NovelToon NovelToon

Fake Queen

Queen 01

" Putraku!!! Tidaaaaakkk!!! Baginda Ratu, saya tahu kalau Anda tidak menyukai saya. Tapi. Apa yang salah dengan anak yang tidak berdosa ini. Dia, dia belum lama melihat dunia. Tapi kenapa Anda mengirimnya kembali. Huaaa hiks hiks."

Drap drap drap

Kerajaan Vasilica menjadi sangat heboh dengan kabar bahwa calon putra mahkota meninggal dunia. Anak yang haru berusia satu tahun itu sudah terbujur kaku. Dan di tempat kejadian, sang ratu berada di sana.

Jenna, selir dari Raja Stefan Vasilica meraung sejadi-jadinya melihat putranya telah tiada. Raja Vasilica yang tengah melakukan pertemuan kenegaraan pun meninggalkan rapat untuk menuju ke lokasi kejadian.

Stefan tentu terkejut saat diberitahu oleh ajudannya. Anak yang sudah dia harapkan dari lama, kini malah meninggal sebelum bisa bertumbuh besar.

" Apa yang kau lakukan hah! Kenapa kau melampiaskan rasa amarahmu pada anakku yang tidak bersalah!"

Stefan sangat murka, dia berteriak dengan sangat keras tepat di wajah istrinya, yakni Ratu Esme. Sedangkan Esme, dia hanya terpaku diam sama sekali tidak bereaksi apapun. Ratu Esme memang dikenal sebagai pribadi yang tegas dan cerdas. Dalam Kerajaan Vasilica, dia juga mengambil peranan penting. Vasilica yang terkenal sebagai tempat singgah perdagangan karena memiliki sebuah pelabuhan yang besar, sangat menunjang pemasukan negara. Oleh karena itu keuangan Vasilica sangat baik dan berkembang menjadi negara yang kaya.

Semua itu tidak lepas dari tangan dingin Ratu Esme Conventina. Hanya saja satu kekurangan Esma yakni tidak bisa memiliki anak. Sudah 10 tahun menikah, namun Esme yang sekarang berusia 28 tahun belum juga memiliki anak.

Setahun yang lalu, akhirnya Stefan mengambil seorang selir dan langsung mengandung. Keputusan Stefan mengambil selir tentu atas desakan banyak pihak. Raja membutuhkan keturunan untuk melanjutkan tahta, dan ratu tidak bisa memberikannya. Maka dari itu, raja harus mengambil selir dan menetapkan anak dari selir sebagai penerus selanjutnya.

Bagi Esme, dia tidak masalah. Karena menyadari bahwa dirinya memang tidak bisa memberi keturunan. Namun dia merasa agaknya tidak cukup sampai di situ.

" Jangan diam saja Ratu Esme. Apa yang kau lakukan pada anakku hah!"

Stefan kembali berteriak. Beberapa pelayan, dayang dan prajurit melihat adegan itu.

" Saya tidak melakukannya Baginda."

Plak!

Sebuah tamparan keras melayang ke pipi Esme. Orang yang melakukan itu adalah suaminya sendiri, Stefan.

Semua orang terhenyak melihat raja yang menampar ratunya sendiri. Selama ini belum pernah ada kejadian demikian. Namun mereka tidak mampu bicara apapun. Terlebih saat ini Ratu Esme memang ada di posisi yang salah. Meskipun demikian, pengikut setia Esme yang terdiri dari dayang dan pelayan, tentu tidak percaya Esme melakukan hal tersebut.

Mereka semua tahu Esme meskipun bersikap dingin dan sangat susah sekali untuk tersenyum, namun wanita itu memiliki hati yang sangat baik. Dia menyayangi anak-anak, bahkan dia juga mendirikan sebuah panti asuhan dengan fasilitas terbaik.

Bukan hanya itu, saat kelahiran Branco, yakni anak dari suaminya dan selir, Esme pun menyambut dengan bahagia. Bahkan dia menjadikan dirinya sebagai ibu asuhnya. Lalu mengapa Esme harus membunuh Branco? Semua yang ada di sisi Esme sangat tidak setuju akan hal tersebut.

" Kau masih berani mengelak padahal Branco ada bersamamu saat dia meninggal!"

" Saya tidak melakukannya, Baginda."

Lagi lagi hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Esme. Hal tersebut membuat Stefan semakin marah saja.

" Bawa Ratu ke penjara bawah tanah. Penyelidikan akan dilakukan, dan jika Ratu terbukti bersalah maka dia akan dieksekusi. Membunuh keturunan raja tentu akan mendapat hukuman yang sesuai."

Haaa

Semua orang yang ada di sana menutup mulutnya tidak percaya. Bagaimana bisa semua ini terjadi. Wajah mereka seketika sedih. Dua orang prajurit yang membawa Esme pun nampak seperti tidak suka. Namun mereka tidak berdaya dengan perintah drai sang raja.

" Maafkan kami, Baginda."

" Tidak masalah, kalian hanya menjalankan tugas. Ayo lakukan sebelum kalian kena peringatan."

Ratu Esme dibawa ke penjara, pemakaman untuk Branco juga digelar. Ucapan bela sungkawa dari berbagai kalangan bangsawan pun datang. Semua tidak menyangka bahwa ini adalah perbuatan sang ratu. Rumor pun beredar dnegan cepat. Mereka mengatakan bahwa ratu cemburu, bahwa ratu tidak suka jika Branco melanjutkan tahta. Mereka juga mengatakan bahwa ratu mungkin takut jika posisinya sebagai ratu tergeser oleh Selir Jenna.

Hanya dalam waktu yang singkat, reputasi baik dari Esme runtuh. Dia yang dulu begitu dipuja kini dihina. Namun itu tidak berlaku untuk pengikut setia Esme.

" Baginda, kenapa seperti ini."

" Aku tidak apa-apa, Daria. Jangan menangis, hmmm. Di sini tidak buruk juga, aku jadi bisa istirahat dan tidak harus bekerja."

Daria, dayang pribadi dari Esme menangis sesenggukan. Daria baru berusia 25 tahun. Dia adalah putri dari seorang count yang merupakan pendukung Esme. Daria masuk ke istana dan jadi dayang Esme sejak 5 tahun yang lalu. Tahun ini rencananya dia akan menikah, namun dia sangat berat meninggalkan ratunya itu.

" Bukankan ini bagus Daria. Kau bisa menikah tanpa memikirkan aku."

" Tidak Baginda, bagaimana saya bisa menikah sedangkan Baginda berada di dalam sini. Aah ya Tuhan, tempat apa ini. Bagaimana bisa ratu ku ada di dalam sini."

Daria menangis keras, dia sangat takut jika Esme benar-benar dieksekusi. Ini sudah seminggu sejak hari itu terjadi.

Drap drap drap

Beberapa prajurit datang, lalu mereka membungkuk memberi hormat. Wajah mereka terlihat sangat kusut, mata mereka bahkan sudah berembun.

" Baginda."

" Aah ternyata sudah diputuskan ya. Baiklah, mari pergi."

" Tapi Baginda, kenapa Anda diam saja padahal Anda tidak bersalah."

Salah satu prajurit akhirnya memberanikan diri bicara. Dia tahu betul bahwa ratu mereka ini tidak salah.

" Apapun yang akan ku katakan tidak akan mengubah keputusan Raja. Baginda sudah menetapkan demikian, maka ya pasti itu yang akan terjadi. Aku juga sudah lelah, jadi mungkin waktu untuk beristirahat. Dan aku juga sama sekali tidak punya bukti."

Mereka menunduk dalam. Tidak ada yang bisa dilakukan lagi.

Pintu penjara di buka. Mereka tidak memegangi Esme layaknya tahanan. Mereka membiarkan Esme berjalan sendiri. Ratu adalah ratu, meskipun mengenakan baju yang lusuh, dia tetap tampak berwibawa. Dagunya terangkat, tubuhnya tegap dam berjalan.

" Sudah mau mati saja masih terlihat sombong."

Entah siapa itu yang bicara, namun yang jelas pasti itu adalah salah satu dari pembenci Esme.

" Ratu Esme Coventina terbukti bersalah. Dia membunuh keturunan Raja, dia akan dijatuhi hukuman penggal di sini. Dan tubuhnya nanti akan dikuburkan di luar dan bukannya di pemakaman keluarga Raja.

Sruuuk

Esme sudah diletakkan di tempat eksekusi. Rakyat yang mencintai Esme, mereka tampak menangis. Rasanya seperti tidak adil, tapi mereka pun tidak mampu bicara. Atau yang aslinya, mereka tidak berani.

Esme melihat ke arah Stefan dan Jenna yang berjalan mendekat ke arahnya. Tatapan mata Stefan tidak bisa diartikan oleh Esme. Pria yang sudah hidup dengannya sejak lama, pria yang sudah ia kenal sejak usianya 5 tahun, kini adalah orang yang akan mengambil nyawanya.

" Mengaku lah Esme. Jika kau mengaku, aku tidak akan mengeksekusi mu."

" Saya tidak bersalah, Baginda."

" Sampai akhir pun kau tetap sombong, Esme. Baiklah jika ini yang kau inginkan. Selesaikan!"

Ketika Stefan berbalik. Jenna, selir dari Stefan itu mengusap matanya dengan sapu tangan. Dia seolah sedih. Tapi Esme bisa melihat senyum tipis di bibir wanita itu.

Esme mengernyitkan alisnya, ia merasa ada yang salah dengan wanita itu. Dan saat benda tajam hendak menghantam lehernya. Ia melihat gerak bibir dari Jena.

" Ma ti kau Es me."

" Sial, kalau aku bisa hidup lagi, akan aku balas semuanya."

Jreees

TBC

Queen 02

Hosh hosh hosh

" Baginda, apa Anda tidak apa-apa. Apa ada yang sakit."

Srek srek srek

Tap tap tap

Esme membulatkan matanya ketika dia melihat tampilannya di cermin. Ia memeriksa, tidak ada luka di lehernya. Dan yang pasti, kepalanya masih menyatu dengan tubuhnya.

" Apa leherku baik-baik saja."

" Ya? Hahaha Anda tidak apa-apa Baginda. Kemarin Anda memang pingsan, tapi itu semua karena Anda kelelahan. Tabib kerjaan sudah memeri Anda obat. Makanya, Anda tidak boleh bekerja terlalu keras, Baginda."

Fyuuuh

Esme menghembuskan nafas penuh kelegaan. Namun dia tidak bisa percaya apa yang dilihatnya saat ini. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi. Baginya itu baru beberapa waktu yang lalu, ia yakin betul bahwa semua itu bukan mimpi.

" Tahun berapa sekarang, Daria."

 " Tahun 525, musim gugur kalender kerajaan Vasilica, Baginda. Ada apa tiba-tiba Baginda bertanya demikian. Ya g saya tahu Baginda selalu hafal dengan tahun dan musim."

Bluk

" Baginda!"

Esme jatuh pingsan. Entah karena saking terkejutnya dia atau saking bahagianya. Keinginan terakhirnya sebelum kepalanya lepas dari tubuh adalah kesempatan hidup kembali. Dan sekarang dia berada di sini. Mungkin Tuhan benar-benar memberikan kesempatan itu sekarang.

" Baginda, apa Anda tidak apa-apa?"

" Ya, maaf telah membuat mu khawatir, Daria."

Daria tergugu, tapi Esme tersenyum lebar. Ya dia sangat senang akhirnya bisa melihat Daria kembali. Esme lalu mencoba menelaah. Jika ini adalah tahun 252 berarti dia kembali ke masa dimana sebentar lagi Stefan sudah mengambil selir. Namun Jenna belum resmi diangkat menjadi selir. Itu berarti Jenna sudah berada di sebuah paviliun. Dia baru mendapatkan istana setelah dirinya resmi diangkat menjadi selir.

" Itu berarti saat ini Jenna belum hamil."

" Baginda, apa Anda terlalu frustasi karena Baginda Raja akan memiliki selir. Wanita itu, sungguh seperti ular."

" Apa maksudmu?"

" Iya ular Baginda. Dia belum jadi apa-apa tapi sudah berlagak seperti Nyonya, bahkan dia juga meniru gaya berpakaian Baginda Ratu. Cih, sok-sokan. Tapi memang dari dulu wanita itu menyebalkan."

Esme mengerutkan kedua alisnya, di hidupnya yang sebelumnya dia tidak pernah mendengar hal semacam ini. Entah apa yang ia lakukan dulu, sampai-sampai dia abai dengan hal-hal kecil yang mungkin bisa menjadi sebuah celah untuk dirinya selamat dari kematian.

" Coba ceritakan, dari apa yang kamu katakan sepertinya kamu cukup mengenal Jenna."

" Iya, kami dari akademi yang sama. Dia kan putri Count, hanya saja usianya memang lebih muda 2 tingkat dari saya, Baginda. Dia memang terkenal cantik. Banyak pemuda yang menyukainya, tapi beberapa dari kami juga tahu kalau dia itu memiliki wajah yang ganda. Dia di depan bersikap baik, tapi jika dibelakang dia akan menggigit. Ehmmm, dia pandai memanipulasi orang lain."

Degh!

Kepala Esme langsung terasa pening. Ia mengingat beberapa hal di kehidupannya yang lalu, tepatnya sebelum dia mati. Jenna yang seolah menangis, namun sebenarnya tengah menertawakan akhir dari kematian Esme. " Ma ti kau es me."

Ya, Esme mengingat jelas. Dan sekarang Esme semakin yakin bahwa Jenna memang menginginkan kematiannya.

" Awas kau," gumam Esme lirih. Sejenak dia bisa berkesimpulan bahwa hukuman yang ia trima bisa saja itu semua ulah dari Jenna. Dan Esme kali ini tidak akan masuk ke dalam lubang yang sama.

Tok tok tok

" Baginda, ini saya Paul."

" Ah ya, masuklah."

Paul adalah ajudan sekaligus tangan kanan Esme dalam memegang pekerjaan. Setiap mengurus pekerjaan pasti Paul lah yang akan membantu Esme. Selama ini, Esme bekerja dengan sangat eras. Dia seroang Ratu namun malah apa yang dikerjakannya tidak seperti Ratu sebenarnya.

Ratu biasanya memang mengurus perkejaan, namun biasanya pekerjaan itu berkaitan dengan rumah tangga istana. Selain itu perjamuan, pesta, dan sejenisnya haruslah dilakukan.

Akan tetapi Esme tidak, dia sangat sibuk mengurus negara. Dia banyak berusaha agar Vasilica menjadi kerajaan yang memiliki nama. Dan itu benar terjadi. Bertahun-tahun Esme membangun pelabuhan, akhirnya 3 tahun ini Pelabuhan Otis berkembang menjadi pelabuhan yang dijadikan tempat singgah oleh para pedangan. Hal tersebut merupakan prestasi yang sangat luar biasa.

Dengan itu juga nama Esme di kenal. Dia dijuluki Fake Queen atau Ratu Palsu. Mengapa demikian, karena seharusnya yang cocok dan pantas untuk memimpin negara ini adalah Esme dan bukan Stefan.

Ratu Palsu di sini memiliki konotasi yang baik. Mereka berharap Esme memiliki kebijakan penuh terhadap Vasilica.

Tapi tentu saja itu tidak akan pernah bisa, bagaimana pun Stefan adalah rajanya. Di sini Esme hanyalah pendukung dari Raja.

" Anda hari ini punya janji, Baginda Ratu."

" Batalkan. Batalkan semua janji ku hingga sepekan ke depan."

Ya?

Apa?

Paul dan Daria saling pandang. Mereka tentu merasa heran. Yang keduanya tahu, Esme adalah wanita pekerja keras. Kalau bahasa jaman milenial menyebutnya workaholic atau penggila kerja. Tiba-tiba Esme bicara demikian, tentu hal ini menjadi sebuah kebingungan bagi dua orang yang selalu ada bersamanya.

" Anda ada kunjungan untuk pertemuan dengan para pedangan juga, apa itu juga~"

" Batalkan. Aku tidak mau bekerja. Minta Stefan saja yang melakukannya. Aku tidak ingin jadi Fake Queen. Mulai sekarang aku akan jadi Ratu yang sesungguhnya hahahaha."

Lagi dan lagi, Paul bersama Daria merasa kebingungan. Mereka tidak mengerti apa yang saat ini dipikirkan oleh ratunya ini. Tapi meskipun demikian, Daria merasa tetap harus bertanya.

" Apa Anda akan melakukan kudeta, Baginda. Apa Anda akan mengambil alih tahta Raja."

" Hahaha, tidak. Buat apa. Aku tidak butuh itu. Untuk apa, capek-capek. Yang aku maksudkan di sini, mulai sekarang aku akan mengadakan jamuan pesta teh dan jamuan pesta dansa. Aku akan bersikap layaknya seroang Ratu. Kau tahu Daria, dan Paul.Aku sudah sangat lelah. Sejak kecil, tepatnya sejak usia ku 5 tahun, dimana aku dinobatkan untuk jadi putri mahkota, aku sudah selalu belajar dan belajar. Aku tidak punya waktu bermain. Jadi sekarang aku akan mulai menikmati waktu istirahatku. Aku akan berhenti bekerja dan bersenang-senang hahaha. Aah iya, sampaikan semua pekerjaanku ini kepada Stefan. Dia kan Raja, ya jadi biar dia saja yang mengurus semuanya ini."

Gluph!

Paul menelan saliva nya dengan susah payah. Bagaimana dia bisa berani menyuruh seorang raja untuk bekerja. Tapi jika tidak disampaikan sekarang maka semua pekerjaan akan berantakan. Paul bisa saja kena amukan dari berbagai pihak.

" Baik Baginda, saya akan menyampaikan ini pada Baginda Raja."

" Bagus, setelah itu kau pun harus kembali padaku."

" Apa?"

" Kau kan ajudanku, jadi sudah sepantasnya mengurusku. Jadi setelah menyerahkan pekerjaan itu, langsung kembali padaku."

Paul sama sekali tidak mengerti, tapi dia tetap akan melakukan tugas dari ratunya tersebut. Dengan wajah penuh kebingungan dan tangannya yang menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal, Paul berjalan menuju ke tempat kerja Stefan.

" Apa kau bilang, Ratu tidak mau bekerja?"

TBC

.

Queen 03

Paul berjalan menuju ke tempat Stefan dengan harap-harap cemas. Satu sisi dia memang harus melakukan perintah tuannya yakni Esme, tapi di sisi lain nyalinya tidak besar ketika harus berhadapan sengan Stefan.

" Baginda, saya Paul datang menghadap."

" Hmm ya, ada apa Paul?"

Stefan terlihat sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Awalnya Paul merasa raung menyampaikan perintah Esme. Tapi dia harus patuh terhadap sebuah perintah dari Ratu negera ini.

" Baginda, ini adalah beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Baginda." Sembari bicara begitu, Paul menyodorkan tumpukan kertas beserta jadwal pertemuan yang sebenarnya semuanya adalah milik Esme.

Stefan mengerutkan kedua alisnya ketika membaca beberapa yang tertulis di kertas. Ia pun berkata," Lho, ini bukannya pekerjaan Ratu? Laku mengapa kau memberikannya padaku?"

" Betul Baginda. Dan maaf atas kelancangan saya, tapi Baginda Ratu berkata bahwa beliau enggan untuk bekerja."

" Apa, Ratu tidak mau bekerja?"

Stefan terkejut bukan main. Ini jelas bukanlah sifat Esme. Stefan sudah mengenal Esme dari kecil. Esme adalah wanita yang memiliki ambisi besar dan juga pekerja keras. Jadi rasanya janggal saja ketika Paul berkata bahwa Esme tidak mau melakukan apa-apa.

Sreek

Stefan bangkit dari duduknya dan berjalan ke luar ruangan. Tujuannya tentu saja ke tempat sang ratu berada. Sebagai seorang ratu, Esme memang lebih banyak bergerak dalam bidang ekonomi ketimbang politik. Namun bukan berarti Esme tidak mengerti politik. Bahkan dukungan dari para bangsawan yang bergerak dalam bidang perdagangan banyak ke arah Esme.

Hampir setengah dewan legislatif menjadi pendukung Esme. Ini pun pernah menjadi ketakutan bagi pendukung Stefan. Karena raja dianggap kalah dari ratu. Tidak sedikit yang berkata bahwa Esme sendiri pun mampu memegang kendali Vasilica tanpa adanya Stefan.

"Ratu ku, apa kau sedang tidak enak badan?"

"Hmm, tidak Baginda. Saya baik-baik saja."

"Esme, kenapa kau tiba-tiba bicara formal padahal hanya ada kita berdua di sini. Apa kau sedang merajuk padaku, hmm?"

Memang benar, Esme selalu bicara santai dengan Stefan ketika mereka bersama. Apalagi mereka memang teman masa kecil atau lebih tepatnya mereka sudah ditunangkan sedari kecil. Jadi keduanya sangat dekat dan mengenal satu dengan yang lain lebih dalam.

Terkadang Esme merasa hubungan pernikahannya dengan Stefan tidak terasa seperti suami istri. Esme merasa mereka lebih seperti hubungan dengan rekan atau partner kerja. Cinta dan sayang, Esme tidak tahu bagaimana deskripsinya. Ia bertindak sebagai Ratu dan istri sepenuhnya karena itu memang tugas dan posisinya. Bahkan melayani Stefan pun itu karena tugasnya sebagai istri.

"Entahlah Baginda, saya hanya merasa tidak pantas bicara santai kepada Anda. Oh iya Baginda, bagaimana kalau kita bercerai saja?"

"Apa? Kenapa kamu tiba-tiba berkata seperti tu. Cerai? Apa kau tidak salah? Apa semua ini gara-gara Jenna? Dia hanya akan aku jadikan selir. Kau tetaplah istriku yang sah, Esme."

Ekspresi terkejut begitu memenuhi wajah Stefan. Dia sama sekali tidak menduga bahwa Esme akan bicara tentang perceraian. Ketika menyetujui Stefan mengambil seorang selir, Esme bersikap biasa saja dan tentunya setuju-setuju saja tanpa berkomentar apapun.

Tapi sekarang tiba-tiba Esme bicara tentang perceraian, itu tentu sama sekali tidak bisa dimengerti oleh Stefan.

"Ratu ku, apa kau cemburu dengan Jenna. Sungguh dia hanya akan jadi selir saja, dia hanya akan melahirkan anak kita."

"Mana ada anak kita? Anak yang akan lahir nanti itu adalah anak Anda dan dia. Saya hanyalah orang lain. Dan saya juga tidak ingin membesarkan anak wanita lain. Nanti pun anak itu yang akan jadi penerus Anda, bukan? Jadi mari kita bercerai saja. Dan angkatlah wanita itu jadi istri Anda yang sah. Saya tidak ingin jadi Ratu pajangan."

Degh!

Kata-kata Esme membuat Stefan tertohok. Ia merasa bahwa Esme tidak seperti biasanya. Ia merasa Esme tengah bicara yang tidak-tidak.Tapi sebenarnya apa yang dikatakan oleh Esme baru saja bisa Stefan pahami. Wanita yang melahirkan keturunan raja tentu akan mendapat penghormatan dan kedudukan yang tinggi.

"Kau sedang lelah, Esme. Jadi istirahatlah. Katanya kau juga tidak mau bekerja, sekarang gunakan waktu liburmu sepuasnya.Aku yakin semua yang kau katakan tadi karena tubuh dan pikiranmu lelah. Aku akan pergi, istirahatlah."

Stefan meninggalkan Esme. Ia bingung sebenarnya mengapa Esme bersikap demikian, tapi untuk saat ini Stefan akan membiarkan Esme melakukan apa yang dia inginkan namun tidak dengan perceraian. Mau sampau kapanpun Stefan tidak akan menceraikan Esme. Itu sangat tidak mungkin. Ratunya hanya Esme, dan tidak mungkin diganti oleh siapapun.

Fyuuuuh

Esme membuang nafasnya kasar. Dia sudah menduga bahwa meminta cerai dari Stefan bukanlah hal yang mudah.

"Baginda Ratu, apakah yang Anda katakan ke Baginda Raja tadi benar adanya? Apakah Anda sungguh ingin bercerai dengan Baginda Raja?"

Daria yang sedari tadi berada di sisi Esme turut terkejut mendengar pemintaan Esme kepada Stefan. Bercerai nya seroang raja dan ratu itu memiliki banyak hal yang mengikutinya. Salah satunya, Esme akan kehilangan posisinya sebagai Ratu dan segala hal yang berkaitan dengan kerajaan ini. Esme akan kembali sebagai bangsawan biasa dan apa yang selam ini diraih dan dibangunnya pun akan hilang.

"Iya benar."

"Kalau begitu, maka berarti Anda akan ~"

"Tidak masalah, Daria. Aku memang ingin kembali ke wilayahku saja, hidup bertani di sana dengan nyaman tanpa diributkan oleh urusan istana dan politik. Sudah hampir 20 tahun lamanya aku bekerja. Kau tahu kan aku masuk ke istana saat usia ku 5 tahun, dan aku sudah sangat lelah. Setelah ku pikir-pikir aku hanya ingin hidup dengan damai. Kecuali ada orang yang ingin mengusikku, maka tentu saja aku tidak akan tinggal diam."

Ucapan Esme yang panjang lebar itu masih tidak bisa masuak ke pikiran Daria. Namun sebagai dayang pribadi, Daria akan mendukung semua yang jadi keputusan Esme termasuk jika Esme ingin meninggalkan segala hal tentang istana.

"Saya akan mengikuti Anda, Baginda Ratu."

"Hohoho, tidak. Kau tidak boleh ikut dengan ku. Kau juga punya kehidupan sendiri. Kau harus menikah dan juga berkeluarga. Jika aku kembali ke wilayah, aku hanyalah putri seorang count. Jadi mari nanti kita berteman Daria. Bukan sebagai atasan dan bawahan melainkan benar-benar menjadi seperti teman."

Daria menganggukkan kepalanya cepat. Dia lalu menggenggam tangan Esme dengan erat sebagai tanda bahwa dirinya memberi dukungan penuh kepada wanita tersebut.

"Yang pasti aku akan hidup dengan baik dan sangat bahagia tanpa menderita. Itu adalah balas dendam terbaikku."

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!