dagunya, diikuti anak buahnya yang berbadan besar, sedari tadi berdiri tepat di belakang dia duduk.
"Bukankah kamu punya anak gadis, Ramlan?" Tanya pak Badrun basa-basi.
"Iya Tuan, si Yuki."
"Bagaimana kalau kamu menyerahkan anak gadismu untuk aku nikahi, dan hutang kamu semuanya aku anggap lunas?"
Pak Ramlan dan Bu Ana kaget mendengarnya.
Yuki yang sedari tadi mengintip tak kalah kagetnya.
"Apa-apaan si gendut Badrun itu?! Bukankah dia udah punya lima istri??? Lalu mau jadiin aku istrinya yang ke-enam gitu?" Batin Yuki, tidak terima dengan apa yang diucapkan Pak Badrun.
Yuki tiba-tiba keluar dari kamarnya.
"AKU TIDAK MAU!" Teriak Yuki yang membuat semua orang kaget.
Pak Badrun berdiri dari duduknya. Sementara Bu Ana memeluk Yuki dan menenangkan anaknya.
"Tenanglah Nak, tentu saja Emak sama Bapak juga tidak setuju!"
"Iya Tuan. Apa tidak ada cara lain? Anak saya baru saja lulus sekolah, Tuan." Pak Ramlan memohon.
"TIDAK!!! KALAU SAYA BILANG TIDAK YA TIDAK!!!!" Pak Badrun murka.
"DAN, KEPUTUSAN SAYA MUTLAK! Kamu tau siapa saya kan, Ramlan?" Lanjutnya,
Suasana berubah mencengkram. Ditambah anak buah pak Badrun yang memegang kerah baju pak Ramlan, badannya yang besar tentu saja berbanding jauh dengan Pak Ramlan.
"LEPASKAN BAPAK!!!" Teriak Yuki sambil memukul-mukul anak buah Pak Badrun.
Pak Badrun memegang tangan Yuki.
"Cantik..." Ucapnya, dia hendak mencium tangan Yuki, namun ditepis Yuki dengan kasar.
"NAJIS!"
Tak terima dengan perlakuan Yuki pada dirinya, Pak Badrun mendorong Yuki dengan sangat kasar, beruntung Bu Ana dapat menangkap anaknya.
"SIALAN! ORANG MISKIN! BELAGU! SUDAH DITOLONG TIDAK TAU TERIMAKASIH!!!" Pak Badrun kembali murka.
"Jangan Tuan! Jangan sakiti anak saya! Saya mohon tuan!" Pak Ramlan mengiba, bersujud di kaki Pak Badrun, membuat Yuki dan Bu Ana meneteskan air mata.
"Bapak...."
"Besok malam akad nikah akan diadakan! Bawa anak mu itu menghadap ku!"
"Tapi tuan......"
"KAU JADIKAN ANAKMU ITU MILIKKU? ATAU AKU HABISI SEKALIAN ANAK MU ITU HAH??!" Ancam Pak Badrun.
"JANGAN MACAM-MACAM DENGANKU! ATAU KAU TAU SENDIRI AKIBATNYA!"
"I-iya Tuan..." Isak Pak Ramlan.
Pak Badrun dan anak buahnya meninggalkan rumah Pak Ramlan dengan penuh kemenangan.
Sementara Yuki berpelukan dengan kedua orang tuanya.
"Aku gak mau, Pak... Mak..." Tangis Yuki.
"Emak.... Bapak... Yuki gak mau!" Yuki terus saja menangis.
Bagaimana tidak? Baru saja dia merasakan bahagia lulus SMA, mempunyai impian mengejar cita-cita. Lalu akan dinikahi oleh seorang Bapak-bapak yang sudah memilki lima istri. Ya, biarpun dia orang kaya, orang terpandang, orang yang ditakuti di Desanya, tetap saja bagi Yuki cita-cita lebih penting, tentu dengan menggapai cita-cita suatu saat Yuki bisa merubah kehidupan keluarganya.
"Iya Nak, Emak tau." Bu Ana berusaha menenangkan anaknya.
Sementara Pak Ramlan duduk di ruang tamu. Termenung, seperti memikirkan sesuatu. Dan terlihat beliau menahan tangisnya dengan mata berkaca-kaca.
"Pak Badrun itu seumuran sama Bapak, Mak. Bagaimana mungkin Yuki menikah dengan dia. Ditambah badannya yang besar seperti gentong air 10000 liter. Astaga!" Tangis Yuki
"Kamu istirahat saja dulu, Nak. Biar Emak bicarakan sama Bapak. Emak sama Bapak akan melindungi mu. Emak janji!"
Ucapan Bu Ana membuat Yuki sedikit tenang.
Yuki berbaring, Bu Ana menyelimutinya. dan meninggalkan kamarnya.
Yuki tidak bisa tidur, dia terus saja membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Membayangkan bagaimana nanti dia akan bersanding dengan Pak Badrun yang dia sebut gentong air 10000 liter. Membayangkan malam pertama dengan Pak Badrun, bisa-bisa dia mati kehabisan napas dan gepeng jika Pak Badrun berada di atasnya.
"Tuhan... Tolonglah hamba-Mu ini."
__________
"Bagaimana ini Pak e? Emak sangat-sangat tidak rela Yuki dinikahi Tuan Badrun!"
"Iya Mak e, Bapak juga tidak rela!"
Hening....
"Mak e, bagaimana kalau Yuki kita suruh kabur saja, pergi jauh dari Desa ini?"
"Tapi gerbang Desa pasti dijaga oleh anak buahnya Tuan Badrun Pak e, kalau ketahuan bisa bahaya Yuki nya."
"Semoga saja tidak Mak e, kita berdoa saja. Setidaknya kita harus mencoba. Dan atur semuanya tengah malam nanti. Pasti anak buahnya Tuan Badrun sedang tertidur di Pos penjagaan."
"Iya, Pak e."
Bu Ana menyiapkan keperluan Yuki untuk kabur, berupa baju yang cuma beberapa helai, uang seadanya dan memasukkannya ke dalam tas kecil biar Yuki tidak begitu repot dalam pelariannya.
__________
Jam menunjukan pukul 01.00, tengah malam.
Bu Ana masuk ke kamar Yuki.
"Nak... bangun, sayang!"
"Iya Mak?" Yuki menggosok-gosok matanya yang masih ngantuk.
"Dengerin Emak, kamu harus pergi dari Desa ini, Emak tidak rela kamu menikah dengan Tuan Badrun yang arogan itu!"
"Tapi, Emak sama Bapak gimana?"
"Jangan mikirin Emak sama Bapak, sekarang ayo bangun! Bawa ini buat bekal kamu, ya." Bu Ana menyerahkan tas yang sudah disiapkannya kepada Yuki.
Yuki menangis, sementara Bu Ana menahan tangis nya berusaha tegar di depan Yuki, biar Yuki tidak merasa berat meninggalkan mereka.
"Emak....." Yuki memeluk Bu Ana.
"Sudah ayo berangkat, biar Bapak yang antar kamu keluar dari gerbang Desa."
Yuki berdiri dan menghapus air matanya, berjalan meninggalkan rumah. Sesekali dia menoleh ke arah Bu Ana.
"Emak...." Isak Yuki.
__________
Pak Ramlan dan Yuki berjalan mengendap-endap setelah hampir sampai di gerbang Desa. Benar saja, di sana ada anak buahnya Pak Badrun sedang berjaga di Pos penjagaan.
"Gimana ini, Pak?" Tanya Yuki
"Sssttt! Kamu tunggu di sini, biar Bapak periksa keadaan."
"Iya, Pak."
Pak Ramlan berjalan dengan hati-hati mendekati Pos jaga. Beruntung ternyata penjaga sedang tertidur lelap.
Pak Badrun tidak menjaga ketat Desa, karena dia berpikir tidak mungkin Pak Ramlan akan macam-macam dengannya. Karena dia begitu ditakuti di Desa ini, dan semua yang diinginkannya pasti akan terwujud.
"Pssttt! Psssttt! Aman!" Pak Ramlan memanggil Yuki.
Yuki dan Pak Ramlan berlari kecil melewati anak buah Pak Badrun yang sedang terlelap.
Mereka berlari meninggalkan gerbang Desa, setelah sudah keluar dari Desa, dan lumayan sudah jauh, mereka berhenti.
"Sudah Nak, sepertinya kita sudah jauh."
Yuki memeluk Pak Ramlan.
"Bapak... Maafkan Yuki belum bisa bahagiain Emak sama Bapak." Lagi-lagi Yuki menangis.
"Tidak Nak, dengan lahirnya kamu di dunia ini itu sudah sangaaaaat membuat Emak sama Bapak bahagia." Pak Ramlan tak kuasa menahan tangisnya.
"Sekarang kamu pergi dari sini Nak, kamu jaga diri kamu baik-baik, ya."
Yuki hanya mengangguk, tak kuasa menatap mata Bapaknya.
"Yuki sayang Bapak sama Emak."
"Bapak sama Emak juga sayang Yuki."
Yuki berlari, berlari yang sangat cepat tak peduli lelah. Berlari dan terus berlari.
Sementara Pak Ramlan kembali kerumahnya.
__________
Yuki berhenti, kakinya terasa sakit. Sepertinya lecet. Dia duduk menunggu siapa tahu ada kendaraan yang lewat dan dia bisa menumpang, tapi mustahil di jam tengah malam ada kendaraan lewat, dan juga masih suasana Desa yang sangat sepi.
Yuki melanjutkan perjalanannya, sesekali dia berhenti. Tiba-tiba hujan turun dengan deras. Sudah terlalu jauh dan sangat melelahkan, rasanya sudah tidak sanggup. Dan....
Yuki Pingsan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!