“Aku mau batalkan pernikahan kita,”
“Klotak,”
Seorang pemuda menjatuhkan sendoknya ke meja, seorang gadis cantik mengatakan kalau dia ingin membatalkan pernikahan yang akan di langsungkan satu minggu dari sekarang pada saat dirinya sedang sarapan bersama di meja makan. Sang gadis mengangkat tangannya dan menaruh cincin tunangannya di meja, tepat di depan sang pemuda yang diam mematung dengan tangan seperti memegang sendok yang sudah jatuh ke meja dan mulut menganga.
“Ke..kenapa ?” tanya sang pemuda perlahan.
“Ini....kamu lihat Liam....lihat semua ini,” teriak sang gadis sambil menunjuk sekelilingnya.
Liam menoleh melihat sekitarnya, dia tidak melihat ada keanehan di tempat tinggalnya, kemudian dia menoleh melihat kekasihnya yang nampak sangat marah dan kecewa,
“Me..memang kenapa rumah ku, Grace ?” tanya Liam.
“Setelah menikah kita tinggal di lantai tiga kafe mu ini kan ? aku mau punya rumah besar, aku mau punya halaman, aku mau punya tetangga, setelah aku pikir matang matang selama sebulan terakhir ini, aku tidak bisa hidup seperti ini, membuka kafe pagi sampai malam hari, kuliah dan tinggal di tempat yang berantakan seperti ini, aku tidak akan sanggup,” jawab Grace sambil melipat lengan di dada dan menoleh ke arah lain.
Liam terdiam, hatinya bertanya tanya karena mendadak dia tidak mengenal gadis yang duduk di depan nya. Dia mengira hubungan mereka kokoh dan berniat mengarungi hidup bersama sama, Liam menatap wajah Grace di depannya, dia benar benar memperhatikan wajah gadis di depannya, apa gadis yang di cintainya masih ada di balik wajah itu karena gadis yang di cintainya tidak mungkin mengatakan akan membatalkan pernikahan dengan enteng seperti bertanya nanti malam makan apa dan menghina rumahnya.
Dia tidak menyangka sama sekali kalau Grace yang sudah menjalin kasih dengannya sejak sma kelas 10, berkata seperti itu seperti sedang kerasukan sesuatu, tapi dalam hati sebenarnya dia sudah merasa Grace menjauh dari dirinya sejak lama, walau tubuhnya bersama nya namun isi hati nya sudah berbeda, hanya saja dia tidak mau dan takut mengakuinya. Dia mencoba mempertegas perasaan dan dugaan nya selama ini,
“Apa ada laki laki lain ?” tanya Liam langsung.
Grace tidak menjawab namun dia menoleh ke arah lain menghindari tatapan Liam. Sikap Grace dan diam yang menyertai nya sudah mengatakan semuanya kepada Liam, dia yakin kalau ada laki laki lain selain dirinya yang saat ini berada di dalam hati Grace walau sakit mengakui nya. Liam melontarkan pertanyaan berikutnya,
“Siapa dan sudah berapa lama ?” tanyanya tenang.
“Memangnya penting hah,” jawab Grace galak.
“Hmm pantes tiba tiba dia minta bubar dan menghina rumah gue, berarti penyebabnya dia selingkuh, gue udah lihat tanda tanda nya, tapi...sakit mengakui nya,” gumam Liam dalam hati.
Sekali lagi, jawaban Grace sudah mengatakan semua yang perlu dia tahu, “haaaah,” Liam menghembuskan nafasnya, dia menatap Grace di depannya, hatinya terasa sakit ketika mengingat semua yang pernah dia lakukan untuk gadis di depannya ini sejak dari masih sma kelas 10, sewaktu pertama kali mereka jadian.
Kedua tangan Liam turun ke bawah meja, dia tidak mau Grace melihat tangannya yang mengepal dan gemetar karena emosinya mulai meluap melahap dirinya. Namun selain sakit hati dan kemarahan yang meluap luap, ada sebuah perasaan lagi di hatinya, perasaan yang tidak bisa di jelaskan oleh dirinya, sebuah perasaan yang dingin, berbahaya dan gelap.
Setelah mengamati wajah Grace yang sudah nampak mantap dengan keputusannya, akhirnya Liam membuka mulutnya,
“Baiklah, kita batalkan pernikahan kita, hari ini juga aku akan urus pembatalan nya,” ujar nya dengan suara berat dan mantap.
Grace langsung menoleh melihat Liam, raut wajahnya nampak marah, kecewa dan bingung menjadi satu, dia tidak menyangka sama sekali Liam bersikap tenang tanpa ada perlawanan atau meledak marah. Matanya mengamati wajah Liam yang juga sedang menatap wajahnya, dia bisa melihat ada kesedihan terlintas di mata Liam, namun seluruh wajah nya dingin tanpa ekspresi dan baru kali ini dia melihat sikap Liam seperti ini. Akhirnya, Grace mengeluarkan kartu terakhir untuk memancing Liam marah pada nya,
“Kamu kenal James William kan ? aku sudah enam bulan bersama dia, berbeda dengan kamu, dia mengajak ku makan di restoran mahal, berlibur di kapal yacht walau hanya sehari, membelikan ku gaun gaun mahal dan perhiasan, mengajak ku ke hotel bintang lima dan masih banyak lainnya. Dia berbeda dengan mu Liam, dia bisa memenuhi semua kebutuhan ku, aku memang mencintai mu, tapi kamu terlalu biasa, monoton dan membosankan, dengan James aku merasakan diriku menjadi wanita seutuhnya dan mendapat keseruan dalam hidupku, aku sadar hidup hanya sekali dan aku ingin menikmati nya, maaf kalau aku menyakiti kamu tapi aku tidak bisa membohongi lagi perasaan ku,” ujar Grace panjang lebar.
Grace melihat Liam yang menunduk, Liam menurunkan kedua tangannya karena ke bawah meja karena kedua tangannya mengepal dan gemetar mendengar nama James di sebut, dia tahu persis siapa James, anak seorang direktur utama sebuah rumah sakit terbesar di kota. Dengan susah payah dia menahan emosinya dan berusaha sabar, dia mengangkat kepalanya dan kembali mengamati wajah Grace yang sekarang menunduk.
Dia masih tidak percaya kalau wanita yang di cintainya mengatakan terang terangan dia selingkuh dengan seseorang yang tidak dia sukai dan bisa di bilang musuh nya, tanpa rasa bersalah seakan akan selingkuh adalah hal kecil seperti pergi jalan jalan ke taman dan pulang dengan santai. Setelah beberapa saat, akhirnya Liam mengangkat kepalanya dan menatap Grace,
“Baiklah, aku mengerti, semoga kamu bahagia, tapi aku ingatkan satu hal, kamu tentu tahu siapa James kan, dia suka main perempuan. Jadi yang mau aku katakan di sini, aku menghargai keputusan mu untuk bersama dia, tapi jika ternyata keputusan mu salah, aku tidak akan membuka pintu lagi untuk mu,” ujar Liam dengan suara berat dan tegas.
Grace terlihat mengernyit sedikit ketika mendengar ucapan Liam, tapi dia langsung bersikap biasa lagi, kemudian dia mengangkat kepalanya,
“Bagus kalau kamu ngerti, kamu harus sadar kalau kamu tidak ada apa apanya di banding James,” ujar Grace dengan nada sedikit tinggi.
“Ya, aku sadar, kapan kamu mau pergi ?” tanya Liam santai dan tersenyum.
Melihat wajah Liam yang nampak lebih dingin dari biasanya dan tanpa ekspresi walau tersenyum tipis, “braaak,” Grace menggebrak meja, dia berdiri dan berjalan ke kamar, “braak,” dia menutup pintunya dengan kencang sampai menimbulkan bunyi keras, lalu terdengar suara kamar mandi di buka dan di tutup dengan kencang dari dalam kamar.
Liam termenung di meja makan, dia menunduk memainkan sendoknya di atas piring, wajahnya benar benar tanpa ekspresi dan kosong, namun dia sudah bisa melihat karakter Grace yang sebenarnya barusan dan dia merasa lega mengetahuinya, walau dadanya terbakar emosi. Selagi termenung, tiba tiba “din...din,” terdengar suara klakson mobil di bawah.
Liam berdiri kemudian berjalan ke arah jendela, dia membuka tirainya dan membuka jendelanya, dia menjulurkan kepalanya keluar melihat ke bawah, ternyata ada sebuah mobil sedan mewah dan mahal berhenti tepat di depan kafe nya. Pengemudi mobil itu turun dan Liam mengenali siapa pengemudi itu,
“James, hebat sekali dia langsung menjemput Grace secara langsung dan tanpa sembunyi sembunyi lagi seperti selama enam bulan sebelumnya, dia menantang ku rupanya,” gumam Liam dalam hati.
James mendongak dan melihat Liam sedang menjulurkan kepalnya keluar, melihat ke arah dirinya, langsung saja dia melambai dan bersandar di mobilnya, nampak senyum kemenangan di wajahnya seakan akan dia baru mendapat jackpot hadiah utama bernilai miliaran. Liam menutup jendelanya dan berjalan kembali ke meja makan. Dia mendengar suara shower dari dalam kamar, langsung saja dia mengambil smartphone nya dan menelpon seseorang.
“Halo, bos,” sapa seorang wanita di sisi penerima telepon.
“Monica, tolong batalkan pernikahan ku, mulai dari ballroom, wedding organizer, katering dan semuanya yang terkait, minta refund pada mereka, kalau tidak bisa 100%, berapa saja tidak apa apa,” balas Liam.
Terdengar suara orang terkesiap di sisi lain telepon, Monica tidak berbicara sama sekali seakan akan seperti dia sedang berusaha menyerap seluruh kata kata Liam. Setelah beberapa saat,
“Ada apa bos ? kenapa di batalkan ?” tanya Monica.
“Grace selingkuh (berpikir) aku minta tolong selidiki direktur utama bernama Brandon William di rumah sakit kita, banyak laporan yang mengatakan kalau dia mencurigakan kan, sekarang aku ada alasan untuk melakukan penyelidikan terhadap nya, begitu ketemu hal yang mencurigakan langsung hadapkan dia pada ku dan kemudian kalau benar dia mengakuinya, pecat secara legal,” jawab Liam.
“Oh Tuhan, benarkah itu ? Grace selingkuh ? anda tahu siapa selingkuhan nya ?” tanya Monica.
“Benar, selingkuhan nya adalah James William, anak dari direktur William, oh ya jangan lupa memberi tahu tamu undangan dari pihak ku ya kalau pernikahan nya batal.
“Hmm saya mengerti maksud anda sudah menemukan alasan untuk melakukan pemeriksaan, baiklah bos, saya langsung kerjakan, saya pemisi dulu,” jawab Monica.
Telepon pun di tutup, Liam menaruh smartphone nya di meja dan pintu kamar terbuka, Grace keluar mengenakan blus berwarna putih yang serba terbuka sampai belahan dada nya terlihat, celana panjang ketat yang melekat di kulitnya dan sedap di pandang mata, full dandan, mengenakan kacamata hitam dan topi bundar, dia mematung menatap Liam dengan koper besar yang sepertinya sudah di siapkan sebelumnya, berada di sebelahnya.
“Kamu cantik,” puji Liam tersenyum walau hatinya bagai tertusuk jutaan jarum ketika memberi pujian.
“Terima kasih,” balas Grace singkat sambil menunduk.
“Cepat pergi, pacar mu menunggu di bawah,” ujar Liam santai.
Grace kembali terkesiap, namun dia kembali bersikap tangguh kembali, dia melangkah menyeret kopernya namun ketika tepat di sebelah Liam, dia berhenti dan menoleh melihat Liam yang duduk dengan santai di meja makan dengan wajah tanpa ekspresi dan tenang.
“Kamu benar benar tidak mau menghentikan ku ?” tanya Grace.
Liam menoleh, dia melihat wajah Grace yang sudah melepas kacamata hitam nya dan sedang menatap dirinya dengan mata yang penuh dengan misteri. Liam tersenyum,
“Tidak, kamu sudah mengambil keputusan, aku menghormati keputusan mu,” jawab Liam tenang dan tegas.
“Kamu tidak mencintai ku ?” tanya Grace.
“Tentu saja, aku sangat mencintai mu, tapi seperti yang ku bilang barusan, aku menghargai keputusan mu dan silahkan pergi, nikmati hidup mu dan jangan menoleh lagi ke belakang,” jawab Liam santai.
Grace terkesiap, dia tidak menduga Liam akan menjawab demikian, dia kembali memakai kacamatanya dan langsung berjalan menarik kopernya turun dari tangga tanpa menoleh ke belakang. Tak lama kemudian, terdengar suara mobil berjalan, Liam menunduk, setetes air mata mengalir melewati pipinya, namun dia segera menghapusnya,
“Terima kasih Grace, lo telah memperlihatkan diri lo yang sebenarnya sehingga gue bisa mengambil keputusan untuk diri gue sendiri mumpung usia gue baru 20 tahun,” ujar Liam dalam hati sambil tersenyum getir.
Liam berdiri dan berjalan ke kamarnya, “klek,” dia membuka kamarnya dan melihat masih banyak peninggalan Grace di dalam nya, seperti beberapa botol parfum yang isinya tinggal setengah, bros bunga berwarna biru, syal yang masih tergantung di balik pintu dan masih banyak lainnya. “Haaaah,” Liam mengusap belakang kepalanya, dia berbalik keluar dari kamar.
Tak lama kemudian dia membawa beberapa kardus bekas kemudian meletakkannya di lantai kamar, dia mulai memasukkan seluruh barang milik Grace ke dalam kardus bekas. Dia membuka lemarinya, di dalam masih ada beberapa pakaian Grace yang harganya bisa di bilang mahal,
“Ck....ini sih kayaknya dia ga niat pergi,” gumam Liam dalam hati.
Liam mengambil seluruh gaun gaun mahal yang tergantung, melipatnya satu persatu dan memasukkannya ke dalam kardus. Dia melepas spLiam kemudian melipatnya, dia juga melpas sarung bantal kemudian melipatnya, lalu dia juga mengeluarkan beberapa sepatu mahal yang berderet di bawah lemari, semuanya dia masukkan ke dalam kardus dan menutupnya menggunakan selotip.
“Selesai juga, kita mulai hidup baru,” gumam nya sambil menyeka keringatnya.
Liam menyambar handuknya kemudian masuk ke dalam kamar mandi, di dalam dia melihat masih ada gelas dan sikat gigi milik Grace yang tertinggal, dia mengambilnya kemudian melemparkan nya ke dalam kardus yang masih kosong, begitu juga dengan sabun sabun, shampo, beberapa botol lotion untuk kulit dan lain sebagainya, semua di masukkan ke dalam kardus dan di tutup rapat.
Liam berdiri di depan cermin tempat cuci tangan, dia melihat wajahnya yang tampan sedikit menjadi lebih segar walau masih ada sedikit kantung di bawah matanya. Dia membuka ikat rambutnya dan rambutnya yang hitam panjang tergerai, dia juga memegang dagunya yang di tumbuhi janggut dan kumis tipis.
“Dah lah, mandi dulu,” ujar Liam dalam hati.
Liam membuka pakaiannya, tubuhnya ternyata sangat kekar, lengan nya besar dan dadanya bidang dengan perut six pack. Dia masuk ke bilik shower dan mulai mandi, namun selagi di dalam, “driiiing,” tiba tiba smartphone yang di letakkan di tempat cuci tangan berbunyi, tangannya keluar dari tirai dan mematikan showernya, dia melihat siapa yang menelponnya dan mengangkat nya,
“Ada apa Monica ?” tanya Liam.
“Saya sudah tanya ke pak Harold, kepala bagian keuangan di rumah sakit, memang ada pergerakan dana yang mencurigakan selama tiga bulan terakhir, dia langsung menyelidikinya dan mungkin memakan waktu dua hari katanya, kita juga mengirimkan tim audit dari pusat untuk membantu nya,” jawab Monica.
“Ok, kerjakan saja,” balas Liam.
“Lalu sepertinya direktur William mendanai anaknya untuk down payment membeli satu unit di tower 1 apartemen Winston Condominium yang di bangun oleh perusahaan real estate anda, Easter Realty. Pembelian menggunakan kredit melalui Remington Bank, milik anda juga dan kreditor atas nama James William yang kredibilitas nya di pertanyakan karena sepertinya dia memalsukan penghasilan dan pekerjaan nya, sekarang bagaimana Liam ?” tanya Monica.
“Hmmm....kita tunggu hasil penyelidikannya dulu, aku curiga dia memakai uang rumah sakit untuk down payment nya, memang pekerjaan James ketika mengambil kredit apa ?” tanya Liam.
“Finansial consultant,” jawab Monica.
“Hah...jelas jelas dia masih kuliah, umurnya sama dengan ku, ya sudahlah, pertama tunggu hasil penyelidikan bagian keuangan dulu dari rumah sakit,” ujar Liam geram.
“Baik Liam,” balas Monica.
“Terima kasih ya atas kerja kerasnya Monica, aku senang punya sekertaris seperti kamu,” ujar Liam.
“Sama sama, tapi maaf, saya sudah punya suami, jadi jangan merayu saya dan usia kita beda jauh, saya hampir 30 tahun hehe,” ujar Monica.
“Haha tau tau, dah ya, aku lagi mandi nih,” ujar Liam.
“Ah maaf, silahkan teruskan mandinya,” balas Monica.
“Kalau ada perkembangan kabari secepatnya ya,” balas Liam.
“Baik Liam, selamat pagi,” balas Monica.
Telepon pun di tutup, Liam melihat layarnya, ternyata banyak notifikasi masuk ke dalam smartphone nya, dia melihat satu persatu notifikasi nya. Ada satu notifikasi yang menarik perhatian Liam yaitu posting baru di instagram milik Grace yang di tag pada diri nya, walau sebenarnya enggan namun rasa penasarannya mengalahkan akal sehatnya, akhirnya dia membuka posting Grace.
Isi posting nya adalah sebuah foto Grace yang sedang selfie di dalam mobil bersama James yang ikut terfoto, keduanya nampak tersenyum lebar. Caption di bawahnya bertuliskan, “akhirnya bebas dan bisa menempuh hidup baru dengan orang yang ku cintai, sekarang kita sedang meninjau apartemen baru yang akan di tempati setelah menikah nanti.” Posting tersebut sudah di lihat sebanyak 10k dan di beri like 2k.
Namun yang membuat Liam sedikit meradang adalah komen komen yang ada di posting itu, sebagian mengucapkan selamat karena terbebas dari calon suami yang introvert, posesif, tukang kontrol dan tidak sehat mental sehingga kalau di rangkum mengarah ke toxic, sebagian mengutuk Grace yang tidak tahu terima kasih dan sebagian minta cerita full nya.
“Hoo jadi gue di jadiin villain ya di cerita pelarian mereka, tunggu saja nanti, dia sengaja men tag gue supaya gue panas ya, ga mempan,” gumam Liam dalam hati karena geram.
Liam memeriksa notification lainnya, sisanya hanya bertanya soal postingan Grace, teman teman lama yang menanyakan kondisi Liam yang di tinggal Grace dan sebagian bertanya apa yang sebenarnya terjadi sampai membatalkan pernikahan. Liam memilih tidak membalas semua pesan dan email yang masuk, dia meletakkan kembali smartphone nya di tempat cuci tangan dan meneruskan mandi.
Liam menunduk membiarkan kepalanya di hujani shower, dia merenung dan mencoba mengingat ingat kenapa dirinya menjadi seperti sekarang, kurang percaya diri, merasa rendah diri dan merasa ada yang kurang di dirinya. Dia mengingat ketika nenek nya yang selama ini mengasuhnya dan merawatnya, meninggal sewaktu dia berusia 12 tahun, sebelum bertemu dengan Grace. Sang nenek mewariskan bangunan kafe beserta isinya kepada Liam.
Saat itu dia tidak terpikir untuk menjalankan kafenya, dia hanya tinggal seperti biasa saja, sampai suatu hari ketika usianya sudah 17 tahun, dia membuka kamar nenek nya yang sekarang menjadi kamarnya untuk menyortir barang barang nenek nya. Tanpa sengaja, dia menemukan sebuah kotak besi yang tertanam tepat di kolong ranjang. Liam mengambil kotak besi itu dan mati matian mencari kombinasi angka nya agar bisa membuka kunci nya.
Setelah mencoba coba kombinasi yang kira kira nenek nya gunakan, akhirnya dia berhasil membuka kotak besi yang wujudnya seperti brankas itu. Mata Liam membulat ketika dia melihat isi kotak itu. Isinya adalah harta harta peninggalan nenek, salah satunya adalah selembar akta waris yang di gulung, Liam membacanya dan di sinilah matanya membulat, ternyata sang nenek adalah seorang pengusaha besar dan memiliki uang yang tidak tersentuh sebanyak 10 miliar dolar, tertulis di dalam surat semua uang nya di wariskan pada dirinya, di sebelah akta ada selembar kartu nama pengacara yang tidak dia kenal.
Karena tidak mengerti, akhirnya Liam mencoba menghubungi pengacara yang tertera di kartu nama, sang pengacara kaget namun akhirnya dia mengerti dan tidak mengatakan apa apa, dia datang ke rumah Liam dan melihat semua berkasnya satu persatu tanpa ada yang terlewat. Sang pengacara menjelaskan maksud akta waris yang di buat nenek nya, karena Liam tidak memiliki orang tua. Mereka meninggal karena kecelakaan mobil dan Liam sejak kecil di asuh nenek nya, maka otomatis seluruh peninggalan sang nenek menjadi milik Liam yang merupakan satu satunya cucu sang nenek.
Liam langsung mendadak menjadi miliuner dan dia langsung belajar tentang bisnis juga investasi dengan bantuan tangan kanan sang nenek. Setahun kemudian, dia mendirikan perusahaan nya sendiri, perusahaan yang dua tahun mendatang menjadi perusahaan besar, perusahaan yang bertugas mengelola aset aset berupa perusahaan dari berbagai bidang bisnis yang di akusisi oleh perusahaan bayangan yang di dirikan oleh nya, seperti rumah sakit, perusahaan real estate, bank yang sudah masuk zona merah dan sebuah kantor advokat (lawfirm). Nama perusahaan yang di dirikan Liam bernama, Dynamic Vision Corporation dan dia menjadi CEO nya karena dia merupakan pemegang saham terbesar dan pendiri nya.
Namun perusahaan yang di dirikan Liam tidak terlalu menonjol dan bergerak di belakang layar, kalah dengan perusahaan anak nya yang bergerak di bidang kesehatan, real estate, perbankan dan hukum. Liam tidak selalu ke kantor, seluruh urusannya di kerjakan oleh sekertarisnya yang bernama Monica dan pemegang saham kedua terbesar di perusahaan, sebelum bekerja dengan Liam, Monica bekerja untuk nenek Liam ketika usianya masih 20 tahunan dan menjadi orang kepercayaan nya sehingga Liam bisa mempercayai nya. Selain Monica, ada dua orang lagi yang merupakan tangan kanan nenek nya dan sekarang bekerja sama dengan nya sebagai pemegang saham perusahaan milik nya.
Pekerjaan Liam sehari hari berkuliah dan menjadi barista di kafe neneknya karena baginya, pekerjaan menjadi barista itu merupakan ketenangan di dalam hidupnya. Kaya tidak menjadikan Liam sombong, dia tetap tampil sederhana dan tidak pernah pamer menggunakan media apapun, dia tetap bekerja menjadi barista di kafe nenek nya dan tetap berkuliah seperti mahasiswa pada umum nya, dia tetap tinggal di lantai 3 kafe walau sebenarnya dia bisa membeli mansion mewah di mana saja, prinsip hidupnya sangat bertentangan dengan Grace yang haus akan kemewahan.
Saat ini, Liam menyadari kalau semenjak dia menjalin hubungan dengan Grace, dia merasa kecil dan rendah diri karena Grace selalu mengatakan hal hal yang negatif padanya setiap hari untuk mengontrol nya dan membuat dirinya percaya dengan manipulasi emosi nya,
“Huuuuh....komen komen di postingan itu bener, gue memang berada di dalam hubungan toxic sehingga gue berpikir sempit dan bisa di kendalikan wanita itu, ternyata dalam hubungan ini Grace yang toxic dan hampir saja gue membawa hubungan toxic ini ke jenjang pernikahan, sekarang gue malah bersyukur dia pergi dan ga jadi menikah minggu depan, sekarang gue bebas dan gue akan bangkit kembali menjadi diri gue sendiri walau rasanya masih sakit hati banget,” ujar Liam dalam hati meyakinkan hati nya sambil meneruskan mandinya.
Selesai mandi, Liam mengeringkan tubuhnya, kemudian dia masuk ke kamar dan membuka lemari pakaian nya, dia mengambil kemeja kotak kotak yang berukuran besar sehingga nampak kebesaran ketika di pakai, celana jeans yang sedikit besar dan perlu di gulung ujung kedua kakinya, kacamata tebal dan mengikat rambutnya yang panjang di belakang.
Penampilan Liam benar benar terlihat seperti mahasiswa abadi yang sudah lama menjadi penunggu kampus, dia menyambar tas punggungnya kemudian keluar kamar. Dia menuruni tangga langsung ke lantai satu dan sampai di sebuah ruangan khusus staff dengan loker loker untuk menyimpan baju ganti bagi para karyawan. Liam melangkah ke pintu dan keluar di sebelah bar, dia menoleh melihat kafe nya yang sepi dengan kursi masih terbalik di atas meja.
Terbayang kenangan ketika dirinya dan Grace sama sama menurunkan kursi kursi untuk para pengunjung, menyalakan mesin penggiling kopi, menata pastry di etalase dan memeriksa mesin kasih, berdua saja. Saat itu, mereka melakukannya dengan ceria dan penuh kebahagiaan. Tapi Liam segera menggelengkan kepalanya, dia kembali mengingat kejadian barusan dan “plak,” dia menepuk kedua pipinya untuk menyadarkan dirinya.
“Versi bahagia dulu....versi Grace yang gue harapkan, kenyataan nya tidak begitu, dia bukan perempuan yang gue kenal, dia orang lain, gue pasti bisa melewati ini,” gumam Liam dalam hati.
Tanpa menoleh lagi, “cklung,” dia membuka kunci pintu dan membuka lebar lebar pintunya, “sreeeg,” dia menaikkan pintu railing kemudian keluar dan mengunci kembali semuanya, memastikan tidak ada yang bisa masuk selama dia kuliah. Setelah itu, Liam berjalan kaki menuju kampusnya yang berada di jalan yang sama dengan kafe nya.
Kepergian Grace dan wajah James yang tersenyum meremehkan dirinya masih menghantui pikiran nya, walau berat, dia memaksakan kakinya melangkah menuju ke kampus. Dia melihat banyak sekali mahasiswa dan mahasiswi yang berjalan bersama nya, sepertinya mereka memarkir motor dan mobil di pelataran parkir yang berada di dekat kafe nya.
Liam berjalan tanpa menoleh ke kanan dan kiri, pandangannya lurus ke depan dan dia berusaha tidak menoleh ke belakang, pikirannya terus menghantuinya, namun dia tidak gentar dan tidak terlena di dalam pikirannya karena dia menyadari kalau dia bersyukur dirinya tidak jadi menikah dengan Grace minggu depan.
Tiba tiba, “plak,” punggung Liam di tepuk seseorang dari belakang, Liam menoleh melihat temannya yang bernama Robby dan Sanjay berjalan di belakangnya. Wajah Robby dan Sanjay yang semula ceria mendadak menjadi serius ketika melihat wajah Liam,
“Lo ga apa apa kan bro ?” tanya Robby.
“Iya, kok muka lo kusut gitu....oh...sori, lo ga apa apa kan ?” tanya Sanjay.
“Santai aja, gue ga apa apa,” jawab Liam tersenyum tipis.
“Gue udah dapet pesan dari pengurus pernikan lo, gue udah denger, tapi yakin kan lo ga apa apa ?” tanya Sanjay.
“Iya, tadi kita sempet mampir ke kafe lo, tapi kayaknya lo udah jalan, makanya kita susul lo,” tambah Robby.
“Yakin, lo berdua tenang aja, gue ga apa apa,” balas Liam.
“Sip, bagus kalo lo ga apa apa,” balas Robby.
Robby dan Sanjay tidak lagi bertanya, mereka sudah menduga ketika mendengar pernikahan di batalkan, sekarang mereka hanya menghibur Liam dan membicarakan hal hal di luar konteks yang bisa membuat sahabat mereka sakit hati. Mereka pun tiba di gedung kuliah, karena berbeda kelas, Robby dan Sanjay masuk terlebih dahulu ke dalam kelas. Liam melihat jam di smartphone nya, masih ada waktu sekitar 30 menit sebelum kelas di mulai.
Dia kembali keluar dari gedung untuk menuju ke pujasera (kantin) untuk menghabiskan waktu sambil menikmati minuman. Ketika sampai di pintu kantin, Liam melihat banyak mahasiswa dan mahasiswi yang memenuhi tempat tempat duduk di dalam kantin,
“Duh...rame lagi, beli minum aja lah, trus duduk di taman samping,” ujarnya dalam hati.
Liam berjalan menuju ke sebuah stall dan membeli jus jeruk, kemudian dia menunggu jus selesai di buat. “Driiing,” tiba tiba telepon Liam berbunyi, dia melihat layarnya kemudian mengangkatnya,
“Monica, sudah di batalkan semua ? beberapa teman ku sudah dapat email pembatalan nya,” tanya Liam.
“Semua sudah di batalkan bos, tapi tidak semua bisa di refund, kita tetap kena charge sebesar 30% dari harga deal,” balas Monica.
“Tidak masalah, biarkan saja, terima kasih ya,” ujar Liam.
Monica tidak berbicara namun tidak juga menutup teleponnya selama beberapa saat, akhirnya dia bertanya kepada Liam,
“Kamu tidak apa apa kan Liam ?” tanyanya, gaya berbicara nya tidak seperti sekertaris melainkan terasa sebagai seorang kakak yang perhatian dengan adik nya.
Liam tidak langsung menjawab, dia membiarkan pertanyaan itu menggantung di udara beberapa saat dan berpikir, kemudian,
“Aku tidak apa apa, Grace sudah memilih dan menetapkan keputusan nya, aku hanya menghormati keputusan nya, tenang saja dan terima kasih perhatian nya,” ujar Liam.
“Kalau kamu mau bicara, tentu kamu tahu kan aku selalu siap mendengarkan, datang ke kantor saja, aku pasti di sana,” ujar Monica.
“Aku tahu, saat ini aku sedang tidak ingin bicara apa apa dulu, terima kasih Monica, kamu sudah ku anggap kakak ku sendiri, kalau aku perlu bicara, kamu orang pertama yang ku cari,” ujar Liam.
“Baik kalau begitu, aku percaya dengan adik ku, baiklah, aku tutup dulu, tegar ya,” ujar Monica.
“Pasti, terima kasih sekali lagi, selamat pagi,” balas Liam.
Telepon pun di tutup, Liam menoleh melihat ibu penjual jus sudah memegang jus di belakang konter dan siap memberikannya pada nya, Liam mengambilnya dan membayarnya, kemudian dia berjalan ke taman samping dan duduk di kursi taman yang sepi. Hembusan angin menerpa wajah Liam, matanya melihat sekeliling,
“Tidak ada guna nya sedih kan, dunia terus berjalan walau aku sedang hancur seperti ini, tidak mungkin dunia berhenti gara gara ku merasa seperti ini,” ujar nya dalam hati.
“Dling,” sebuah pesan masuk ke dalam smartphone nya, Liam mengambil smartphone di saku celananya dan melihat layarnya. Dahinya mengernyit karena pengirim nya adalah nomor yang tidak di kenal. Biasanya dia mengabaikan pesan, telepon atau emai dari nomor atau alamat yang tidak ada di smartphone nya dan langsung menghapusnya tanpa membaca. Tapi tiba tiba jantungnya berdegup kencang dan rasa penasaran mengalahkan pikiran rasional nya. Tangannya bergerak membuka pesan itu dan membacanya,
“Maaf mengirim pesan seperti ini, kamu tidak mengenal ku, tapi aku harus memberitahu kamu, mantan tunangan mu Grace, mengambil seluruh uang yang kamu simpan untuk operasional kafe dan uang keuntungan kafe, tolong di cek dan lakukan apa yang harus kamu lakukan, aku minta maaf karena mengabari hal ini padamu dan kamu tidak perlu membalas pesan ini,”
Liam tertegun sesaat membaca pesan itu, dia langsung mengambil dompet nya dan melihat kartu atm nya berkurang satu, dia membuka tas nya dan mengambil sebuah tas kecil tempat dia menaruh seluruh buku tabungan dan token nya, buku rekening kafe nya tidak ada di sana, akhirnya dia mengeluarkan laptop dari tas dan menyalakannya, dia membuka internet banking dan memeriksa rekening milik kafe nya kemudian membuka mutasi nya.
Mata Liam membulat dan mulutnya menganga karena dia melihat ada transaksi transfer uang sebesar 45.000 dollar ke rekening yang tidak dia kenal, transfer di lakukan dua hari lalu tepat setelah makan siang. Dia langsung memeriksa saldo rekeningnya, Liam langsung kaget karena saldo rekeningnya hanya tersisa 5.230 dollar dan ketika membuka mutasinya sekali lagi,
“Grace mentransfer uang kafe ke rekening siapa ?” gumamnya.
Barulah dia ingat kalau dua hari lalu Grace mengatakan ingin ke bank untuk membayar supllier kopi dan bahan bahan lainnya, kemudian dia mengatakan juga ingin membuat tugas tesis berkelompok dengan grupnya di kampus. Saat itu, Liam libur dan membuka kafe dari pagi sampai malam, dia ingat memang ada beberapa mobil box mengantarkan biji kopi, gula, susu dan lainnya melalui jalan belakang seperti biasanya. Hari itu, Grace pulang dalam keadaan acak acakan, tengah malam dan mengendap ngendap. Liam pura pura tidur namun mendengar semuanya dan di pertegas dengan rekaman dari kamera pengawas (cctv).
Liam langsung mengambil smartphone nya, tangannya bergerak gerak mencari kontak seseorang di daftarnya, dia mencari seseorang yang merupakan salah satu kepercayaan nenek nya dan bekerja sebagai private investigator (detektif), setelah menemukannya, dia langsung menelpon nya, hanya dalam dua dering, telepon di angkat,
“Halo, Liam, ada apa ?” sapa seorang pria paruh baya bersuara berat tanpa basa basi.
“Halo om Kyle, aku butuh bantuan,”
Liam langsung menceritakan semuanya, mulai dari pengkhianatan Grace sampai kehilangan uang dari rekening kafenya. Terdengar suara berdehem dari sisi lain telepon,
“Baiklah, akan ku selidiki, aku sudah tahu soal pembatalan pernikahan mu, kamu ga apa apa ?” tanya Kyle.
“Ga apa apa om, tolong ya om, aku tidak mempermasalahkan uang yang hilang, tapi aku tidak terima kalau Grace berbuat seperti itu pada ku, aku butuh bukti untuk menuntut dan menangkap nya sesuai hukum,” jawab Liam.
“Ya, beri aku waktu satu minggu, kamu jangan bergerak dulu dan bersikap biasa saja sampai menerima kabar dari ku, jangan tunjukkan kamu pusing atau merana karena kehilangan uang dan masa depan kafe mu tidak menentu, kita sama sama tahu kalau tabungan mu dari penghasilan kafe dan biaya operasional kafe tidak seberapa, aku malah kasihan sama mantan calon istri mu, dia melepas sesuatu yang luar biasa demi kesenangan sesaat,” ujar Kyle tegas.
“Ok om, oh ya satu lagi om, aku juga mau tahu siapa yang mengirim pesan pada ku dan memberitahu ku soal rekening kafe dan apa yang di lakukan Grace,” ujar Liam.
“Forward pesannya pada ku, aku akan kabari secepatnya,” balas Kyle.
“Baik om, terima kasih om,” balas Liam.
“Ya, jaga diri dan kesehatan kamu Liam, aku tutup dulu,” balas Kyle tanpa basa basi.
Telepon pun di tutup, Liam segera meneruskan pesan dari nomor tidak di kenal itu kepada Kyle yang langsung membalas pesannya dengan satu kata “ok.” Setelah itu, Liam memasukkan laptop dan tas kecil nya ke dalam tas punggungnya, kemudian dia bersandar dan meluruskan kakinya sambil menengadah melihat ke langit yang biru di atas nya.
“Grace...dia bukan hanya mengkhianati perasaan gue, dia dan James ingin menghancurkan gue dengan membuat kafe gue bangkrut....tapi sayang lo sama sekali tidak tahu tentang gue, rencananya gue mau kasih tahu semua kebenaran tentang gue ketika kita sudah menikah nanti, di resepsi dia akan tahu siapa saja tamu yang akan datang dan kelas mereka, untung tidak jadi menikah dan kalau di pikir lucu juga, om Kyle bener, Grace ga tau apa yang dia lepaskan demi si James bajingan tengik itu,” ujar Liam dalam hati.
Saat ini, Liam merasakan kalau pilihannya benar, dia tidak mencegah Grace pergi bersama James dan tidak memelas memohon pada Grace agar tetap bersamanya walau hatinya sakit sekali dan perasaan nya tidak menentu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!