NovelToon NovelToon

AMORA-GADIS SUCI YANG TERPILIH

AWAL MULA

Jderrr!

Blaaastt... Blaaastt....

Suara kilat dan guntur terus bergemuruh dilangit, membuat semua hewan yang ada didalam hutan bersembunyi ketakutan.

Roarrr...

Seekor serigala hitam yang berdiri paling depan, perlahan bergerak mundur ketika kilat petir menyambar ekor salah satu kawanannya.

Sebelum berbalik pergi, serigala hitam itu menatap tajam gadis kecil yang ada dihadapannya, seolah menegaskan, "Ingat! ini belum sepenuhnya berakhir!"

Gadis kecil itu balik menatapnya nyalang, "Baik, aku tunggu pertemuan berikutnya!", ujarnya melalui isyarat mata yang tak kalah tegas.

Kawanan serigala yang kembali mendengar suara gemuruh dilangit, segera berlari pergi menuju tempat persembunyian mereka.

Begitu sosok gerombolan serigala menghilang dibalik pepohonan, gadis kecil itu berbalik dan berjalan menuju kedalam hutan, mencari tempat berteduh sebelum hujan turun untuk menyembuhkan lukanya.

"Sial! aku tak menyangka jika didalam hutan ini ada sekelompok serigala liar yang hidup disini!", ucapnya menggerutu.

Dia merasa hari ini benar-benar sial!

Bukan hanya gagal mendapatkan hewan buruan, dia juga harus bertarung dengan segerombolan serigala liar hingga mengalami luka separah ini.

Gadis berusia empat tahun itu terus berjalan masuk kedalam hutan terdalam, dengan langkah tertatih-tatih menuju sebuah gua yang berada di samping danau hitam dalam kondisi memprihatinkan.

Pakaian yang dia kenakan sobek dibeberapa tempat,  darah segar mengalir deras dari luka yang terbuka lebar hingga gaunnya yang semula berwarna biru muda kini telah merah sepenuhnya, membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa ngeri. 

Meski begitu,  tak sedikitpun terdengar suara rintihan kesakitan keluar dari mulut mungilnya. 

Jika saja darahnya tak terus mengalir dan wajahnya terlihat sangat pucat hingga seperti mayat hidup, mungkin orang tak akan mengira jika luka yang dideritanya cukup parah.

Gadis itu mempercepat langkah kakinya ketika melihat danau dengan air yang sepenuhnya hitam terpampang jelas dimatanya.

Setelah mengamati sesaat, dia bisa melihat ada lubang besar yang diapit bebatuan kasar disamping kanan dan kiri, depan gua tertutupi sedikit semak berduri dibagian atasnya.

Meski tak terasa sakit namun satu kakinya yang tadi terkilir ketika salah tumpuan sewaktu mengejar hewan buruannya, tampaknya telah membengkak sehingga sedikit sulit untuk dibuat berjalan.

Melihat langit semakin gelap dan butiran halus air mulai turun dari langit, iapun menyeret kakinya agar segera tiba didalam gua sebelum hujan deras benar-benar turun.

Setelah mencapai pintu gua,  gadis kecil bernama Amora tersebut segera bersandar di dinding gua dan mulai memejamkan mata, seiring dengan hujan deras yang mulai membasahi bumi.

Pria paruh baya bersurai kuning keemasan dengan netra serupa dengan warna rambutnya, sedari tadi mengamati kedatangan gadis kecil yang tak tahu bagaimana bisa berada didalam hutan terdalam ini dalan kondisi mengenaskan.

Melihat luka yang diderita oleh gadis kecil tersebut, pria paruh baya yang tak tega melihat penderitaannya perlahan berjalan mendekat, berjongkok didepannya dan berniat untuk mengobatinya dengan kekuatan cahaya yang dimilikinya.

Baru saja satu tangannya terulur, cahaya berwarna keemasan muncul dan menyelubungi semua bagian tubuh yang terluka, membuat pria paruh baya tersebut menarik kembali tangannya sambil mengamati kejadian unik ini. 

Meski sama-sama memiliki elemen cahaya,  namun sinar yang keluar dari tubuh gadis itu, yang berfungsi untuk mengobati luka yang ada ditubuhnya terlihat lebih jernih dan lebih terang dari sinar keemasan yang dimilikinya. 

"Siapa gadis ini?  Dilihat dari surai dan warna mata yang dimilikinya,  dia tentunya merupakan penduduk asli Kerajaan Kaleis. Tapi,  elemen cahaya ini,  bagaimana gadis kecil ini bisa memilikinya? ", batinnya penuh tanya. 

Siapapun tahu jika penduduk Kerajaan Kaleis rata-rata memiliki kekuatan elemen api.

Jikapun ada yang memiliki kekuatan elemen lain hasil pernikahan campuran dengan penduduk kerajaan lain, yang jelas, itu bukan elemen cahaya karena elemen cahaya hanya dimiliki oleh keturunan asli kekaisaran Foteirno dimana keturunannya memiliki ciri rambut atau netra berwarna kuning keemasan seperti miliknya.

Tapi, gadis ini, selain memiliki rambut berwarna hitam, netranya pun berwarna merah darah.

Hal ganjil dan unik itu membuat pria paruh baya tersebut semakin intens menatap gadis kecil yang masih setia memejamkan kedua matanya sementara kekuatan cahaya miliknya bekerja menyembuhkan luka yang ada ditubuhnya.

"Cahaya keemasan yang dimilikinya bergerak cukup lambat dan sangat tipis. Meski tipis, namun cukup stabil dan kuat. Jika mendapatkan pelatihan yang tepat, kurasa dia akan menjadi wanita hebat dimasa depan"

Pria paruh baya itu terus berguman dalam hati, ada sebersit keinginan untuk menjadikan gadis kecil itu sebagai muridnya.

Suatu hal yang selama ini sama sekali tak pernah terpikir dalam benaknya, menjadikan seseorang menjadi murid ditengah kehidupannya yang terus bersembunyi dari pandangan luar.

Sebagai tabib hebat, Solan yang memiliki kekuatan cahaya, sepenuhnya menggunakan kekuatan yang dimilikinya itu untuk menolong orang lain.

Hal yang bertentangan dengan keinginan dan ambisi keluarganya yang ingin menjadikannya seorang kaisar terkuat tak terkalahkan dengan kekuatan cahaya yang dimilikinya, untuk mengukuhkan posisi kekaisaran Foteirno sebagai yang teratas dan paling unggul.

Namun sayangnya, keinginan keluarganya itu bertentangan dengan hati nurani pangeran Solan hingga dia nekat meninggalkan Kekaisaran Foteirno yang penuh dengan kemewahan dan kekuasaan, mutuskan untuk menjadi seorang pengembara yang berkeliling dan memberi mengobati orang yang membutuhkan pertolongannya ketika dia singgah di suatu tempat.

Amora yang tak mengetahui pemikiran Solan, meski sadar ada yang mengamati,  namun karena lukanya cukup dalam,  Amora pun mengabaikannya dan fokus pada penyembuhan beberapa luka luar yang dideritanya, terutama pergelangan kakinya yang terkilir cukup parah.

Ketika Amora fokus pada penyembuhan lukanya,  pria paruh baya yang ada dihadapannya terdiam, fokus mengamati semua jalannya proses mengobatan yang sedang terjadi sambil sesekali menganggukkan kepala dan mengelus jenggotnya.

Benar-benar hal langkah yang sulit bagi pria paruh baya itu untuk dia lewati begitu saja.

Dia mengamati dengan seksama, mencatat dalam ingatannya, celah mana saja yang perlu gadis kecil itu benahi agar pengobatan yang dilakukannya bisa berhasil maksimal.

Lima menit telah berlalu, proses penyembuhan luka telah selesai. Amora membuka mata dan menatap tajam pria paruh baya yang masih berjongkok dihadapannya. 

"Bukankah tidak sopan memandang seseorang seperti itu,  tuan? ",ucapnya tajam. 

Pria paruh baya yang bernama Solan tersebut tak tersinggung oleh lidah tajam gadis kecil itu karena dia menyadari jika memang dirinya tak sopan memandangi seorang gadis seintim itu,  sehingga diapun segera meminta maaf. 

Amora yang merasa jika pria paruh baya yang dihadapannya itu tak memiliki niat jahat pun bermurah hati untuk memaafkannya. 

"Apa kamu mau menjadi muridku? kekuatan cahaya milikmu belum sepenuhnya keluar. Jika tak diolah dengan baik, hal itu bisa membahayakanmu", ucap Solan.

Melihat gadis kecil yang ada dihadapannya tampak ragu, Solan pun mengeluarkan cahaya kuning ke emasan dari kedua telapak tangannya yang ditangkupkan dan digerakkan secara memutar berlawanan arah hingga muncul bola cahaya terang diantara kedua telapak tangannya.

Amora yang mengingat bagaimana sakitnya akibat ledakan kekuatan pertama yang muncul ditubuhnya hingga dia harus beristirahat penuh diatas ranjang hampir satu minggu pun memutuskan untuk menerima tawaran pria paruh baya itu.

"Baik guru. Murid akan belajar dengan giat mulai sekarang", ucap Amora sambil mengepalkan kedua tangannya ke depan dengan kepala menunduk hormat sebagai salam.

Solan yang bisa menjadikan Amora menjadi muridnya merasa senang sehingga dalam pertemuan pertama itu, dia langsung mengajarkan beberapa trik agar kekuatan cahaya milik Amora bisa berkembang dan bagaimana cara menekannya agar tak ada yang tahu jika dia memiliki kekuatan hebat itu, supaya tak membahayakannya.

Setelah pertemuan itu,  keduanya pun kerap melakukan pertemuan secara rahasia didalam gua untuk melatih elemen cahaya yang dimiliki oleh Amora.

BERULAH

Traaang... Traaang... Traaang...

Bunyi gesekan pedang terdengar nyaring, memekakkan telinga. Meski begitu, gadis kecil berusia empat tahun tersebut pantang menyerah.

Karena kekuatan cahaya yang dimilikinya sudah berkembang pesat seiring beberapa kali melakukan pelatihan bersama gurunya, Amora tak kesulitan memegang pedang besar yang ada ditangannya.

Gerakannya pun cukup lincah, membuat empat lelaki dewasa yang berbeda usia, teman sepermainannya merasa tercengang.

Bahkan guru berpedang yang kini sedang berduel untuk menguji apa yang diajarkannya merasa kagum akan kekuatan dan kecepatan gadis kecil itu menerima materi yang diajarkannya.

“Remo ternyata masih berbakat. Ditangan dia, aku yakin, Amora akan menjadi jenderal wanita pertama dari kota Erythra”, ungkap Zoe penuh kekaguman.

Hans, rekan seperjuangan Remo semasa ditentara dulu mengangguk setuju. Jika saja dirinya dan Remo tak terkena fitnah keji yang membuat keduanya harus meninggalkan barak militer yang selama ini menjadi markas sekaligus kebanggaan mereka, mungkin keduanya kini sudah berpangkat minimal seorang letnan ataupun mayor, sama seperti jabatan yang rekan-rekan seperjuangannya dulu miliki saat ini.

Pablo yang mengetahui nasib buruk yang menimpa Hans dan Remo,menepuk pundak sahabatnya itu untuk memberi penghiburan.

“Makan ini, tak enak jika sudah dingin”, ucap Pablo sambil memasukkan satu tusuk sate kelinci yang baru saja dia angkat dari bara api kedalam mulut Hans, membuat wajah pria berotot itu memerah menahan rasa panas yang menyentuh lidahnya.

“B*****t! Awas kau!”\, teriaknya marah.

Zoe tertawa terpingkal-pingkal melihat Pablo berlari dengan nafas tersenggal demi menghindari pukulan dari Hans, sementara Thiago, pria berambut ikal tersebut hanya tersenyum samar dan meneruskan pekerjaan Pablo untuk membakar daging kelinci yang masih tersisa banyak diatas lembaran daun yang ada dihadapannya.

..........................................

Di kekaisaran Foteirno,

Suasana istana semakin hari semakin tegang. Ini sudah hampir tujuh puluh tahun lamanya, setelah kaisar terdahulu wafat dan pamannya menghilang tanpa kabar, istana tak lagi memiliki seseorang yang dengan kekuatan elemen cahaya.

Sebuah kekuatan yang selama ini menjadi kebanggaan mereka dan entah sampai kapan rahasia ini akan tetap mereka simpan sebelum ada seseorang yang tahu dan meruntuhkan kekuasaan yang selama dua abad ini telah mereka pegang.

“Yang Mulia, kekuatan pelindung kekaisaran semakin lama semakin melemah. Beberapa kerajaan kecil yang ada disekitar wilayah kekaisaran tampaknya sudah mulai menaruh rasa curiga”

Kaisar Rouvin menghela nafas berat sambil mengurut celah diantara kedua alisnya secara perlahan.

Entah kenapa, keturunan yang dihasilkan oleh ayahnya sama sekali tak ada yang memiliki kekuatan dengan elemen cahaya.

Sebuah kekuatan yang identik dengan kekaisaran Foteirno, yang membuat wilaya mereka sangat dihormati dan disegani oleh kerajaan lainnya karena dianggap sangat kuat sehingga tak ada yang berani menyinggung mereka secara terang-terangan jika tak ingin kerajaan yang mereka pimpin musnah.

Itu dulu, tapi sekarang, dengan tanpa adanya penerus yang mewarisi kekuatan elemen cahaya, entah apa yang akan terjadi pada nasib kekaisaran Foteirno dimasa depan.

Meski begitu, sifat angkuh yang selama ini mendarah daging dalam diri semua penghuninya masih juga tinggi, meski kondisi kekaisaran sudah mencekam seperti ini.

Akibat kekuatan elemen cahaya yang sangat kuat dan tak terkalahkan, kekuatan yang selama ini diwariskan secara turun temurun, membuat kaisar dan rakyat yang tinggal diwilayah kekaisaran Foteirno menjadi sombong.

Karena hal ini lah, mungkin para dewa menghukum mereka dengan menghentikan garis keturunan mereka mendapatkan kekuatan cahaya.

Dunia masih belum mengetahui hal ini. Tapi, lambat laun, apa yang kekaisaran Foteirno tutupi pasti akan terbuka dengan sendirinya seiring dengan semakin melemahnya pelindung lapisan sihir yang menyelimuti wilayah kekaisaran dimana pelindung sihir tersebut merupakan tameng utama mereka untuk menghalangi siapapun orang yang berniat buruk dan merugikan kekaisaran Foteirno.

___________________________

8 tahun kemudian

Dimansion kediaman keluarga Gilbert, kegaduhan kembali terjadi. Sang putri bungsu kembali membuat ulah acap kali sang nyonya rumah hendak mengadakan pesta minum teh dirumah.

“Cepat, kejar dia! Kalian semua akan mendapatkan hukuman jika sampai tamu datang, Amora masih juga belum siap!”

Amarah Vincountess Sabrina membuat para pengawal yang berjaga pun segera berlari untuk mengejar putri bungsu keluarga Gilbert yang semakin hari kegesitannya semakin bertambah.

“Berhenti nona! Tolong berhenti!”, Klara tergopoh mengejar pelarian nona mudanya yang kini sudah berhasil keluar kediaman setelah memanjat tembok pembatas halaman rumah setelah berhasil menghindari kejaran para pengawal yang mengepungnya.

Beberapa kali Klara menyeka peluh di keningnya, sementara netra birunya menyorot jauh kedepan, mencari jejak sang nona muda yang terlihat seperti bayangan dimatanya.

Kendati nafasnya tinggal diujung tenggorokan, sedikitpun semangat Klara tidak menyurut, dan diapun tetap berlari agar bisa segera membujuk nona mudanya untuk pulang.

Sayangnya, lalu –lalang pengunjung pasar membuat jaraknya dengan sang nona muda semakin jauh, dia bahkan hampir tidak bisa melihat punggung buruannya.

Sementara itu sepasang tungkai beralaskan sepatu berlapis kain sutra milik Amora, dengan mantap menerjang hiruk-pikuk aktivitas perdagangan.

Sang gadis tertawa kegirangan seraya bermanuver menghindari lalu-lalang pengunjung pasar.

Tawa renyahnya menggema sepanjang pelarian, bahkan kebisingan para pedagang yang menjajahkan barang dagangan mereka tak mampu meredamnya.

Amora terlihat bahagia, lepas dan lincah. Pergerakannya begitu gesit saat menghindar, melompat, sambil sesekali menjulurkan lidahnya untuk meledek kearah Klara dan para pengawal yang mengejarnya.

Para pedagang yang tak asing dengan pemandangan tersebut hanya menonton aksi putri bungsu Vincount Alexander tersebut dengan tatapan malas.

Beberapa lagi memilih abai, mereka fokus menawarkan dagangan kepada pengunjung tanpa melirik sedikit pun pada aksi kejar-kejaran sang nona bersurai hitam panjang dengan pelayan pribadinya dan pengawal kediaman Gilbert.

“Klara yang malang. Jika aku jadi dia, aku akan memilih mengundurkan diri”, seorang pedagang wanita lanjut usia berkomentar setelah melihat Klara terseok – seok melewati kios kecil miliknya, hingga sepatu yang dikenakannya hampir putus.

“Tapi, dari semua bangsawan di kota ini, Vincount Alexander menjadi yang paling murah hati dalam urusan gaji. Mungkin hal itu jugalah yang membuat Klara memilih melayani nona Amora yang nakal”, pemilik kios sebelah menyahut, dia mengutarakan pemikirannya yang masuk akal mengenai alasan kenapa Klara masih bertahan dalam posisi sulit tersebut.

Pedagang lain menghembuskan nafas dalam beberapa kali. “Jika aku yang jadi Klara, aku akan iri setengah mati pada Rosa. Selain anggun, nona Regina terlihat lebih mudah untuk dilayani daripada adiknya”, timpal pedagang lain yang tiba-tiba ikut masuk dalam obrolan yang tengah berlangsung.

“Benar! Rosa sangat beruntung. Dikehidupan lalu, mungkin dia telah menyelamatkan dunia sehingga memiliki nasib baik seperti itu”, jawab yang lainnya.

BRAK !!!

Kegaduhan terjadi, satu kios penjual daging ambruk, hancur berserakan, para pedagang yang tadi berkumpul segera meninggalkan gossip mereka dan serempak mencari tahu penyebab suara keras tersebut.

Akan tetapi, begitu melihat nona Amora tertangkap oleh tuan muda Lucius yang langsung mencengkeram kerah bajunya dari belakang diatas kereta kudanya dengan satu tangan, seperti sedang mengangkat anak kucing, wajah para pedagang langsung menjadi datar.

Itu sepeti tontonan sehari-hari yang sudah muak mereka lihat. Tanpa kata, masing-masing segera kembali ke kios, menjajakan dagangan pada para  pengunjung seolah tidak pernah ada keributan apapun.

“Kakak! Cepat lepaskan aku!”

Amora berontak, menggerakkan kedua tangan dan kakinya dengan harapan sang kakak melepaskannya.

“Bawa dia kembali dan jangan sampai kabur lagi”, perintah Lucius tajam.

Dua pengawal dengan lambang macan kumbang di punggung baju mereka, sekuat tenaga menahan pemberontakan sang nona, begitu tubuh mungil Amora diserahkan kepada mereka.

Sementara Lucius bersama pasukan yang dibawahinya, kembali melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda demi menangkap sang adik yang terus saja membuat ulah dan mempermalukan nama keluarga di luar.

Tak mampu menahan aksi berontak nona mudanya, dua pengawal yang berjalan dibelakang ikut memegangi tubuh mungil Amora dan membawanya kembali ke kediaman Gilbert.

Meski kecil, namun tenaga yang dimiliki oleh Amora bukan main besarnya. Itu mengapa butuh empat orang pria dewasa untuk menahannya.

Tidak jauh dari mereka, satu kios daging telah menjadi porak-poranda akibat aksi kejar-kejaran tadi.

Pemilik kios beserta dua pegawainya hanya menonton dengan  ekpresi datar, mereka tidak memberikan reaksi yang seharusnya, jangankan marah, berkomentar saja tidak.

“Tuan Revan, ini ganti rugi untuk kerusakan kios anda”, Klara menyodorkan lima puluh koin emas pada pemilik kios daging yang hancur akibat ulah nona mudanya.

Wajah Klara sangat tenang, tidak ada riak rasa bersalah sama sekali karena hal seperti ini sudah sering terjadi sehingga dirinya sudah kebal.

“Klara, kapan kamu akan mengundurkan diri?”, sambil menerima uang ganti rugi, Revan bertanya dengan nada prihatin, dia juga memiliki tatapan mengasihani.

Klara tersenyum kecil sebelum menjawab, “Nona Amora tidak seburuk yang anda kira. Nona hanya tidak suka terjebak di perkumpulan para wanita bangsawan sehingga setiap kali ada perjamuan akan langsung melarikan diri”, ucapnya penuh pembelaan.

“Ya, terus saja kamu bela Nona kecil nakalmu itu! Dia, tuan muda Lucius dan Nona muda Regina lahir dari rahim yang sama, tapi bagaimana bisa memiliki kelakuan yang berbeda”, ucapnya sewot.

Revan berbalik, dia memberi titah pada dua pegawainya untuk segera membereskan kekacauan yang terjadi agar esok hari bisa kembali berjualan seperti biasa.

Untung saja daging yang telah dijual hari ini telah habis dan hanya menyisakan sedikit pada bagian khas dalam sehingga daging yang terbuang pun tak terlalu banyak dan bisa menjadi makanan bagi anjing liar yang sering berkeliaran disekitar pasar.

SANG PRIMADONA

Viscount Alexander de Gilbert adalah bangsawan terkaya di kota Erythra, sebuah kota kecil yang terkenal akan kemajuan dibidang pertaniannya.

Dari sekian luas kota Erythra, sekitar tujuh puluh persen lahan pertanian yang dimiliki oleh kota tersebut merupakan milik Viscount Gilbert.

Belum lagi kios dan beberapa property lainnya yang merupakan asset berharga yang dimiliki oleh keluarga Gilbert secara turun temurun.

Viscount Alexander menikahi Sabrina yang berasal dari kerajaan tetangga, dan dari pernikahan itu menghasilkan tiga orang anak, satu anak lelaki dan dua anak perempuan dimana ketiga anaknya tersebut memiliki visual sangat mengagumkan seperti kedua orang tuanya.

Anak pertama mereka yang berjenis kelamin laki-laki, Lucius Narendra de Gilbert, merupakan wakil Viscount Alexander di pengadilan dan sangat cakap dalam bekerja sehingga sang ayah sangat mempercayainya.

Anak keduanya berjenis kelamin perempuan dan sangat cantik serta anggun hingga mendapat julukan gadis tercantik seantero kota Erythra.

Dia Regina Laviola de Gilbert, gadis bersurai hitam dan bermata biru cerah. Kulit gadis itu seputih susu, sedang tubuhnya langsing dengan tinggi semampai.

Kecantikan mutlak sang primadona semakin bersinar berkat tingkah laku lemah lembut khas nona Bangsawan yang melekat pada dirinya.

Bukan hanya cantik, Regina juga unggul dalam seni bermain musik, melukis, merajut, menari dan menulis puisi.

Dia juga memiliki suara yang sangat halus, sehalus kain sutera berkualitas tinggi. Setiap dia bertutur kata, para pendengarnya seperti dibuai oleh melodi pengantar tidur, sangat menenangkan.

Sempurna!

Sebuah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan sosok Regina, primadona kota Erythra.

Regina adalah gadis yang duduk dipuncak popularitas. Debutantenya baru diadakan sebulan yang lalu, akan tetapi lamaran yang diterima kediaman Gilbert langsung seperti air bah yang terus berdatangan tanpa bisa dicegah.

“Aku masih ingin memiliki Reginaku. Dia baru debut satu bulan yang lalu, masih banyak waktu untuk menentukan pilihan”.

Selalu perkataan semacam itu yang keluar dari mulut sang Viscount ketika setiap orang mempertanyakan penolakannya terhadap semua lamaran yang ditujukan untuk anak keduanya.

Baik Viscount Alexander maupun Viscountess Sabrina, mereka merasa sayang jika harus dipisahkan dengan sang putri kedua yang sangat sempurna itu.

Bagi pasangan itu, Regina adalah harta paling berharga yang selalu ingin mereka jaga dalam sebuah pelukan hangat.

Jika pun harus melepaskan sang permata, mereka ingin pria yang akan menikah dengan Regina berpangkat dan memiliki kedudukan yang tinggi agar hidupnya dimasa depan terjamin.

Sementara untuk putra sulungnya yang pintar, mereka tak terlalu risau karena sang pemuda sudah terikat dalam pertunangan dengan anak seorang Marquess dari kota Thesalon dan akan melakukan pernikahan tahun depan.

Yang menjadi ganjalan hati pasangan suami istri ini adalah putri bungsu mereka yang sangat tidak bisa diandalkan.

Dalam segi visual, Amora tidak jauh berbeda dengan kedua kakaknya, namun untuk kelakuan, bahkan guru tata karma paling galak sekalipun langsung angkat tangan, menyerah dihari pertama bekerja.

Amora Laberta de Gilbert. Gadis berusia dua belas tahun itu memiliki surai hitam legam seperti kakak perempuannya, namun bola  mata sang gadis diturunkan dari pihak ayah, netra berwarna merah darah yang tak kalah indah dari netra biru cerah yang dimiliki oleh Lucius, Regina dan Viscountess Sabrina.

Tinggi badan Amora tergolong pendek jika dibandingkan dengan ayah, ibu dan kedua kakaknya. Kulit gadis itu sangat putih, hampir seperti mayat, sangat pucat dan kontras dengan surai hitam legamnya.

Bagi yang senang membaca cerita berbau misteri, penampilan Amora terlihat seperti vampire cantik dengan mata merah darahnya yang bisa menghipnotis orang dalam sekejap.

Netra merah darah yang dimiliki oleh Amora sebenarnya lebih kuat daya tariknya ketimbang netra biru cerah milik Regina, hanya saja, tingkah pola gadis kecil tersebut cukup liar bagi kaum bangsawan sehingga pesonanya tertutupi dengan sikapnya yang dianggap buruk.

Akan menjadi sangat membanggakan jika kelakuan Amora semirip visualnya mengagumkan yang dimilikinya.

Sayangnya, Amora seperti seorang gadis yang memiliki jiwa laki-laki.Tidak seperti Regina yang pandai menyulam dan menulis puisi serta memainkan alat musik, Amora malah pandai berpedang dan berkelahi.

Saat Regina begitu senang berkumpul dalam pesta minum teh dan pertemuan puisi bersama nona muda bangsawan lain, Amora lebih suka bergaul dengan para pengawal dan gelandangan dikota Erythra, kemudian berburu hewan liar di dalam hutan.

Perangai Regina penuh sopan santun, jauh berbeda dengan Amora yang sangat lugas dan sembrono.

Bagai langit dan bumi, mereka tidak dekat sebab tidak memiliki kecocokan apapun antara satu dengan yang lainnya.

Dan disinilah sekarang, Amora kembali terjebak untuk kesekian kalinya dalam minggu ini di pesta minum teh yang ibunya adakan.

“Perbaiki posturmu. Lihat, betapa baiknya kakakmu dalam bersikap”, bisik Viscountess Sabrina dengan nada sedikit menekan.

Dia sedang menegur cara duduk Amora yang lama-lama sedikit membungkuk dengan kaki yang terus dia goyang-goyangkan dibawah meja.

Sore ini, Viscountess Sabrina mengadakan jamuan pesta minum teh untuk memancing ikan besar.

Satu minggu yang lalu seorang Dunchess dan seorang Marchioness kaya dari ibukota singgah di kota Erythra dan sampai saat ini keduanya masih menetap dan belum kembali ke ibukota.

Jika bisa menjalin kedekatan dengan kedua wanita yang memiliki kedudukan tinggi dalam pemerintahan di ibukota, jalan bagi Regina untuk mendapatkan pasangan berbobot, akan lebih mudah.

Vincountess Sabrina dan Viscount Alexander menginginkan pendamping yang kompeten untuk putri kesayangan mereka.

Amora mencebikkan bibirnya, dia melirik Regina, mencoba meniru postur duduk sang kakak yang terlihat begitu sempurna.

Acara kabur gadis itu, hari ini gagal total. Demi apapun, dia lebih senang berada di halaman belakang, berkumpul bersama para pengawal atau pergi ke gang kumuh diujung kota dan berkumpul dengan teman-teman para gelandangan yang selama ini mengajarkannya mengenai arti sebenarnya kehidupan, daripada duduk tegak seperti pajangan ditengah para nyonya bangsawan, seperti saat ini.

“Viscountess, saya merasa tersanjung pada sikap anda. Saya hanya tamu di kota ini, namun anda menyertakan saya dalam acara pesta minum teh yang anda adakan”, Dunchess Amalia menunjukkan perangai sopan dengan tutur kata yang sangat lembut.

Netra samarnya beberapa kali melirik pada Regina yang pesonanya sama sekali tak bisa dia lawan.

“Justru saya yang merasa bersyukur. Dunchess pasti sangat sibuk, namun dengan baik hatinya meluangkan waktu untuk menghadiri pesta kecil-kecilan saya. Terimakasih Dunchess, anda sangat pantas dijadikan panutan”, ucap Viscountess Sabrina menunduk sopan.

Dia merendahkan diri dengan menyebut pesta yang dia persiapkan seharian penuh sebagai pesta kecil-kecilan.

“Ini terlalu baik untuk pesta kecil. Viscountess, anda terlalu merendah”, Marchioness Laura menimpali seraya tersenyum anggun.

Wanita itu kemudian terang-terangan menatap Regina, “Dua gadis cantik didekat anda, mereka seperti permata yang berkilau”, lanjutnya sedikit antusias.

Meski berkata dua gadis cantik, namun pandangan sang Marchioness tidak sekalipun terarah ke Amora.

Viscountess Sabrina mengangguk pelan. Dia menyembunyikan kegembiraan yang meledak dihati, ikan besar telah terjerat umpannya.

“Mereka putri-putri saya”, jawabnya bangga.

Netra biru muda cerahnya  memberi tanda pada Regina untuk segera memperkenalkan diri.

Regina melakukannya dengan baik. Dia memberi salam dengan gerakan yang sempurna. Tutur kata gadis itu juga sopan dan jelas.

Duchess Amalia terpikat hingga memiliki binar mata yang seperti mengeluarkan cahaya saking terpesonanya oleh kecantikan dan keanggunan Regina.

Ketika giliran Amora untuk memperkenalkan diri, dan begitu dia bersuara, semua orang langsung berwajah aneh.

Gadis itu sangat asal-asalan dan tutur katanya sangat jauh dari kata halus dan anggun. Viscountess Sabrina sampai harus mengeluarkan deheman aneh untuk mengalihkan perhatian.

Tangan sang Viscountess sangat gatal, dia ingin menampar bokong putri bungsunya itu sekarang juga!

Apa yang Amora perbuat, berhasil membuat suasana canggung menguar. Namun sang pembuat masalah malah bersikap santai.

Amora kembali duduk tegak setelah memperkenalkan diri dan tidak perduli pada tatapan aneh yang dilayangkan oleh para nyonya bangsawan yang hadir sore ini kepadanya.

Sementara itu, Regina diam-diam melirik sang adik. Dia bersiap memberi pelototan maut, akan tetapi Amora berhasil menghindar dengan baik.

Primadona kota Erythra terpaksa kembali memasang wajah bersahaja kendati hatinya menggerutu sebal.

“Sayang sekali putraku sudah menikah. Nona Regina adalah berlian yang paling menyilaukan, jika bisa memiliki menantu seperti dia, aku bisa mati dalam damai”.

Dunchess Amalia selalu menyesali wanita pilihan putranya. Beliau sangat berambisi memiliki Regina sebagai menantu.

“Jika kamu tak bisa, bagaimana jika nona Regina menjadi menantuku. Putra keduaku masih lajang dan memiliki posisi penting didalam pemerintahan. Akan sangat cocok jika Nona Regina menjadi menantuku”, Marchioness Laura berkata dengan penuh kesombongan.

Hati Vincountess Sabrina meledak, penuh kebahagiaan melihat dua wanita berstatus tinggi memperebutkan putri kesayangannya untuk menjadi menantu.

"Akhirnya. semua usaha kerasku hari ini tak sia-sia. Masa depan Regina bisa dipastikan cerah dimasa depan", batin Viscountess Sabrina penuh kebahagiaan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!