Yesha,ia sungguh dengan cepat melupakan pernikahan nya yang gagal.Yudha sama sekali tak ada kabar dan tak sekali pun menghubungi.
Entahlah.
Satu kata yang sering berkeliaran di pikiran nya.Yesha sukses dan lulus ujian masuk salah satu perguruan tinggi di Eropa.Ia tinggal bersama Oma Ara,Fahira lebih tepat nya.Hanya berdua dan di temani seorang pembantu yang sering ia sebut dengan Neni.
Pagi itu perut nya bergejolak hebat,tidak seperti biasa nya.Yesha bahkan tidak kuat untuk menahan sesuatu menerobos dan ingin sekali keluar melewati bibir nya.
Bragk!
Oek..
Hanya cairan putih kekuningan yang tak cukup banyak.
Hoeek!...
Sekali lagi ia mencondongkan punggung nya di depan wastafel.
Yesha menggeleng,bukan hanya perut nya yang bergejolak,ia bahkan merasakan pusing yang sangat hebat.Mata nya terpejam saat merasa sekelilingnya berputar.
Ya Tuhan,penyakit dari mana ini?
Ucap nya bergumam,ia sedikit ingat tentang sakit yang di derita Bunda akhir akhir ini,vertigo.
Memang menular ya?
Gumam nya lagi.
Yesha beberapa kali mengeluarkan isi perut nya hingga ia merasa lega,lalu membasuh bibir nya.
Tubuhnya merosot,ia pun duduk bersandar kan tembok dengan kaki di tekuk di depan.
"Badan ku terasa tidak enak sekali!"
Gerutu nya lagi.Jam di dinding masih menunjukkan pukul empat dan di luar masih gelap,kemungkinan Oma belum bangun begitu juga Neni.
Berusaha merangkak hingga sampai di sebelah ranjang,Yesha meraih ponsel dan menghubungi seseorang.
"Hallo..."
...
"Maaf,aku bisa meminta sesuatu?"
...
"Seperti nya aku masuk angin,bisakah kau mengirimi ku lewat kurir?"
...
"Oke terimakasih banyak,sekali lagi aku merepotkan mu".
...
Obrolan berakhir,Yesha tersenyum.Ia meletakan kembali ponsel nya.Menyandarkan kepala di tepian ranjang,melihat langit-langit kamar.
William,lelaki yang ia kenal sangat baik.Ia berasal dari Indonesia juga dan bekerja paruh waktu di sebuah mini market dua puluh empat jam.Mereka hanya sesekali bertemu dan sekedar mengopi bersama.Jadwal kuliah dan bekerja lelaki itu sangat lah padat.
Tok
Tok
"Yesha..."
Yesha menoleh ke arah pintu,ia tahu Neni yang mengetuk dan berada di depan sana.
Ketukan terdengar kembali.
"Yesha,ada kurir mengantarkan mu obat.Apa kau baik-baik saja?".
Ceklek!
Pintu di buka,Neni menatap wajah yang biasa ayu nan cerah di depan nya kini tidak seperti biasa.
"Wajah kamu pucat?".
Yesha menghela nafas "Sepertinya aku masuk angin Neni,perut ku sama sekali tidak enak,kepala ku pusing dan rasa nya... Hoek!".
Ia pun berbalik dan berjalan cepat ke toilet.
Neni yang tahu itu mengikutinya dari belakang,wanita itu mengambil rambut Yesha yang berantakan dan mengerat nya menjadi satu,sementara tangan yang lain mencoba memijat tengkuk Yesha.
"Sejak kapan seperti ini,Neni lihat dari kemarin tidak.Kamu juga aktivitas seperti biasa,apa telat makan?".
Anggukan kepala Yesha memberi jawaban.
"Sudah Neni katakan,bawalah bekal saat kuliah pagi jika tidak sempat sarapan.Ini terlalu pagi jika ingin ke dokter!".
Kini Yesha menggeleng.
"Aku hanya masuk angin,dan mungkin saja asam lambung ku naik.Bisakah Neni memijat bagian tubuh ku saja?". Pinta Yesha,Neni pun mengangguk.
"Sebentar,Neni ambilkan air hangat.Kau bersiaplah".
Kedua nya keluar dari kamar mandi dengan Yesha yang sudah sangat lemah,ia merebahkan tubuhnya di ranjang.
Tak berapa lama Neni kembali dengan nampan yang tak hanya berisi air hangat,ada secangkir jahe dan nasi putih beserta sedikit lauk.
"Sarapan?" tanya Yesha,mata nya berganti melihat nampan dan juga menatap Neni.
"Sarapan sedikit lalu minum lah obat mu!".
Tak bisa menolak,Neni di sana adalah pengganti Bunda di Indonesia,Yesha tak mungkin berkata tidak untuk itu.
Membuka baju yang kita kenal dengan sebutan daster hanya saja model nya kekinian.Yesha memposisikan diri tidur terlungkup,Neni pun mulai mengolesi di bagian leher hingga ke pinggang.
.
.
.
Melemparkan tubuhnya kembali ke ranjang setelah mengganti pakaian nya dan meminum obat.Antasida yang diketahui untuk obat lambung,dan secangkir jahe di campur sesendok madu.
"Jangan bilang Oma,aku tidak enak badan Neni".
Selalu saja begitu,padahal sudah dua kali Yesha sakit saat disini.Tapi ia berhasil pulih keesokan hari nya.Neni pun mengangguk,ia membuka tirai dan jendela karena langit diluar sudah mulai terang.
Burung-burung bersahutan,bau udara pagi mulai masuk ke rongga hidung Yesha.Ia mulai sedikit nyaman dengan ini,mata nya perlahan terpejam.Neni melirik dengan sudut mata nya,ia pun tersenyum.
Gadis yang usianya hampir menginjak dua puluh tiga tahun dengan segala cerita hidup nya.
"Tidur lah nak,nanti Neni bangunkan jika Oma mu mencari!" usap tangan nya di kening Yesha.
Yesha mengangguk,sekali lagi Neni terkekeh.Anak gadis di depan nya ini masih merespon meski mata nya terpejam.
.
.
.
Bumi belahan lain.
"Kenapa harus ke Eropa sih.Bagaimana jika aku ke negara lain saja,kita bertukar Boy!"
Boy menggeleng,kemampuan berbahasa nya tidak sepintar Yudha.Jika ia ke eropa kemungkinan ia harus menyewa juru bahasa dan itu akan mengeluarkan beberapa lembar lagi.
"Aku yang menyewa kan nya untuk mu!" tawar Yudha,namun Boy menggeleng.
"Simpan uang mu,kau sudah banyak berjasa untuk masa depan ku.Bahkan kau tidak pernah memikirkan dirimu sendiri.Ayolah Yudha waktu nya memikirkan dirimu sendiri,umur mu berapa?".
"Persetan dengan umurku Boy".
"Tapi kau butuh pendamping hidup,uang mu banyak,rumah ada,investasi dimana-mana,bahkan kau hampir di gilai wanita mana pun!"
"Itu terserah mereka!"
Blam!
Yudha meletakkan kasar file yang sangat tebal itu di meja lalu membuka kancing jas nya.
Hufhh!
Helaan nafas terdengar.Eropa,ia sangat mengingat nya.Bahkan sama sekali tak bisa melupakan nya,satu bulan lebih ia meninggalkan Indonesia dan memblokir semua tentang Yesha namun kenyataan nya gagal.
Kadang kala ia membuka laman sosial media nya dan hanya ingin sekedar menanyakan kabar,namun yang ia lihat Yesha tak lagi membuka milik diri nya sendiri.Terakhir aktif adalah dimana mereka akan melangsungkan pernikahan.
Yudha meraih ponsel nya di laci,sebuah notice terlihat.
Get well soon Girl
Seseorang menandai Yesha di beranda nya,Yudha pun mengerutkan alisnya merasa penasaran dengan itu.Baru kali ini setelah sekian lama,tak lama tautan itu di sukai oleh Yesha.Dada Yudha semakin kencang berdetak,ternyata Yesha masih aktif hanya saja ia menyembunyikan dari nya atau...
Apa aku di blokir?
Gumam Yudha,ia pun masuk ke dalam laman tautan Yesha dan ternyata tidak,hanya di privasi.Yudha penasaran dengan pengirim tautan.
William?
.
.
.
to be continue
"Astaga.. Baik,tetap lah disana.Kami segera datang!".
Neni meletakkan gagang telepon yang belum pas itu,sementara Wiliam di sebrang sana juga sama sekali belum mematikan ponsel nya.Oma Ara yang baru saja keluar dari kamar menoleh melihat Neni berlari tunggang langgang menuju ke depan.
Wanita tua itu pun mengambil gagang telepon dan mencoba mendengar apa yang bisa ia dengar.
'Apakah sudah menghubungi keluarga nya?'
'Sudah sus..'
'Aku pikir kau suami nya,atau ayah dari bayi yang sedang ia kandung!'
'Eehkmmm saya hanya teman dekat nya dan tidak lebih,Yesha tinggal di apartemen dan saya teman satu kampus nya,dia juga sering membeli di toko,saya kerja paruh waktu di sana'
"Oma!..." suara Neni memanggil dari arah depan.
Ara pun menoleh.
"Oma mendengar apa?". Tanya Neni,ia meraih gagang telepon dan kini meletakan nya dengan benar.
"Apa itu Yesha cucu ku Neni?" tanya Ara kembali.
Neni tidak tahu harus berkata dan menjawab apa,semestinya ia rahasiakan dulu dan akan bicara nanti saat di mobil.
"Kita bersiap dulu Oma,Piter sudah menunggu di bawah.Mobil sudah disiapkan." ucap Neni membujuk.
"Kamu harus menjelaskan nya pada ku Neni!"
"Nanti kita bicara di mobil Oma ". Jawab Neni cepat.
William menelpon dan bicara jika Yesha tak sadarkan diri saat perjalanan pulang,ia sempat mengeluh pusing dan tidak enak badan saat di kampus,dan William menyarankan untuk pulang.Namun Yesha memaksa hingga jam kuliah berakhir,merasa tidak enak meninggalkan Yesha sendiri untuk pulang, William pun ikut bersama nya.Tapi sayang saat akan menaiki bus Yesha jatuh dan berhasil William tangkap.
Lelaki itu membawa nya ke klinik yang tak jauh dari kampus,namun sayang keterangan yang di dapat dari Wiliam membuat dokter disana mengarah jika Yesha hamil.Asam lambung yang di derita nya itu ternyata gejala awal kehamilan dan itu membuat William terkejut,begitu pula dengan suster disana.
Suster Arliyana,suster magang dan ia sangat mengenali William.
.
.
.
Sudah di pindah di ruang rawat inap,Yesha hanya butuh istirahat.Tatapan nya mengarah ke botol infus yang menggantung tak jauh dari nya,di lain sisi nya ada William yang menjaga.
Suara langkah kaki terburu-buru terdengar.
Ceklek!
William menoleh ia pun segera berdiri.
Piter, seseorang dari unit lain yang sering dimintai tolong Neni untuk membawa mobil jika Oma membutuhkan.
William pun tersenyum menyapa pria itu,kemudian di belakang nya cukup jauh Neni membantu Oma yang jalan nya tak secepat dulu.
"Yeshaaa..." ucap Oma,ia mendekati cucu nya.
"Duduk Oma..." pinta Neni pada Ara,wanita tua itu pun duduk di sebelah Yesha.
Tidak ada raut wajah cemas,takut atau bahkan sedih.Yesha biasa saja dan tak peduli apapun itu.Hanya saja...
"Kamu tahu apa yang terjadi cucu ku?". Tanya Ara dan Yesha mengangguk.
"Dengan siapa,siapa Ayah nya?".
William mendekat,ia menyodorkan amplop putih yang tidak terlalu kecil.Neni pun menerima lalu membuka nya.Ia tidak membaca dari awal,langsung ke dalam isi surat.Jika menerangkan setelah melakukan beberapa tahap test,bahwa yang bersangkutan di atas benar adanya sedang mengandung.
"Neni...." tanya Ara.
Neni pun tahu apa yang dimaksud Oma.
"Delapan Minggu tiga hari Oma... Yesha sedang mengandung". Jelas Neni,bersamaan dengan itu tetes air mata mengalir di ujung mata Yesha.
"Yesha,ceritakan pada Oma.Apa kamu bersedia,siapa Ayah nya?". Ara melirik pada William yang berdiri di ujung.
Tidak langsung menceritakan Yesha teringat kejadian beberapa Minggu lalu,kejadian dimana ia dan Yudha mendatangi apartemen yang Papah Aldo berikan sebagai hadiah pernikahan namun semua itu hanya tinggal cerita belaka.
Flashback on.
"Hanya bibir tidak lebih!"
Kenyataan nya Yudha membuat Yesha mabuk seakan terbang ke langit tujuh,bagian mana yang tak di cumbu nya saat itu,Yudha benar-benar memanfaatkan keadaan.Kedua nya di selimuti hawa nafsu,melakukan hubungan suami istri tiga hari sebelum ijab kabul berlangsung.
Kedua nya sama-sama baru kali ini melakukan nya.
"Akhhh Yudha...."
Yesha menegakkan tubuhnya saat sesuatu menerobos milik nya,bukan senjata yang panjang dan besar melainkan benda lunak yang terus menyentuh nya di sana.Yudha mendongak,menatap Yesha.Ia kembali merampas bibir milik kekasih nya.
Tangan nya tidak serta Merta diam.Meski berhasil menjamah semua nya ia bahkan belum membuka keseluruhan nya.
Satu persatu ia membuka hingga yang terakhir ia membuka celana boxer milik nya sendiri.Yesha berpaling saat benda itu terlihat jelas dan menegak keras.
Yudha terkekeh "Ini milik mu,dan hanya kamu lah yang mampu membuat nya seperti ini!" ucap nya,Yesha tersenyum.
Mengawali aktifitas nya kembali hingga Yesha dibuat terlena.
"Aahhh ssshhh akkkhhhhh...."
Yudha menggeram saat mencoba memasukan miliknya lebih dalam.
"Akkhhhh sakit sekali!"
"Hangat,aku berhasil Yesha" Kecupan singkat diberikan oleh Yudha di kening Yesha.
Merasa cukup memberi waktu,Yudha mulai menggerakkan miliki nya perlahan,disana lah kedua nya mulai menikmati apa yang tidak harus mereka lakukan terlebih dahulu.
Flashback off.
...
"Yesha...".
Ia terkejut saat di sentuh bahunya oleh Neni,tidak menginap di klinik dan memutuskan pulang.Dokter pun membolehkan dengan syarat harus banyak istirahat dan jangan terlalu berat berfikir.
Neni mengusap lengan Yesha,menyalurkan energi positif untuk cucu majikan nya.
"Ayah dan Bunda mu sudah diminta datang,kemungkinan esok mereka akan tiba.Apa kau ingin sesuatu?". Tanya Neni,Yesha masih sering terdiam sejak Oma nya bertanya tadi di rumah sakit.Ia bingung nanti harus menjawab apa kepada kedua orang tua nya.
"Yesha?". Seru Neni lagi,gadis di depan nya antara menyahuti atau entahlah.
"Hhhmmmm....".
"Apa kau ingin sesuatu,biar Neni ambilkan ke bawah". Tawar Neni lagi,ia sangat sabar menghadapi ini.
"Tidak Neni,aku ingin tidur...". Ucap Yesha singkat.
"Kalau begitu minum susu mu dulu,lalu setelah itu tidur".
Neni mengambil segelas air susu yang ia bawa tadi dari bawah.Menyiapkan segala nya dan pekerjaan nya bertambah mulai hari ini.
"Dihabiskan sayang!"
Yesha menggeleng "Rasanya asin,tidak enak dan aku mual Neni".
"Mau Neni ganti rasa yang lain?".
"Tidak,tidak perlu.Bawa saja kembali ke bawah,aku tidak suka bau nya".
Neni pun menghela nafas,apa boleh buat jika keinginan Yesha itu.Hamil trisemester awal memang bisa membuat orang emosi jika yang menanggapi nya pun tak sabar.
Akhirnya Neni mengalah,setelah beberapa tegukan ia meraih nampan dan meletakan nya di meja,cukup jauh dari Yesha.
Memastikan kamar aman,dan lampu tidak terlalu terang,tidak lupa juga jendela dan tirai ia tutup rapat,Neni meraih nampan nya kembali dan keluar dari kamar.
.
.
.
To be continue
"Tenang dulu mas,semua bisa dibicarakan.Jangan membuat Yesha tersudut!"
Ucap Mita menenangkan suami nya.Mereka tiba pukul delapan pagi dan langsung masuk ke kamar nya untuk istirahat sejenak karena perjalanan jauh.
Yesha yang sudah mengetahui itu lewat Neni pun sedikit takut,namun Neni selalu bicara yang baik-baik untuk membuat nya tenang.
Setelah makan siang Hafi beranjak ke lantai dua dan akan meminta penjelasan pada anak bungsu nya.Sementara Ara ia lebih memilih duduk santai di depan bersama Neni sambil menikmati para petani memanen hasil buah dan sayur di ladang yang tak jauh dari sana.
Hafi dan Mita berada di kamar Yesha.Ia mulai mengajak bicara anaknya.
"Berapa umurnya Yesha?".
"Delapan Minggu Yah".
"Pulang,kamu ikut ayah besok!" ucap Hafi,ia langsung memberi perintah.
Yesha menggeleng.
"Sebenarnya apa mau mu Yesha?". Tanya Hafi lantang.
"Yesha... Apa kalian melakukan nya sebelum.."
Anggukan Yesha menjawab semua pertanyaan yang berkecamuk di kepala kedua orang tua nya.
"Kita pulang ya nak,kita ..."
"Ga bunda,Yesha tidak mau.Ini Eropa,di sini banyak wanita hamil tidak bersuami,bahkan mereka membesarkan nya sendiri".
"Budaya kita tidak seperti itu". Sanggah Hafi,ia merasa ucapan Yesha tidak benar.
"Anak itu butuh ayah biologis nya". Ucap Hafi lagi.
"Aku tidak mau Ayah,aku tidak mau mengulang pernikahan yang hancur karena aku sendiri,Yudha mungkin saja sudah tidak menginginkan ku!".
"Bagaimana bisa kamu mengatakan itu sementara belum di coba.Ayah akan datangi rumah nya dan meminta pertanggung jawaban,semua itu belum terlambat!"
Hafi masih saja bersuara keras,Yesha terus membangkang sementara Mita menjadi penengah di sana.
"Terlambat atau tidak,anak ini tetap tidak bernasab.Anak ini ada di luar pernikahan,aku dan dia tidak ijab kabul ayah!" ucap Yesha lirih.
Mita merasakan bagaimana Yesha mempertahankan situasi dan keadaan nya sekarang.
"Lalu bagaimana jika anak itu perempuan,kau akan lebih malu dan menanggung susah sendirian!". Ucap Hafi lagi namun Yesha menggeleng.
"Kalau begitu aku gugurkan saja."
Plak!
Seketika Hafi menampar Yesha keras hingga ia tersungkur di atas ranjang.
Mata Mita terbelalak,ia tak menyangka suami nya akan menampar Yesha,anak yang ia ketahui paling di sayang oleh dirinya dan kakak nya yang lain.
"Mas!!". Ucap Mita,ia menarik Hafi untuk menjauh dari Yesha.
"Astaga Yesha..." Mita ingin mendekat namun Yesha sedikit menjauh dan tidak ingin di dekati.
Mengetahui hal itu,Hafi melangkah cepat dan meraih tubuh Yesha.Ia menghela nafas panjang dan memeluk anak nya erat.Ia tahu kabar kehamilan Yesha membuat dirinya shok.Semua terjadi sangat cepat,Yesha masih muda dan harus menanggung ini.
"Maafkan Ayah nak,kau tahu Ayah,Papah,bahkan kak Zavi.Kami semua mendatangi rumah orang tua Yudha,kami merendahkan harga diri kami di depan mereka,kami mengakui kesalahan kami dan ternyata Yudha juga tidak berada di rumah".
Suara Yesha menyusut hidung nya pun terdengar,Hafi tahu jika anak gadis yang sudah tak perawan itu sedang menangis.Lengan Hafi mulai basah terkena air mata.
"Semua itu hanyalah salah sangka, Yudha menikahi mu tidak ada dasar apapun,harta atau tahta,namun kamu sendiri yang beranggapan demikian."
Ucapan Hafi terjeda "Lalu bagaimana nanti selanjutnya,apa kamu masih akan terus kuliah?"
"Satu semester sampai perut ku terlihat,aku tahu akan tidak mudah,tapi setidak nya Yesha sudah berusaha".
Berat rasa nya menuruti permintaan anak bungsu nya,namun harus apalagi yang akan Hafi lakukan.Memaksa orang untuk bertanggung jawab atas apa yang tidak pernah dilakukan nya juga percuma jika Yesha tidak mau,wanita itu tetap bersih keras ingin menanggung sendiri dan tidak ingin menikah dengan siapapun.
Menjadi pertimbangan sendiri bagi Hafi dan Mita,belum nanti jika keluarga besar nya datang untuk berlibur dsini,pasti mereka akan bertanya perihal anggota keluarga baru,atau Bayi siapa ini,... Anak siapa ini?
"Mah,mita bingung dengan keadaan ini.Apa tidak apa-apa jika Yesha terus disini,aku takut ia tidak bisa menjaga kehamilan nya". Ucap Mita,ia sedang duduk bersama mertua nya setelah menyantap makan malam.
"Sudahlah ada Neni disini".
"Di rumah,lalu bagaimana nanti jika ia kuliah.Temannya belum banyak dan hanya..."
"William,dia lelaki baik.Aku pikir jika Yesha mau,akan aku nikahkan dengan nya namun kau tahu sendiri anak mu itu" sanggah Ara.
"Tuhan itu maha baik Mita,ia mengambil belahan jiwa ku dan ia juga mengirim malaikat kecil disini,semoga kelak jika ia lahir aku masih sehat".
"Husttt... Mamah pasti sehat,itu pasti!".
Ara tersenyum pada menantu nya,ia sedikit terhibur lagi oleh kedatangan mereka setelah satu bulan lebih berjauhan.Meski cara nya salah paling tidak ini bisa membuat nya melepas rindu.
Kedua nya saling berpelukan,sedih,senang,canda,dan tawa melebur menjadi satu.Sementara Hafi menemani Yesha,anak perempuan nya meminta makan yang aneh-aneh.
.
.
.
"Di sini tidak ada makanan seperti itu Yesha!"
"Ada Ayah,aku pernah melihat teman ku membawanya ke kampus". Ucap Yesha,ia terus melihat ke samping kanan dan kiri memastikan kedai penjual tempe goreng dan sambal kecap yang kini sedang ia inginkan.
"Kalau tidak dapat,besok Ayah minta Neni untuk membikin kan nya ya?". Ucap Yesha meminta,dan di angguki oleh Hafi.
Beberapa kali Hafi melirik perut anak nya yang sama sekali belum terlihat tonjolan nya.Terkadang ia juga berfikir,takdir mana yang harus ia bayar saat ini.
Mita tidak pernah aku hamili dulu, Galina juga tidak di hamili oleh Riza.Mamah dulu tidak..Astaga!
Ya cerita masa lalu Fandi dan Ara terulang kembali,mereka menikah saat Fandi dan Ara sudah tidur bersama,hanya saja saat itu Ara belum diberitakan hamil padahal sudah ada mereka di dalam sana.
Tapi kali ini beda,Yesha bahkan tidak mau di nikahkan dengan Yudha kembali oleh Ayah nya.
Menyusuri sepanjang jalan dan memang tidak ditemukan apa yang Yesha inginkan,berakhir di mini market dan Hafi pun keluar dari mobil.
"Ikut turun?". Tanya Hafi dan anak nya pun menggeleng.
"Yesha disini saja,aku pusing jika melihat ramai orang berkerumun".
Hafi mengerti itu,ia pun mengedikan bahu dan menutup mobil.Melangkah memasuki mini market.
Suara dentingan lonceng pintu terdengar saat Hafi akan membuka nya.
Bragk!
"Ohh maaf,saya tidak sengaja!" ucap Hafi pada seseorang.
Orang itu pun hanya mengangguk,ia memakai Hoodie dan kaca mata,tak lupa topi berwarna abu-abu.Berlalu begitu saja melewati Hafi,namun mata nya menelisik ke arah penumpang mobil Hafi.Hafi yang mengerti itu pun sekilas ikut memandangi Yesha yang sedang bermain ponsel di dalam sana.
.
.
.
To be continue
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!