NovelToon NovelToon

Aku Bukan Simpanan

Episode 1 Hari Yang Menyebalkan.

Tuk-tak- tuk-tak.

Suara langkah kaki yang yang terdengar menuruni anak tangga. Gadis cantik yang tampak baru bangun tidur dengan rambut yang sedikit berantakan yang menguap.

Tinnong, tinnong. Tinnong.

Suara bel rumah yang terdengar beberapa kali.

"Kemana semua orang. Kenapa pintu tidak di buka?" ucapnya dengan melihat ke sekitarnya dan tidak ada tanda-tanda orang yang akan membuka pintu.

Gadis cantik yang berpenampilan khas bangun tidur itu mau tidak mau melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga menuju pintu.

"Iya sebentar," ucapnya dengan kesal.

Saat pintu terbuka yang terlihat seorang pria tampan yang membawa boucket bunga mawar yang tersenyum.

Namun gadis cantik itu malah kaget dengan mata melotot yang buru-buru merapikan penampilannya.

"Kak Devan," ucapnya menelan saliva yang merasa malu baru bangun tidur dan sudah dilihat oleh orang lain seperti itu.

"Selamat pagi Aletta!" sapa Devan tersenyum ramah.

"Pa_ pagi!" Aleta yang terlihat gugup yang ingin menyembunyikan wajahnya yang begitu sangat berantakan.

"Hmmm, mau cari kak Thalia?" tanya Aletta.

"Iya. Apa Thalia sudah bangun?" tanya Devan dengan nada menyindir.

"Hmmm, masuk kak. Biar Aletta panggil!" ucap Aletta dengan gugup yang mempersilahkan dan dia justru pergi dengan buru-buru kembali menaiki anak tangga. Devan hanya geleng-geleng kepala.

Devan sepertinya sudah biasa datang ke rumah itu yang langsung menduduki ruang tamu yang membuat buket bunga yang terjatuh dia pegang di sebelahnya.

Aletta memasuki salah satu kamar yang ada di rumah itu.

"Kak Thalia!" kesal Aletta yang membuat wanita bernama Thalia yang duduk di depan cermin membalikan tubuh dengan mengerutkan dahi.

"Ada apa Aletta?" tanya Thalia heran.

"Kakak asik ngaca terus. Tuh di depan ada kak Devan," ucapnya dengan kesal.

"Devan sudah kembali dari Luar Negeri?" tanya Thalia.

"Kenapa tanya aku yang punya pacar siapa," kesal Aletta.

"Ya. sudah kenapa jadi marah-marah sama kakak," sahut Thalia.

"Bagaimana aku tidak kesel dengan Kakak. Aku harus membuka pintu dengan penampilan seperti ini dan itu sama saja bikin malu. Masa iya sudah jam 10.00 seperti ini masih ada yang bangun pagi," ucapnya dengan kesal.

"Nah, itu kamu sadar kalau anak gadis itu tidak boleh bangun lama-lama. Kakak pikir kamu tidak punya rasa malu. Makanya kalau dibanguni Bunda itu kamu nggak usah ngeyel," ucap Thalia yang malah menasehati adiknya.

"Isss apaan sih. Sama aja kayak pacarnya suka nyindir-nyindir," kesal Aletta.

"Sudah sana buruan temui pacarnya!" Aletta yang semakin kesal langsung keluar dari kamar sang kakak.

Thalia hanya geleng-geleng kepala saja melihat kelakuan adiknya itu.

Thalia yang akhirnya menuruni anak tangga untuk menghampiri kekasihnya.

"Sayang!" sapa Thalia.

"Hey!" Devan tersenyum berdiri dari tempat duduknya dan tidak lupa membawa bunga yang sudah dia siapkan saja tadi.

"Untuk kamu," ucap Devan.

"Makasih sayang!" Thalia memberikan pelukan hangat kepada sang suami.

"Kamu lagi-lagi memberiku surprise. Kamu tidak mengabari kalau akan pulang," ucap Thalia yang sudah melepas pelukan itu.

"Jika aku mengabari namanya itu bukan surprise," sahut Devan.

Thalia tersenyum dan nampak bermanja dengan pria itu. Kemudian mereka kembali menduduki sofa untuk mengobrol melepas rindu satu sama lain setelah LDR cukup lama.

Karena Devan masih berada di rumah Thalia yang akhirnya mereka lakukan makan bersama dengan keluarga Thalia dan juga Aletta.

"Masakan Tante benar-benar sangat dirindukan di Amerika," ucap sembari mengunyah makanannya.

"Kamu jangan terus memuji masakan Tante. Nanti Tante jadi besar kepala," sahut Ratih dengan tersenyum.

"Tapi itu adalah kenyataan," sahut Devan.

"Sayang, jika kamu menyukai masakan Bunda. Kamu jangan memintaku ya untuk bisa memasak seperti Bunda jika kita sudah menikah nanti. Karena itu tidak akan mungkin bisa aku lakukan," ucap Thalia.

"Thalia tidak ada yang tidak mungkin bisa dilakukan dan kamu bisa belajar. Bunda kamu juga tidak bisa memasak saat menikah dengan Ayah dan terbukti Bunda kamu bisa memasak," sahut Danu memberikan masukan.

"Itu pasti sulit sekali Ayah dan apalagi Thalia juga masih bekerja," jawabnya sepertinya sudah tidak ingin membayangkan semua itu.

"Zaman sekarang sudah banyak sekali orang-orang yang memiliki Art. Tidak apa-apa jika tidak bisa memasak dan nanti juga lama-lama akan terbiasa," sahut Devan yang ternyata tidak mempermasalahkan hal itu.

"Untung aku memiliki pacar yang sangat pengertian, jadi tidak ada yang perlu aku khawatirkan," sahut Thalia yang tidak segan-segan bermanja pada kekasihnya dengan menyandarkan kepalanya di bahu Devan.

"Aletta bagaimana kuliah baru kamu?" tanya Devan.

"Hmmm, biasalah namanya juga murid baru dan pasti banyak senior yang memiliki sifat iri dan sok berkuasa," jawab Aletta yang tidak bersemangat.

Aletta yang masih berusia 17 tahun yang memang sudah lulus SMA dan baru memasuki kuliah semester 1. Aletta dan Thalia berjarak 5 tahun.

"Itu sudah menjadi hal biasa. Kamu harus mempersiapkan diri baik-baik dan percayalah semua akan terkendali," ucap Devan memberikan semangat.

"Makanya Aletta, Kamu harus menjadi mahasiswi yang jutek, agar para senior kamu tidak berani kepada kamu jangan hanya jutek di rumah saja," ucap Thalia memberi saran pada adiknya.

"Isss kakak itu sama saja mengajari yang tidak-tidak dan bisa kita aku menjadi sasaran mereka!" tegas Aletta.

"Sudah-sudah. Kenapa kalian jadi bertengkar seperti ini hah!"

"Hmmm, Devan kamu akan kembali ke Luar Negeri lagi?" tanya Ratih.

"Untuk saat ini masih belum Tante. Saya masih mengurus pekerjaan di sini," jawab Devan.

"Kalau begitu sebaiknya merencanakan pernikahan," sahut Danu memberikan saran.

"Ayah jangan dulu menikah. Thalia masih 22 tahun. Masih ada beberapa tahun lagi untuk kami melanjutkan hubungan kejenjang pernikahan," ucap Thalia.

"Tapi kamu tidak boleh menunda-nunda. Devan juga sudah matang untuk menikah," sahut Ratih.

"Devan juga masih terlalu muda, 26 tahun itu masih sangat muda bagi seorang pria untuk menikah," sahut Thalia.

"Tante kami sudah membicarakan pernikahan kami dan memang kami memiliki target sekitar 2 atau 3 tahun ke depan," sahut Devan.

"Tuh dengerin," sahut Thalia.

"Kenapa sih harus membicarakan pernikahan di depan anak di bawah umur seperti ini. Menyebalkan tahu!" sahut Aletta kesal.

"Aletta kelakuan kamu yang di bawah umur, tetapi kamu itu sudah dewasa!" ejek Thalia.

"Sudah-sudah, jangan mulai untuk bertengkar lagi!" sahut Ratih dengan tegas.

Devan sebagai tamu di sana hanya tersenyum saja melihat adik kakak yang menggemaskan jika sudah ribut-ribut kecil.

Setelah makan siang bersama Devan dan Talia melanjutkan melepas rasa rindu mereka untuk berjalan-jalan sampai malam hari yang akhirnya Devan mengantarkan Thalia pulang ke rumah.

Devan yang tidak mampir lagi dan Thalia hanya melambaikan tangan melihat kepergian mobil kekasihnya itu. Setelah itu Thalia memasuki rumah. Ternyata Aletta yang melihat hal itu dari jendela kamarnya.

Dia tidak sengaja sama sekali, hanya kebetulan saja ingin menutup jendela kamar dan melihat sang Kakak pulang diantar kekasihnya yang sudah setahun dia pacari.

"Kalau aku saja yang pulang malam-malam seperti itu pasti diomeli. Adik juga akan seperti itu kalau kakaknya tidak memulai," oceh Aletta dengan kesal.

Thalia memang pasti sering menasehati adiknya yang masih remaja dan apalagi sudah memasuki universitas yang sangat berbeda pergaulannya dengan di sekolah.

Bersambung.

...Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan pada novel terbaru saya. Jangan lupa like, koment, subscribe dan vote yang banyak. Terima kasih untuk kalian semua yang selalu mendukung karya saya. Berkat dukungan kalian karya saya akan terus berkembang. Terima kasih........

...Jangan lupa follow Ig saya...

Episode 2 Liburan

Aletta dan Thalia yang terlihat jalan-jalan di Mall.

"Kakak kita mau cari apa sebenarnya?" tanya Aletta dengan kesal yang sejak tadi tampak lelah mengikuti kakaknya masuk dari toko yang satu ke toko berikutnya.

"Kakak belum menemukan sepatu yang cocok untuk kak Devan," jawab Thalia.

"Bagaimana mau ada yang cocok jika kakak terus saja mencari yang lebih lebih lagi. Tidak satupun yang sesuai dengan selera Kakak," jawabnya dengan kesal.

"Pacar Kakak sedang berulang tahun dan memang harus menyiapkan hadiah yang sempurna. Kamu jangan bawel dan ikuti aja!" tegas Thalia.

"Kalau tidak ingin aku bawel. Kakak seharusnya tidak mengajakku untuk ikut!" kesal Aletta.

"Jika kamu tidak ikut Kakak akan seperti orang gila yang akan berbicara sendiri mau mencari yang mana. Sudah kamu tidak perlu protes dan kamu harus menemani Kakak sampai mendapatkan hadiah yang kakak inginkan dan harus memberikan rekomendasi!" tegas Thalia mengangkat satu jarinya yang tidak mengizinkan adiknya berbicara lagi.

Aletta lagi-lagi hanya memperlihatkan wajah kesalnya. Beginilah kalau sudah pergi bersama sang Kakak. Maka tidak akan ada kebahagiaan bagi Aletta yang ada dia akan terus kalah jika sudah berdebat.

***

Aletta, Thalia dan bersama kedua orang tuanya yang sedang quality time di ruang tamu.

"Memang harus Aletta ikut?" tanya Ratih.

"Aku pernah menjanjikan kepada Aletta untuk mengajaknya liburan dan liburan di kapal pesiar di acara ulang tahun Devan sudah bisa menepati janji kepada Aletta yang terus menagih ini," jawab Thalia.

"Aku menagih janji kepada Kakak untuk liburan dan bukan menemani Kakak pacaran," sahut Aletta.

"Aletta Kakak itu akan banyak sekali pekerjaan dan tidak memiliki waktu untuk liburan. Jadi kakak hanya cuti dari kantor beberapa hari dan itu juga karena berkaitan dengan perayaan ulang tahun dan bisnis kak Devan. Jadi sekalian aja kamu ikut dengan Kakak!" tegas Thalia.

"Tapi itu tidak akan menyenangkan," protes Aletta merengek.

"Aletta liburan di atas kapal pesiar adalah liburan yang paling mewah dan sangat menyenangkan. Kamu bisa melihat benua, bukan hanya lautan yang luas saja, lagi pula kita juga akan ke daratan dan itu juga ke Luar Negeri. Jadi liburan kamu sudah double-double!" tegas Thalia.

"Tetap saja Kakak akan pacaran dan sisanya aku akan seperti orang gila yang nggak tahu harus apa," ucap Aletta.

"Ihhh, biasanya juga kalau liburan keluarga kamu juga suka ngilang-ngilang sendiri dan lebih suka sendiri," sahut Thalia kesal.

"Kalian berdua ini jika tidak berdebat satu hari saja maka tidak akan puas hah?" tanya Danu.

"Thalia hanya berusaha menepati janji pada Aletta dan caranya seperti itu," sahut Thalia.

"Aletta kamu sudah mendengarkan semua alasan yang diberikan Kakak kamu. Kemungkinan Kakak kamu tidak akan bisa mengajak kamu liburan lagi mengingat pekerjaannya yang banyak. Jadi hanya ini cara satu-satunya. Semua keputusan juga ada di tangan kamu jika kamu ingin pergi maka pergi dan jika tidak maka jangan dipaksakan. Tetapi Bunda tidak mau mendengar nanti kamu ribut lagi sama Kakak kamu hanya karena menagih janji!" tegas Ratih.

"Tuh dengar," sahut Thalia.

Aletta yang terdiam berpikir sejenak, dia memang sangat menginginkan liburan di tengah baru masuk kuliah yang membuatnya stress. Thalia menjadi sasaran Aletta yang memang sebelumnya Thalia pernah menjanjikan pada Aletta.

"Baiklah aku ikut," sahut Aletta mau tidak mau yang akhirnya ikut.

"Tapi awas saja. Kalau Kakak mengabaikan ku dan sibuk dengan pacar Kakak," tegas Aletta memberikan peringatan terlebih dahulu.

"Isss, namanya juga punya pacar. Ya boleh dong," sahut Thalia.

"Thalia kamu tidak boleh seperti itu. Ingat kamu memiliki tanggung jawab karena sudah membawa adik kamu dan kamu harus menjaga baik-baik. Bunda akan sangat marah jika nanti sampai adik kamu kenapa-napa!" tegas Ratih.

"Iya, Bunda, kapan aku tidak pernah menjaga anak bandel ini. Aku akan menjaganya dengan baik," sahut Thalia yang tiba-tiba merangkul adiknya yang membuat Aletta jadi geli sendiri dan langsung menghindar.

"Isss apa sih. Jangan dekat-dekat!" tegas Aletta dengan kesal.

Kedua orang tua mereka hanya geleng-geleng kepala saja melihat anak-anaknya seperti itu.

***

Aletta dan Thalia yang akhirnya pergi juga ke kapal pesiar. Aletta harus bergabung dengan orang-orang dewasa yaitu teman-teman Thalia dan juga teman-teman Devan untuk merayakan hari ulang tahun Devan.

Dengan wajah cemberutnya Aletta sangat kesal berdiri di samping Thalia dengan koper mereka berada di samping mereka.

"Thalia adik kamu cantik juga," sahut seorang pria yang juga merupakan teman dari Devan.

"Benar, lebih canti adikmu daripada kamu," sahut yang satunya lagi.

"Kurang ajar kalian. Kalau mau memuji seseorang dan menjatuhkan seseorang jangan mendampingikan orangnya. Benar-benar ya," kesal Thalia.

Sementara Aletta hanya tanpa kesal melihat dua pria itu yang sejak tadi menatapnya sangat nakal.

"Kalian berdua jangan macam-macam di sini. Thalia ataupun Aletta itu adalah tanggung jawabku dan awas ya jika kalian aneh-aneh!" tegas Devan memberi ingat kepada dua rekannya itu.

"Iya-iya kita hanya bercanda saja," sahut pria yang bernama Sony.

"Ya. Sudah sayang sebaiknya sekarang kamu sama Aletta akan aku antar ke kamar kalian," ucap Devan.

"Aku sama Aletta satu kamar?" tanya Thalia.

"Hmmm, apa kalian ingin tidur di kamar yang berbeda?" tanya Devan.

Dia memang sangat mengenali kekasihnya itu dan adiknya seringkali berdebat dan memang tidak cocok untuk disatukan dalam satu kamar walau hanya beberapa hari saja.

"Aku mau satu kamar sama kamu aja," ucap Thalia tampak manja merangkul lengan kekasihnya itu yang membuat Devan hanya tersenyum miring dan sementara Aletta mendengarnya mengerutkan dahi.

"Dasar gatal!" gumamnya pelan.

"Kita akan satu kamar ketika sudah menikah," jawab Devan.

"Nggak mau, maunya sekarang aja," sahut Thalia dengan geleng-geleng kepala yang sangat manja.

"Udah-udah. Sana kalian berdua langsung satu kamar aja. Devan kalau gue jadi lo nggak bakalan nolak. Udah gue habis itu cewek di dalam kamar seharian," sahut Sony dengan candaannya yang mulai menjurus ke arah pikiran kotor.

"Sembarangan lo ngomong. Lo pikir cewek gue apaan," sahut Devan yang pasti sangat menjaga harga diri kekasihnya dan Thalia juga sangat kesal dengan omongan dua sahabat Devan yang sejak tadi memang sangat tidak sopan.

"Ayo aku antar ke kamar kalian," sahut Devan yang lebih baik membawa dua wanita itu beristirahat terlebih dahulu.

Thalia menganggukkan kepala dan memegang tangan adiknya agar tidak hilang darinya sementara dia pun membawa koper Thalia dan juga Aletta.

"Adiknya cantik tapi jutek," ucap Sony.

"Devan beruntung banget dikelilingi dua wanita cantik," sahut Rangga.

"Iya lagi, itu menjadi bonus ketika memiliki wajah tampan," sahut Sony dengan keduanya saling mengobrol satu sama lain.

Devan yang membuka pintu kamar dengan membawa 2 koper dan menyusul Aletta di belakangnya namun tidak terlihat Thalia.

"Aku berharap kamu menyukai kamarnya Aletta," ucap Devan.

Aletta memasuki kamar tersebut melihat kamar itu cukup luas dengan dua bet yang mungkin Devan sengaja memilihkan dua tempat tidur agar adik kakak itu tidak bertengkar.

Kamar itu juga memiliki kamar mandi, sofa dan juga fasilitas yang sangat lengkap.

Bersambung....

Episode 3 Aneh

"Bagaimana menurut kamu? Apa ada yang perlu ditambah lagi di dalam kamar ini?" tanya Devan.

"Sudah ini sudah cukup aku nggak tahu kalau Kak Thalia. Biasanya seleranya sangat tinggi," jawab Aletta.

"Kamu tenang saja. Thalia pasti menyukai kamar ini karena sebelumnya aku juga sudah mempertanyakan kepadanya," sahut Devan.

"Baiklah. Aletta mau istirahat dulu," ucap Aletta yang ingin menaikkan kopernya ke atas tempat tidur dan ternyata dibantu oleh Devan dengan tangan mereka yang menyatu di atas pegangan koper itu.

Posisi keduanya yang sama-sama membungkuk dengan saling melihat satu sama lain. Tiba-tiba saja sangat hening dan hanya beberapa detik yang Aletta langsung melepaskan tangannya.

"Makasih Kak, sudah membawa koper Aletta sejak tadi. Aletta bisa melanjutkan sendiri," ucap Aletta yang sedikit gugup.

"Baiklah kalau begitu, kamu langsung istirahat saja. Thalia juga sebentar lagi akan menyusul. Aku juga mau ke kamar dulu," ucap Devan yang membuat Aletta menganggukkan kepalanya.

Devan tersenyum dan langsung meninggalkan kamar tersebut. Aletta tiba-tiba saja memegang dadanya dan merasa aneh dengan jantungnya yang berdebar.

Aletta yang tidak ingin memikirkan apapun menggeleng-gelengkan kepalanya dan menutup pintu kamar itu.

***

Aletta menikmati liburannya di atas kapal pesiar yang memang bisa dikatakan liburan yang paling termahal. Aletta mencoba menikmati berbagai makanan yang ada di sana.

Aletta juga jalan-jalan dan juga melihat lautan, dia benar-benar menggunakan kesempatan itu, sebelum acara ulang tahun Devan di rayakan.

Devan merupakan pengusaha muda dengan memiliki kekayaan yang sangat banyak dan bahkan bisa menyewa kapal pesiar untuk acara ulang tahunnya.

Aletta tidak mengenal siapapun di sana selain Thalia dan Devan. Tetapi yang seperti sudah diduga Aletta jika Thalia akan sibuk berpacaran dan akan mengabaikannya.

Aletta juga sebenarnya tidak mempermasalahkan hal itu daripada dia disuruh mengikuti pasangan waktu yang hanya menjadi obat nyamuk. Jadi lebih baik dia mencari kesibukan sendiri dengan menikmati liburannya.

Aletta menghirup udara dalam-dalam di ujung kapal yang melihat orang lautan secara dekat dan begitu sangat luas sekali. Aletta tidak berhenti mengeluarkan kata pujian untuk keindahan alam yang luas itu.

Aletta merenggangkan kedua tangannya menarik nafas panjang-panjang dan membuang perlahan ke depan.

"Aletta!" Aletta harus dikagetkan dengan suara tersebut yang membuatnya menoleh ke belakang dan ternyata itu adalah Devan.

"Kak Devan," sahut Aletta.

"Kamu melihat Thalia?" tanya Devan.

Aletta menggelengkan kepala, "bukankah kak Thalia seharusnya bersama Kakak?" tanya Aletta.

"Tadi memang iya, tetapi aku tinggal sebentar dia sudah tidak muncul lagi," jawab Devan.

"Aku juga tidak tahu kemana. Kak Thalia memang kerjanya kesan kemari saja," sahut Aletta geleng-geleng kepala.

"Kebiasaan memang Thalia ditinggal sebentar langsung menghilang," ucap Devan geleng-geleng.

Aletta yang tidak merespon apapun.

"Bagaimana Aletta liburan di tempat ini? kamu menyukainya?" tanya Devan.

"Iya. Sangat menyukainya," jawab Aletta.

"Kamu mengatakan menyukai, tetapi dari ekspresi wajah kamu terlihat sangat terpaksa bicara seperti itu," ucap Devan.

"Nggak kok," sahut Aletta mengelak.

"Thalia mengatakan kepadaku dengan keterpaksaan kamu yang harus ikut. Aku minta maaf jika liburan bersama kami membuat kamu kurang nyaman. Tetapi percayalah liburan ini benar-benar akan sangat nyaman untuk kamu," ucap Devan meyakinkan.

Aletta hanya menganggukkan kepala saja.

"Hmmm, nanti malam jangan lupa Aletta untuk kamu datang di acara ulang tahun ku," ucap Devan.

"Tapi bukankah itu acara ulang tahun Kakak dan kenapa aku harus hadir?" tanya Aletta.

"Kenapa kamu mengatakan seperti itu. Bukankah kamu sudah ada di sini dan aku sangat senang jika kamu menjadi bagian dari tamu ku," ucap Devan.

"Tapi...." Aletta menggaruk kepalanya yang tampak tidak menginginkan hal itu.

"Kenapa Aletta?"

"Kamu tidak berniat untuk datang?" tanya Devan.

"Nanti Aletta akan memikirkannya," jawab Aletta.

"Jangan memikirkannya Aletta. Kakak benar-benar ingin kamu hadir dan tidak ada alasan untuk tidak hadir. Aku akan merasa acara ini sia-sia saja jika ada tamu yang datang yang sudah berada di sini dan ternyata tidak malah ikut menghadiri acara ulang tahunku," ucap Devan.

"Kak Devan jangan mengatakan seperti itu. Aku bukanlah tamu yang ditunggu atau spesial dan aku juga hanya sekalian saja ikut bersama Kak Thalia. Ada tidak adanya aku acara itu pasti berlanjut," ucap Aletta.

"Kamu benar ada dan tidak adanya kamu acara pasti berlanjut. Tetapi tetap saja aku sangat menginginkan kamu juga menjadi bagian dari acaraku dan itu membuatku sangat puas karena tamuku bisa nyaman," ucap Devan.

"Ya. Sudah nanti Aletta akan datang," ucap Aletta yang mau tidak mau harus datang.

"Begitu dong. Kamu memang harus datang.

Aletta hanya menganggukkan kepala dan dia juga tidak tahu apakah harus menepati janjinya kepada Devan atau tidak yang jujur saja dia memang sangat menghindari untuk datang ke acara ulang tahun itu karena kembali lagi orang-orang yang ada di sana sudah sangat dewasa sekali dan dia juga tidak mengenal orang-orang itu.

"Sayang kamu ada di sini?" tiba-tiba Thalia datang menghampiri Devan dan Aletta.

"Aku dari tadi mencari kamu ternyata bersama Aletta," ucap Thalia.

"Aku justru mencari kamu sejak tadi meninggalkan kamu sebentar dan sudah tidak ada. Aku kebetulan bertemu Aletta dan ternyata dia juga tidak bersama kamu," jawab Devan.

"Iya-iya aku minta maaf. Tadi Catherine mengajakku mengobrol dan akhirnya aku melupakan kamu," sahut Thalia.

"Kebiasaan," sahut Devan.

"Ya. sudah sekarang kamu temani aku berenang bukankah kamu sudah janji mau temani aku berenang," ucap Thalia.

"Baiklah!" sahut Devan.

"Aletta kamu mah tetap pada kesendirian kamu atau mau ikut?" tanya Thalia.

"Kakak pergi saja sana aku mau tetap di sini," jawab Aletta

"Oke," sahut Thalia yang langsung membawa sang kekasih pergi.

Aletta hanya menghela nafas saja melihat kepergian orang itu.

****

Aletta yang duduk di pinggir ranjang menggunakan dress berwarna putih di bawah lututnya. Dress yang dia gunakan tampak sangat sopan.

Sejak tadi dia terus menunggu Thalia yang masih bersiap-siap berdiri di depan cermin dan entah apa saja yang dia lakukan. Thalia juga menggunakan dress yang warnanya sama, tapi terlihat sangat seksi dengan dress itu yang membuat tubuhnya tampak terlihat melekuk.

Dress tanpa lengan dan belahan yang di sampai paha.

"Mau sampai kapan Kakak akan terus melihat diri kakak di cermin seperti itu. Apa akan ada perubahan?" tanya Aletta dengan kesal

"Aletta ini itu adalah acara ulang tahun sang pujaan hati. Jadi Kakak harus tampil secantik mungkin," jawab Thalia dengan tersenyum.

"Kecantikan juga akan hilang. Pria itu bisa menemukan wanita yang lebih cantik lagi. Jadi jangan menjadi orang lain hanya karena ingin cantik dilihat oleh orang lain," ucap Aletta.

"Wau. Adikku yang satu ini ternyata sekarang sudah pintar sekali berbicara. Apa adikku ini sudah dewasa," goda Thalia.

"Sudahlah. Buruan cepat. Atau aku udah jadi ikut di acara ulang tahun Kak Devan!" tegas Aletta yang memberikan ancaman.

"Iya-iya. Kamu itu berisik sekali ini juga sudah mau selesai!" tegas Thalia geleng-geleng kepala.

"Ya sudah buruan cepat!" tegas Aletta

"Iya. Ini tinggal makai parfum," jawab Thalia yang sangat kesal dengan adiknya itu.

Bersambung......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!