NovelToon NovelToon

Lost Love In Bloom Again

Pertemuan

Malam itu di salah satu pub terkenal di ibu kota. Dengan pengunjung dari berbagai usia maupun profesi berkumpul menjadi satu dalam ruangan tersebut, mengikuti irama dari sang disjoki terkenal yang menyentak dan menggetarkan.

Dari sekian banyaknya pengunjung terlihat satu gadis yang berpenampilan sedikit santai namun masih terkesan seksi. Setiap pria yang melihatnya pasti akan merasa enggan untuk berpaling.

Namun tidak ada yang tahu bahwa gadis itu sebenarnya adalah nona sulung dari keluarga kaya yang berprofesi sebagai dokter.

"Ren.. Rena !!"

Gadis yang sedari tadi asik menggoyangkan tubuhnya berbalik menatap ke arah gadis yang memanggilnya.

"Ada apa ?"

"Seseorang menelfonmu, sepertinya itu sangat penting."

Gadis itu mengambil ponselnya dan berjalan menjauh dari kebisingan"Halo."

"dr.Rena,kami perlu bantuan,ada pasien yang harus segera di operasi !"

"Dimana dr.Arka ?"

"dr.Arka mendadak juga harus melakukan operasi pada salah satu pasiennya yang tiba-tiba mengalami drop pasca operasi pertama. Beliau meminta saya untuk menghubungi anda."

Rena mengerutkan alisnya."Jelaskan padaku bagaimana kondisi pasien saat ini ?"

Di ujung telfon perawat menjelaskan beberapa rincian kasus pasien.

"dr.Arka sudah mengirimnya ke ruang operasi saat ini, sisanya kami akan menunggu dokter untuk memulai."

Rena mengerucutkan bibirnya, lelaki yang bernama Arka selalu saja merusak suasana hatinya.

"Baiklah aku akan bergegas ke sana."

Setelah menutup telfon,Rena berjalan menghampiri beberapa temannya dan berpamitan.

Memasuki gedung rumah sakit, beberapa dokter yang berpapasan dengannya sedikit terkejut melihat penampilan Rena yang sangat berbeda dari biasanya.

Rena hanya bisa menggertakkan giginya dengan senyum paksa,menganggukkan kepalanya kepada beberapa senior yang berpapasan dengannya dan berlalu dengan cepat.

'Dasar Arka sialan. Kau membuatku dalam masalah kali ini.'Umpatnya.

Di ujung koridor, salah satu perawat menghampirinya dengan cemas.

"Dokter_"

Sebelum perawat tersebut mengatakan sesuatu Rena mengangkat tangannya."Stop.jangan katakan apapun,aku akan mengganti baju terlebih dahulu."

Perawat hanya bisa menciut dan hanya bisa mengangguk patuh. Dia tidak bisa menjawabnya, semua orang tahu bahwa Rena memiliki hubungan khusus dengan pewaris Rumah Sakit Anutapura, tidak ada yang boleh membuatnya kesal.

Ruang Operasi.

Semua mata tertuju pada Rena yang kini berdiri siap melakukan tugasnya.

"Jelaskan padaku kembali kasus pasien !"

"Lukanya tidak terlalu serius, namun mengakibatkan terjadinya gumpalan darah di sekitar area tempurung kepala bagian belakang !" Jawab salah satu dokter dengan cepat.

Rena terlihat fokus mendengarkan dan menatap setiap orang yang ada di ruangan tersebut "Baik. Operasi kali ini mungkin memakan banyak waktu, saya berharap pada kalian semua."

Setelah mengucapkan beberapa kata dan mendapat respon dari timnya, Rena akhirnya mengangguk "Mari kita mulai !"

Satu jam telah berlalu setelah Rena akhirnya bisa menghela nafasnya lega.

"Anda memang dokter yang hebat !" Ucap salah seorang dokter sambil mengacungkan jempolnya ke arah Rena.

Rena tersenyum, dia sudah sangat sering mendengar pujian seperti itu."Kalian juga hebat !"

"Biar saya yang menyelesaikannya dokter, anda terlihat sangat lelah !"Dokter yang berada tepat di sampingnya berkata.

"Hmm, baiklah aku akan istirahat sebentar. Sisanya ku serahkan padamu !"Rena tersenyum dan berbalik meninggalkan ruangan tersebut.

Namun satu hal yang tidak ia sadari adalah pasien yang baru saja ia selamatkan sebenarnya adalah orang dari masa lalunya.

Ruang peristirahatan khusus dokter,Rena baru saja memejamkan matanya ketika suara ketukan pintu mengganggunya.

"apa aku mengganggumu ?"

Rena mendengus kasar kemudian duduk dengan sorot mata berkilat marah "tentu saja kau menggangguku !"

Namun lelaki yang baru saja masuk hanya memberikan senyum hangatnya"Kau terlihat sangat kelelahan !" Katanya sambil menarik sebuah kursi dan duduk menghadap Rena.

"Kalau begitu biarkan aku beristirahat !" Rena menjawabnya dengan ketus.

"Tapi aku masih butuh bantuanmu !" Lelaki itu berkata dengan serius"Masih ada yang harus kau tangani."

Rena memicingkan matanya curiga."Apa ?"

"Ini."Sambil menepuk pelan dadanya dengan wajah frustasi.

"Arkana Wijaya."

Haha

Gelak tawa lelaki itu membuat Rena semakin kesal.

Melihat kekesalan Rena semakin bertambah Arka akhirnya meminta maaf."Baiklah, maafkan aku sudah mengganggu kesenanganmu,aku akan membayarmu mahal kali ini."

"Bagaimana kau akan membayarku ?"

Arka dengan cepat mendaratkan ciuman di pipi Rena, membuat Rena linglung untuk beberapa saat.

"Aku tahu aku tidak akan bisa membayarmu dengan uang, tapi aku bisa menggantinya dengan hatiku." Setelah Arka mengatakannya, dia kemudian membantu Rena berbaring dan menyelimutinya sebelum akhirnya keluar dari ruangan tersebut dan menutup pintu.

Sorot matanya yang tenang berangsur-angsur berubah suram,hanya dia yang tahu apa yang sedang ia pikirkan.

Keesokan harinya, Rena yang sedang membaca beberapa kasus pasien di ruangannya harus berhenti saat seorang perawat mengatakan bahwa wali pasien yang semalam di tanganinya ingin bertemu dengannya.

Raut wajahnya seketika berangsur berubah pucat saat melihat nama yang tertera di atas kertas, terlihat jelas ada ketidak percayaan dimatanya.

"Rangga Aberald."

Pikirannya kacau,dengan tatapan kosong. Bagaimana itu bisa terjadi ? Apa mungkin ada sebuah kebetulan seperti itu ? orang yang ia selamatkan semalam adalah orang yang sangat ia benci dalam hidupnya.

Kemudian suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya, Rena mengangkat kepalanya dan menatap seorang wanita yang sangat dikenalnya telah berdiri menatapnya dengan mata sendu.

"Rena."

Rena secara tidak sengaja menjatuhkan berkas yang ada di tangannya begitu saja.

Untuk beberapa alasan, Rena benar-benar tidak berharap akan bertemu dengan Mariah dalam keadaan seperti saat ini.

Tersadar dari keterkejutannya. Rena mengeraskan hatinya, dengan begitu cepat merubah ekspresi di wajahnya."Silahkan duduk !"

"Rena."

Rena mengerutkan alisnya."Maaf, ini Rumah Sakit, seharusnya anda sedikit lebih menghargai profesi seorang dokter !" Katanya datar.

Hening.

Untuk beberapa alasan keduanya terdiam. Hingga akhirnya Mariah meminta maaf dan menanyakan perihal perkembangan kesehatan putranya.

"Apa yang terjadi pada putraku ?"

Rena kembali mengerutkan alisnya, dia ingat dengan jelas,tidak ada pihak keluarga yang menunggu pasien selama proses operasi selesai. Hanya seorang pria paruh baya yang berusia 40 an yang Rena sendiri tidak mengenalnya.

Namun Rena akhirnya mengerti, setelah mendengar penjelasan Mariah yang ternyata baru saja kembali dari perjalanan bisnis bersama suaminya.

"Untuk saat ini kondisi pasien baik baik saja, dan masih dalam tahap perkembangan. Hanya saja untuk kasus seperti ini terkadang kita butuh beberapa waktu untuk menunggunya sampai ia sadar kembali, Ibu hanya perlu menunggu dan bersabar."

"Bagaimana dengan kepalanya ? apa ada kemungkinan hal buruk akan terjadi ?"Tanya Mariah dengan cemas.

"Mari kita lihat perkembangannya saat pasien sudah sadar, Untuk saat ini saya belum berani menjelaskan dan mengambil kesimpulan apapun.Tapi Ibu harus menyiapkan mental yang kuat jika sesuatu yang buruk terjadi ! Ini adalah gambar kepala pasien sesaat sebelum operasi."

Rena Memperlihatkan layar monitor pada Mariah, hingga pada akhirnya hanya keheningan yang tersisa.

Mariah terus menatap wajah Rena yang berusaha mengalihkan perhatiannya pada layar monitor.

"dokter, apa kita bisa bicara di luar sebentar ?" Mariah akhirnya mengumpulkan keberaniannya dan memohon.

Pada awalnya Rena tidak berencana untuk berinteraksi lagi dengan keluarga ini,tapi untuk berapa alasan dia akhirnya menyetujuinya.

"Bagaimana kabarmu ?!" Tanya Mariah

"Seperti yang anda lihat, aku baik baik saja !" Jawab Rena sambil menyilangkan kedua tangannya didada, menatap ke arah jendela besar yang ada di sampingnya.

"Apa kau masih membenciku ?!"

Hem..

Rena tersenyum geli mendengar pertanyaan ini.

"Sepertinya begitu !" Mariah bergumam pelan.

"Kau tumbuh menjadi gadis yang cantik,dan sekarang kau terlihat lebih dewasa. Kau bahkan sudah menyandang gelar sebagai seorang dokter terbaik di kota ini. Tante sangat senang mengetahui bahwa kaulah yang mengoperasi Rangga !"

Ungkap Mariah setelah semalaman mencari tahu tentang Rena. Sebenarnya dia sendiri terkejut mengetahui fakta bahwa Rena yang bertanggung jawab atas operasi Rangga semalam.

"Rena, ada sesuatu yang ingin tante cerita denganmu." Ucap Mariah tidak ingin lagi berbasa-basi.

Hening.

Rena tidak ingin menanggapi,ia sangat tahu bahwa cerita itu pasti menyangkut masa lalunya bersama Rangga.

"Maaf, sepertinya aku harus pergi sekarang, ada beberapa hal yang harus aku selesaikan !" Rena segera berdiri dari tempat duduknya. Namun Mariah segera meraih tangannya.

"Tolong Rena, Lima menit ! beri tante lima menit untuk menjelaskan semuanya !"

"Tapi menurut saya, tidak ada lagi yang perlu di jelaskan !"Rena jelas tidak ingin mendengar penjelasan apapun dari Mariah, satu-satunya alasan mengapa ia bersedia menemui Mariah hanyalah sebuah penghormatan terakhir. Lagi pula dia tidak benar-benar membenci wanita tua ini.

"Rena, tante tahu, kau sangat membenci keluarga tante, tapi apa kamu yakin kebencianmu itu terarah ?!"

'Apa maksudnya ? Apa dia berfikir bahwa aku salah telah membenci keluarganya ? apa aku salah membenci seseorang yang dengan jelas mengkhianatiku ?' Rena melepas tangannya dengan paksa.Sorot matanya bahkan lebih dingin dari sebelumnya.

Mariah tahu Rena akan marah setelah mendengar penjelasannya. Tapi dia masih bertekad untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Maafkan tante Rena, tapi semua itu adalah kesalahan yang di sengaja oleh Monica, kau tahu persis bagaimana Monica sangat terobsesi pada Rangga ! Jelas Mariah yang kini meneteskan air mata.

Rena mengerutkan alisnya melihat pemandangan ini, namun dia masih mengeraskan hatinya"Itu karena kebodohannya sendiri."

"Rena, kau harus tahu bahwa hanya kau yang ada di dalam hatinya, bukan hanya dirimu yang terluka. Sejak kau memutuskan untuk pergi keluar negri, itu membuat Rangga benar-benar menderita dan frustasi.

Monica memang benar hamil, tapi setelah kelahiran anaknya,kami melakukan tes DNA yang membuktikan bahwa anak itu bukanlah darah daging Rangga." Mariah mencoba yang terbaik, karena dia tahu tidak akan ada kesempatan kedua untuk menjelaskan semuanya pada Rena.

Benar saja,Rena benar-benar terkejut mendengarnya.Tapi apa gunanya semua itu ? nasi telah berubah menjadi bubur, pada akhirnya mereka telah berpisah.

Mariah tidak tahu apa yang salah. Namun melihat senyum Rena yang acuh, dia tahu tidak ada gunanya lagi menjelaskan semuanya.

"Jujur saja, aku terkejut mengetahui fakta bahwa itu bukan anak Rangga. Tapi apa gunanya menjelaskan semua ini ? Pada akhirnya mereka tetap menikah."

"Tidak. Pernikahan mereka hanya sebuah formalitas." Mariah menggelengkan kepalanya dan menyangkalnya dengan cepat."Mereka tidak pernah tinggal bersama.Percayalah Rena, Rangga masih mengharapkanmu kembali."

Saat Rena mendengarkan apa yang di katakan Mariah,dia mengingat berbagai tindakan yang di lakukan Rangga untuk menyenangkannya di masa lalu, wajahnya berubah sangat suram.

Dia merasa bahwa dia telah memperlakukan Rangga dengan tidak adil.

Setelah percakapan itu, Rena merasa linglung untuk waktu yang lama, hingga tanpa ia sadari dia telah berdiri di depan bangsal di mana Rangga menerima perawatan.

Dia menatap lekat wajah pria yang tak sadarkan diri itu melalui pembatas kaca.

Yah,ini adalah wajah yang dulu sangat dia rindukan.Membuatnya mengingat kembali bagaimana pertama kali mereka bertemu.

Beberapa Tahun Yang Lalu.

"Non.. bangun non, sudah pagi. Tuan dan nyonya sudah menunggu non di bawah."

Rena merenggangkan tubuhnya"Emm katakan aku akan turun sebentar lagi."

Setelah beberapa saat Rena keluar dari kamarnya dan bergegas menuruni tangga. Namun matanya tiba-tiba menyoroti dua koper besar yang tengah di seret oleh supir pribadi Ayahnya.

"Ayah dan Bunda mau kemana ?"

"Pagi sayang." Sapa Rani, Nyonya keluarga lion.

"Pagi bunda."

"Ayah dan bunda mau ke AS." Jaya berkata.

Rena yang mendengarnya menjatuhkan alat makannya dengan wajah di tekuk.

"Ayah,ini adalah hari pertamaku masuk sekolah, siapa yang akan menemaniku ?"

"Sayang, perjalanan ayah dan bunda kali ini sangat penting bagi perusahaan. Jadi kamu tidak apa-apa kan ke sekolahnya sendiri ? lagipula ayah dan bunda sudah bertemu dan bicara langsung dengan kepala sekolahnya, jadi kamu tidak perlu merasa khawatir."

"Tapi bun, apa perusahaan lebih penting daripada anak sendiri ?"

Rena masih merengek.

"Berhenti merengek,apa kau tidak malu dengan umurmu ? Ayah dan Bunda juga kerja seperti ini untuk kepentinganmu dimasa depan."Kali ini Jaya yang bersuara."Supir Han yang akan mengantarmu."

"Aku ini sebenarnya anak Ayah atau anak supir sih ?"Rena mengumpat pelan mengunyah rotinya dengan murung.

Saat itu pertengahan bulan di awal tahun 2015.

Di tengah perjalanan menuju sekolah,Supir yang di tugaskan untuk mengantar Rena ke sekolah tak sengaja menabrak mobil yang mendadak berhenti di depannya.

"Ada apa Pak Han ?"

"Maaf Non,apa nona tidak apa-apa ?" Supir Han terlihat khawatir.

"Tidak apa-apa, apa yang terjadi ?"

"Saya juga tidak tahu,mobil yang ada di depan tiba-tiba berhenti tanpa peringatan, jadi saya tidak sengaja menabraknya".Supir Han berusaha menjelaskan.

Mendengar penjelasan supirnya Rena mengerutkan alisnya,namun tiba-tiba matanya teralihkan saat melihat orang yang baru saja keluar dari mobil yang ada di depannya adalah seorang pemuda tampan.

Rambutnya yang di keriting dengan hidung kecil dan bibir yang tipis di tambah sorot matanya yang sipit 'eh, Rena mengangkat alisnya'Merah jambu ? ini pertama kalinya ia melihat seorang pemuda memakai pakaian berwarna cerah namun tidak merusak penampilannya yang tampan.

Namun begitu dia dengan cepat keluar dari mobilnya dan menghampiri pemuda tersebut.

"Maafkan aku, apa kerusakannya sangat parah ?"

Rangga, pemilik mobil tersebut tidak menyangka mobil kesayangannya akan rusak seperti itu. Dia sangat marah, baginya mobil itu adalah separuh nafasnya.

Dengan begitu dia menoleh menatap wanita yang tengah berdiri disampingnya dengan kesal"Apa kau tidak bisa melihatnya ?"

Rangga menunjuk mobilnya tanpa mengalihkan pandangannya terhadap Rena.

"Maaf, tapi sopirku tidak sengaja.Tenang saja, aku akan mengganti rugi dengan kerusakannya." Ucap Rena terlihat cemas.

Mendengarnya, Rangga menyeringai lebar'Heh apa dia tidak tahu kalau mobil ini adalah edisi terbatas ?'

"Maaf ? tidak sengaja ? apa kau tidak tahu kalau ini adalah edisi terbatas ?Katakan padaku bagaimana caranya kau mengganti rugi ?"

Rena mengerutkan alisnya, dia tahu ini adalah salah satu mobil sport edisi terbatas tahun ini, tapi apakah itu lebih penting daripada kesopanan ? Lagipula dia tidak melakukannya dengan sengaja dan terlebih lagi dia sudah meminta maaf.

Melihat Rena yang terdiam dengan kerutan di alisnya, Rangga tahu kalau gadis ini tidak sanggup membayar kompensasi.Tidak mudah baginya mendapatkan uang dari orang tuanya, bagaimana dia akan memperbaiki mobil kesayangannya ? Memikirkannya membuatnya semakin kesal.

Tapi, setelah memperhatikan gadis yang ada di depannya cukup lama, dia memiliki ide liar di dalam kepalanya.

Dengan begitu dia mencoba peruntungannya.

"Melihat ekspresi dari wajahmu,aku tahu kau tidak memiliki uang sebanyak itu, tapi aku bisa membiarkan masalah ini sampai di sini jika kau menerima tawaranku."

"Tawaran apa yang kau berikan ?" Rena tidak ingin terjebak begitu lama dengan pemuda ini, karena dia tahu dia akan terlambat.

"Kau harus menemaniku nanti malam, bagaimana ?"

"Apa kau gila ? Kau pikir kau siapa ?"Kemarahan terpampang jelas di wajah Rena, dia tidak tahu pasti apa yang di pikirkan pemuda ini.

"Aku ? Apa kau tidak tahu aku ?"Rangga mencibir menunjuk dirinya sendiri.

"Yah.. aku tidak tahu kau siapa, dan aku tidak mau tahu."

Dengan begitu Rena kembali ke mobilnya dan menulis beberapa angka di atas lembaran cek.

"Ambillah ! aku pikir itu cukup dengan biaya kerusakannya."Rena melemparkan cek di depan Rangga dengan kesal kemudian kembali ke mobilnya dan dengan begitu meninggalkan area tersebut.

Chap. 02

Rangga baru saja tiba dan segera menepikan mobilnya di pinggir jalan dekat dari gedung sekolahnya. Ia bergegas keluar dan berlari mendekati pintu gerbang yang hampir tertutup.

"Pak Jon tunggu.. !" Serunya.

Namun sia-sia, satpam yang biasa di panggil Jonathan tidak memperdulikannya dan menutup pintu gerbang dengan rapat.

"Kamu lagi.. kamu lagi.. tiap hari kamu terus terlambat, apa saja yang kamu lakukan di rumah ?!" Seru Jonathan sembari menggelengkan kepalanya pelan.

"Maaf Pak, tadi ada kecelakaan sedikit di jalan, jadi saya terlambat." Ucap Rangga mencoba menjelaskan.

"Aaah.. kamu itu selalu saja membuat alasan !"

"Ya sudah, kalau aku kasih ini mau tidak ?!" Tanya Rangga sambil mengeluarkan selembar uang kertas merah dari dompetnya.

Jonathan yg memang sudah kenal dekat dengan Rangga segera tersenyum dan berjalan mendekat ke arahnya.

Baru saja ia ingin meraih uang tersebut, namun tiba tiba Ms.Rika yang menjabat sebagai Kepala sekolah datang menghampiri keduanya.

"Ekhemm ekhemm.. apa itu ?!" Tanya Ms.Rika sengaja mengeraskan suaranya.

Jonathan yang mendengarnya sontak kaget dan berbalik menatap Ms.Rika yang sudah berdiri di belakangnya.

"Eh... Bu Rika ! pagi Bu.. ?!" Sapanya dengan tawa yang di paksakan.

"Kamu ya Rangga, tiap hari terlambat dan sekarang sudah pintar main sogok ?!" Ucap Ms.Rika sambil melotot ke arah Rangga.

"Eh tidak Bu, Ibu salah paham, sebenarnya saya cuman mau meminjamkan Pak Jon uang, katanya beliau lagi butuh !" Ucap Rangga berbohong.

"Apa benar begitu Pak Jon ?!" Tanya Ms.Rika menatap tegas ke arah pria yang bertugas sebagai satpam sekolah tersebut.

"Iya Bu ! Saya memang lagi butuh uang." Jawab Pak Jon terpaksa mengikuti alur sandiwara yang dibuat Rangga.

"Ya sudah, tapi awas ya, kalau Rangga sampai di biarkan masuk lagi, saya akan potong gaji Bapak !" Tegas Ms.Rika mengancam.

"Baik Bu !"Ucap Jonathan sembari menunduk patuh.

Akhirnya Ms.Rika pergi meninggalkan mereka berdua.

"Jadi bagaimana Pak Jon ?" Tanya Rangga kembali.

"Maaf ya, kali ini Bapak tidak bisa membantu, Bapak takut sama Bu Kepsek, bagaimana jika gaji Bapak di potong ?!" Jawab Jonathan dengan nada bersalah.

"Yaaah Bapaak.. !"

Jonathan segera kembali ke pos jaganya. Selang beberapa waktu sambil terus memikirkan cara, tiba tiba seorang sales obat dan minuman herbal yang memang sering lewat di depan gedung sekolah tersebut.

Wanita yang usianya sedikit lebih muda dari Jonathan itu telah menjadi idaman Jonathan sejak dulu.

"Jus sayurnya dek ?!" Tanya wanita tersebut seraya mempromosikan jualannya.

Tiba-tiba saja Rangga terpikirkan sebuah ide di kepalanya. Ia tersenyum dan berjalan mendekati wanita tersebut.

"Mba, jual obat kuat tidak ? atau perangsang dan semacamnya lah ?" Tanyanya setengah berbisik.

Mata wanita itu sedikit membola saat menatap remaja yang ada di depannya yang masih memakai seragam sekolah.

"Maaf ya dek, aku tidak menjualnya. lagipula kamu masih sekolah, belum sepantasnya meminum obat yang seperti itu !" Ucap wanita tersebut kemudian menggelengkan kepalanya merasa prihatin.

"Sssst.. jangan keras-keras bicaranya, ini bukan untukku. Begini, sebenarnya pamanku terlalu pemalu dan beliau akhirnya memintaku untuk membelikannya, aku janji lain kali akan order banyak sama mba." Ucap Rangga masih dengan suara setengah berbisik.

Wanita itu tampak berfikir sedikit lama, tawaran yang di berikan remaja di depannya sepertinya akan menguntungkan buatnya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menjualnya.

"Ooh.. iya, aku baru ingat, aku tetap jual obat seperti itu, soalnya banyak yang order ! tadi itu aku lupa." Ucap wanita tersebut sembari mencari barang tersebut di keranjang Jualannya.

"Ini, saya kasih yang supernya, lima menit di jamin sudah bereaksi." Imbuh wanita tersebut sedikit berbisik di telinga Rangga.

"Ok, Terima kasih mba !"

Tiba-tiba saja terdengar suara Jonathan yang menyapa dan bersandar di balik pagar dengan segelas kopi yang terpatri di tangannya.

"Eeeh ada Mba clara !"

"Pagi Pak Jon..." Sapa wanita yang biasa di sapa Clara.

"Mba Clara makin cantik saja ya." Ucap Jonathan merayu.

"Aaah.. Pak Jon bisa saja."

Ketika keduanya asik mengobrol, Rangga segera memasukkan obat perangsang yang baru saja di belinya ke dalam kopi milik Jonathan.

Tanpa satpam itu sadari,ia terus menyesap kopinya kemudian membuka pintu untuk lebih dekat dengan Clara.

"Pak Jon jadi mau beli jus sayurnya tidak ?" Tanya Clara.

"Lain kali saja ya, soalnya saya lagi minum kopi." Jawab Jon yang selalu saja membuat alasan ketika Clara sudah mulai mempromosikan dagangannya.

"Ya sudah, kalau begitu saya permisi dulu ya Pak."Ucap Clara sembari membungkuk kemudian pergi.

"Iya, hati-hati ya !?" Seru Jonathan dengan senyum sumringahnya menatap kepergian Clara.

Clara hanya melambaikan tangannya tanpa berbalik dan terus melanjutkan perjalanannya. Sedangkan Jonathan setelah kepergian Clara, ia kembali menatap Rangga yang sedari tadi tersenyum menatapnya.

"Hei ! apa yang membuatmu tersenyum seperti itu ?!" Tanya Jonathan yang masih belum menyadari masalah apa yang akan menimpanya nanti.

"Tidak apa-apa Pak, hanya ingin senyum saja." Jawab Rangga.

Pak, Rangga boleh masuk ya ?" Pintanya sekali lagi dengan nada memohon.

Namun Jonathan masih tidak menghiraukan permintaannya. Hingga delapan Menit berlalu, Bu Rika yang melihat Jonathan yang masih berdiri di depan pintu gerbang dengan pintu yang dibiarkan terbuka kembali menghampiri keduanya.

"Pak Jon..!" Seru Ms.Rika.

Jonathan yang mendengar suara lantang dari Ms.Rika segera berbalik, kepalanya yang sudah terasa pusing dengan wajah yg memerah menatap Ms.Rika dengan tatapan memangsa.

Hawa panas yang diciptakan efek dari obat yang di minumnya terlihat mulai bereaksi, hingga tanpa sadar ia membuka kancing seragamnya sambil menatap Ms.Rika dan siap menerkamnya.

Ms.Rika yang tidak tahu apa-apa melihat tatapan tersebut membuatnya sedikit terkejut, matanya seketika membola, ia tahu betul dengan situasinya saat ini.

Jonathan yang sudah lepas kendali perlahan melangkah mencoba mendekati wanita tersebut, namun sebelum ia berhasil menerkamnya, Ms.Rika segera berlari meminta dan berteriak meminta tolong.

"Toloooong... tolong... !!!" Pekiknya dengan wajah ketakutan.

Ms.Rika yang melihat Jonathan berusaha mengejarnya, membuatnya semakin panik dan mempercepat larinya.

Mereka berdua berlarian mengelilingi taman sekolah. Siswa dan para guru yg mendengar kegaduhan tersebut berhamburan keluar menyaksikan kekonyolan antara satpam dan Ibu Kepsek yg membuat mereka semua tertawa.

Rangga yang menyaksikan pertunjukan itu hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal kemudian berjalan dengan santai memasuki gedung sekolah.

Tanpa ia sadari, beberapa menit yang lalu seorang gadis yang baru saja keluar dari ruang guru melihat langsung perbuatan Rangga tersebut.

Gadis itu adalah Rena. Pada awalnya Rena tidak peduli dan melanjutkan langkah kakinya. Namun tiba-tiba saja ia teringat wajah pria yang yang sangat familiar baginya dan teringat pada kecelakaan pagi tadi.

Dengan cepat ia mengambil ponselnya dari dalam tas untuk merekam. Akan tetapi pada menit berikutnya ia mengurungkan niatnya saat tak sengaja melihat kamera pengawas yang tidak jauh dari pintu gerbang tersebut.

•••

Rangga yang baru saja masuk di kelasnya masih menahan tawa karna merasa lucu dengan kejadian yang ada di luar sana.

Sedang diluar sana beberapa guru pria terlihat mencoba menangkap satpam tersebut, alhasil jadilah aksi kejar-kejaran antara guru,satpam dan Kepsek.

Hingga seorang Gadis tiba-tiba saja keluar dari balik pohon. Tepat saat satpam tersebut melewatinya.

Bruuuk

Braaak

Gadis itu dengan kuat memukul punggung Jonathan dengan balok yang sudah disiapkan nya sedari tadi, hingga membuat Jonathan jatuh tersungkur.

Gadis itu adalah Rena. Pengalaman pertamanya yang membuatnya dengan cepat terkenal di sekolah tersebut.

Beberapa guru yang sedari tadi mencoba menangkapnya akhirnya menghela nafas lega. Mereka dengan cepat menghampiri satpam tersebut dan menyeretnya ke ruang introgasi.

Sedangkan Ms.Rika, ia terlihat begitu lelah dengan keringat yang bercucuran di wajahnya. Dengan nafas yang terengah-engah ia berjalan menghampiri siswa yang terlihat asing baginya.

"Kamu siapa ?!" Tanya Ms.Rika mencoba mengatur kembali nafasnya yang masih belum beraturan.

"Emm saya.. Rena Bu ! murid baru pindahan di sekolah ini." Jawab Rena sedikit membungkuk memberi penghormatan pada Ms.Rika.

"Ooh.. iya, saya baru ingat sekarang, kamu putri dari Bapak Atmajaya kan ?!" Ucap Ms.Rika dengan senyum.

Rena hanya mengangguk mengiyakan.

"Sebelumnya saya berterima kasih karna sudah menyelamatkan saya. Kalau begitu mari ikut ke ruangan saya lebih dulu. " Ucap Ms.Rika kemudian mengajak Rena pergi.

Rena mengangguk patuh dengan senyum yang terpatri di bibirnya mengikuti langkah kaki Kepala sekolah tersebut.

Chap. 03

Suasana dalam kelas masih riuh membicarakan kejadian yang baru saja terjadi. Hingga suara ketukan dari arah pintu membuat mereka hening seketika.

Tok tok tok

Ceklek (Suara pintu terbuka).

Seorang guru masuk di ikuti siswi yang ada di belakangnya.

"Anak anak, hari ini kita kedatangan teman baru." Ucap Guru tersebut kemudian mempersilahkan Rena untuk memperkenalkan diri.

"Wooow.... " Seru para murid bersamaan saat melihat wajah Rena yang cantik.

"Perkenalkan dirimu !" Titah sangat Guru.

"Perkenalkan, namaku Raehana Atmajaya Lion. biasa di panggil Rena." Ucap Rena seadanya.

"Apa hobimu ?!" Tanya Guru tersebut.

Pertanyaan itu membuat Rena sedikit kebingungan.

"Emm ? hobiku.. membaca dan olahraga !" Jawabnya dengan senyum yang sedikit di paksa.

Rangga yang sedari tadi memainkan ponselnya tidak begitu peduli, untuk sesaat ia mengangkat wajahnya dan menatap murid yang membuat temannya sedari tadi menyikutnya untuk melihat gadis tersebut.

("Hey.. dia.. bukankah gadis yang menabrak mobilku pagi tadi ?! hmmm... jadi namanya Rena, cantik juga !" ) Batinnya, sambil terus menatap Rena tanpa mengedipkan matanya sedetikpun.

Di sisi lain ada Monica.Sahabat kecil Rangga yang kerjanya hanya selalu memperhatikan Rangga dan menempel padanya.

Gadis itu melihat ekspresi Rangga yang tak biasa dan terus memperhatikan Rena dengan senyum, membuatnya terlihat kesal karna cemburu.

Selama ini Rangga bukan tidak mengetahui kalau Monica sebenarnya menyukainya, hanya saja dia pura-pura tidak tahu dan tidak peduli dengan semua itu.p

"Baiklah Rena, silahkan kamu duduk di kursi kosong yang ada di sebelah sana." Titah Guru tersebut sambil mengarahkan tangannya pada sebuah bangku kosong yang satu-satunya ada di ruangan tersebut.

Rena membungkuk dan segera melangkahkan kakinya menuju kursi yg sudah di sediakan.Dan pelajaran pertama pun dimulai.

Beberapa menit kemudian suara ketukan pintu kembali terdengar.

tok tok tok

Guru dan semua murid yang ada di ruangan tersebut menatap ke arah pintu yang baru saja terbuka, dan menampilkan sosok wanita berbadan gemuk berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut

"Rangga.. ! Ikut saya ke kantor..!" Ucap wanita itu yang tidak lain adalah Ms.Rika. Ia menatap Rangga dengan tatapan yang tajam.

"Tapi Bu..!"Ucap Rangga.

Ms.Rika yang sudah terlihat kesal berjalan dengan cepat menghampiri Rangga yang enggan berdiri dari tempat duduknya.

Dengan gemas ia menarik daun telinga Rangga dan menyeretnya keluar dari ruangan tersebut. Rena yang melihatnya akhirnya menyadari kalau dirinya ternyata berada di kelas yang sama dengan pria menyebalkan itu.

"Rangga, apa kamu menaruh sesuatu pada kopi Pak Jon ?!" Tanya Ms.Rika.

"Tidak ada Bu !? memangnya ada apa ?"Jawab Rangga menyangkal perbuatannya.

"Apa kamu yakin Rangga ?!" Tanya Ms.Rika sekali lagi.

"Bu, saya sudah mengatakan yang sebenarnya. Lagipula buat apa saya berbohong ?"

"Sepertinya kamu memang benar-benar minta di hukum ya Rangga ! apa kamu pikir saya memanggilmu kemari hanya untuk menanyakan kau berbohong atau tidak ?!" Ucap Ms.Rika dengan suara kian meninggi.

Rangga yang mendengarnya sama sekali tidak peduli dengan atensi Kepsek tersebut.

"Apa kau tahu perbuatanmu ini benar-benar sangat memalukan Rangga, dan saya akan pastikan untuk melaporkannya pada orang tuamu !" Ucap Ms.Rika mengancam.

"Bu, saya tidak bersalah." Ucap Rangga merasa kesal.

"Saya tahu kamu berbohong Rangga. Lagipula ada seorang siswi yang menjadi saksi atas perbuatanmu."

Rangga yang mendengarnya mendesis kesal tak percaya bahwa ada yang melihat perbuatannya.

"Siapa ?" Tanyanya ingin tahu.

"Raehana, dia sudah bersaksi atas perbuatan buruk yang kau lakukan."

"Raehana, maksud Ibu murid pindahan itu ?" Tanya Rangga memastikan.

Ms.Rika menganggukkan kepalanya pelan.

"Dia pasti berbohong Bu ! saya tidak mungkin melakukan hal itu pada Pak Jon." Ucap Rangga masih membela diri.

Melihat sikap Rangga yang tidak ada niat untuk mengakui perbuatannya, Ms.Rika hanya bisa menghela nafasnya kasar sembari menggelengkan kepalanya merasa prihatin dengan kelakuan Rangga yang tidak pernah mau berubah.

Ini bukan kali pertama Rangga membuat masalah di sekolah. Tiga hari yang lalu dia juga kedapatan merokok di balkon.

"Rangga, tanpa kesaksian Rena saya juga tetap akan tahu. Tadi saya sudah memeriksa rekaman Cctv yang berada dekat pos jaga. Apa kau masih juga belum mau mengakuinya ?"

Sedikit lama Rangga terdiam, ia kembali mendesis kesal.

"Maaf Bu, sebenarnya saya hanya bercanda !" Ucapnya dengan senyum yang di paksakan.

Ms.Rika yang tidak tahan lagi merasa geram dan kembali menarik daun telinga Rangga dengan gemas,kali ini dia benar-benar melampiaskan kekesalannya.

"Kamu ya, anak nakal.. kapan kamu akan berubah huh ?!" Tanya Ms.Rika masih terus memutar daun telinga Rangga.

"Kali ini Ibu benar-benar tidak akan mengampunimu. Setiap pulang sekolah kamu harus membersihkan semua toilet yg ada di sekolah ini selama satu minggu. Dan ingat, kejadian ini pasti akan Ibu laporkan pada orang tuamu !!" Tegas Ms.Rika.

Sebenarnya Ms.Rika tidak begitu berani menyindir keluarga Aberald, di karenakan keluarga itu adalah salah satu penyokong terbesar dalam membangun sekolah tersebut.

"Bu.. tolong maafkan saya, kali ini saya berjanji akan berubah, tapi jangan suruh saya membersihkan toilet dong Bu !" Ucap Rangga mencoba memohon.

"Kamu pilih mana, bersihkan toilet selama seminggu atau kamu bersihkan seluruh halaman sekolah selama seminggu." Ancam Ms.Rika membuat pilihan.

"Tambah banyak dong ! Bu.. maaf ya Bu.. saya janji tidak akan terlambat lagi dan tidak akan membuat ulah lagi !"Ucap Rangga terus memohon.

"Itu bagus, Ibu pegang janji kamu." Sambil bersedekap.

"Jadi hukumannya bisa di batalkan kan Bu ?!" Tanya Rangga dengan mata berbinar penuh harap.

"Tidak, kau tetap harus menjalani hukumanmu." Tegas Ms.Rika kemudian pergi meninggalkan Rangga yg masih berlutut.

"(Sial !! ini semua karna gadis itu, kalau saja dia tidak menabrak mobilku, aku tidak akan mungkin terlambat dan kejadian yang seperti ini tidak akan pernah terjadi. Dia harus diberi pelajaran !)" Batinnya mengumpat kesal.

Sejak hari itu Rangga mengibarkan bendera perangnya pada Rena.

...~•~...

Rangga Aberald adalah putra dari pasangan John Aberald dan Mariah Chou pemilik salah satu hotel ternama di kota itu "JA Group" adalah nama dari perusahan yang berdiri sejak lama dan turun temurun di wariskan kepada keluarga Aberald.

Pada dasarnya Rangga adalah seorang remaja yang cukup pintar di sekolahnya, hanya saja ia sangat sulit untuk di atur.

Sebenarnya walaupun Rangga adalah satu-satunya penerus di keluarga Aberald, ia tidak pernah benar-benar mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tuanya di sebabkan keduanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Sejak kecil Rangga lebih banyak menghabiskan waktu bersama pembantu yang mengasuhnya dari pada bersama orang tuanya,hingga ia tumbuh menjadi remaja yang nakal dan susah di atur.

•••

Sebulan telah berlalu sejak Rena masuk di sekolah menengah tersebut. Dan kini ia telah memiliki dua orang teman yang selalu setia menemaninya.

"Ren.. ke kantin yuk ?." Ajak tika dan Anggi. Dua gadis yang kini menjalin persahabatan dengan Rena.

"Mm.. okay !" Jawab Rena.

Mereka bertiga keluar dari dalam kelas dan berjalan melewati beberapa koridor sekolah hingga tidak sengaja kaki Rena tersandung oleh kaki seseorang.

Bruuuukh..

Suara itu membuat perhatian beberapa siswa yang ada di tempat kejadian tersebut tertuju pada Rena yang kini jatuh tersungkur di atas lantai.

Rangga yang memicu kejadian tersebut sontak tertawa dengan sangat keras bersama kedua sahabatnya dan di susul dengan siswa yang lainnya.

Sedangkan Monica yang juga berada di tempat tersebut hanya bisa melihat kelakuan Rangga dan tersenyum puas bersama ketiga sahabatnya.

Rena mengepalkan kedua tangannya dan segera berdiri menatap Rangga dengan kesal.

"Kamu !" Ucap Rena menggeretakkan giginya sambil menunjuk ke arah Rangga.

Hahahaaa..

"Makanya kalau jalan hati-hati ! pakai mata, bukan dengkul." Ucap Rangga mengejek.

"Sakit ya..? kasihan..!" Imbuhnya dengan wajah mengejek.

Rena sangat ingin membalas perbuatan Rangga tersebut, namun Tika dan Anggi segera menariknya pergi meninggalkan tempat tersebut.

Kantin Sekolah.

"Kamu tidak apa-apa kan ?" Tanya Anggi.

"Iya, tidak apa-apa !"Jawab Rena dengan senyum yang dipaksa.

"Ya sudah,kalian mau makan apa ? biar aku yang pesan." Tanya Anggi.

"Aku bakso, kalau kamu Tik ?" Tanya Rena.

"Sama, aku juga."Jawab Tika dengan senyum.

"Mas.. bakso empat ya.. !!" Seru Rangga yang masih terkekeh bersama teman-temannya kemudian berjalan dan ikut bergabung bersama monica.

Rena yang masih menyimpan dendam terhadap Rangga, hanya bisa menatap pria itu dengan kesal. Namun kemudian ia terpikirkan sebuah ide yang menyenangkan.

"Mm Gi, kamu duduk saja, kali ini biar aku yang teraktir."Ucap Rena sembari mencekal tangan Anggi.

"Emm kamu yakin Ren ? kaki kamu serius tidak kenapa-kenapa ?" Tanya Anggi yang masih terlihat khawatir.

Rena dengan senyum mengangguk mengiyakan.

"Tenang saja, aku benar tidak apa-apa kok !" Ucapnya mencoba meyakinkan.

"Okay kalian tunggu disini sebentar." Imbuhnya dan berdiri dari kursinya kemudian melangkah pergi.

"Mas, bakso tiga.!"Ucap Rena berdiri di depan meja kasir.

"Okay..!"

"Emm.. yang punya Rangga sudah di ambil belum ?!" Tanya Rena.

"Belum, ini baru disiapkan"

"Oh, kalau begitu biar saya saja yang mengantarkan nya, mas buat saja pesanan saya yang tadi."Ucap Rena.

"Owh.. ok !!"

Sebelum membawa nampan, Rena dengan sengaja membuka satu kancing seragamnya dan menaikkan sedikit roknya hingga memperlihatkan pahanya yang mulus.

Tidak ada yang bisa memungkiri kalau Rena memang cantik, bahkan sejak pertama ia masuk sekolah teman-teman Monica secara gamblang mengatakan bahwa Rena adalah saingan terbaru Monica di sekolah ini.

Ia berjalan dengan gaya dan pesonanya yang memukau semua mata yang melihatnya. Selain cantik ia juga memiliki tubuh yang ideal dengan lekuk tubuhnya yang terbilang sempurna.

Semua mata tertuju pada Rena yang terus berjalan dengan gemulai membawa nampan mendekati meja tempat dimana Rangga dan teman-temannya duduk.

Dicky, salah satu sahabat Rangga bahkan hanya bisa menganga saat melihat Rena semakin dekat berjalan ke arah mereka.

Sesampainya, ia meletakkan nampan dan mulai membagikan pesanan mereka satu persatu, hingga terakhir ia meletakkan mangkuk yang berisi bakso tersebut tepat di depan Rangga.

"Apa sekarang dia belajar menjadi seorang pelayan ?!" Ucap salah satu teman Monica dengan suara pelan.

Monica yang menatap tajam ke arah Rena hanya bisa tersenyum sinis setelah mendengar ucapan sahabatnya.

"Ini spesial untukmu." Ucap Rena sembari duduk di pangkuan Rangga tanpa permisi dan melingkarkan lengannya di pundak pria tersebut.

Rangga yang mendapat perlakuan tersebut merasa terkejut menatap Rena dalam diam.

"Mengapa kau melihatku seperti itu ?" Tanya Rena dengan manja sembari mempermainkan kerah seragam milik Rangga.

"Ada apa denganmu ?" Tanya Rangga masih tidak mengerti dengan perubahan sikap Rena yang tiba-tiba.

"Tidak ada, sebenarnya aku hanya ingin meminta maaf padamu. Maaf karna selama ini aku selalu membuatmu kesal." Jawab Rena menunduk memasang wajah penuh penyesalan.

"Ti-tidak sebenarnya aku juga bersalah, aku sering mempermainkanmu." Jawab Rangga gugup, sikap Rena yang tiba-tiba manis seperti ini membuatnya sedikit takut.

Monica yang sedari tadi melihat aksi Rena yang seperti itu diam-diam mengepalkan kedua tangannya karna merasa kesal.

"Ya sudah, kalau begitu selamat menikmati." Ucap Rena menatap semua yang ada di meja tersebut kemudian menatap Rangga dengan senyuman manisnya.

Rangga hanya bisa mengangguk dan membalas senyuman Rena. Hingga akhirnya Rena beranjak berdiri dari pangkuannya dan berjalan pergi.

Kedua sahabat Rena yang juga sedari tadi menyaksikan kejadian tersebut hanya bisa menganga karna merasa terkejut dengan sikap Rena yang tiba-tiba manis di depan Rangga.

"Apa yang di lakukan anak itu ?" Tanya Tika pada Anggi.

"Entah.. aku juga tidak tahu, mari kita tanyakan nanti."

Tika akhirnya mengangguk setuju.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!