THE ENDGAME
01
Aku terbangun karena suara ponselku yang bergetar. Dengan satu mata terbuka, aku melirik jam di samping tempat tidurku—saat itu sudah pukul 6 sore. Aku baru saja mendarat pagi ini dari Paris Fashion Week untuk Louis Vuitton, dan rasa lelah yang amat sangat membebaniku.
Aku mengambil ponselku dan melihat nama manajerku muncul di layar. Aku hampir tidak sempat menyapa sebelum suaranya yang menggelegar terdengar.
?
"Ya Tuhan, Chione! Aku sudah meneleponmu berjam-jam!"
Aku mendesah. Saat dia bersuara seperti itu, aku tahu ada yang salah.
Chione Estelle Delgado
"I have jet lag, and I was sleeping," I mumbled
Chione Estelle Delgado
"What's wrong?"
?
"Periksa media sosialmu terutama berita."
Kebingungan pun terjadi. Kalau dia menyebut berita, pastilah itu sesuatu yang besar.
Aku membuka kunci ponselku, dan hal pertama yang kulihat adalah wajahnya. Wajah yang berusaha keras kulupakan. Wajah yang ingin kuhapus dari ingatanku sejak dia memutuskan hubungan denganku empat bulan lalu.
Keegan Caesar Romano.
Tetapi apa yang saya lihat selanjutnya membuat jantung ku berdebar kencang
Berita itu tersebar luas—ia baru saja kalah di Grand Prix Eropa. Kekalahan pertamanya sejak kariernya dimulai.
Dan untuk pertama kalinya, aku tidak ada di sana untuk menontonnya balapan.
Saat aku menggulir ke bawah, tangan ku mulai gemetar. Nama ku ada di mana-mana.
?
"Semua orang khawatir, Chione,"
Kata manajerku melalui telepon sementara aku masih mencoba mencerna semua berita.
?
"Merek, media berita—semua orang menelepon, menanyakan apa yang terjadi di antara kalian berdua."
Sakit kepala ku mulai muncul. Kami seharusnya mengumumkan perpisahan itu malam itu juga, daripada membiarkan keadaan menjadi tidak terkendali.
Suaranya membuatku terdiam. Aku bisa mendengar kelelahan dalam nada bicaranya karena menangani kekacauan ini.
?
"Aku tahu kalian berdua sudah putus, tetapi hubungan kalian telah membangun reputasi. Hubungan itu membuat kalian mendapatkan kesepakatan merek, peragaan busana—hubungan itu membuat dia dikenal di luar dunia balap. Jika orang-orang tahu kalian tidak lagi bersama, kalian akan menanggung kerugian besar"
Aku benci betapa mudahnya aku memahami maksudnya.
Dia ingin aku berpura-pura—bertindak seolah-olah kami masih bersama. Untuk melindungi reputasiku. Reputasi kami.
Chione Estelle Delgado
"Zell!"
Kataku sambil memanggil namanya. Saat aku melakukannya, dia tahu aku berbicara sebagai teman, bukan sekadar kliennya
Chione Estelle Delgado
"Dia memutuskan hubungan denganku!"
Zeline Weasley
"Aku tahu Chione"
Katanya, nadanya lebih lembut, hampir penuh pengertian.
Zeline Weasley
"Tapi antara kamu dan dia, kamu punya lebih banyak hal yang akan hilang."
Aku tahu dia benar. Keegan terlahir dalam keluarga kaya. Di sisi lain, aku telah berjuang dengan segala cara—darah, keringat, dan air mata—untuk mencapai kesuksesan, jauh dari daerah kumuh tempatku dibesarkan.
Chione Estelle Delgado
"Apakah ada orang dari pihaknya yang menelepon?" tanyaku sambil memijat kepalaku
Zeline Weasley
"Ya. Mereka ingin bertemu dengan kalian berdua"
Zeline Weasley
"Kita tinggal menunggu Keegan mendarat dari Inggris, lalu kita akan membahas langkah selanjutnya."
Aku mendesah. Aku tidak tahu apakah aku siap menemuinya lagi—tidak setelah semua yang terjadi.
Chione Estelle Delgado
"Baiklah. Kirim saja pesan singkat tentang waktu dan tempatnya. Kurasa aku perlu tidur siang lagi sebelum mengurus ini."
Zeline Weasley
"Sebaiknya begitu, terutama karena kau akan menemuinya lagi." Terkekeh
Katakan padaku mengapa aku duduk di sini, di penthouse-nya, di tengah malam—tempat yang sama di mana aku menghabiskan hari-hari bersamanya. Setiap sudut, setiap ruang—aku telah mengingat semuanya.
Zeline Weasley
"Singkirkan ekspresi masam itu dari wajahmu, Chione," godanya pada Chione
Zeline Weasley
"Manajernya bilang lebih aman bicara di sini. Tidak ada pers, tidak ada kebocoran—tidak ada yang bisa mengadu."
Aku tahu itu. Tapi itu tidak membuatku merasa lebih baik.
Segala sesuatu di tempat ini sama persis. Bahkan kode aksesnya. Tanggal peragaan busana pertamaku—malam saat kita bertemu.
Aku bilang pada diriku sendiri bahwa dia terlalu malas untuk mengubahnya. Atau mungkin dia lupa. Apa pun kecuali alternatifnya—karena dialah yang memutuskan hubungan denganku
Lalu, bunyi bip lembut kode pintu bergema di seluruh penthouse.
Aku sudah tahu siapa orangnya
Pintunya terbuka, dan dua orang masuk—salah satunya adalah mantan pacarku, Keegan Caesar Romano.
Pandangan kami bertemu, dan aku berusaha sekuat tenaga untuk menyalurkan Elsa dalam diriku.
Sembunyikan, jangan rasakan.
Sebaliknya, aku menoleh ke manajernya dan menyapanya
Chione Estelle Delgado
"Hai, Keano. Senang bertemu denganmu lagi."
Keano Mahendra
"Hai Nona Chione, senang juga bertemu dengan mu." Tersenyum
Kami saling berbasa-basi, tetapi aku bisa merasakan tatapan Keegan membakar pikiranku.
Kami diminta untuk duduk dan akhirnya membahas situasi tersebut, dan saya berusaha sekuat tenaga untuk tidak menatapnya. Namun Keegan, yang tidak tahu malu seperti biasanya, terus menatap ku
Keano Mahendra
"Kami tahu kalian berdua putus, dan kami tidak di sini untuk mencari tahu alasannya," Keano memulai
Keano Mahendra
"Tapi karier, agensi, dan seluruh citra publik kalian terikat pada hubungan ini. Jika dunia mengetahuinya, kalian berdua akan menanggung akibatnya."
Aku mengangguk karena, sungguh, pilihan apa yang kumiliki? Seperti yang dikatakan Zeline, aku punya lebih banyak hal yang bisa hilang
Keano Mahendra
"Jadi, inilah yang perlu terjadi, Kalian berdua harus datang ke acara masing-masing, pergi berkencan di tempat umum yang bisa dilihat paparazzi, mengunggah foto bersama—pada dasarnya, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa."
Chione Estelle Delgado
"Dan berapa lama kita harus berpura-pura?" tanyaku.
Keegan Caesar Romano
"Kenapa?" Sela Keegan
Keegan Caesar Romano
"Tidak sabar untuk menjauh dariku?"
Hal itu membuatku menatapnya.
Chione Estelle Delgado
"Bukan itu intinya."
Keegan Caesar Romano
"Akhirnya kau menatapku."
Keano Mahendra
"Kami belum yakin" Sela Keano
Untungnya menghentikanku sebelum aku sempat melempar sesuatu ke Keegan
Keano Mahendra
"Tapi sampai kita punya jadwal yang jelas, aku butuh kalian berdua untuk bekerja sama."
Aku mendesah pasrah. Aku benar-benar tidak punya pilihan.
Kami membahas beberapa detail lagi sebelum teleponku berdering, dan aku melirik ID penelepon. Ternyata Eiden.
Zeline Weasley
"Siapa?" Berbisik
Chione Estelle Delgado
"Eiden"
Chione Estelle Delgado
"Maaf, aku harus mengangkat telfon permisi"
Chione melangkah ke balkon dan menjawab panggilan dari Eiden
Eiden adalah tipe teman yang terlalu protektif. Ia langsung menghujani ku dengan pertanyaan-pertanyaan—bagaimana keadaan ku, apakah Keegan dan aku sudah kembali bersama, dan apakah aku membutuhkan bantuannya. Saya menjawab dengan singkat, mengatakan kepadanya bahwa aku baik-baik saja dan bahwa kami sedang berusaha mengatasinya.
Saat aku menutup telepon dan kembali masuk, Keano dan Zeline sudah pergi
Hanya Keegan yang tersisa, duduk di sofa dengan ekspresi serius di wajahnya
Chione Estelle Delgado
"Di mana manajerku?" tanyaku
Keegan Caesar Romano
"Mungkin kalau kamu tidak berbicara di telepon dengan pria itu selama ini, kamu akan tahu." Suaranya tidak terbaca—datar, tanpa emosi.
Chione Estelle Delgado
"Perasaan ku bahkan tidak selama itu"
Aku mengabaikannya, meraih tasku, dan memutuskan untuk menelepon Zeline begitu aku keluar dari sini. Aku perlu tahu mengapa dia meninggalkanku sendirian dengan keturunan Setan
Namun, saat aku baru saja mencapai pintu, suaranya menghentikan langkahku.
Keegan Caesar Romano
"Mau ke mana, Ice?"
Dia baru saja memanggilku Es
Itu sesuatu yang pribadi—sesuatu yang hanya kami yang tahu. Ketika kami pertama kali mengetahui bahwa namaku berarti es dan dia berarti api, kami mulai saling memanggil dengan sebutan itu.
Bagi orang lain, mungkin hal itu terdengar mengerikan, tetapi bagi kami, itu berarti segalanya.
Chione Estelle Delgado
"Hanya kita berdua, Keegan. Tidak perlu nama panggilan." Suaraku tenang, tetapi peganganku pada tas semakin erat.
Aku berbalik hendak pergi lagi ketika dia berbicara sekali lagi.
Keegan Caesar Romano
"Apakah kamu akan menemuinya?"
Tidak perlu bertanya siapa yang dia maksud. Karna sudah pasti yang ia maksud adalah Eiden
Chione Estelle Delgado
"Bukan urusanmu." Aku mengesampingkan kata-kata itu sebelum melangkah keluar.
Begitu aku melangkah masuk ke dalam lift, rasa lelah langsung menyerang saya seperti kereta barang. aku butuh perawatan spa setelah ini.
Namun ketika pintu di lantai dasar terbuka, seorang penjaga bergegas ke arah ku
Penjaga
"Nona Chione! Ada banyak paparazzi di luar. Banyak sekali. Kami rasa kami tidak bisa mengeluarkan Anda dari sini ini dengan aman."
Chione Estelle Delgado
"Apa yang harus saya lakukan?" Rasa panik mulai muncul di dada ku
Chione Estelle Delgado
"Haruskah saya menelepon agensi untuk meminta bantuan? Saya harus pulang."
Penjaga itu ragu-ragu sebelum menawarkan alternatif
Penjaga
"Mungkin sebaiknya Anda menginap di penthouse Tn. Keegan."
Karna tidak punya pilihan lain, Aku berbalik dan berjalan malu kembali ke lift, menekan bel Keegan - meskipun aku masih tahu kode sandinya.
Pintu pun terbuka, memperlihatkan dia dengan seringai di wajahnya.
Rasanya aku benar-benar ingin meninjunya.
Keegan Caesar Romano
"Masuklah" katanya santai
Keegan Caesar Romano
"Para penjaga sudah memberi tahu ku apa yang terjadi." Lalu, tanpa menunggu ku menjawab, dia pergi.
Aku tidak punya pilihan selain mengikutinya
Aku duduk di sofa, mencoba mengabaikan semua hal tentang situasi konyol ini. Aku bahkan tidak tahu ke mana Keegan pergi—mungkin ke kamarnya, yang menurutku tidak masalah
Sambil mendesah berat, aku mengeluarkan ponselku dan menelepon Zeline
Dia langsung mengangkat telepon
Zeline Weasley
"Hai, Chione. Kamu sudah pulang?
Chione Estelle Delgado
Aku mengejek. "Mungkin kalau kau tidak meninggalkanku di sini, aku akan berada di sini."
Zeline Weasley
"Hah? Tapi Keegan bilang dia perlu bicara denganmu. Dia menyuruh kita pergi duluan dan bilang dia akan mengantarmu pulang sendiri." Dia terdengar benar-benar bingung.
Aku hampir menjatuhkan ponselku
Chione Estelle Delgado
"Bicara? Aku bahkan tidak bisa berbicara baik-baik dengannya. Seolah-olah aku ingin berbicara dengannya!!"
Zeline Weasley
"Oke, oke, tenanglah" Menenangkan
Chione Estelle Delgado
"Zel sebelum kau meninggalkan tempat Keegan... apakah kau melihat ada paparazzi di luar?"
Zeline Weasley
"Hah? Tidak, sama sekali tidak. Aku bahkan hampir tidak melihat siapa pun karena sudah sangat larut. Kenapa?"
Perlahan aku menoleh - dan di sanalah dia, bersandar di dinding, memandangiku dengan ekspresi puas.
Dia telah mendengarkan sepanjang waktu
Keegan Caesar Romano
"Good night Ice" Dia menyeringai sebelum menghilang ke kamarnya.
02
Aku terbangun dengan perasaan gelisah karena merasa sedang diawasi. Saat aku mengedipkan mataku, hal pertama yang kulihat adalah Keegan—duduk di kursi di samping tempat tidur, menatapku.
Chione Estelle Delgado
"Apa-apaan, Keegan! kenapa kau masuk!" teriakku sambil tersentak bangun.
Keegan Caesar Romano
"Bagus, sekarang kau sudah bangun." Ucapnya dengan santai, seolah-olah dia tidak membuatku takut.
Aku menatapnya dengan heran
Chione Estelle Delgado
"Jangan bilang kau duduk di sana sepanjang waktu, hanya menungguku bangun?"
Dia hanya mengangkat bahu dan berdiri
Chione Estelle Delgado
"Kau bisa saja memanggil namaku atau semacamnya. Siapa sih yang mengawasi seseorang sampai mereka bangun?"
Keegan Caesar Romano
"Aku." Jawabnya sambil berjalan menuju pintu
Keegan Caesar Romano
"Sekarang, bangun dan makan. Kita perlu bicara."
Chione Estelle Delgado
"Dasar psikopat" gerutuku pelan sebelum memaksakan diri bangun dari tempat tidur.
Karena tidak ada pilihan lain tadi malam, aku akhirnya menginap di kamar tamunya. Memang bukan situasi yang ideal, tetapi begitulah adanya
Saat bersiap-siap, tanpa sadar aku mengecek media sosialku, hanya untuk melihat berita yang sudah beredar tentang aku yang bermalam di tempat Keegan
Bagus. Setidaknya itu bisa membantu menghilangkan rumor putus cinta. Bahkan jika itu benar.
Aku menuruni tangga dan langsung menuju dapur, tetapi seketika tubuhku membeku saat melihat pemandangan di depanku.
Keegan, berada didapur menyiapkan sarapan
Sesaat, rasanya tidak ada yang berubah. Seperti semua pagi yang kami lalui bersama, saat dia bersikeras memasak untukku bahkan saat kami sudah terlambat. Cara dia bersenandung pelan, aroma kopi memenuhi udara-
Aku menenangkan diri dan menggelengkan kepala pelan. Tidak. Aku seharusnya tidak memikirkan itu. Tidak lagi.
Kita sudah selesai.
Chione Estelle Delgado
Apa yang akan kita bicarakan?" tanyaku sambil memaksakan suaraku agar tetap netral saat aku duduk di meja makan
Keegan Caesar Romano
"Makan dulu"
(Anggap aja udah pagi ya)
Ia menaruh piring dan minuman di depan roti panggang me-kaya dan teh Thailand. Makanan kesukaanku
Aku mengatupkan rahangku. Aku tidak tahu mengapa dia melakukan ini. Mengapa dia bersikap seolah-olah kami tidak putus. Seolah-olah dia bukan orang yang mengakhiri semuanya. Dan itu
membuatku makin marah.
Chione Estelle Delgado
"Aku tidak ke sini bukan karena keinginanku sendiri, dan aku jelas tidak ke sini untuk sarapan" kataku dingin
Chione Estelle Delgado
"Jadi, mari kita bicarakan apa pun yang perlu kau katakan agar aku bisa pergi."
Dia bahkan tidak mengedipkan mata melihat sikapku. Sebaliknya, dia hanya duduk di depanku dan terus makan seolah-olah dia punya banyak waktu luang.
Keegan Caesar Romano
"Kita tidak akan bicara apa-apa sebelum kamu makan."
Aku mendengus dan mendorong kursiku ke belakang
Chione Estelle Delgado
"Kalau begitu aku pergi."
Keegan Caesar Romano
"Ice"
Aku berhenti. Genggamanku pada kursi semakin erat.
Chione Estelle Delgado
Bisakah kau berhenti memanggilku seperti itu?" bentakku, sambil berbalik dan melotot padanya
Chione Estelle Delgado
"Aku tidak tahu kenapa kau bersikap seperti ini, Keegan. Kita bahkan tidak sedang di depan umum, jadi tidak perlu melakukan ini."
Keegan Caesar Romano
"Hanya karena kita putus bukan berarti aku tidak bisa menyuapimu," katanya singkat
Keegan Caesar Romano
"Sekarang, silakan. Duduk dan makan. Setelah itu kita akan bicara."
Aku mengembuskan napas tajam, menahan kata-kata yang sebenarnya ingin kukatakan
Chione Estelle Delgado
"Apa yang akan kita bicarakan, Keegan?" tanyaku. "Jika ini tentang kita-"
Keegan Caesar Romano
"Kita punya acara yang harus dihadiri nanti."
Keegan Caesar Romano
"Aku akan menceritakan detailnya setelah sarapan"
Keegan Caesar Romano
"Jadi untuk saat ini, mari kita makan dengan tenang" Lanjutnya
Aku mendesah frustrasi dan menggelengkan kepala. Lalu, dengan berat hati, aku duduk kembali.
Chione Estelle Delgado
"Semoga kamu tersedak," gerutuku pelan sambil menggigit roti panggangku.
Keegan Caesar Romano
"Aku mendengarnya," katanya, bahkan tanpa mendongak.
Chione Estelle Delgado
"Bagus" Aku meminum tehku dan melanjutkan makan.
Chione Estelle Delgado
"Dia menyebalkan sekali. Ih!" gerutuku dalam hati sambil melempar ponselku ke samping
Zeline terkekeh di sampingku. Acara yang disebutkan Keegan sebelumnya adalah pesta perhiasan Bvlgari, dan kami diundang sebagai pasangan. Ini akan menjadi penampilan publik pertama kami bersama dalam beberapa bulan—sejak putus
Zeline Weasley
"Tenanglah, Chione. Kita akan segera berangkat"
Zeline Weasley
"Dan tolong, bersikaplah baik satu sama lain. Kita harus menghentikan rumor-rumor itu. Berpura-puralah seolah-olah perpisahan itu tidak pernah terjadi"
Chione Estelle Delgado
"I will try my best"
Zeline Weasley
"Ini baru gadisku. Sekarang, ayo pergi."
Keegaan melangkah keluar lebih dulu, berputar untuk membuka pintu mobilku. Tepat sebelum aku keluar, ponselku bergetar karena ada pesan dari Eiden. Aku sudah di sini.
Aku hampir lupa kalau dia juga diundang. Alih-alih menjawab, aku memasukkan ponselku ke dalam tas dan keluar dari mobil.
Chione Estelle Delgado
"Berapa lama kita harus berdekatan?" gumamku, memastikan hanya Keegan yang bisa mendengar, sembari tetap tersenyum sopan kedepan
Keegan Caesar Romano
"Aku rasa sampai acaranya selesai," jawabnya dengan tenang
Hey kenapa dia bisa setenang ini, sedangkan aku sudah muak terus menerus berdekatan dengannya
Keegan Caesar Romano
"Kenapa? Ada tempat yang harus kau dituju?"
Chione Estelle Delgado
"Tidak, aku hanya ingin menjauh darimu."
Dia terkekeh mendengarnya
Keegan Caesar Romano
"Terserah padamu, Ice, karena itu tidak akan pernah terjadi."
Chione Estelle Delgado
"Tidak akan pernah terjadi? Izinkan aku mengingatkanmu bahwa kita sudah putus, Keegan. Kita bersama hanya karena kita harus bersama - karena aku harus bersama - bukan karena aku ingin."
Aku bisa merasakan perihnya air mataku, dan aku berusaha menahannya. Karna banyaknya kamera disekeliling mereka jadi mereka harus menjaga bersikap agar tidak ada yang curiga
Chione Estelle Delgado
"Kau putus denganku, Keegan. Dan aku masih tidak tahu kenapa. Tapi sekarang kau bersikap seperti ini, seolah tidak terjadi apa-apa, dan itu membuatku marah."
Sesaat, aku menangkap sesuatu dalam ekspresinya—sesuatu yang tak terkendali, sesuatu yang berusaha ia tekan. Namun dalam sekejap mata, ekspresi itu hilang, tergantikan oleh ekspresi dingin dan tak terbaca yang selalu ia tunjukkan.
Keegan Caesar Romano
"Tenangkan dirimu, Ice, seseorang mungkin mendengarmu."
Hatiku hancur. Hanya itu kah yang bisa dia katakan?
Chione Estelle Delgado
Aku mengepalkan tanganku. "Hanya itu yang bisa kau katakan Keegan?"
Dia mendesah, seolah ini sulit baginya.
Keegan Caesar Romano
"Ice-"
Chione Estelle Delgado
"Jangan panggil aku begitu" desisku.
Aku merasakan tatapan Zeline padaku, mengamati dengan saksama. Sambil memejamkan mata, aku memaksakan diri untuk menarik napas dalam-dalam, menelan amarah yang naik di tenggorokanku.
Chione Estelle Delgado
"Aku mau ke kamar mandi," gerutuku sebelum berjalan pergi, tanpa menunggu jawabannya.
Aku terus tersenyum, menggumamkan permintaan maaf saat aku melewati orang-orang yang menyapaku dengan hangat. Namun, di dalam hati, aku hancur.
Aku rasa empat bulan tidak cukup untuk melupakannya.
Namun, aku harus menahan diri. Aku tidak akan membiarkan dia melihat betapa dia telah menyakitiku. Aku ingin dia melihat bahwa aku baik-baik saja tanpanya.
Aku membeku di tempat dan berbalik untuk melihat Eiden berjalan ke arahku. Ia tersenyum—sampai ia semakin dekat. Ekspresinya langsung berubah.
Aku bertemu Eiden setahun yang lalu di peragaan busana—dia juga seorang model. Kami semakin dekat, selalu menghadiri acara yang sama, selalu berada di lingkungan yang sama. Dan semakin banyak waktu yang kami habiskan bersama, semakin protektif dia. Kadang-kadang, hal itu membuat ku tidak nyaman, tetapi aku tidak pernah tega menegurnya. Mungkin aku hanya berkhayal. Mungkin dia hanya bersikap baik.
Eiden Arison
"Kamu terlihat kesal."
Aku memaksakan senyum lagi.
Chione Estelle Delgado
"Hah? Tidak, aku baik-baik saja. Aku hanya mau ke toilet"
Eiden Arison
"Tidak, kamu jelas-jelas terlihat kesal." Suaranya tegas, mengabaikan penyangkalanku
Eiden Arison
"Apa itu karena dia?" Itu bahkan bukan pertanyaan
Chione Estelle Delgado
"Eiden, ini bukan-"
Eiden Arison
"Jangan bohong padaku, Chione. Aku baru saja melihatmu menjauh darinya."
Nada suaranya dipenuhi rasa frustrasi. Apakah dia memperhatikan aku dan keegan sedari tadi?
Chione Estelle Delgado
"Aku bersumpah, aku baik-baik saja." Aku meyakinkannya
Chione Estelle Delgado
"Dan aku sudah bilang padamu terakhir kali-kita sedang mengerjakannya, ingat?"
Eiden tahu tentang perpisahan itu. Dia mungkin bahkan menduga bahwa Keegan dan aku berpura-pura mencari publisitas, meskipun aku tidak pernah mengatakannya langsung padanya.
Eiden Arison
"Aku hanya berharap 'mengerjakannya' tidak berarti kembali bersama" gumamnya.
"Kenapa?"
Suara baru menyela, membuat kami berdua menoleh.
Keegan Caesar Romano
"Jadi, akhirnya kau bisa mengambil gambar?"
Keegan berdiri di sana, satu tangan di saku, tatapannya tertuju pada Eiden dengan sesuatu yang nyaris seperti geli. Kemudian dia memiringkan kepalanya, matanya berkilat mengejek.
Keegan Caesar Romano
"Hati-hati, Arison. Kau bertingkah seperti orang yang menunggu tempat yang tidak pernah menjadi miliknya."
Aku melihat bagaimana Eiden mengepalkan tangannya dan melangkah ke arah Keegan, posturnya kaku karena amarah yang nyaris tak terkendali. Namun sebelum sesuatu terjadi, segerombolan wartawan melihat kami dan bergegas menghampiri, kamera menyala dan mikrofon terentang ke arah kami. Kerumunan yang tiba-tiba itu memaksa Eiden untuk mundur, meskipun aku masih bisa merasakan ketegangan yang terpancar darinya.
Keegan, sama sekali tidak terpengaruh, berjalan ke arahku dengan ekspresi puas yang tak tertahankan. Dia melingkarkan lengannya di pinggangku dengan mudah, menarikku sedikit agar terlihat alami—seolah-olah ini adalah sifat alaminya. Dan mungkin, pada satu titik, memang begitu.
Reporter
"Keegan! Chione! Ini acara publik pertama kalian bersama dalam beberapa bulan. Bagaimana kabar kalian berdua?" tanya seorang reporter dengan penuh semangat.
Keegan bahkan tidak ragu-ragu
Keegan Caesar Romano
"Kita baik-baik saja," katanya dengan tenang
Suaranya mengandung keyakinan yang sama yang dulu membuat jantungku berdebar kencang
Keegan Caesar Romano
"Tidak ada yang berubah."
Tidak ada yang berubah? Aku harus menggigit bagian dalam pipiku agar tidak bereaksi. Sungguh menggelikan bagaimana ia berbohong dengan mudahnya, bagaimana ia dengan mudah membuatnya terdengar seperti kami masih kami—seperti kami bukan hanya dua orang yang dipaksa melakukan ini demi reputasi kami.
Aku memaksakan agar tersenyum, memainkan peranku
Wartawan
"Jadi, apakah ini berarti rumor putusnya hubungan itu salah?" desak wartawan lainnya
Tatapan Keegan melirik ke arahku sejenak sebelum ia kembali menatap ke arah kerumunan
Keegan Caesar Romano
"Kalian tidak boleh percaya semua yang kalian baca" katanya ringan, meskipun ada kepastian yang tak terbantahkan dalam kata-katanya
Para wartawan bergumam di antara mereka sendiri, mencatat, dan sesaat, kupikir kami sudah selesai. Namun kemudian Keegan bergeser, sedikit saja, dan kusadari fokusnya tidak lagi tertuju pada mereka.
Aku melirik ke samping dan melihatnya berdiri di sana, memperhatikan kami dengan ekspresi mengeras, rahangnya mengatup rapat. Keegan pasti juga memperhatikan, karena aku merasakan cengkeramannya di pinggangku sedikit mengencang, ibu jarinya menyentuh kain gaunku.
Lalu dia mencondongkan tubuhnya, bibirnya dekat ke telingaku, suaranya cukup keras bagiku dan Eiden untuk mendengarnya
Keegan Caesar Romano
"Beberapa orang perlu diingatkan tentang apa yang awalnya bukan milik mereka."
Sebelum aku bisa bereaksi, bahkan sebelum aku bisa mencerna makna di balik kata-katanya, Keegan menoleh padaku dan mencium bibir ku
Itu bukan ciuman yang dipentaskan dan dilatih hanya untuk kamera. Tidak, ini ciuman yang lambat dan disengaja, seperti dia sedang membuktikan suatu hal—seperti dia ingin memastikan tidak ada ruang untuk keraguan. Tangannya bergerak ke atas untuk menangkup rahangku, memiringkan wajahku sedikit agar lebih dalam, agar terlihat seperti sesuatu yang nyata.
Dan ketika mataku terbuka sesaat, aku melihatnya
Keegan tidak hanya menciumku.
Saat melakukan itu, dia menatap langsung ke arah Eiden.
03
Chione Estelle Delgado
"Jadi, ceritakan lagi kepadaku mengapa aku harus ada di sana?" tanya ku, duduk di kursiku saat pesawat itu terbang tinggi di angkasa.
Keegan Caesar Romano
"Ice, stop it." Dia mengembuskan napas tajam, terdengar benar-benar muak dengan pertanyaanku yang berulang-ulang.
Tapi bagaimana mungkin aku tidak bertanya? Sejak kita bertemu tadi, aku tidak pernah berhenti membicarakannya.
Karena aksinya di acara dua hari lalu tidak berjalan sesuai rencana. Alih-alih meredam rumor putus, acara kecilnya malah memperburuknya.
Dan sekarang kita kembali ke titik awal.
Chione Estelle Delgado
Aku mendesah, mengusap pelipisku. "Aku masih tidak mengerti mengapa kita harus terbang ke pantai untuk ini."
Keegan nyaris tak melirikku.
Keegan Caesar Romano
"Karena aku diundang, dan manajer ku menganggapnya sebagai langkah yang bagus."
Chione Estelle Delgado
Aku mengerutkan kening. "Maksudmu kau diundang. Tapi mengapa aku harus diseret pergi bersama mu."
Keegan Caesar Romano
"Ini hari ulang tahun Mikhail" katanya, nadanya tegas.
Keegan Caesar Romano
"Separuh industri akan hadir, dan setelah apa yang terjadi, kita harus hadir bersama."
Aku menyilangkan lenganku dan menyandarkan tubuh di kursi, sambil mendengus frustrasi.
Dua hari yang lalu, setelah kejadian itu, aku bertanya padanya mengapa dia melakukannya. Mengapa dia menciumku di depan semua orang.
Ia mengatakan ini adalah kesempatan sempurna untuk membungkam rumor-rumor.
Kami bahkan bertengkar tentang hal itu dalam perjalanan pulang dari acara bvlgari
Dalam mobil dipenuhi keheningan pekat saat Keegan mengemudi, jarinya mengetuk-ngetuk setir mobil. Aku duduk dengan tangan terlipat, menatap ke luar jendela, masih terguncang oleh apa yang terjadi.
Chione Estelle Delgado
"Kau tidak perlu melakukan itu," kataku akhirnya, suaraku lebih tajam dari yang kumaksud.
Keegan Caesar Romano
Keegan mengembuskan napas "Itu adalah kesempatan yang sempurna."
Chione Estelle Delgado
"Untuk apa?" bentakku sambil menoleh padanya
Chione Estelle Delgado
"Itu malah semakin Memperburuk keadaan! Sekarang semua orang mengira kita semakin berpura-pura."
Cengkeramannya pada kemudi semakin erat.
Keegan Caesar Romano
"It's either that or let the rumors run wild. That way, we're in control."
Chione Estelle Delgado
"Control? You think that looks natural? Keegan, you kissed me like-" Aku berhenti sejenak, menggelengkan kepala
Chione Estelle Delgado
"Seperti itu tidak berarti apa-apa."
Keegan Caesar Romano
"Apa yang kau inginkan dariku, Ice? Membiarkan mereka terus menggali?" Rahangnya menegang, tetapi dia tetap menatap jalan
Chione Estelle Delgado
"Lalu bagaimana dengan Eiden? Kau sudah keterlaluan padanya."
Keegan Caesar Romano
Keegan tertawa hambar. "Dia memang menginginkannya."
Chione Estelle Delgado
"Dia tidak-"
Keegan melirikku, ekspresinya tak terbaca
Keegan Caesar Romano
"Kau benar-benar tidak melihatnya, ya?"
Chione Estelle Delgado
"Lihat apa?" tanya ku dengan ekspresi kebingungan
Keegan tidak langsung menjawab. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk kemudi lagi, kali ini lebih lambat.
Keegan Caesar Romano
"Jauhi saja dia, Ice."
Aku menatap wajahnya untuk meminta penjelasan, tapi yang kulihat hanya kelelahan.
Tanpa berkata apa-apa lagi, aku melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil, lalu membanting pintu di belakangku.
Chione Estelle Delgado
Aku mendesah lagi, menyingkirkan ingatan itu. "Asal kau tahu, kali ini aku tidak akan ikut bermain."
Keegan Caesar Romano
Keegan menoleh ke arahku sambil menyeringai. "Kita lihat saja nanti."
Mikhail Jevandro
"Chione! Lama tak berjumpa!" Mikhail menyapaku dengan hangat, lalu memelukku erat.
Chione Estelle Delgado
"Happy birthday, Mikhail," kataku sambil tersenyum. Keegan pun menyambutnya dengan jabat tangan.
Mikhail Jevandro
"Aku sangat menghargai kalian berdua di sini," kata Mikhail, sambil melirik ke arah kami
Mikhail Jevandro
"Aku sudah melihat berita utama—orang-orang mengatakan Kau dan Keegan putus? Tidak mungkin! Pria ini tergila-gila padamu." Dia meninju bahu Keegan dengan nada bercanda
Mikhail Jevandro
"Aku ingat saat kalian berdua tidak terlihat bersama selama berbulan-bulan. Aku hampir mengira ada sesuatu yang terjadi di antara kalian, tetapi kemudian aku memergoki pria ini mengawasi setiap berita terbaru tentang kalian. Bahkan acara-acara yang kalian hadiri. Dia tergila-gila padamu, Chione—aku ragu jika dia akan melepaskanmu."
Jantungku berdegup kencang. Mikhail bercanda, tetapi kata-katanya menyentuh hatiku. Aku melirik Keegan, tetapi dia tidak menatapku.
Kenapa kamu benar-benar memutuskanku, Keegan? Tanya ku dalam hati
Mikhail Jevandro
"Anyway" lanjut Mikhail sambil menepukkan kedua tangannya
Mikhail Jevandro
"Aku harus berkeliling, tapi sampai jumpa nanti di pesta kapal pesiar, oke? Selamat bersenang-senang!"
Saat dia berjalan pergi, aku menoleh ke arah Keegan
Chione Estelle Delgado
"Keegan-"
Keegan Caesar Romano
"Aku akan segera kembali" potongnya cepat
Sebelum aku bisa mengatakan sepatah kata pun, dia meremas pinggangku pelan dan berjalan pergi, meninggalkan aku yang berdiri di sana, lebih bingung dari sebelumnya.
Chione Estelle Delgado
"Keegan, apa yang kamu sembunyikan?" Batin ku
Chione Estelle Delgado
“Dingin”
Aku mendongak saat Keegan memakaikan jaket di bahuku
Kapal pesiar itu bergoyang lembut di bawah kami, suara musik dan tawa terdengar dari dalam.
Pesta ulang tahun Mikhail masih berlangsung meriah, tetapi aku telah pergi ke dek, butuh istirahat dari obrolan yang tak ada habisnya. Keegan telah menyusul.
Chione Estelle Delgado
"Terima kasih" bisikku saat dia duduk di sebelahku.
Keheningan menyelimuti kami. Ia meminum minumannya perlahan, kehadirannya tenang, akrab—tetapi jauh. Bahkan setelah sekian lama, aku masih tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan ini—kami. Hatiku belum menyerah, tetapi rasa sakit karena ia pergi tanpa penjelasan masih terasa berat di dadaku.
Chione Estelle Delgado
"Keegan." Aku mengucapkan namanya sebelum aku bisa menahan diri.
Dia berbalik sedikit, menunggu.
Chione Estelle Delgado
"Kenapa kamu memutuskan ku?"
Aku tidak tahu apa yang membuatku bertanya. Mungkin karena kesunyian. Mungkin karena ombak berkilauan di bawah sinar bulan, membuat semuanya terasa tidak nyata. Atau mungkin aku sudah selesai berpura-pura tidak peduli.
Keegan tidak mengatakan apa-apa.
Chione Estelle Delgado
Aku menelan ludah "Is it that hard to tell me why?"
Keegan Caesar Romano
"Ice"
Suara Mikhail memotong ucapan keegan. Kami berdua menoleh saat ia memanggil dari pintu masuk.
Mikhail Jevandro
"Kemarilah sebentar!"
Keegan menghela napas pelan, mengusap wajahnya dengan tangan sebelum menghabiskan minumannya.
Keegan Caesar Romano
"Kau mau ikut?"
Chione Estelle Delgado
"Aku lebih suka lebih di sini."
Keegan Caesar Romano
"Baiklah. Aku tidak akan lama." Dia ragu sejenak, lalu mencondongkan tubuhnya, mengecup rambutku dengan lembut sebelum berjalan pergi.
Aku membeku, tanganku mengepal.
Apakah karena kekecewaan? Bahwa Keegan masih belum bisa menjawabku? Atau rasa takut yang menggerogoti bahwa mungkin tidak ada jawaban sama sekali—hanya karena dia tidak menginginkanku lagi?
Aku mendongakkan kepala, menatap bulan. Malam ini sangat indah, terang dan penuh. Tanpa berpikir, aku melangkah ke tepi kapal pesiar, tertarik padanya. Angin berembus di kulitku, pikiranku akhirnya mulai jernih.
Sebuah dorongan yang tajam.
Tubuhku condong ke depan.
Pagarnya terlalu rendah, aku tidak bisa menahannya.
Dan kemudian saya terjatuh.
Dingin. Gelap. Diam.
Lautan menelanku utuh.
Kepanikan melanda diriku saat air menghantam kepalaku. Tubuhku tersentak karena benturan, rasa sakit menjalar ke punggungku. Aku menendang, mencoba mendorong ke atas, tetapi air menyeretku ke bawah
Aku meronta-ronta dengan liar, tetapi sia-sia. Dadaku sakit, menjerit mencari udara. Lenganku terbakar. Permukaannya terasa sangat jauh.
Aku mencoba bertahan. Sungguh.
Namun kemudian tubuhku mengkhianatiku.
Paru-paruku ambruk terlebih dulu. Mulutku terbuka, putus asa, dan air mengalir deras, memenuhi tenggorokanku, mencekikku. Rasa terbakar menyebar, penderitaan merobek tubuhku saat aku tenggelam lebih dalam.
Aku tidak dapat bergerak lagi.
Suara percikan teredam terdengar di kejauhan, tapi aku sudah menjauh.
Aku terbatuk, tersedak, tubuhku kejang-kejang karena air tumpah dari paru-paruku. Aku tersentak, menarik napas demi napas, setiap tarikan napas terasa seperti api
Awalnya aku hampir tidak menyadari suara itu. Tubuhku gemetar, terlalu dingin, terlalu lemah.
Aku memaksakan mataku untuk terbuka. Semuanya kabur, tapi aku melihatnya—Keegan. Basah kuyup, rambutnya basah kuyup, matanya liar dan merah.
Tangannya memegangku. Suaranya bergetar.
Sebuah gumaman, hampir terlalu pelan untuk didengar.
"Orang ini...melakukan hal itu." Pikirku
Pikiranku terlalu kabur untuk memahaminya.
Saat dunia memudar lagi, hanya satu pikiran yang bergema di benakku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!