"Ayo Bella, kita nikmati malam ini sayang.”
"Tahan dan pelan-pelan Dirga, oya bagaimana jika hubungan kita ketahuan Jasmine?"
"Kamu tenang saja sayang, gadis bodoh itu tidak bakal tahu. Lagian mana berani dia masuk ke kamar ini tanpa izin dariku." karena nafsu Dirga jadi lupa jika dia ada janji dengan Jasmine sore ini.
"Benar kamu belum mencicipi Jasmine selama ini?"
“Ya, cuma kamu wanita satu-satunya Bella. Tubuhmu bikin aku kecanduan, tidak seperti Jasmine yang sok suci." Balas Dirga tersenyum sinis dan kembali melumat bibir mungil Bella.
Suara desahan dan bisikan lembut, terus keluar dari bibir Bella maupun Dirga. nafas keduanya ngos-ngosan seperti lari maraton dengan jarak tempuh sudah mencapai titik puncaknya.
Keduanya, semakin berpacu menikmati gairah yang terus memuncak. Memberikan sensasi yang membuatnya keduanya tidak ingin mengakhiri permainan panas ranjang ini, tanpa peduli dengan keringat yang sudah membasahi tubuh mereka yang polos. Mereka berdua tidak menyadari jika pintu kamar tempat mereka bercinta tidak tertutup rapat, sehingga Jasmine bisa menyaksikan semua adegan menjijikan yang hampir membuatnya muntah.
Bagaimana tidak, seharusnya dia bahagia setelah acara pertunangannya bersama Dirga berhasil dilangsungkan, yang merupakan jodoh pilihan ibunya sebelum meninggal dunia. Namum justru Jasmine mendapati kenyataan pahit. Dirga malah berselingkuh dengan kakak sepupunya sendiri.
Ruangan kamar Dirga yang biasanya sunyi dan sepi, mulai sedikit berisik dengan desahan yang keluar dari bibir mereka berdua.
Jasmine yang masih syok, menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya agar tidak mengeluarkan suara. Perlahan dia keluar dari tempat persembunyiannya, karena tidak sanggup menyaksikan lebih jauh lagi adegan yang baru pertama kali seumur hidup dia saksikan secara langsung dengan mata telanjang.
"Benar kata Rose, jika Dirga bukan pria yang tepat untukku. tapi kenapa sebelum meninggal ibu malah berpesan agar aku harus menikah dengan Dirga, dan menganggap jika pria itu bisa menjaga dan melindungiku.. baiklah ibu, demi memenuhi keinginan dan amanahmu. Tepat tiga bulan lagi aku akan menjadi istri Dirga Hick...hick...tapi sebelum itu terjadi aku juga akan memberikan keperawananku pada pria yang aku suka, meskipun selama ini aku hanya berani mencintainya dalam diam, karena aku sadar diantara kami bagaikan langit dan bumi."
Jasmine mengusahakan air mata sambil tersenyum getir. Lalu berlari tanpa arah, hingga langkah kakinya terhenti pada sebuah ruangan luas dan mewah, sekarang dihadapannya terdapat sebuah meja bartender dan beraneka minuman anggur merah kelas dunia. Jasmine sudah tidak perduli dengan sekitarnya lagi.
Gadis itu langsung menuangkan anggur merah kedalam gelas, tanpa merasa ragu lagi dia langsung meneguknya hingga habis. Sepasang langkah kaki dari arah belakang semakin mendekat.
"Jasmine, kenapa kamu masuk keruangan pribadi ku?"
"Pak Devan, kebetulan kita bertemu disini. Sebenarnya aku memang ingin mencarimu." Jasmine memberikan senyum termanisnya untuk menggoda Devan.
"Malam ini, aku harus berhasil mendapatkan pak Devan. Agar perselingkuhan ini jadi impas, Dirga dengan kakak sepupuku sedangkan aku dengan kakaknya sendiri." bathin Jasmine yang kembali meneguk anggur agar lebih membangkitkan keberanian nya lagi.
"Jasmine, untuk apa kamu mencariku."
"Pak Devan, malam ini aku ingin bercinta denganmu."
"Apa bercinta? Jasmine, kamu sudah gila' ya...kamu itu tunangan adikku, dan juga asistennku di kantor. Sudahlah mari aku antar kamu pulang, sepertinya kamu sudah mabuk berat." Devan menarik sebelah tangan Jasmine, namun justru gadis itu mendorong tubuh Devan hingga jatuh terlentang diatas sofa, belum sempat Devan bangkit Jasmine malah langsung menindih tubuhnya nya dari atas.
"Pak Devan apa kamu takut bercinta denganku, atau jangan-jangan rumor beredar itu benar adanya?"
"Rumor apa maksudmu Jasmine?"
"Rumor jika CEO Devano itu adalah seorang gay." Jasmine sengaja mendekatkan bibirnya ke telinga Devan.
"Berani sekali kamu mengatakan aku seperti itu, aku masih normal Jasmine. Jangan pancing kesabaran ku."
"Aku tidak memancing mu pak Devan, tapi buktikan jika kamu benar-benar normal dan rumor yang beredar itu salah." ucap Jasmine yang langsung melumat bibir Devan, meskipun cara berciuman nya menunjukkan jika dia belum terbiasa dengan itu semua.
"Baiklah Jasmine, jangan salahkan aku setelah semuanya terjadi." bisik Devan mulai membalas ciuman Jasmine.
Setelah melewati percintaan panas mereka, Devan tidak bisa melanjutkan tidurnya. Ada perasaan bersalah setelah mengambil keperawanan calon istri adiknya.
Kebiasaan yang sering dilakukan Devan jika tengah galau adalah merokok, menatap gumpalan asap yang keluar dari mulutnya dengan pikiran menerawang jauh.
Jasmine ikutan terbangun, perlahan dia bangkit berjalan kearah Devan. Berusaha bersikap normal seraya berusaha menahan perih di selangkangan nya dan rasa pusing akibat minum anggur merah barusan.
"Pak Devan."
"Kenapa tidak lanjut tidur?" tanya Devan tanpa menoleh sedikitpun pada Jasmine yang duduk disebelahnya.
"Tidak bisa tidur."
"Kenapa? Apa kamu menyesal dan merasa bersalah dengan semua yang sudah terjadi diantara kita?" Devan kembali beritanya, kali ini dia menatap bola mata Jasmine yang terlihat sendu.
"Tidak sana sekali, lagian aku sudah lama menyukai dan penasaran dengan permainanmu pak Devan."
"Jasmine, aku tidak menyangka jika nyali mu begitu besar mendekati bahkan berhubungan denganku."
"Pak Devan tidak perlu khawatir, aku janji tidak bakal menuntut apapun darimu. Ini terjadi atas dasar suka sama suka, ya kan pak?"
"Aku sudah tahu apa alasanmu melakukan semua ini Jasmine?"
"Apa selama ini pak Devan sudah mengetahui perselingkuhan tunanganku Dirga dan sepupuku Bella, kenapa pak Devan malah tidak memberitahuku?"
"Itu bukan urusanku Jasmine, akan lebih baik jika kamu mengetahuinya sendiri." Devan kembali menyesap rokok dan terlihat begitu menikmatinya.
"Pak, apa aku boleh mencoba rokokmu."
"Silahkan, tapi apa kamu tidak takut ketagihan. Seperti punyaku berusuan." Devan tersenyum sinis, merasa berhasil membuktikan kejantanan pada Jasmine.
"Tidak!"
"Perlu kamu ingat Jasmine, Dirga adalah adikku dan tiga bulan lagi kalian akan menikah. Aku tidak ingin menjadi ajang balas dendammu atas perbuatan Dirga dan Bella." Devan menatap tajam kearah Jasmine yang justru tersenyum nakal.
Ditempat lain, setelah percintaan panasnya bersama Bella. Dirga baru tersadar jika meminta Jasmine untuk mengantarkan jas nya.
"Astaga gawat!"
"Ada apa sayang?" tanya Bella bangkit berjalan mendekati Dirga yang terlihat panik.
"Semoga saja tadi Jasmine tidak datang ke sini."
"Apa maksud mu?"
"Tadi sore aku meminta Jasmine untuk mengantarkan jas, namun aku lupa karena kamu datang terlebih dahulu dan langsung mengajakku masuk kamar."
"Habis gimana lagi, ini kesempatan langka berhubung kedua orang tuamu tengah berada diluar negeri. Kapan lagi kita bebas bercinta seperti ini." jawab Bella tersenyum merasa menang mendapatkan Dirga.
"Nomor ponsel Jasmine tidak bisa dihubungi lagi." Dirga beberapa kali mencoba untuk menghubungi Jasmine namun kembali suara operator yang menjawab.
"Kenapa jadi panik gini sih sayang, kamu kan bisa menghubungi kakakmu Devan. Aku yakin saat ini mereka pasti tengah bersama, perusahaan kakakmu kan seringkali melemburkan karyawannya hingga larut malam begini."
"Kamu benar juga Bell, baiklah aku akan hubungi mas Devan."
Devan yang masih terlibat perdebatan kecil dengan Jasmine, langsung mengangkat panggilan masuk dari Dirga. Namun terlebih dahulu dia memberikan kode dengan jari telunjuknya kearah Jasmine agar tidak bersuara.
"Hallo, ada apa kamu menghubungiku Dirga?"
"Maaf mas menganggu, aku cuma beritanya apa mas Devan sedang bersama tunangan ku Jasmine?"
"Ya, dia aku suruh lembur karena pekerjaan dikantor sedang menumpuk. Apa kamu merasa keberatan jika tunanganmu keseringan lembur!"
"Tidak...tidak sama sekali mas, Jasmine adalah asisten mas dikantor, Jadi mas bebas meminta Jasmine untuk bekerja kapanpun. tolong sampaikan salam sayangku pada Jasmine ya mas. Dan selamat bekerja."
"Okey."
Setelah panggilan mereka terputus, Devan melempar asal ponselnya ke atas meja.
"Ternyata calon kakak ipar ku pintar berbohong juga ya." gisa Jasmine tersenyum senang.
"Jangan panggil aku kakak ipar, mulai sekarang jangan jadikan aku sebagai ajang balas dendam mu lagi." ucap Devan kesal dan berlalu pergi meninggalkan Jasmine yang tersenyum puas, meski tersimpan luka dibalik semuanya.
"Untuk sementara waktu ini, kamu harus jaga jarak dulu dariku Bell. Aku tidak ingin Jasmine curiga dan semua rencana kita bakalan gagal. Kamu tahu sendiri jika kedua orang tua kami begitu menginginkan pernikahan ini berlangsung. jika tidak, aku bakal tidak mendapatkan apa-apa dan semua akan jatuh pada mas Devan." terang Dirga mengingat statusnya sebagai anak adopsi dalam keluarga Hendrawan.
"Baiklah kekasihku Dirga, aku akan mengikuti apa maumu. Jangan marah lagi ya...Cup!" balas Bella sebelum pergi meninggalkan kamar Dirga. Meskipun dalam hatinya menggerutu, atas persahabatan orang tua Jasmine dan keluarga Dirga yang terjalin cukup baik dulunya, sehingga mereka menjodohkan anak-anaknya.
Keesokan harinya, Jasmine melangkah penuh percaya diri menuju kantor tempatnya bekerja. Namun kali ini ada yang berbeda, semua orang tersenyum ceria menyapanya seraya memberikan setangkai bunga mawar merah.
"Selamat pagi Nona Jasmine."
"Pagi ." jawab Jasmine tersenyum ramah.
"Nona, terimalah bunga mawar merah ini." ucap seorang karyawan begitu melihat kedatangan Jasmine, begitu banyak karyawan lain yang menceritakan bunga sehingga membuat Jasmine hampir kewalahan membawanya.
Semula Jasmine terlihat begitu senang, berfikir jika semua bunga mawar indah itu dari bosnya Devan, namun senyuman indah yang semula menghiasi bibirnya seketika memudar begitu mengetahui jika semua itu dari tunangannya Dirga.
"Jadi semua ini dari Dirga, aku yakin dia pasti berusaha untuk mengambil hatiku kembali. Baiklah Dirga aku akan ikuti permainanmu, meskipun hati kecilku menolak...aku melakukan semua ini demi ibuku, agar dia tenang di surga setelah pernikahan kita nantinya." bathin Jasmine sedih.
"Jasmine."
"Hey Rose, semua bunga-bunga ini untukmu saja." ucap Jasmine ada sahabatnya Rose, yang kaget sekaligus bahagia karena mendapatkan kejutan banyak bunga mawar merah kesukaan nya pagi ini.
"Benaran ini buat aku, terimakasih ya Jasmine."
"Tidak perlu berterimakasih, semua itu dari Dirga. jadi aku tidak terlalu senang." ucap Jasmine, dia tidak menyadari disaat bersamaan Devan juga baru datang, pria itu berlagak cuek dan masuk begitu saja kedalam ruangan kerjanya. Mengabaikan sapaan Jasmine dan juga Rose.
"Jasmine, kamu merasa ada yang aneh ngak sama sikap yang ditunjukkan pak Devan barusan. Tidak biasanya dia bersikap cuek seperti ini pada kita?" tanya Rose.
"Ngak tau juga sih, lagi dapet kali ha...ha .." balas Jasmine.
"Iya kali, makannya kamu cepat antar dan tanda tangan gih laporan kemaren keruangan pak Devan, sebelum kena marah." terang Ross sambil memberikan berkas ke tangan Jasmine.
"Siap bos."
Jasmine melangkah penuh percaya diri menuju ruangan Devan, memperbaiki sedikit penampilannya sebelum mengetuk pintu.
Tok!Tok!Tok!
"Masuk!"
Setelah terdengar jawaban dari dalam, barulah Jasmine melangkah masuk.
"Pak Devan, ini berkas kerjasama dengan perusahaan King' kemaren, silahkan diperiksa kembali dan ditandatangani pak."
Jasmine meletakan berkas di atas meja, memperhatikan wajah tampan Devan yang tengah menandatangani berkas tersebut.
"Tolong kamu atur pertemuan untuk perusahaan Shimano dari jepang, dan segera beritahu Tim dari perusahaan kita."
"Baik, kakak ipar."
Mendengar jawaban Jasmine barusan, Devan balik menatap kearahnya.
"Jasmine apa yang kamu inginkan?"
"Kakak ipar, aku tidak menginginkan apapun darimu. Bahkan aku merasa cukup puas dengan permainan kita semalam." Jasmine tersenyum membalas tatapan Devan.
"Aku tidak ingin membahasnya lagi, jika kamu masih menginginkannya kamu bisa melakukannya dengan Dirga. Apa dia tidak bisa memuaskanmu." ucap Devan mulai jengkel namun masih sibuk membolak-balik berkas ditangannya.
"Sama sekali tidak, karena aku lebih menginginkan dirimu kakak ipar, tanpa imbalan apapun." ucap Jasmine sebelum pergi meninggalkan ruang kerja Devan.
"Jasmine, cuma kamu wanita yang berani bermain api denganku." gumam Devan menatap punggung Jasmine.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!