Mencintai bukan hal yang mudah bagi beberapa orang. Ketika cinta hanya dianggap dusta, kepercayaan hanya di sia-siakan. Dan perjuangan yang tidak pernah dianggap.
Semuanya berawal dari perjodohan yang dilakukan oleh dua orang tua untuk anak-anak mereka. Hingga wanita bernama Airin Yudistya, harus terjebak dengan pria yang tidak mencintainya.
Pertemuan pertama dengan pria yang bernama Lionard Demitri adalah awal hatinya berdebar dan memberikan cinta yang besar.
Wajah tampan, tubuh tinggi tegap, dengan tangan kekar. Kacamata hitam yang dia pakai, semakin menambah ketampanannya. Disini Arin mulai merasakan debaran tidak karuan di hatinya. Dan dia jatuh cinta pada pandangan pertama.
Namun hal yang harus diterima Airin adalah tentang pria yang kerap di panggil Lion itu tidak pernah menyukainya. Dia memasang taring tajam hingga semua orang takut mendekatinya. Seperti seekor singa yang tidak pernah bersikap baik pada mangsanya.
Tidak ada kata menyerah bagi Airin tentang semua ini. Dia bisa bertindak dan berusaha untuk tetap mengejar pria yang dia inginkan. Meski di pertemuan pertama saja, sudah terjadi hal yang tidak mengenakan.
"Batalkan tentang perjodohan ini!"
"Kenapa? Kita bisa memulai dengan perkenalan dan jadi teman"
"Tidak bisa! Kau tidak akan bisa menjadi orang disampingku"
"Bisa! Pasti aku bisa membuatmu jatuh cinta!"
Begitulah Airin membantah ucapan dari pria yang dijodohkan dengannya. Yang pasti, Airin tidak akan pernah mau menyia-nyiakan pria yang berhasil membuatnya jatuh cinta sejak pandangan pertama.
Dan perjuangan tidak berakhir begitu saja, Airin harus mengejar pria itu dengan segala kemampuannya. Perempuan yang ceria, banyak bicara dan pendengar yang baik bagi para teman-temannya. Hampir setiap ada waktu luang, Airin akan mendatangi Lion ke Kantornya hanya untuk memberikan makan siang atau cemilan yang dia buat sendiri.
Namun, penolakan selalu dia dapatkan. Melihat wadah makanan yang dia berikan untuk Lion, berakhir di tempat sampah. Tapi itu tidak membuatnya menyerah begitu saja. Karena Airin benar-benar jatuh cinta padanya.
Hingga pada malam ini, Airin menelepon nomor ponsel Lion, namun yang menerima teleponnya bukan dia, tapi seorang pekerja di sebuah bar. Maka Airin segera menyusulnya, dia melihat Lion yang mabuk berat. Membawanya ke mobil miliknya.
Saat memapah tubuh tinggi tegap Lion, Airin sedikit kesulitan. Debaran di dada semakin kencang saat jarak mereka terlalu dekat. Airin menatap mata yang setengah terbuka itu dengan tersenyum. Mata elang yang selalu menatapnya tajam dan penuh kebencian, saat ini terlihat lebih sayu dan penuh kesedihan.
Saat Lion sudah masuk ke kursi belakang mobilnya, tubuh Airin malah ikut tertarik oleh tubuh besar Lion. Akhirnya dia terjatuh di atas dada Lion, dengan jarak yang begitu dekat, dia bisa melihat jelas wajah tampan pria yang dia kejar sudah satu tahun ini.
"Kamu memang tampan, pantas saja aku jatuh cinta. Hehe"
Airin ingin menjauhkan diri dari atas tubuh Lion. Tapi seketika ada bisikan kejahatan yang membuatnya terhenti. Menatap Lion yang sedang dalam keadaan mabuk berat bahkan hampir tidak sadarkan diri.
"Sepertinya malam ini kau akan menjadi milikku"
Entah apa yang terjadi pada Airin malam itu, hingga dia mempunyai sebuah pikiran seperti itu. Membawa Lion yang dalam keadaan mabuk ke sebuah Hotel. Lalu, dia melakukan apa yang ada di kepalanya.
"Maaf, tapi aku harus melakukan ini. Aku ingin memilikimu dan aku tidak ingin kau bersama orang lain"
Bermula dengan Airin yang merangkak naik ke atas tubuh Lion yang sudah berada di atas tempat tidur. Dengan sedikit gemetar, Airin mencium bibir Lion. Awalnya dia hanya diam menempelkan bibir mereka saja, karena dia juga masih begitu takut untuk menjalankan rencana yang ada di dalam pikirannya. Hingga sebuah tangan yang menahan tengkuk lehernya, menciumnya dengan rakus.
Airin terbelalak, terlalu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Lion. Dia pikir Lion tidak akan membalas ciumannya.
"Vei, aku mencintaimu. Kenapa kau tega melakukan itu? Hiks..."
Airin langsung terdiam, melepaskan tautan bibir mereka. Mengusap bibirnya yang basah, Airin menatap Lion yang menangis sesenggukan. Bahkan wajah pria itu luruh ke dadanya dan menangis dalam pelukan Airin.
"Vei? Siapa dia?"
"Aku hanya mencintaimu"
Tangisan Lion tidak berhenti, membuat Airin semakin bingung harus melakukan apa. Rencana untuk menjebaknya sudah hilang begitu saja, dia malah bingung dengan sikap Lion sekarang.
Dengan ragu, tangannya terangkat dan menepuk pelan punggung lebar Lionard. Airin terus mendengar tangisan Lion dan nama yang sama terus disebut.
"Aku akan selalu mencintaimu"
*
"Ririn bangun! Ririn"
Seseorang yang memanggilnya dan tubuhnya yang digoyangkan membuat Airin terbangun dari tidurnya. Dia terkejut melihat ada banyak orang. Ayah dan juga orang tua Lion berada disana, Kakeknya Lion juga.
Airin langsung tersadar saat dia ingin bangun tapi sebuah tangan memeluknya erat. Saat menoleh, dia terkejut dengan wajah Lion yang begitu dekat dengan wajahnya.
"Aaa.."
Airin berteriak karena kaget, membuat Lion terbangun, meski kepalanya masih terasa begitu sakit. Dia pun terkejut saat menyadari telah memeluk Airin. Dia segera bangun dan melihat ada banyak orang di dalam kamar ini.
Airin langsung turun dari tempat tidur, dia menghampiri Ayahnya. Bagaimana dia berpikir untuk menjebak Lion, jika hanya dipeluk pria itu saja sudah membuatnya berteriak seperti tadi. Dasar Airin.
"Lionard, apa yang kau lakukan?!" Suara Kakek terdengar begitu tajam dan mengerikan, membuat semua orang terdiam karena takut. "Kau harus menikahinya!"
"Tidak! Aku tidak melakukan apa-apa. Dia saja yang sengaja menjebakku" tunjuk Lionard pada Airin dengan tatapan tidak suka.
"Hey, kamu tidak lihat pakaian kita masih lengkap. Itu artinya tidak ada yang terjadi diantara kita, ngapain juga aku menjebak kamu" Meski sebenarnya semalam aku berniat seperti itu sih. Tapi 'kan, aku juga bukan wanita seberani itu untuk menjebak seekor singa gila.
"Pokoknya apapun yang terjadi semalam, kalian tetap harus menikah!" tekan Kakek.
"Kek, tidak bisa seperti itu. Aku tidak mau menikahinya!" tegas Lion, jelas menolak.
"Lion! Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk lepas tanggung jawab"
Lionard langsung terdiam, sudah terpojok oleh Kakek dan Papanya sendiri. Sekarang Lionard tidak akan bisa membantah lagi. Melirik Airin dengan tatapan penuh kebencian.
"Puas kau sekarang?!" tekan Lion dengan berjalan mendekat pada Airin. Tatapan tajam yang dipenuhi kebencian. "Rencanamu berhasil jal*ang"
Deg... Airin menunduk dengan tangan saling bertaut takut. Ucapan Lionard berhasil membuat hatinya terluka. Bahkan, jika benar dia menjebak Lion untuk bisa menikah dengannya, apa pantas harus menyebutnya seorang jal*ang seperti itu. Hati Airin sakit sekali.
"Maaf"
Lionard berdecih mendengar kata maaf yang terucap dari Airin. "Kata maafmu tidak akan pernah aku terima sampai kapanpun!"
Bersambung
Pernikahan ini terjadi meski tanpa sebuah cinta. Tidak, bukan tanpa cinta, tapi hanya Airin yang mencintai, tanpa dicintai. Pernikahan yang sangat sederhana dan hanya dihadiri oleh anggota keluarga terdekat.
Sahabat terbaiknya, Yulita, yang menikah dengan sepupu Lionard juga ikut hadir. Dia saja merasa heran karena tiba-tiba Airin menikah, sementara dia tahu bagaimana Airin bercerita jika dia hanya berjuang sendiri karena pria yang dijodohkan dengannya sama sekali tidak mencintainya.
"Ririn kamu yakin kamu baik-baik saja? Kenapa bisa tiba-tiba menikah, bukannya ... Lion tidak mencintaimu?"
"Aku baik-baik saja Yul, lagi pula Papa yang sudah memilihkan dia untuk menjadi suamiku"
Meski yakin Yulita masih berpikir jika ada yang aneh dengan dirinya yang tiba-tiba menikah dengan pria yang jelas dia tahu tidak mencintainya. Tapi, Airin mencoba untuk menutup semua cerita ini agar tidak banyak orang tahu. Sekarang yang terpenting adalah dia dan pernikahan ini. Airin harus bisa menjalani pernikahan ini dan sedikit berjuang untuk mendapatkan hati suaminya.
"Aku bisa membuat dia menikahiku, dan aku pasti bisa membuatnya jatuh cinta padaku"
Begitulah tekad Airin saat dia masuk ke dalam Apartemen ini. Tempat yang akan dia tinggali bersama suaminya. Apartemen ini terlihat sudah melakukan renovasi besar karena ruangan yang lebih luas dengan meja kerja di ujung ruangan dekat jendela besar, satu kamar tidur berukuran besar dan dapur yang minimalis dengan mini bar disana.
Airin terdiam saat melewati ruang tengah dan melihat foto besar yang terpajang di dinding. Itu foto suaminya dengan seorang perempuan, melihat dari latarnya ini seperti sebuah acara pertunangan. Yang membuat Airin shock adalah wajah perempuan di foto sangat mirip dengannya.
"Sekarang kau paham kenapa aku mau menikahimu?"
Deg... Bisikan dari suaminya membuatnya sangat terkejut, Airin menoleh dan melihat senyuman penuh arti dari suaminya. Lalu, Lion berjalan ke arah figura foto. Menatap wanita dalam foto lalu beralih menatapnya.
"Kau sangat mirip dengannya. Dan aku menikahimu, karena aku ingin bersama dengannya. Aku sudah mencoba menolak, tapi apa yang terjadi, kau mencoba menjebakku dan ingin menikah denganku. Padahal aku berusaha menghindarimu, agar kau tidak menjadi bayang-bayang dari Vei"
Tubuh Airin bergetar, air mata sudah tidak tertahankan lagi. Jika hanya suaminya yang tidak bisa mencintainya, dia tidak papa, Airin bisa berjuang sampai Lion bisa mencintainya. Tapi ... ini tentang masa lalunya, Lion menikahinya hanya karena dia memiliki kemiripan dengan masa lalunya.
"Selamat datang di dunia pernikahan ini, kau hanya menjadi istri bayangan saja. Karena selamanya aku tidak akan mencintaimu"
Lion berlalu ke kamar setelah mengatakan itu. Sementara Airin terdiam membeku di depan foto yang terpajang. Air mata mengalir deras, isakan mulai terdengar keras, dan kakinya yang lemas perlahan membuat tubuhnya luruh ke atas lantai. Airin menangis dengan memegang dadanya sendiri. Sesak yang dia rasakan saat mengetahui fakta tentang ini.
"Ya Tuhan, kenapa seperti ini? Hiks... Apa yang harus aku lakukan"
Tangisan yang terdengar begitu memilukan, bahkan lebih menyakitkan dari tahu jika dia tidak dicintai, daripada dia harus mengetahui jika suaminya menikahinya karena bayangan sang mantan kekasih.
Airin mendongak dan menatap foto itu, memegang pipinya sendiri. "Kenapa kita bisa mirip seperti ini? Kenapa kamu harus memiliki hatinya, sementara aku tidak. Hiks.. Kenapa?"
Siapa perempuan di foto yang Lion panggil Vei itu? Kenapa bisa begitu mirip dengannya, hampir tidak ada perbedaan jika bukan sebuah tahi lalat di dekat mata yang dimiliki oleh Airin.
Suara langkah kaki membuat Airin menghentikan tangisannya. Lalu, dia menoleh pada Lion yang berjalan melewatinya.
"Tidak perlu menangis, yang penting kau menikah denganku. Jadi, kau harus senang"
Airin tidak menjawab, dia hanya terdiam dengan air mata yang terus mengalir. Kisah hidupnya baru akan dimulai sekarang. Tidak ada yang bisa dia lakukan, karena dia sudah masuk ke dalam pernikahan ini dimana dia hanya sebatas istri bayangan masa lalu suaminya.
*
Entah pukul berapa sekarang, Airin terbangun di atas sofa. Menangis cukup lama hingga akhirnya dia tertidur disana. Ketika bangun kepalanya terasa begitu berat dan sakit. Matanya sembab dengan hidung yang memerah.
"Sudah larut malam ternyata"
Airin melihat koper berisi pakaiannya masih berada disana. Airin menatap pintu kamar yang tertutup, bahkan suaminya tidak peduli padanya. Airin menarik kopernya dan berjalan ke arah kamar, mengetuk pintu kamar.
"Lion, aku masuk ya"
Karena hanya ada satu kamar disini, Airin tidak mendapat jawaban dari dalam kamar. Airin perlahan meraih handel pintu dan memutarnya, masuk ke dalam kamar dan tidak ada suaminya disana. Airin mencari keberadaan Lion ke ruang ganti dan kamar mandi, tapi tidak ada.
"Kemana dia? Apa dia sengaja pergi saat aku tidur?"
Airin duduk di tempat tidur, menatap ke sekelilingnya, dan dia kembali menemukan foto perempuan yang sama terpajang di dinding kamar. Dadanya terasa sesak sekali, membuat air matanya kembali mengalir.
"Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah ini? Pernikahan macam apa yang akan aku jalani?"
Airin menghembuskan nafas panjang, menenangkan pikirannya yang kacau, hatinya yang terluka. Pergi ke kamar mandi untuk berendam dan menenangkan pikirannya.
Saat keluar dari dalam kamar mandi, Airin terdiam melihat suaminya sudah berdiri di depan lemari dengan memegang sebuah gaun.
"Kamu darimana tadi?"
"Pakai baju ini" Lion melempar gaun terbuka itu pada Airin, membuatnya terkejut. "Selama kau menikah denganku, maka kau harus berpenampilan seperti Vei"
"Hah?" Tubuh Airin membeku di tempatnya, melhat gaun yang dilemparkan oleh Lion dan tergeletak di atas lantai sekarang. "Kamu ingin aku menjadi orang lain? Tidak, aku tidak mau!"
Tatapan Lion berubah begitu tajam, dia melangkah mendekat pada istrinya. Merasa suaminya sedang begitu marah padanya, Airin perlahan mundur untuk menghindar. Tangan Chris yang mencengkram kuat pergelangan tangannya, membuat Airin meringis kesakitan.
"Kau aku nikahi hanya untuk menjadi Vei!"
Air mata kembali menggenang di pelupuk, Airin menatap suaminya dengan tidak percaya atas ucapannya. "Aku tidak mau menjadi orang lain. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri!"
Plak... Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Rasa panas dan nyeri terasa sampai ke tulang pipi. Bekas tangan memerah di pipinya sekarang.
"Kau tidak di izinkan untuk membantah!"
Dengan brutal Lion melepas jubah mandi yang dipakai oleh Airin. Memakaikan gaun yang dia berikan dengan paksa. Saat Airin mencoba untuk berontak, tangannya langsung di tepis kasar oleh Lion. Rambutnya di jambak hingga wajahnya mendongak tertartik ke belakang.
"Aku hanya ingin melihat kau seperti Vei"
Lion menghemaskan tangannya di rambut Airin, beberapa helai bahkan menempel di tangannya. Airin jatuh ke atas lantai, gaun tadi sudah terpasang di tubuhnya. Bagian bahu yang terbuka membuat Airin meremas tubuhnya sendiri.
"Ya Tuhan, kenapa harus aku? Kenapa aku dinikahi hanya sebatas istri bayangan masa lalu suamiku"
Tangisan yang memilukan terdengar memenuhi ruangan. Namun sama sekali tidak ada yang menghiraukan itu.
Bersambung
Elusan lembut itu bukan untuk dirinya, meski memang dia yang mendapatkan elusan itu. Tatapan mata Lion terlihat mengandung arti dari balik cermin meja rias di depannya.
"Kamu potong rambut ya, biar makin seperti Vei"
Sekuat tenaga Airin menahan air mata yang sudah menggenang. Suaminya benar-benar menjadikan dia bayang-bayang dari perempuan masa lalunya. Bahkan Airin harus berpenampilan sama seperti mantan kekasihnya itu.
"Tidak. Aku tidak mau potong rambut"
Tangan yang awalnya mengelus lembut kepalanya, beralih pada lehernya, mencengkram leher Airin dengan kuat. Sampai membuat wajah Airin memerah hampir kehabisan nafas. Tapi sama sekali tidak dihiraukan oleh Lion.
"Kau harus menuruti semua perkataanku jika ingin menjadi istriku. Karena aku menikahimu, hanya karena kau mirip dengan Vei"
Air mata Airin mengalir begitu saja, tidak membuat sedikit pun rasa kasihan pada suaminya. Lion benar-benar tidak peduli dengan Airin, kecuali dia menuruti semua permintaannya. Karena yang Lion harapkan hanya Vei.
"Jika kau tidak mau menjadi Vei, maka jangan harap bisa mendapatkan sikap lembutku"
Airin menarik nafas dalam-dalam, ternyata tidak mudah untuk bisa bersama dengan pria yang dia cintai. Jika pria itu memiliki masa lalu yang teramat dia cintai, hingga bayang-bayangnya masih terus berlanjut sampai sekarang, dan Airin yang harus hidup dalam bayang-bayang perempuan masa lalu suaminya.
Lion berjalan ke arah tempat tidur, menatap Airin yang sedang menghapus air matanya. Terlihat dari samping dan depan, memang wajah Airin dan Vei sangatlah mirip. Yang membedakan hanya tinggi badan mereka dan sebuah tahi lalat kecil di sudut matanya. Airin memiliki bentuk badan lebih kecil dari Vei. Tapi, wajah mereka benar-benar mirip.
"Kau memang cantik, apalagi jika rambutmu pendek sebahu"
Airin menoleh pada Lion yang tersenyum sambil menatapnya. Airin melirik ke arah figura foto yang terpajang, memang rambut perempuan di dalam foto itu hanya sebahu saja. Sementara Airin adalah perempuan yang suka memanjangkan rambutnya.
Airin tidak menjawab, dia takut akan kemarahan Lion lagi. Jadi, dia memilih untuk diam dan tidak banyak bicara. Tubuhnya sudah lelah sejak mengetahui fakta tentang suaminya yang bahkan menikahinya hanya karena dia memiliki kemiripan dengan mantan kekasihnya. Airin hanya perlu mencari tahu siapa Vei dan dimana dia berada.
"Tidurlah sini" ucap Lionard sambil menepuk ruang kosong di sebelahnya.
Airin naik ke atas tempat tidur, mulai berbaring disamping suaminya. Lion langsung menarik tubuhnya untuk masuk ke dalam pelukannya. Mengecup bahu Airin, seolah tidak ada yang terjadi barusan.
"Aku mencintaimu, Vei"
Rasa sakit yang semakin dalam Airin rasakan, bahkan bisikan cinta sebelum tidur itu bukan untuknya. Tapi, untuk perempuan di masa lalu suaminya. Airin hanya bisa menahan sesak di dada dengan air mata yang kembali mengalir dari sudut matanya, mengenai bantal yang dia pakai.
Siapa Vei sebenarnya? Kenapa dia memiliki wajah yang begitu mirip denganku? Dan dimana dia berada? Kenapa dia meninggalkan Lion?
Banyak pertanyaan yang harus Airin cari tahu kebenarannya. Dia akan mulai mencari tahu tentang perempuan bernama Vei yang bahkan memiliki kemiripan yang identik dengannya.
*
Airin tetap bersiap untuk bekerja sekarang, dia lebih suka menggunakan rok di bawah lutut atau celana panjang longgar untuk bekerja. Tidak terlalu suka dengan pakaian terbuka, karena dia tidak percaya diri dengan itu.
"Kenapa kau memakai baju itu? Bukankah aku sudah bilang, pakai baju yang di lemari. Semua itu milik Vei, dan kau harus memakainya"
"Aku sudah terlambat, tidak akan sempat mengganti pakaian"
"Jika tidak ganti pakaianmu, maka tidak usah bekerja. Aku bisa menghubungi Chris untuk mengurus surat pengunduran diri kamu"
Airin memang bekerja di Perusahaan yang di pimpin oleh sepupu Lionard, yaitu Chris, dia adalah suami dari sahabatnya, Yulita. Sebenarnya Airin juga tidak pernah menyangka jika ternyata pria yang dijodohkan dengannya adalah sepupu dari suami sahabatnya sendiri.
"Baiklah, aku akan ganti"
Airin hanya mengalah saja sekarang, karena takutnya dia tidak akan bisa pergi bekerja lagi. Dan hari ini dia pergi bekerja dengan penampilan yang berbeda dari Airin yang biasanya. Teman kerjanya juga pasti akan menyadari penampilannya yang berbeda dari biasanya. Apalagi dengan makeup yang harus sama persis dengan cara makeup Vei di dalam foto itu.
"Wah, kamu sedang mencoba trend baru ya? Aneh banget lihat kamu tampil elegan kayak gini, Rin"
"Iya, kamu lebih mirip seperti model sekarang, daripada pekerja kantor"
Airin hanya tersenyum menanggapi ucapan teman kerjanya itu. Karena memang dia sendiri merasa aneh dengan penampilannya.
Sampai kapan aku harus berpenampilan seperti ini? Aku harus menjadi orang lain, hanya untuk membuat suamiku senang dan tidak marah padaku.
Hati Airin terluka dengan keadaan, tapi dia tidak tahu harus mengadu pada siapa? Ayahnya sudah kembali ke Negara asalnya, Airin berada disini seorang diri, hanya berdua dengan sahabatnya. Tapi, sekarang dia juga tidak mungkin memberikan beban pada Yulita, karena dia sudah mempunyai kehidupan sendiri dengan pernikahannya dan keluarga kecilnya.
Airin tidak punya siapa-siapa lagi sekarang. Ibunya? Tidak ada yang tahu dimana Ibunya berada, sejak Airin kecil, dia hanya hidup bersama Ayahnya dan pengasuh saja.
*
Airin kembali pulang ke Apartemen, rasa lelah bukan hanya karena pekerjaan, tapi karena pikiran yang kacau akan keadaan yang membuatnya terluka.
Segera mandi dan berganti pakaian, suaminya belum pulang dan Airin bisa bebas menjadi dirinya sendiri sekarang. Dia menatap foto perempuan yang terpajang di setiap ruangan di Apartemen ini.
"Siapa kamu sebenarnya? Kenapa bisa memiliki kemiripan denganku?"
Airin berjalan ke arah laci nakas, membukanya dan mencari apa saja yang bisa dia jadikan informasi atas perempuan bernama Vei itu.
Tidak menemukan apapun, Airin beralih ke ruang ganti dan membuka lemari. Membuka setiap laci untuk mencari apapun yang bisa dia jadikan petunjuk tentang Vei.
"Cincin?"
Airin menemukan sepasang cicin di dalam laci paling bawah. Melihat itu adalah cincin pasangan yang sengaja dirancang, Airin mengambil salah satu cincin dan melihat ada nama Verina di dalam cincin itu, dan di dalam cincin satunya lagi bernama Lionard.
"Verina? Jadi nama lengkapnya adalah Verina?"
Airin melihat sebuah kertas yang terlipat tepat di bawah kotak cincin ini. Dia mengambilnya dan membuka kertas itu yang ternyata berisi sebuah surat.
Maaf karena aku harus pergi, aku harus mengurus Ibuku yang sakit. Dan aku tidak bisa terus bersama kamu, Lion. Kita tidak bisa bersama lagi. Maaf karena kita harus putus. Jangan cari aku lagi dan lupakan aku.
Verina.
"Jadi, dia yang memutuskan Lion lewat surat ini. Dan ... cincin ini pasti cincin pertunangan mereka"
Airin menatap kotak cincin dan surat di tangannya secara bergantian. Mulai bisa mencari tahu dimana perempuan bernama Vei itu.
"Aku harus tahu dimana dia berada. Jika memang dia masih bisa kembali, aku akan biarkan dia kembali dengan suamiku. Karena aku tidak mau terus menjadi istri bayangan saja baginya"
Bersambung
Kasih bonus deh karena up pertama. Ayo ramaikan
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!