"Ayo cepat kerjakan !!!" bentak Starla dengan menjambak rambut Reina, lalu menyeretnya menuju toilet. Reina meringis kesakitan tetapi tidak bisa melawan.
Kesalahannya hari ini adalah karena dia berani melirik Kak Sena. senior yang masuk dalam daftar Most Wanted, yang juga secara kebetulan adalah merupakan salah seorang idola bagi starla.
Reina sangat mengagumi Kak Sena, sehingga tidak menyadari jika Sena hanya memanfaatkan kecerdasan otaknya untuk membantunya mengerjakan tugas sekolah. Pada saat itu, bahkan dengan bangga Reina selalu dengan senang hati mengerjakan tugas-tugas dari Sena. Beranggapan bahwa Sena selalu memujinya karena kepintarannya.
Pada saat Reina masih berjalan bersama dengan Sena, tak seorangpun berani mengusik Reina secara terang-terangan. Termasuk juga Starla, sekalipun melakukan perundungan pasti Starla akan melakukannya secara sembunyi-sembunyi.
Tapi semenjak sebulan yang lalu, sejak dia berani mengungkapkan perasaannya pada kak Sena dan mendapat penolakan, bahkan menjadi bahan tertawaan, hinaan dan cemoohan satu sekolah, maka sejak saat itu seakan semua mendapat komando untuk merundungnya.
Flashback on
"Apa kamu bilang? Kamu suka padaku? Dan kamu berharap bahwa aku juga mempunyai perasaan yang sama denganmu? Apakah kamu sudah gila? apa sebegitu miskinnya dirimu, sehingga di dalam rumahmu tidak memiliki kaca? Rupanya aku terlalu baik padamu ya, sampai kau salah mengartikan sikapku?" itu kata-kata penolakan yang keluar dari mulut Kak Sena pada waktu itu
"Hai teman-teman! Coba kalian dengar! si itik buruk rupa ini, dia berani mengatakan cinta padaku. Apa kalian juga mendengarnya?"
"Ha ha ha ha..." semua kompak tertawa mendengar pertanyaan dari Kak Sena
"Benar-benar Gadis Miskin yang tidak tahu diri !" umpat kak Sena .
"Huuu... dasar gadis miskin...!!"
Olokan demi olokan, ejekan demi ejekan terus berkembang bersahutan
Lalu berawal dari Sena yang melemparkan bulatan tisu ke arah wajahnya, berakhir dengan mereka semua yang ada di dalam kantin tersebut ikut melemparnya dengan apa pun yang ada di tangan mereka.
Bahkan sebagian dari Mereka bergantian menyiramkan sisa kuah bakso dari bekas makan mereka. Dan juga sebagian dari mereka ada yang menyiramkan minuman yang mereka pesan sebelumnya di atas kepalanya. Reina menangis, terlalu lelah. Terluka fisik dan jiwanya. Dan semenjak saat itu, semua tak lagi mudah baginya untuk tetap bertahan berada di sekolah.
Flashback off
*
Dan hari ini adalah puncaknya. Puncak dari segala kemarahan Starla. Tangan Starla masih juga menjambak rambutnya
"Kau pikir kau siapa, hah? Berani beraninya melirik ke arah Kak Sena!!" Starla semakin menggila. Bahkan dia memasukkan wajah Reina ke dalam lubang kloset dan menyalakan airnya.
"Am.. am..pun..!" ucap Reina terputus-putus. Dia gelagapan, entah berapa banyak air yg sudah masuk ke perutnya. Tangannya mencoba menggapai sesuatu, tapi tak ada satupun yang dia dapatkan untuk berpegangan.
"Apa kau bilang? Ampun? Starla menarik rambut Reina pada saat Reina nyaris kehabisan nafas, sehingga kepalanya mendongak
"Ini hanya lah pelajaran kecil untukmu! Jika kau berani mengulanginya lagi, maka tidak akan ada kata lain kali bagimu!"
Teman-teman Starla yang ikut menyaksikan, sama sekali tak ada yang merasa kasihan. Bahkan mereka tertawa dan bertepuk tangan. Tadinya Reina akan dihukum untuk membersihkan toilet, tapi entah setan apa yang merasuki tubuh Starla, hingga gadis itu menjadi gelap mata, dan berakhir menyiksa Reina.
"Hajar saja terus, jangan kasih lepas!!" teman Starla malah semakin mengompori.
"Tolong lepaskan!" Suara Reina berada di ambang batas tenggorokan. Dia sungguh sudah tidak kuat lagi dengan semua yang di terima nya setiap hari.
"Kau ingin aku Melepaskanmu? Baiklah!"
Akan tetapi baru saja Reina hendak menarik nafas lega mendengar ucapan Starla, Starla sudah menarik lagi rambutnya, membawanya berlalu dari posisi jongkok di depan kloset. Starla menarik rambutnya dengan kencang hingga Reina harus ikut berdiri dan beberapa detik kemudian.....
"Aarrghhttt..." Raina menjerit dan memekik kesakitan. Starla membenturkan kening Reina hingga mengenai dinding toilet.
Tubuh Reina luruh ke lantai bersamaan dengan pegangan tangan Starla yang terlepas dari rambutnya. Darah segar mengucur dari kening dan hidung Reina. Dia limbung tersungkur dengan posisi tengkurap. Wajahnya bahkan sudah berciuman dengan lantai toilet yang basah.
"Aaaaa..!" semua yang melihat terpekik histeris dengan apa yang telah dilakukan oleh Starla, terlebih melihat penampakan Reina saat ini.
Akan tetapi mereka yang berada di sekeliling hanya bisa diam menutup mulut mereka.
"Starla Apa yang kamu lakukan?" pekik Sonia.
Sedangkan starla hanya bisa terpaku menatap kedua tangannya. Tangan yang sudah berbuat hingga di luar batas.
"A.. A ku.. A A ku .ti ti dak sengaja..!!" jawab Starla gugup. Dia sungguh panik dan takut. Tiba tiba saja hal yang buruk melintas di pikirannya.
"Cepat cuci tanganmu, dan kita harus segera pergi dari sini, sebelum ada yang datang!" pekik Sonia lagi, sambil menyeret tangan Sonia dan menadahkannya di bawah air wastafel, kemudian bergegas untuk pergi.
"Tunggu.! guyur dia dengan air untuk menghilangkan jejak Sidik jarimu !" tambah Rani.sambil berbicara dia bahkan sudah mengambil segayung air dan menyiramkannya di tubuh Reina .
Kemudian tanpa belas kasih mereka semua melakukan apa yang diucapkan oleh Rani pada tubuh Reina yang sudah sekarat.
Starla berdiri berkacak pinggang menatap kearah semua yang ada di sana.
"Apa kalian baru saja melihat sesuatu?" tanya nya penuh perhatian penekanan.
"Kami tidak melihat apapun!!" jawab mereka serempak sambil mengangkat telapak tangannya seolah sedang mengucap sumpah.
"Bagus . I Like It !" ucap starla kemudian melenggang keluar dari tempat itu.
Lalu mereka semua pun mengiring komandan mereka, pergi dari tempat itu meninggalkan Reina yang nyaris Menutup Mata. .
Mata Reina melotot, tubuhnya menggigil. Dingin, itu satu rasa yang ada padanya saat ini. Dia bahkan tak lagi merasakan sakit. Reina berusaha memeluk tubuhnya sendiri. Nafasnya mulai tersengal-sengal, dan mata yang tadi melotot sekarang mulai tertutup perlahan.
"Aku bersumpah aku tidak bisa menerima ini. Aku tidak rela mereka memperlakukan aku layaknya binatang. Apa salahku pada mereka? Aku membenci mereka dengan Seluruh Nafasku!!!" ucap Reina dalam hati.
"Aku mohon padamu ya Dewa, beri aku kekuatan. Beri aku kehidupan sekali lagi agar aku bisa membalas semua perbuatan mereka padaku. Aku bersumpah, meskipun harus bersekutu dengan raja iblis, Aku pasti akan membalas mereka berkali lipat .!!" ucap Reina di ujung nafasnya
Reina merasakan kepalanya yang semakin pusing, mata itu semakin menyipit, dan pandangannya mulai gelap. Tak ada lagi yang terlihat, tak ada juga rasa dingin di tubuhnya. Tak ada lagi rasa sakit menghujamnya. Selain bau anyir darah yang mengucur dari kening dan hidungnya.
"Starla Adiguna, dengar sumpah ku! jika ada kehidupan kedua, aku pasti akan kembali untuk menuntut balas! Tunggu aku, Starla Adiguna!!!"
Semua berakhir. Semua selesai. Tak ada yang tahu, tak ada yang melihat. Hingga datang bersamaan asap hitam dan asap putih bergulung menyelimuti tubuhnya.
"Reina, bangun nak ini sudah siang!" Bu Marni mengguncang pelan tubuh anaknya, agar segera bangun dari tidurnya. Matahari sudah mengintip di ufuk timur, dan tidak biasanya anaknya itu belum terbangun. Bu Marni khawatir anaknya akan terlalu terburu-buru dalam bersiap ke sekolah nantinya.
"Engghhh..!" Reina melenguh, lalu menggeliat, merentangkan dua tangan guna meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku
"Kamu tidak pergi ke sekolah? Ini hampir siang!" Suara Bu Marni menghentikan gerakan Reina.
Deg...
Itu suara ibunya, ya benar, yang dia dengar itu adalah suara ibunya. Suara wanita yang melahirkannya.
Byarr...
Mata Raina yang semula masih enggan terbuka bagai ditempel dengan lem super rekat itu pun tiba-tiba terbuka dengan lebarnya.
"Hisssttt..." Dipegangnya pelipis yang terasa pusing.
"Kamu pusing ya? Maafkan ibu ya. Pasti kamu kurang tidur karena semalam lembur bantu ibu buat kue ya?" Bu Marni mengungkapkan rasa bersalahnya. Selalu saja seperti itu, putrinya yang seharusnya bisa bebas bersenang-senang dengan teman-teman sebayanya itu, terpaksa harus ikut banting tulang bersamanya.
Reina mencoba mengingat-ingat, sesaat sebelum matanya benar-benar tertutup, dan tak lagi bisa melihat apapun, Reina merasa seperti ada dua sosok orang dengan pakaian serba hitam dan putih datang mendekatinya.
"Apakah mereka? Sosok dengan pakaian serba hitam dan putih itu, yang sudah mengantarkan aku pulang?" Reina bertanya-tanya dalam hati, siapa Mereka, Reina merasa belum pernah bertemu dengan keduanya sebelumnya.
Tunggu!
Reina meraba keningnya, untuk memastikan sesuatu. Tidak ada luka. Hidung juga bersih, tak ada bau anyir darah seperti yang terakhir masuk ke Indra penciumannya. Meskipun sudah dibersihkan, seharusnya bekas luka itu masih ada kan?
Apakah yang kemarin itu hanya mimpi? Ataukah memang dia mendapat kesempatan kedua untuk hidup kembali tanda tanya apakah benar dewa mengabulkan keinginan terakhirnya?
"Ibu?" Raina menoleh ke arah ibunya.
"Iya, ada apa, nak? Ayo bangun sekarang sudah hampir siang, nanti kamu terlambat ke sekolah. Ibu tidak mau kamu dihukum oleh guru!" Ucap Bu Marni agar putrinya itu lekas terbangun dari tempat tidurnya.
"Sekarang tanggal berapa Bu?" Tanya Reina.
"Kamu malah tanya tanggal ke ibu? Ibu mana pernah ingat tanggal nak. Ibu itu ingatnya ibu harus bisa bayar kontrakan, sama apa yang mau kita makan hari ini!" Jawab Bu Marni sambil terkekeh.
"Sudah ayo bangun! Ibu sudah buatkan telur dadar, ibu campur dengan sedikit tepung biar jadi agak besar, biar kamu kenyang." ucap Bu Marni lalu bergegas meninggalkan anaknya. Dia harus segera pergi ke warung tetangga untuk menitip kue-kue yang dibuatnya semalam bersama dengan Reina.
Reina sendiri segera bangkit sepeninggalan ibunya. Diambilnya tas sekolahnya yang ada di samping tempat tidur. Miris sekali bukan? Bahkan meja belajar saja Dia tidak punya. Dilihatnya kalender yang ada di ponsel jadulnya.
Reina terkesiap ketika matanya menatap ke arah kalender. Hari ini adalah tanggal 12 Februari berarti beberapa bulan sebelum dia nekat mengungkapkan perasaannya kepada Kak Sena. Berarti benar, dia mendapat kesempatan untuk hidup kembali agar bisa balas dendam.
"Lalu siapa mereka?" Reina kembali bertanya-tanya. "Siapapun mereka, aku tak kan menyia-nyiakan kehidupan baru ini," gumam Reina
"Ya Tuhan, terima kasih atas kesempatan yang kau berikan, aku tidak akan menyia-nyiakannya!" Tekad Reina dalam hati.
"Baiklah Reina. Ayo kita mulai secara perlahan!" Gumam Reina dengan tatapan dinginnya.
Reina segera bergegas mandi di kamar mandi yang letaknya ada di bagian belakang dari rumah itu. Kamar mandi yang sebenarnya sama sekali tak layak disebut sebagai kamar mandi titik hanya empat lembar asbes yang disangga dengan empat batang bambu untuk menutupi pandangan orang yang kemungkinan akan lewat.
"Sebelum itu aku harus mengubah penampilanku terlebih dahulu. Aku tidak boleh terlihat culun seperti sebelumnya. Reina ayo berubah!" Gumam Reina. Dia berpikir apa yang bisa dia lakukan pada dirinya.
Reina kemudian melepas kembali rambutnya yang sebelumnya selalu dikepang dua, kemudian di sisir rapi. Karena terbiasa dikepang maka jadilah rambut Reina berubah menjadi bergelombang dan itu tampak seperti keriting ikal jatuh yang sangat alami. Reina mengambil gunting yang ada di kotak P3K lalu membuat sedikit poni.
Tidak selesai sampai di situ, Reina kembali melepas rok seragamnya, lalu diambilnya kembali gunting yang tadi dia gunakan untuk membuat poni. Sekarang rok itu yang akan menjadi target. Rok yang semula panjang sampai di batas mata kaki digunting hingga hanya sebatas lutut. Masih ada sisa waktu sebelum berangkat ke sekolah. Reina menjahit rapi bagian bawah yang baru saja digunting, lalu dipakainya kembali tanpa memasukkan baju.
Reina mematut dirinya di depan cermin, hampir sempurna. Hanya tinggal bajunya yang sedikit kebesaran. Tak apa dia akan mengecilkannya nanti sepulang dari sekolah. Yang penting sekarang dia harus berangkat dulu, karena waktu sudah hampir terlambat. Dan biarkan mereka yang selalu semena-mena terhadap dirinya melihat perubahan kecil yang ada pada dirinya saat ini.
"Barata Sena, Starla Adiguna! Aku kembali untuk kalian!" Desisan mirip suara ular keluar dari bibir Reina, jangan lupakan seringai iblis yang terukir di sana.
Reina menyambar tas sekolahnya, tas lusuh yang entah sudah berapa tahun menemaninya, Kemudian mencangklongkan di pundak. Dia harus bergegas ke tempat di mana dia selalu menunggu angkot.
Di dalam angkot Reina tak hanya duduk diam menunggu sampai di depan gerbang sekolah seperti biasanya. Dibuka tasnya dan diambilnya sebuah buku. Barata Sena, ada satu nama terukir di sampul depan. Nama yang bagus juga adalah nama lain salah satu tokoh pewayangan idola Raina. Bima.
Tapi sayang, kelakuannya tak sebagus nama pemiliknya. Sungguh sia-sia orang tuanya memberikan nama itu. Dibukanya buku itu, itu adalah titipan soal dari Sena yang harus dikerjakan oleh Reina. Seringai licik monster sungging di sudut bibirnya. Ada waktu sekitar dua puluh menit sebelum sampai di gerbang sekolahnya dan dia akan memanfaatkan waktu itu.
Kalau dulu mungkin akan dengan senang hati Reina melakukannya, tapi tidak dengan sekarang. Ingatannya akan penolakan dan penghinaan yang dilontarkan oleh Sena takkan pernah bisa dibayar dengan apapun.
Dan yang paling menyakitkan adalah dampak dari penghinaan Sena, karena sejak hari itulah hari-hari buruknya dimulai sejak saat itulah dia hidup bagai dalam neraka.
"Neng, sudah sampai neng!" Seru Pak sopir yang melihat Reina yang masih mengotak-atik buku.
"Ah, iya, Pak." Ucap Reina lalu mengulurkan lembaran uang berwarna coklat kemudian turun.
Reina mengambil nafas dalam sebelum kemudian melangkah masuk ke dalam gerbang.
"It's show time! Ayo Reina, kamu harus bisa!" Reina menyemangati dirinya. Memejamkan mata sejenak, kemudian segera melangkah dengan penuh percaya diri.
Reina memasuki gerbang sekolah dengan dagu terangkat, pandangan lurus ke depan. Ditepisnya dada yang berdegup kencang. Ayo, singkirkan ketakutan! Dia memang harus berubah, berani, agar tak lagi ditindas.
"Suit... suiiittt...!"
"Suitt... suiiittt...!!"
Suara siulan saling bersahutan di sepanjang jalan yang Reina lewati. Reina tak mempedulikan semua itu. Yang dia lakukan hanya tetap melangkah hingga dia sampai di kelasnya. Saat ini masih belum sampai waktunya masuk.
"Wauw...!" seru seorang teman laki-laki.
"Siapa dia...?" balas yang lain.
"Apa mungkin murid pindahan...?" seru yang lain lagi.
"Wow, cantik sekali dia...!" ucap Murid A.
"Iya, dia bahkan lebih cantik dari Primadona and the genk...!" sahut Murid B.
Reina tersenyum miring mendengar celotehan mereka. Mereka yang dulu ikut membully-nya, sekarang terpesona melihatnya. Ya, Reina memang cantik alami; kulitnya putih bersih, rambutnya hitam panjang, badannya juga langsing ideal, bukan kurus. Dadanya pun juga bisa dibilang montok. Dan semua kesempurnaan yang dimilikinya itulah yang membuat Starla sangat membencinya.
Apalagi dia dengan statusnya sebagai penerima beasiswa karena kecerdasan otaknya. Karena Reina bahkan sering sekali mendapatkan ranking, walaupun bukan ranking pertama. Dan itu sangat jauh di atas Starla. Tentu saja itu membuat Starla merasa bahwa Reina adalah saingan terberatnya.
Sehingga Starla selalu mencari berbagai cara agar bisa mengalahkannya. Starla selalu mengancamnya dengan menggunakan status orang tuanya sebagai pemilik yayasan sebagai senjata.
Dan mau tak mau itu membuat Reina harus patuh kepadanya, dan bahkan tetap diam saja, meski Starla melaburkan serbuk arang ke wajahnya, memasanginya kacamata besar, juga mengharuskannya mengepang rambut setiap hari.
Tapi kali ini tidak lagi. Reina yang lemah di hari-hari yang lalu telah mati. Yang akan mereka hadapi kali ini adalah Reina dengan jiwa yang baru, yang tak begitu saja tunduk pada kekuasaannya.
Akan tetapi, untuk semua itu, dia butuh banyak uang, dan dia sudah memiliki rencana untuk mendapatkannya. Dan itu akan dimulai beberapa saat lagi.
"Maaf, ini tempat duduk Reina, kamu siapa...?" tanya seorang teman cowok berkacamata yang sudah berdiri di samping meja Reina.
"Baim... ini aku, Reina!" jawab Reina. Baim adalah teman sebangku Reina, dan juga sama-sama dari jalur beasiswa. Penampilan Baim pun tak jauh dari Reina; culun dan berkacamata.
Baim juga sering mendapat perundungan, sama seperti Reina, hanya saja tidak separah Reina yang memang oleh Starla dianggap sebagai saingan. Karena kecantikan dan kepintaran Reina yang kerap memikat para cowok most wanted.
"Reina? Kamu Reina?!" tanya Baim terpekik tak percaya. Dan tentu saja suara Baim itu membuat suasana kelas yang baru berisi beberapa siswa itu menjadi heboh.
"Iya, ini aku Reina! Masa kamu nggak ngenalin aku sih?!" jawab Reina sambil cemberut.
"What...?!! Dia Reina...?!" seru beberapa teman cowok serempak tak percaya, dan membuat mereka serempak mendekat, membuat kerumunan mengelilingi Reina. Reina tidak peduli pada yang lain; yang dia lihat hanya Ibrahim, yang oleh teman-temannya dipanggil Baim.
Hanya Baim lah satu-satunya yang tak pernah ikut membully Reina. Hanya Baim yang berteman tulus dengannya, dan juga Baim lah yang menolong Reina seusai dia dirundung setelah pengakuan cintanya pada Sena.
Walaupun Baim memang datang terlambat, karena Baim datang setelah para perundung pergi.
"Maaf, aku tak berani menolongmu tadi. Kau boleh bilang aku pengecut, tapi aku memang benar-benar takut pada mereka...!" ucap Baim kala itu sambil menutupi badan Reina dengan jaket usangnya. Dan Reina hanya bisa mengangguk maklum, karena memang nasib Baim di sekolah itu pun tak jauh beda darinya.
"Waow... Kamu cantik sekali. Aku benar-benar tak mengenalimu tadi. Aku kira tadi kamu itu adalah murid pindahan...!" ungkap Baim jujur.
"Reina...? Kamu beneran Reina...?" tanya Murid A. Tapi Reina hanya menatapnya datar, tanpa keinginan untuk menjawab seperti yang dia lakukan pada Baim.
Lihatlah... Reina hanya membersihkan wajah dengan getah lidah buaya hingga sisa-sisa arang yang sering dilaburkan Starla habis tak tersisa, menggerai rambut, dan memendekkan rok, dan itu sudah cukup untuk membuat semua mata tertuju padanya; apa kabar jika Reina sedikit memoles wajahnya?
"Reina...!!!" Suara orang yang ditunggu oleh Reina datang juga.
"Di mana Reina? Apa dia belum datang?" tanya suara itu yang tak lain adalah Sena. Beberapa teman cowok yang tadi mengerumuni Reina perlahan minggir, hingga terlihatlah Reina yang sedang duduk diam sambil menatap ke arah pemilik suara dengan pandangan dingin dan datar.
"Mana Reina? Siapa kamu? Kenapa kamu duduk di bangku Reina?!" tanya Sena dengan mata menelisik melihat wajah baru di hadapannya.
"Dia Reina." jawab Baim.
Sena tersentak mendengarnya, "Kamu? Kamu Reina?" tanya Sena. Matanya memindai dengan teliti wajah di hadapannya.
"Iya!" jawab Reina singkat.
"Wow... kamu benar-benar berbeda hari ini!" ucap Sena sambil tersenyum. Tak ada raut tersipu di wajah Reina seperti biasanya. Yang ada hanya raut dingin dan datar, membuat Sena merasa asing dengan tatapan itu.
"Ah, aku datang untuk mengambil buku yang aku titipkan kemarin, kamu tidak lupa mengerjakannya kan?!" Sena sudah kembali ke niat awalnya untuk menemui Reina. Reina mengambil buku dari dalam tas dan meletakkannya di meja, kemudian mendorongnya hingga sampai di bagian depannya Sena yang berdiri di seberang meja tanpa kata, tanpa senyum. Tidak ada lagi senyum tersungging manis untuk Sena seorang.
"Apa kau sedang tidak baik-baik saja?!" tanya Sena. Entah kenapa dia merasa tidak suka dengan sikap Reina yang seperti itu. Dia lebih senang pada sikap Reina yang bersikap manis padanya, walaupun dia juga tidak menyukai sosok Reina yang lama.
"Tidak!" jawab Reina singkat.
Sena mengerutkan keningnya; yang ada di hadapannya sekarang seperti bukan Reina. Tapi dia tak punya waktu untuk memikirkan itu, hingga kemudian dia berkata,
"Baiklah, aku akan kembali ke kelasku. Nanti di jam istirahat aku akan traktir kamu seperti biasa...!" ucapnya kemudian berlalu. Sena memang harus segera kembali ke kelasnya karena sebentar lagi jam pelajaran dimulai.
Reina menatap datar punggung Sena yang perlahan menjauh. Ada seringai licik di sudut bibirnya, sangat tipis hingga hanya dia yang tahu.
Traktir katanya??? Ya... Sena memang selalu membelikan makanan untuknya setiap kali dia selesai mengerjakan tugas sekolah dari Sena. Akan tetapi, apa yang dibelikan oleh Sena untuk Reina bukanlah makanan yang sama seperti apa yang dimakan oleh Sena.
Yang dibelikannya untuk Reina adalah makanan dagangan sisa kemarin yang sudah dipoles ulang oleh pemilik kantin dan dijual dengan harga murah. Dan betapa bodohnya Reina yang dulu selalu saja merasa bahagia dengan setiap pemberian Sena. Akan tetapi, semua kebodohan itu tidak akan pernah terulang lagi.
Reina yang sekarang adalah jiwa yang baru.
Permainan akan segera dimulai, Sena. Kau cowok yang sangat tidak menghargai sebuah ketulusan, maka cowok sepertimu hanya pantas untuk ditindas. Akan tetapi, sebelum itu aku harus bisa mengambil keuntungan yang banyak darimu lebih dulu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!