NovelToon NovelToon

Reinkarnasi Menjadi Murid Suamiku

Chapter 1 - Kecelakaan

Farah Larasati adalah perempuan cantik berusia 30 tahun. Dia tinggi, putih, dan selalu berpenampilan rapi. Farah juga gemar menjaga kesehatan badan. Semua itu dia lakukan karena saran dari suaminya. Sebab sang suami kebetulan bekerja sebagai guru olahraga di sekolah menengah atas.

Farah dan Yuda mempunyai dua anak. Mereka bernama Reno dan Tiara. Reno berusia 12 tahun. Sedangkan Tiara berumur 7 tahun.

Kini Farah baru saja menyelesaikan pekerjaan. Ia dalam perjalanan ke parkiran. Semua orang yang berpapasan dengan Farah selalu menyapa. Setelah berhasil mencebloskan Rudi ke penjara, Farah menjadi orang yang dihormati di kantor.

Rudi sendiri adalah petinggi politik yang diketahui sebagai pembunuh berantai. Karena kecerdikannya, Farah berhasil memenangkan sidang dan membuat Rudi dipenjara.

Farah tentu membalas sapaan semua orang dengan ramah. Sikapnya yang ceria membuat banyak orang semakin menyukai perempuan tersebut.

"Apa kau sudah pulang?" tanya Farah. Dia berbicara dengan Yuda melalui telepon.

"Aku sedang dalam perjalanan. Hari ini kebetulan ada rapat. Lalu kau? Pengacara kondang ini punya waktu untuk hari anniversary pernikahannya bukan?" sahut Yuda.

Farah terkekeh. "Berhentilah membual, Bapak olahraga. Kau tahu sesibuk apapun aku, orang-orang tersayangku adalah hal utama!" ujarnya sembari masuk ke mobil.

"Baguslah. Ngomong-ngomong orang tersayangmu ini sudah membeli hadiah yang spesial."

"Hmm... Aku sepertinya bisa menebak. Kau pasti membelikan lingerie baru untukku 'kan?"

"Kau tahu aku selalu mengupgrade pakaian itu di setiap hari perayaan pernikahan kita." Yuda terkekeh.

"Dasar mesum," cibir Farah seraya tergelak kecil.

"Ya sudah. Berhati-hatilah. Kita bertemu di rumah nanti. Aku tidak sabar melihat kau mengenakan lingerie upgrade-an terbaru."

"Kau pikir lingerie ponsel?" Farah tidak berhenti dibuat tersenyum oleh Yuda. Setelah mematikan telepon, dia segera menjalankan mobil.

Farah memiliki keluarga yang begitu harmonis. Itulah alasan dia sangat mengutamakan keluarga lebih dari apapun. Terutama kebahagiaan suami dan kedua anaknya.

Tanpa sepengetahuan Farah, sebuah mobil mengikuti dari belakang. Dia tidak sadar akan hal itu karena musik yang terputar di mobil. Farah terlalu asyik menikmati lagunya.

Saat memasuki jalanan sepi menuju komplek perumahan Farah, mobil yang ada di belakang langsung melaju. Kemudian tiba-tiba menghalangi jalan. Membuat Farah reflek menginjak rem.

"Astaga!" Farah terkejut. Dia memperhatikan mobil yang ada di depan. Berharap kalau pemilik mobil yang ada di depannya bukan perampok.

Namun seberapa lama Farah menunggu, tidak ada orang yang keluar dari mobil itu. Alhasil dia memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri.

Farah memutar setir menuju jalan yang bisa dilewatinya. Untung ukuran jalan menuju komplek perumahannya itu cukup lebar.

Karena takut, Farah melajukan mobil. Dia sesekali menengok ke belakang. Tetapi beberapa saat kemudian, Farah menabrak seseorang yang mendadak menyebrang jalan.

Farah merasa syok. Sebagai orang yang bertanggung jawab, dia keluar dari mobil. Hendak memastikan keadaan orang yang sudah ditabraknya.

Ketika diperiksa, Farah melihat keadaan orang yang tertabrak sedang telentang di tanah. Farah langsung menghampiri seraya mengambil ponsel dari saku blazernya.

Belum sempat menelepon seseorang, hujaman pisau tiba-tiba menghantam dada Farah. Pelakunya tidak lain adalah sosok orang yang tadi ditabrak. Orang tersebut menutupi wajahnya seperti ninja. Farah hanya bisa melihat matanya yang tampak memancarkan tatapan kebencian dan amarah.

Jleb!

Jleb!

Jleb!

Sosok misterius itu tidak membiarkan Farah bernafas. Dia menusukkan pisau berulang kali ke dada Farah. Hingga darah langsung membanjiri tubuh perempuan tersebut.

Badan Farah bergetar hebat dan mengejang. Banyaknya luka dan darah yang keluar di tubuhnya, membuat dia tak sanggup lagi untuk bicara.

Farah merasakan tenggorokannya tercekat hebat. Detik-detik menuju ajal, dia tidak lupa mengingat suami dan kedua anaknya. Ingatan tentang tawa bahagia mereka setidaknya membawa Farah dalam kebahagiaan.

Sebelum benar-benar hilang kesadaran, Farah sempat melihat sosok yang sudah menikamnya dengan pisau. Dia membuka topeng di saat Farah hendak menghembuskan nafas terakhir. Sosok itu ternyata adalah Rudi. Lelaki yang seharusnya sekarang berada di penjara.

Chapter 2 - Reinkarnasi

Andai bisa, Farah ingin memberikan banyak pertanyaan. Namun dia keburu kehilangan nyawa. Kini hanya kegelapan yang tersisa. Jasad Farah meninggal dengan cara mengenaskan di tengah jalan.

"Cuh! Rasakan itu!" Sebelum pergi, Rudi masih menyempatkan diri untuk menghina Farah dengan ludahnya. Lalu segera pergi meninggalkan tempat kejadian.

Usai merasakan sakitnya dihujam dengan pisau beberapa kali, Farah melihat kegelapan. Dia seolah berada di sebuah tempat tak berujung. Hanya ada warna hitam di sekelilingnya.

***

Bibir Farah bergetar. Dia melangkah maju. Bersamaan dengan itu sepercik cahaya muncul dari kejauhan. Tanpa pikir panjang, Farah mengikuti cahaya tersebut. Setelah tiba di sana, dirinya langsung terbangun dengan satu tarikan nafas panjang.

"Rasti! Akhirnya kau sadar, nak." Seorang wanita paruh baya langsung menyambut. Dia terlihat cemas.

"Rasti?" dahi Farah berkerut. Dia heran kenapa wanita itu memanggilnya Rasti.

Perlahan Farah merubah posisi menjadi duduk. Dia merasa aneh dengan badannya. Terasa berat dua kali lipat dibanding sebelumnya.

'Astaga, apa aku lumpuh?' batin Farah. Dia segera menyibak selimut. Alangkah terkejutnya Farah, ketika melihat kakinya berubah menjadi sepasang kaki yang gemuk.

Karena hal itu, Farah mengamati bentuk badannya sekarang. Benar saja, keadaan tubuhnya memang gemuk.

"Apa aku mengalami koma?" gumam Farah sembari memeriksa wajahnya.

"Tidak, Nak. Kamu hanya pingsan selama setengah jam. Kata dokter kau alergi kacang. Harusnya kau tahu itu! Kenapa kau nekat makan kacang?" sahut wanita paruh baya yang sejak tadi duduk di sebelah.

"Nak? Alergi kacang? Kau bicara denganku?" Farah yang masih belum sadar kalau dirinya sudah berada dalam tubuh orang lain, lantas bertanya.

Bukannya memberi jawaban, wanita paruh baya itu justru menggetok kepala Farah. "Kamu ya! Pintar banget aktingnya. Kau pikir alergi kacang bisa bikin orang amnesia?!" tukasnya.

"Kau bicara apa?" Farah semakin heran. Akhirnya dia memutuskan turun dari hospital bed. Dia berniat ke kamar mandi. Farah hendak melihat wajahnya sekarang.

"Mau kemana kamu?! Mau kencing?" tanya si wanita paruh baya seraya membawakan infus untuk Farah.

Mata Farah membuncah hebat tatkala melihat wajahnya sendiri. Sebab dia melihat wajah orang lain di pantulan cermin.

"Aaaarkkhhh!!!" Farah sampai berteriak karena merasa saking kagetnya.

"Apa yang terjadi kepadaku? Apa ini yang namanya rekomendasi?... Tunggu, maksudku reputasi? Ah... Aku lupa namanya." Farah menggaruk kepala sendiri. Dia tentu tahu mengenai reinkarnasi. Namun Farah tidak pernah percaya kalau hal itu bisa menjadi kenyataan. Dia bahkan tak bisa mengingat kata reinkarnasi di otaknya.

"Aku sepertinya berada dalam tubuh gadis muda. Namanya Rasti. Lalu dimana Rasti yang sebenarnya?" gumam Farah bertanya-tanya. Dia tentu tidak bisa menjawab itu. Kemungkinan terbesar sepertinya nyawa Rasti yang sebenarnya sudah melayang karena alergi.

Perlahan ingatan pemilik tubuh bermunculan dalam kepala Farah. Sekarang dia tahu bahwa dirinya berada di badan gadis remaja bernama Rasti Aradita. Gadis yang ternyata masih bersekolah. Farah bahkan bisa melihat bagaimana kehidupan Rasti di sekolah.

Hal yang paling menarik perhatian Farah adalah Rasti sering dibuli di sekolah. Baik secara verbal dan nonverbal. Itu semua karena badan gemuk dan kebodohannya dalam beberapa hal. Termasuk berteman.

Rasti adalah gadis yang sangat naif. Dia sering dipermainkan karena memiliki sikap terlalu baik pada orang lain. Di sekolah Rasti tidak mempunyai satu pun teman. Hanya teman masa kecilnya bernama Yoga yang selalu berada di sisi Rasti. Namun lelaki itu kini sudah jarang menemani Rasti karena sudah menjadi ketua osis di sekolah.

"Ah! Masalah remaja. Aku tidak mau menghadapi ini lagi. Ya Tuhan... Kenapa kau memasukkanku ke tubuhnya? Aku lebih baik berada di badan seorang wanita paruh baya." Farah menutup wajah dengan dua tangan. Dia tentu frustasi karena apa yang di alaminya akan terulang lagi. Apalagi masa sekolah di zaman sekarang tentu sangat berbeda dengan dahulu.

Chapter 3 - Rumah Rasti

"Rasti? Sudah selesai? Kenapa kencingnya lama sekali? Kamu baik-baik saja kan?" tanya Winda sambil mengetuk pintu.

"Iya, aku akan keluar sebentar lagi!" Farah terpaksa menyahut. Dia memang tak punya pilihan lain. Kini yang harus dirinya lakukan adalah berusaha tenang dan menerima. Ia juga harus terbiasa dengan panggilan nama Rasti. Sebab mulai sekarang itulah identitas barunya.

Setelah tenang, Farah keluar dari toilet. Winda segera membantunya kembali sampai ke tempat tidur. Di sana terlihat ada lelaki paruh baya dan seorang lelaki muda yang sudah menunggu. Mereka ternyata adalah ayah dan adiknya Rasti. Keduanya membelikan makanan yang banyak untuk Rasti.

"Nih! Papah sampai bongkar celenganku buat belikan semua makanan ini," ucap Alvin yang tidak lain adalah adiknya Rasti. Dia langsung kena pukulan di kepala dari ayahnya.

"Hus! Kan sudah Ayah bilang akan membayarnya kalau sudah punya uang nanti," kata Rizal. Ayah kandung Rasti.

Saat melihat sosok Rizal, Farah bisa melihat ingatan Rasti tentang pria itu. Rizal adalah seorang ayah yang perhatian dan sangat menyayangi Rasti lebih dari apapun. Termasuk tidak pernah melarang Rasti untuk membeli makanan apapun.

Rizal mengambil sebuah donat dan memberikannya pada Rasti. "Nah. Sekarang kamu bisa makan, Nak!" ujarnya. Senyuman terukir di bawah kumis Rizal yang cukup tebal tersebut.

Farah menerima donat pemberian Rizal. Lalu memakannya. Mata Farah terbelalak. Dia merasa donat yang dimakannya sekarang sangat enak. Hingga Farah berakhir ingin terus makan.

Karena sudah sembuh, dokter memperbolehkan Rasti pulang. Semua orang sekarang sudah berada di mobil.

Sejak tadi Farah tidak bisa berhenti makan. Dia tidak tahu kenapa, tetapi dia merasa keinginan makannya tiba-tiba meningkat. Farah ingin terus makan lagi dan lagi.

Alvin melirik sinis ke arah sang kakak. "Kakak belum kenyang? Aku sama Mama sampai nggak kebagian donatnya loh," kritiknya. Alvin memang memilik sikap dingin dan blak-blakkan. Meskipun begitu, dia sebenarnya sangat menyayangi Rasti sebagai kakaknya. Dalam ingatan Rasti, Farah bisa melihat lelaki berusia 14 tahun itu pernah menyelamatkan kakaknya dari pembulian.

"Ah, maaf. Nih!" Farah menepuk jidatnya sendiri. Dia terlanjur menghabiskan semua donat yang ada di kotak. Satu-satunya donat yang tersisa adalah donat di tangannya. Farah menyerahkan donat tersebut kepada Alvin.

"Alvin! Biarkan saja kakakmu makan semua donatnya," tegur Rizal yang sedang sibuk menyetir.

"Ma! Lihat Ayah manjain Kak Rasti lagi," adu Alvin yang merasa iri.

"Biarkan saja. Lagian Kakakmu memang sedang sakit. Kau nanti beli sendiri saja," jawab Winda. Dia sebenarnya selalu berusaha menjaga pola makan Rasti. Semuanya dilakukan Winda agar berat badan Rasti tidak sampai ke tahap berlebihan. Tetapi karena putrinya itu sedang sakit, Winda memutuskan untuk membiarkan saja. Alhasil Alvin hanya bisa menghela nafas panjang.

Farah melirik Alvin. Dia memaksa lelaki itu untuk mengambil donat terakhirnya. "Ini makanlah. Aku sudah cukup!" ucapnya. Lalu segera keluar dari mobil. Sebab mobil sudah tiba di tempat tujuan.

Farah menatap rumah sederhana di depannya. Rumah itu cukup luas namun tidak bertingkat seperti miliknya. Terdapat rumput dan pepohonan yang asri mengelilingi rumah tersebut.

"Rumah..." gumam Farah. Dia jadi teringat dengan suami dan kedua anaknya. 'Kira-kira bagaimana kabar mereka sekarang? Bagaimana kabarku sekarang?' batinnya yang mendadak merasa cemas.

Farah tidak bisa pergi. Mengingat dia sedang berada di tubuh orang lain. Jadi dirinya tak punya pilihan selain berperan seperti pemilik tubuh.

Saat sudah di kamar, Farah mencoba mencari berita mengenai dirinya di internet. Dia kaget bukan kepalang tatkala mengetahui dirinya diberitakan sudah meninggal.

Farah memecahkan tangis. Hal yang paling dia ingat adalah suami dan kedua anaknya.

"Mereka pasti sangat sedih sekarang... Hiks!" isak Farah. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena takdir berkata lain.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!