Zira seorang gadis yang mandiri dan dia mempunyai sebuah butik dengan hasil dari jerih payahnya sendiri, karena kerja kerasnya dia bisa mempunyai butik yang cukup terkenal di kota A.
Pelanggannya hampir kebanyakan dari kalangan menengah ke atas, karena kualitas dan modelnya yang sangat bagus.
Walaupun dia mempunyai sebuah butik dan bisa di bilang berpenghasilan lumayan tapi dia sangat sederhana. Dia tinggal di sebuah apartemen yang sederhana, karena baginya hidup sederhana lebih baik dari pada bermewah-mewahan karena prinsipnya di atas langit masih ada langit,
Hidup di kota A merupakan pilihan yang harus di ambilnya karena orang tuanya sudah meninggal dan mau tidak mau dia harus bangkit dan tidak terus terpuruk dengan keadaan. Sampai bisa berhasil membuat butik dengan kerja kerasnya .
Pagi hari yang cerah seperti biasa Zira berangkat ke butik dengan taxi online, bukan tidak bisa membeli sebuah mobil tapi dia tidak mempunyai keberanian untuk mengendarai si roda empat.
Sesampainya di butik dia langsung menyapa karyawan nya dengan senyumnya yang indah.
"Pagi.. Apa kabarnya semua sehatkan?"
"Kabar kami baik mbak." Karyawan menjawab dengan serentak dan tersenyum.
"Baiklah aku masuk dulu ya. Oh iya Lina nanti kalau ada konsumen yang mau lihat design kita, antarkan saja langsung ke ruanganku ya."
"Baik mbak."
Lina adalah tangan kanan atau bisa di bilang orang nomor dua setelah Zira. Karena jika Zira ada kegiatan diluar kota yang akan menggantikannya adalah Lina.
Suara telepon berbunyi, Dina menjawab telepon
"Zira boutique selamat pagi ada yang bisa di bantu?"
" Pagi dengan nyonya Amel di sini, saya mau bicara dengan pemilik butik."
"Baik nyonya akan saya sambungkan."
Dina memencet extension telepon untuk ruangan zira
" Mbak Zira ada sambungan telepon."
"Dari siapa din?" Jawab Zira.
"Dari nyonya Amel." Jawab Dina.
" Nyonya Amel siapa ya? sepertinya kita tidak punya konsumen bernama nyonya Amel."
"Enggak tau juga mbak, apa perlu saya jawab mbak lagi tidak di tempat?" Ucap Dina.
"Tidak usah, aku jawab aja dulu mungkin mau jadi konsumen kita." Jawab Zira.
"Baik mbak."
"Halo selamat pagi dengan Zira di sini, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya nyonya Amel, apa kamu pemilik Zira boutique?" Dengan suara sedikit ketus.
"Iya saya Zira pemilik butik sekaligus designernya, ada yang bisa saya bantu nyonya?"
"Saya butuh design dari kamu."
Dengan ramah Zira menjawab.
"Owh baik nyonya. Kalau boleh tau untuk di pakai acara apa nyonya?"
"Saya tidak suka berbicara di telepon saya mau kamu datang ke jalan. xxxxx No. 112." Ucap nyonya Amel.
"Baik saya akan datang." Jawab Zira.
Tut Tut Tut suara telepon terputus. Zira berpikir mungkin nyonya Amel banyak kegiatan sehingga dia tidak bisa datang ke butik.
"Ok enggak apa-apa namanya juga rezeki jangan di tolak, pembeli adalah raja dan ratu."
Zira berbicara sendiri dengan wajah tersenyum. Dia berdiri dari kursinya dan berjalan dengan membawa tas dan alat alat yang diperlukannya.
"Lina, saya mau pergi keluar dulu ada keperluan, jadi selama saya di luar nanti kalau ada konsumen yang mau liat hasil design, bisa kamu perlihatkan ke mereka, kalau mereka bertanya di mana saya, kamu sudah tau harus jawab apa kan?"
"Baik mbak." Jawab lina.
"Hello readers author masih dalam pembelajaran ya, silahkan komen dan berikan like nya untuk episode favorit kamu"
🌷🌷🌷
Plagiarisme melanggar Undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014
Zira memilih aplikasi untuk memesan taxi online, tut tut suara telepon Zira berbunyi.
"Dengan mbak Zira? Saya dari taxi online apakah benar mbak yang order."
"Iya betul saya Zira, bisa jemput saya di jalan kertasana di depan Zira butik?"
"Bisa mbak, silahkan ditunggu mbak."
"Ok."
Akhirnya taxi online tersebut datang. Zira memasuki mobil tersebut, sambil berkata
"Mas antarkan saya ke jalan xxxx."
"Baik mbak."
Selama perjalan Zira hanya menikmati dan mendengarkan musik yang di putar driver.
Setelah 30 menit akhirnya Zira sampai di jalan xxxx. Dia bingung dengan alamat yang di berikan nyonya Amel, si driver memperhatikan lalu dia bertanya.
"Mbak ini kita sudah sampai di jalan xxxx."
Zira kaget dan berkata.
"Eh eh iya mas, tapi jalan xxxx no. 112 yang mana ya, soalnya saya baru pertama juga ke jalan ini mas."
"Owh iya jalan xxxx no. 112, kita putari aja jalan ini ya mbak."
"Ok." Jawab Zira.
Dan setelah memutari akhirnya sampailah taxi di depan mansion yang sangat besar sekali.
"Mbak ini alamat yang di tuju."
"Eh iya mas."
Zira mengambil uang dari dalam dalam dompet dan menyerah beberapa lembar ke pada si driver.
"Terimakasih ya mas."
"Sama sama mbak."
Zira tertegun melihat mansion yang sangat sangat besar. Sangking besarnya dia sampai terpesona dan lupa apa maksud kedatangannya. Sampai suara klakson mobil mengagetkannya.
Tin tin tin tin.
"Ternyata aku menghalangi jalan masuk ke dalam mansion yang indah ini.
Zira melihat mobil mewah memasuki pekarangan, sambil berlari dia manfaatkan kesempatan untuk bertanya kepada penjaga mansion.
"Siang pak, saya mau bertemu dengan nyonya Amel."
Tak lupa Zira melirik orang yang baru keluar dari mobil mewah tersebut. Padahal yang terlihat hanya punggungnya saja.
"Ada keperluan apa anda dengan nyonya besar." Ucap penjaga.
"Hemm, saya di telpon nyonya untuk datang ke alamat ini pak." Sambil menyodorkan alamat yang telah di tulisnya.
"Dan saya dari Zira boutique." Ucap Zira lagi.
"Baiklah silahkan tunggu di sini."
Penjaga tersebut berlari dan Zira menunggu di depan gerbang mansion tersebut dengan penjaga yang lainnya.
Di dalam mansion.
Nyonya Amel sedang duduk di ruang keluarga bersama dengan tuan muda Ziko.
"Ziko sebentar lagi anniversary mama dan papa."
"Tunggu." Ucap Ziko.
"Mama mau kado apa dariku." Ucap Ziko lagi.
"Hemmm, mama mau kamu menikah."
Ziko sudah tau pasti itu kado yang di minta sama mamanya nikah dan nikah.
Pengenalan Keluarga Raharsya
Karakter Ziko Raharsya.
Ziko anak sulung dari dua bersaudara berwajah tampan dan gagah. pekerja keras, keras kepala dan pantang di bantah.
Karakter tuan besar Raharsya.
Berwajah tampan, dan berwibawa. Walaupun rambut putih sudah menghiasi sebagian rambutnya tapi tetap terlihat gagah.
Karakter Nyonya Amel.
Berwajah cantik walaupun sudah ada garis garis halus di wajahnya, penyayang dan mempunyai pendirian yang kuat.
Karakter Zelin.
Anak bungsu dari nyonya Amel dan tuan raharsya. Cantik,manja, cerewet dan penyayang.
" Mama, mengapa tidak minta kado yang lain saja, mengapa harus menikah dan menikah. Mama kan tau aku sangat membenci perempuan." Ucap Ziko.
Nyonya Amel tau mengapa anak sulungnya membenci perempuan karena hatinya pernah sangat dan sangat terluka karena perempuan.
"Sayang sampai kapan kamu akan seperti ini." Ucap nyonya Amel.
Tidak berapa lama tuan besar datang dengan badan yang penuh keringat karena tuan besar baru selesai nge gym. Mansion tersebut sangat komplit ada gym ada bioskop mini, kolam renang semuanya serba komplit.
" Hello readers ini adalah novel pertama author mohon maaf jika ada typo dan kesalahan yang lainnya beri like dan pilih episode favorit kalian, dukungan kalian sangat berarti untuk melanjutkan novel ini,. terimakasih "
🌷🌷🌷
Plagiarisme melanggar Undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014
"Ada cerita apa ini." Ucap tuan besar ikut nimbrung.
"Ini pa, sebentar lagi anniversary kita dan mama minta kado sama Ziko, kadonya pernikahan sebuah pernikahan." Jawab nyonya Amel.
Tuan besar hanya menjawab Hemm.
"Pa kenapa hanya di jawab hem saja sih."
Nyonya amel merengek sekaligus kesal dengan jawaban suaminya seperti tidak mendukung.
Tidak selang berapa lama penjaga datang
"Nyonya ada tamu, katanya dari Zira boutique."
"Oh iya saya ada janji dengan Zira boutique, suruh masuk." Ucap nyonya Amel memberi perintah.
Penjaga pun berjalan keluar memanggil tamu majikannya.
"Ingat ziko pembicaraan kita belum selesai."
"Hemmm." Ucap Ziko malas.
Di luar mansion Zira sudah kepanasan sambil menunggu penjaga yang belum juga kunjung datang. Dia mengipasi wajahnya dengan kertas yang di bawanya.
Penjaga berlari dan berkata.
"Nona silahkan masuk myonya Amel sudah menunggu."
"Baik." Jawab Zira.
Zira mengikuti penjaga tersebut dari belakang. Dia sampai tertegun melihat mansion yang indah tersebut dan juga melihat semua penjaga yang badannya hampir sama tegap dan besar.
"Ini penjaga kembar semua ya? Badan dan wajahnya hampir mirip semua." Gumam Zira pelan sambil tersenyum tipis.
Zira sampai di dalam mansion. Matanya melirik setiap sudut mansion, sambil berjalan mengikuti penjaga. Sampai berhenti di salah satu ruangan. Disana ada 3 orang yang lagi berbicara dan Zira tidak tau apa yang di bicarakan mereka, sampai akhirnya mereka terdiam melihat kedatangannya.
Nyonya Amel memperhatikan Zira dari atas sampai kaki, bukan hanya nyonya Amel tuan besar dan tuan muda juga memperhatikannya. Dia bingung sambil melihat penampilannya. Menurutnya ada yang salah dengan penampilannya.
"Saya dari Zira boutique." Ucap Zira memperkenalkan diri, untuk menyudahi tatapan mereka semua kepadanya.
"Oh iya saya nyonya Amel, ini suami saya tuan Raharsya dan ini anak saya tuan muda Ziko Raharsya." Sambil mengulurkan tangannya bersalaman kepada Zira.
Di dalam benaknya ternyata nyonya Amel tidak seketus yang di bayangkannya. Orangnya ramah dan mau mengulurkan tangannya kepada Zira. Karena Zira memang ragu memulai untuk berjabat tangan. Sampai akhirnya nyonya Amel yang memulai duluan.
Tuan besar juga mau berjabat tangan dengannya. Hanya Ziko yang tidak mau berjabat tangan dengannya. Ziko hanya memandang sinis ke arah wanita didepannya.
"Saya memanggil kamu ke sini nona Zira, untuk mendesign baju untuk kami sekeluarga. Karena sebentar lagi wedding anniversary saya." Ucap nyonya Amel menjelaskan.
"Baik nyonya. Kalau boleh tau apa tema pesta nanti nyonya."
"Garden party."
"Baik, kapan pestanya akan berlangsung nyonya?"
"Dua minggu lagi."
Zira kaget dan terbelalak karena waktunya tinggal sedikit, dan bingung harus memulainya.
"Saya mau kamu merancang busana saya dan keluarga. Dan kamu harus menyerahkan hasil rancanganmu besok."
Zira kaget dan sekali lagi matanya yang indah melotot dan hanya bisa menjawab dengan kata. " Baik."
Pembeli adalah raja dan ratu batinnya.
Tuan muda hanya melirik dan senyum menyeringai seperti mengerti apa yang di derita gadis di depannya.
Zira memberanikan diri bertanya kepada wanita paruh baya itu.
"Maaf nyonya bisa tidak waktu penyerahan design di tambah waktunya. Karena kalau satu hari terlalu pendek waktunya."
"Hemmm, baiklah saya kasih kamu waktu besok paling lambat jam 12 malam."
Zira melotot lagi dan tidak bisa habis pikir dengan jalan pikiran nyonya besar di depannya.
" Hello readers ini adalah novel pertama author mohon maaf jika ada typo atau pun kesalahan yang lainnya, mohon berikan like dan dukungan nya , dan silahkan pilih episode favorit kalian, terimakasih "
🌷🌷🌷
Plagiarisme melanggar Undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!