NovelToon NovelToon

Benang Merah Sherina

Part. 1 (Lulus Seleksi)

"Eh, namaku ada Ndak disitu Ren?" Tanya gadis berjilbab kusut itu dengan penasaran

"Bentar Rin, ini aku puyeng banget lihat tulisan kek semut baris gini.." Sahut gadis yang bernama Reni, ia merasa kesal dengan temannya ini. Bukannya diam, ia malah mengganggu konsentrasinya.

"Haduh, lamanya ren, biar aku saja yang lihat kamu mundur gih" Ucapnya dengan tidak sabaran sembari berusaha membelah kerumunan para santri putri.

Akhirnya dengan pasrah Reni membiarkan temannya itu maju dan ia yang mundur. Sungguh, saat ini suasana sedang tegang bercampur panas karena banyaknya kerumunan.

Hijab kusut dan baju ber nametag "Sherina Moonaf A.H" sudah tidak rapi lagi, wajah penuh keringat serta jangan lupakan kaca mata minus yang sedari tadi ia benarkan supaya matanya bisa melihat dengan benar.

"Rin sebenarnya kamu bisa lihat Ndak sih, kok dari tadi cuma merem melek aja. Sini deh, mending aku aja yang cari nama kita" Ucap Reni dengan gemas ketika melihat gadis bernama Sherina itu hanya mengerjapkan matanya berulangkali, karena matanya yang tidak bisa diajak kompromi. Belum lagi suasana begitu riuh membuat Sherina tidak bisa berkonsentrasi.

Akhirnya dengan pasrah Sherina mundur, walaupun sebenarnya dirinya sangat ingin mencari namanya. Karena ini adalah salah satu cara untuk dirinya bisa bebas dari abinya.

"Namaku lolos Rin, Alhamdulillah aku bisa lanjut kuliah dengan gampang Rin...!! Bismillah tinggal satu langkah lagi" Teriak Reni dengan suka cita sembari memeluk Sherina

"Masyaallah ren, Alhamdulillah.." Teriaknya ikut senang

Tak berselang lama raut wajah Sherina berubah menjadi sendu karena namanya belum juga ditemukan "Sepertinya aku harus ikut seleksi berikutnya deh ren, setidaknya aku bisa ambil jalur tes" Ucapnya pasrah dan menunduk

Reni yang tidak tega melihat sahabatnya sedih segera berbalik dan berusaha mencari nama Sherina. Reni tidak tau Sherina akan lolos atau tidak. Sebenarnya Sherina anak yang pintar tapi terkadang kepintaran nya terkalahkan dengan rasa malasnya. Tapi tidak ada yang mustahil bukan, siapa tau ketika ujian Sherina mendapatkan bisikan setan baik waktu mengerjakan ujian dengan benar.

"Udah ren, kita ke kantin aja yuk, haus banget nih dari tadi disini" Ucap nya sembari menarik tangan Reni dari kerumunan, dirinya sudah menyerah.

"Ayuk ren, capek juga dari tadi berdiri disini" ucapnya sekali lagi, tapi tidak digubris oleh Reni yang masih sibuk mengurut nama di papan pengumuman

"Eh.. Eh... Ini nama kamu Lo Rin..!! Kamu lolos tau Rin..!! Alhamdulillah.." teriak Reni dengan girang sembari menghadap ke arah Sherina. Sherina yang tidak percaya langsung saja mengambil alih tempat Reni berdiri dan berusaha melihat langsung.

Mereka berdua berpelukan sembari berteriak kegirangan. Kedua gadis itu melangkahkan kakinya dengan lapang ke arah kantin karena merasa kehausan setelah tadi di jemur dilapangan, belum lagi adegan berhimpitan hanya untuk mencari sebuah nama. Siapa yang tidak senang bisa mendaftar ke perguruan tinggi tanpa tes alias lewat jalur undangan atau raport.

"Akhirnya ren, aku bisa bebas dari Abi. setelah ini aku mau cari kampus yang jauh sekalian ah, biar Abi Ndak bisa mantau" Ucap Sherina dengan senang

"Yakin? aku tau banget bagaimana Abi kamu itu Rin, lagian kamu hidup tinggal enak-enak nya saja malah cari hidup yang susah. Bukannya apa-apa, seharusnya kamu seneng dong, setelah lulus dari sini berangkat ke Kairo. Kurang enak apa coba? Dan jangan lupakan Kairo itu jauh banget sesuai dengan keinginan kamu" Sahut Reni dengan memasukkan cilok panas ke mulutnya

"Tapi bukan Kairo juga lah.." jawab Sherina dengan enteng. Sebenarnya akan lebih bagus jika ia ke Kairo, karena ia bisa bebas dari abinya. Tapi yang menjadi masalah abinya akan terus berharap kepadanya dan Sherina takut jika suatu saat nanti akan mengecewakan abinya karena ia merasa kemampuannya tidak mumpuni

"dan itu kan yang kamu lihat ren, semua orang juga bilang kalau hidup aku ini enak. Padahal Ndak sama sekali. Bayangin, mau apa-apa harus laporan, mau ini harus ada izin, harus ini harus itu. Aku ini capek tau ren, iya kali kalau aku mau jadi ustadzah, tapi masalah nya aku tuh merasa Ndak mampu dan Ndak pantas kalau Abi mengarahkan aku kesana" lanjutnya dengan menggebu

"Terus setelah ini kamu mau lanjut kemana? Mau tetep di Semarang apa mau ambil di solo, atau di Jogja? kalau aku sepertinya mau ambil di Surabaya ah, sekalian pulang"

"Aku ikut kamu ren" Sahut Sherina dengan singkat

"heh, yakin..? Abi kamu pasti ngereog nantinya Rin. Kamu Ndak inget, kamu pernah ke ndalem nya Abi sama umi di Surabaya aja beliau marah-marah. Padahal itu hanya berkunjung dan itu sama aku lo, apalagi nanti kamu mau ikut aku kuliah di Surabaya" Ucap Reni tidak yakin.

Dulu Sherina pernah ikut Reni pulang kerumahnya di Surabaya. Sherina mengira jika abinya tidak akan mendapatkan laporan dari pondoknya jadi ia ikut liburan ke rumah Reni sekaligus berkunjung ke pondoknya Reni di Surabaya. Alhasil Sherina di marahi habis-habisan oleh abinya. "Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan kamu..? kamu ini putrinya Abi satu-satunya" Sherina mengingat betul ucapan abinya itu dan menurut Sherina itu berlebihan karena dirinya masih punya kaka laki-laki

"Iya sih..." Jawabnya dengan pasrah sembari mengaduk es teh yang ia pesan

Rina dan Reni bisa dikatakan sebagai si kembar tidak terpisahkan. Kemana pun mereka selalu bersama. Eh, tapi bukan kembar dua tapi kembar tiga. Ada satu lagi teman perempuan mereka tapi saat ini entah kemana dia, karena mereka hanya berdua saja.

Terkadang Sherina merasa iri kepada Reni ataupun teman nya yang lain. Mereka diberikan keleluasaan oleh kedua orangtua mereka. Padahal orangtua Reni juga mempunyai pondok sendiri di Surabaya. Tetapi kata Reni orangtuanya mengirimnya mondok ke Semarang supaya lebih mandiri saja. Tidak seperti Sherina, pondok yang ia tempati saat ini jaraknya hanya satu jam an dari rumah nya.

Sherina Moonaf Alhabsy putri kedua dari keluarga Habsy dan termasuk keluarga konglomerat di Semarang. Abi Sherina, Manaf Alhabsy adalah keturunan Arab Pakistan yang memiliki usaha di bidang perdagangan tekstil dan sudah merambah ke usaha kayu ukir dan Mabel yang bernilai fantastis.

Sherina gadis enerjik dan periang itu terkadang merasa bahwa kehidupan nya sangat di kekang oleh abinya. Pada kenyataannya Manaf hanya mengarahkan Sherina ke hal yang baik. Manaf ingin Sherina belajar agama dan bisa lanjut sekolah di Kairo. Tapi yang menjadi masalah adalah Sherina tidak mau dan tidak siap jika harus menjadi yang seperti abinya pinta.

Sherina lahir di kota Semarang dan mondok di salah satu pondok internasional di Semarang. Tidak pernah sekalipun Sherina beranjak ke kota lain.

"Helo guys, assalamualaikum..". Teriakan melengking gadis berbaju bebas itu membuat Sherina dan Reni kaget

"Waalaikumsalam, eh ada Ipeh dateng. Mana oleh-oleh dari Jogja?" Tanya Sherina dengan mengulurkan tangannya

"Eh rin, jangan panggil Ipah ipeh geli banget tau. Nama ku Syena ya..! Nama bagus-bagus dipanggil Ipeh(Syarifah). Ndak inget situ juga Ipeh. Nanti kalau aku panggil kamu ipeh ngamuk Ndak terima" sahut gadis itu dengan melengking, Sherina yang mendengar Omelan teman nya ini tertawa terbahak bahak

"Please jangan bertengkar, kalian berdua sama ya. Jadi terserah kalian lah mau manggil bagimana. Tapi kalau aku lebih enak panggil nama aja. Ya kali nanti kalian panggil aku Ning Nang gung. Sumpah itu nggak lucu" omel Reni menengahi

Sherina dan Syena tertawa terbahak-bahak. "Kok tau kalau kita mau manggil begitu" Sahut Sherina

"Please jangan mulai lagi" Jawab Reni memutar bola matanya malas.

"Eh btw kamu kok cepet syen, aku kira kamu balik nanti waktu acara perpisahan aja" Tanya Sherina

"Kan aku pulang cuma mau ambil berkas aja Rin, kebetulan semua berkas aku ada di Jogja. Kamu tau sendiri kan mamah sama abi lebih sering di Jogja. Jadi ya gitu, hampir semua pindah kesana" Jelas Syena sembari menyeruput es teh Reni tanpa permisi. Reni yang melihat hal itu hanya melengos saja

"ini ada makanan dari mbak ipar aku, kalian harus coba" Syena mengeluarkan makanan dari Tote bag nya

"masyaallah terimakasih"

"uh Terimakasih syen, salam buat mbak ipar kamu ya" ucap mereka bersama

"Gampang kalau itu mah, sekali-kali kalian harus ikut ke Jogja. Mbak ku itu pinter banget masak dan dia baik banget" Jawab Syena dengan tersenyum

"Siap lah, nanti bisa ketemu sama habib Haidar yang tampan" Sahut Reni bercanda

"Jangan aneh-aneh, bang idar sudah ada yang punya. Kalau mau sama Abang aku yang bontot Ndak papa" Ucap Syena

Part. 2 (Curhatan Ciwi Ciwi)

Begitulah persahabatan mereka, walaupun terbilang singkat. Sherina dan Reni dulunya tidak terlalu menyukai Syena. Sifat Syena yang centil dan sedikit arogan membuat Sherina dan Reni tidak suka. Tapi lama kelamaan mereka kenal lebih dekat hingga sampai saat ini.

"Eh kalian gimana lolos Ndak jalur undangan nya? Tadi aku baru nyampek langsung cari nama aku. Eh ketemu dong.." Ucap Syena dengan bangga

"Alhamdulillah kita berdua juga aman Syen" jawab Reni. Sherina hanya mendengar kan mereka berbicara dan asik dengan makanan yang di bawa oleh Syena

"Trus pada mau lanjut kemana?" tanya Syena kembali

"Aku mau ke Surabaya ajalah, nanti biar tetep bisa salaf di pondoknya Abi sama umi. Kamu gimana syen? mau ke Jogja? Atau kamu mau lanjut ke Kairo aja kayak adik kamu. Katanya dia mau ke Kairo juga kan? ini Lo ajak Sherina kalau kamu ke Kairo" Ucap Reni dengan bercanda, sontak saja Sherina berhenti mengunyah dan menatap tajam Reni

"Hey jangan mengada-ada ya ren" Sahut Sherina membuat Reni tertawa terbahak-bahak

"emang iya kamu mau kesana? Kalau iya Ndak papa sih? Adik ku insyaallah tahun depannya mau berangkat ke sana juga" ucap Syena serius

"Ndak syen..! Abi ku yang minta, tapi sebisa mungkin aku harus keterima di salah satu kampus dulu. Supaya aku punya alasan untuk Ndak berangkat ke Kairo. Otak ku sudah Ndak kuat syen, Rin. Kalian mengerti lah, setiap hari belajar bahasa arab rasanya kepalaku mau pecah" Jelas Sherina dengan mendramatisir

"Jadi tujuan kamu kuliah cuma untuk kabur dari Abi kamu Rin? Ish ish tak patut" Sahut Syena dengan lebay

"Gak papa lah syen, aku mau ikut Reni aja ke Surabaya" celetuk Sherina dengan santai. Memang betul jika dirinya kuliah hanya untuk ikut-ikutan saja

"Kamu ini Rin, jangan gitu tau. Kadang-kadang ini anak" Omel Reni dengan serius. "Kita sekolah ke perguruan tinggi itu untuk mencari ilmu bukan untuk ikut-ikutan ataupun gaya-gaya an Rin. Banyak Lo diluar sana yang pingin kuliah tapi terhalang biaya. Kita harus banyak bersyukur" jelas Reni dengan serius

"Betul itu Rin, walaupun aku juga sama sih sebenarnya cuma ikut perintah dari mamah. Katanya pendidikan penting walaupun nantinya jadi ibu rumah tangga sekalipun hehehe" celetuk Syena dengan tersenyum

"Nah itu dia..! jadi Ndak salah kan aku" Sahut Sherina dengan keras

"Oh dasar kalian berdua sama saja" sahut Reni dengan memutar bola matanya

Sherina dan Syena tertawa melihat wajah kesal Reni

"Gini Lo guys, kalian tau kan bagimana kehidupanku. Semua di atur sama Abi, kalian tau kan aku pinginnya jadi desainer, kalian tau sendiri Abi Ndak bakal setuju kalau aku ambil jurusan itu. Kata Abi, wong gambar tinggal gambar Ndak perlu kuliah segala" Syena dan Reni mendengar kan curhatan serius dari Sherina. Syena dan Reni cukup paham dengan kondisi sahabat nya ini

"Iya juga sih Rin, sulit kalau sudah masalah orangtua tu" imbuh Syena

"Nah... Itu kalian tau!" Sahut sherina dengan riang. Sontak saja suasana yang hampir haru dan serius kembali ramai karena celetukan dari Sherina

Sherina memendam semuanya sendiri, dibalik sikap konyol dan juga riangnya ia harus benar-benar memendam apa yang ia rasakan. Jika ditanya apakah dirinya pernah berbicara mengenai ini kepada kedua orangtuanya jawabannya sudah. Tetapi lagi-lagi dirinya yang kalah karena ia akan mendapatkan cap sebagai anak durhaka oleh abinya jika tidak menuruti keinginannya. Jadi Sherina sudah tidak pernah mengutarakan pendapatnya lagi, dan lagi-lagi dirinya harus menuruti perintah abinya.

Sebenarnya Sherina adalah gadis yang pandai, tapi karena kehidupan yang ia alami membuatnya menjadi malas. Terkadang Sherina hanya berpura-pura bodoh supaya orang tuanya tidak lagi berharap kepadanya. Untungnya Reni datang meluruskan otak Sherina,

"Ya salah to, justru kamu harus belajar dengan giat supaya bisa masuk perguruan tinggi dengan mudah, kalau kamu begini terus ya mana bisa ren, yang ada orangtua kamu capek ngadepin kamu. Terus kamu di bawa ke Kairo tanpa persetujuan kamu. Kalau itu terjadi bagimana..?" kata-kata itu mampu membuat Sherina tersadar jika dirinya harus tetap giat belajar.

Tetapi jangan sebut dia Sherina kalau gampang di kasih tau. Sherina bisa unggul di pelajaran umum tetapi tidak di pelajaran agamanya. Walaupun begitu, sikap malasnya terkadang suka kambuh.

*

*

Setelah pengumuman kemarin, kegiatan pondok sudah libur untuk yang anak kelas tiga sedangkan anak kelas satu dan dua akan melaksanakan ujian.

Pagi-pagi Sherina mendapatkan informasi kalau kakaknya sudah menjemput dirinya.

Dengan langkah kesal Sherina menemui kakaknya di tempat ruangan penjenguk

"Kenapa kok Ndak suka gitu ada kakak datang?" Tanya laki-laki berperawakan tinggi itu, sekilas mata memandang pria itu mirip sekali dengan Sherina

"Kak Safiq ngapain to kesini?" Tanya Sherina dengan kesal

"Jemput kamu lah dek, Abi bilang pondok sudah libur jadi Abi minta kakak buat jemput kamu" jelas Safiq dengan santai, ini bukan pertama kalinya bagi Safiq mendapati wajah badmood dari Sherina ketika di jemput

"Sherina mau ke Surabaya tau kak, Sherin mau antar Reni kasihan dia pulang sendiri" jelas Sherina dengan kesal

"Halah alesan kamu, tanpa kamu antar pun Reni juga sudah tau jalan pulang Rin"

"Suka-suka Sherin lah..! Emang kenapa kalau Sherin ikut Reni ke Surabaya. Sherin pingin liburan aja" jawab Sherina dengan sewot

"Kalau kamu pingin liburan, bilang sama Abi dulu dek. Jangan kabur-kaburan lagi. Nanti kalau sampai Abi tau bisa habis kamu..." Ucap Safiq sembari menakuti adiknya

"Ayo dek kita pulang sekarang, kakak Lo masih ada pekerjaan yang harus di urus. Dari tadi alesan mulu"

"Kaka ini..! Yaudah tunggu, Sherin tinggal ganti baju aja, semuanya sudah Sherin siapin tadi malem" Akhirnya dengan terpaksa Sherina ikut pulang bersama kakanya

Gagal sudah rencananya untuk pergi bersama dengan Reni. Sherina mengucapakan salam dengan sedikit keras membuat Reni terkejut

"Kenapa woy?" tanya Reni setelah menjawab salam dari Sherina

"Ada kak Safiq diluar ren, maaf ya aku Ndak jadi ikut kamu ke Surabaya" jawab Sherina sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur

"Mangkanya Rin aku kan sudah bilang, jangan aneh-aneh mau pergi Ndak pamit segala. Udah cepetan kak Safiq nunggu diluar itu" Omel Reni ketika melihat Sherina masih berbaring di tempat tidur.

Akhirnya dengan malas Sherina bangun dan mengambil barang-barangnya

"Yaudah aku duluan ya. Salam aja buat Syena, dia kalau di kamar mandi lama banget. Assalamualaikum"

"Iya waalaikumsalam" Jawab Reni melepas kepergian temannya

Part. 3 (Gebrakan Abi..!)

Setalah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, Sherina dan Safiq sampai dirumah megah nan mewah bergaya arab itu.

"Assalamualaikum.." Ucap mereka berdua

"Waalaikumsalam salam anak Umi yang masyaallah cantik" jawab Umi Salma

"Umi kangen banget sama dedek, gimana kabarnya?" Tanya Umi Salma dengan antusias

"Mami nih, Sherin Ndak ketemu mami cuma tiga bulan yang lalu Lo. Mami berlebihan kayak Abi tau" Sahut Sherina dengan kesal tapi tak ayal ia menerima ciuman dan pelukan dari Umi Salma

"Kamu tu dek alay banget, mami mami panggil umi. Sejak kapan umi jadi mami, kakak geli Lo denger nya" Sahut Safiq sembari membawakan barang adiknya. Begitulah Sherina yang dengan seenaknya sendiri memanggil umi Salma mami. Tapi itulah sikap konyol sherina yang apa adanya

"Ndak papa lah kak, terserah adik mau manggil apa. Tapi umi lebih seneng dipanggil umi aja Lo dek. Kalau di panggil mami rasanya Ndak cocok karena terlalu bule" jelas Umi Salma sembari terkekeh pelan

"Iya iya umi nya mami Salma" Goda Sherin dengan terkekeh

"ngomong apa itu anak, di pondok kan biar gennah kok malah Ndak gennah" gumam Safiq sembari menggelengkan kepalanya ketika mendengar ucapan absurd dari Sherina

"umi mau siapin makan dulu, kamu bersih-bersih dulu habis itu makan ya.." Ucap umi Salma dengan lembut

"Siap mi" jawab Sherina dengan meletakkan tangannya di kening sebagai tanda hormat

Jangan sebut gadis ini Sherina jika ia menuruti perintah uminya. Ucapan siap bagi Sherina adalah siap-siap tidak di kerjakan.

Tak ayal Sherina malah merebahkan tubuhnya di sofa empuk rumahnya. Sherina memandang langit ruang keluarga yang begitu penuh dengan ukiran. Sama seperti pikiran Sherina yang saat ini begitu rumit. Sherina bingung akan melanjutkan hidupnya seperti apa. Rasanya hidup Sherina sangat flet dan tidak menyenangkan. Ia merasa bahwa masa bersenang-senang dan seru-seruan nya telah usai saat masa Aliyah nya usai.

Sama seperti kata Reni dan Syena, kalau saat ini adalah fase dimana penentuan untuk masa depannya nanti. Tapi bagi Sherina, semua ketentuannya sudah diatur oleh abinya, lalu apa yang bisa Sherina perbuat.

"Anak gadis jangan ngelamun di sofa Rin. Ayo cepet bersih-bersih ganti baju habis itu makan" Suara bass itu membuat Sherina terkejut dan tersadar dari lamunannya

"Eh Abi.." ucap Sherina sembari mengusap tengkuknya dan bangun dari rebahan nya

"Abi kok tumben di rumah sih" Celetuk Sherina tidak bisa mengontrol nada bicaranya

"Lah suka-suka Abi dong, kenapa? Kayaknya kamu Ndak suka kalau ada Abi di rumah" Sahut Abi Manaf dengan menghampiri putrinya

"Maaf bi, maksud Sherina kok tumben Abi di rumah. Biasanya jam segini Abi kan sibuk di gudang atau kalau Ndak di toko" Ralat Sherina dengan cepat

"Habis makan siang Abi berangkat ke gudang" Jawab Abi Manaf sembari duduk di sofa tunggal

"Oh gitu, Ya sudah Sherin mau ke kamar dulu ya bi" Ucap Sherina dengan beranjak pergi

"Mau kemana..? Abi mau bicara sebentar"

Sherina berhenti dan menghela nafas kasar

"Aduh Abi ini mau buat gebrakan apalagi" gumam Sherina dalam hati

"Iya bi, Abi mau bicara apa? Boleh Ndak kalau Sherina mandi dulu sebentar. Habis ini sekalian makan siang aja Lo Bi. Kasihan umi nanti nunggu lama" Sherina berusaha kabur dari pertanyaan abinya

"oke kalau begitu" Jawab Manaf singkat

Sherina dengan cepat ngacir ke kamarnya.

Walaupun Sherina sudah mengulur waktu untuk tidak berbicara dengan abinya, tapi mau bagaimana pun ia harus tetap menghadapi abinya itu

Semua keluarga berkumpul di meja makan, begitulah keluarga kecil mereka yang harmonis.

Manaf adalah keturunan dari Al-Habsy seorang guru besar pengasuh pondok di Pakistan dan masih keturunan dari para habib besar di sana. Tapi pondok mereka sudah banyak di bangun di banyak daerah di Indonesia

Manaf sedikit berbeda dengan saudara-saudara nya yang melanjutkan dakwah dari abinya. Manaf lebih memilih menjadi pengusaha, tapi jangan salah usaha manaf sukses luar biasa.

Bukan Manaf tidak mau seperti kakak-kakaknya. Tapi dirinya merasa tidak mampu dalam bidang itu. Dari dulu memang dirinya lebih senang berwirausaha. Itulah kenapa dirinya lebih memilih Semarang sebagai tujuan hidupnya. Selain bisnis, Manaf ingin mengasingkan diri dari keluarga besarnya yang tinggal di Jakarta.

Tidak banyak yang tau jika Manaf adalah seorang Al-Habsy. Maka dari itu ia ingin agar anaknya bisa berkecimpung di jalur agama. Tapi harapannya musnah ketika Safiq lebih pandai berbisnis seperti dirinya.

Setelah itu lahirlah sang putri Sherina, tekad Manaf kembali lagi. Ia akan mendidik dan membentuk Sherina sesuai dengan apa yang ia harapkan.

Tapi Manaf tidak tau jika keputusannya selama ini membuat Sherina tertekan.

"Abi akan mendaftarkan kamu ke Kairo Rin. Jadi secepatnya kamu urus keperluan kamu di pondok" ucap Manaf tanpa basa-basi

Seketika semua terkejut, begitu pula dengan Sherina. Sherina menghentikan makannya, nasi biryani kesukaannya tiba-tiba menjadi hambar.

"Abi yakin? umi Ndak bisa jauh dari Sherin bi" Ucap umi Salma dengan cemas sembari menoleh kearah putrinya

"Yakin mi, sesuai keputusan awal Abi" Jawab Abi manaf dengan tenang

Safiq yang merasa tidak berkepentingan hanya diam mendengarkan

"Tapi Abi harus tanya ke Sherin dulu bi. Jangan memutuskan sendiri" umi Salma berusaha membela putrinya. umi Salma tau jika putrinya tidak setuju untuk berangkat ke Kairo

"Ndak bisa mi, Abi tau apa yang terbaik untuk Sherina"

"Tapikan bi_"

"Bagaimana jika kita dengarkan pendapat dari Sherin dulu" Sahut Safiq melerai perdebatan orangtuanya

Semua mata memandang kearah Sherina, sedangkan yang menjadi pusat perhatian malah asik dengan lamunannya

"Dek, hei kok ngelamun?" tanya Safiq sembari menyenggol lengan adiknya

"ha..? Ada apa kak?" Tanya Sherina dengan memandang kakaknya

"Itu Lo Abi mau kamu berangkat ke Kairo. Kamu itu mau apa Ndak" Ulang Safiq dengan gemas

Sherina tau apa yang di ucapkan abinya. Tapi ia masih memutar otak nya untuk membuat alasan yang tepat

"Sherina_" Ucapan Sherina terhenti karena ponselnya bergetar

"Haduh sebentar ya bi, ada telepon penting" Ucap Sherina ketika melihat ponselnya bergetar dan tertera nama Reni dilayar ponselnya

"Iya kamu angkat dulu siapa tau penting dek" Ucap umi Salma

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!