Nayra Anindhita Aditama
Seorang desaigner berusia 29tahun, Pemilik Nayra's Boutique yang ia jalankan bersama sahabatnya. Nayra tidak pernah menyangka sama sekali bahwa takdir hidupnya berubah secepat ini, niatnya untuk menghadiri pernikahan sahabat kakaknya tiba-tiba merubahnya menjadi sosok pengantin pengganti. Ia harus menerima permintaan kakak dan ibunya untuk menjadi pengantin pengganti atas dasar balas budi. Akankah Nayra mampu membuat Aditya yang merupakan cinta pertamanya dulu membuka hati untuknya?
2.Aditya Kalandra Wiratmadja
CEO berusia 33tahun yang memiliki sikap dingin dan tidak mudah tersentuh. Aditya tidak pernah menyangka kekasihnya yang sudah menemaninya selama 2tahun pergi meninggalkannya tepat di hari pernikahan mereka. Di tengah suasana hatinya yang kalut, Aditya dipaksa oleh sang ayah untuk menerima pengantin pengganti yang tak lain adalah Nayra, adik dari sahabatnya.
3.Nathan Wisnu Aditama
Pria berusia 33tahun merupakan sosok yang tegas dan sulit ditebak oleh orang lain. Ia dikenal sebagai pria yang dingin dan penuh perhitungan dalam dunia bisnis. Tapi itu semua tidak berlaku jika di depan Ibu dan adiknya Nayra. Baginya kedua wanita itu adalah dunianya, ia rela melakukan apapun demi kebahagiaan dua wanita itu. Sampai ia dihadapkan dalam satu pilihan sulit, ia harus meminta sang adik untuk menerima permintaan keluarga wiratmadja menjadi pengantin pengganti bagi Aditya. Berlandaskan balas budi ia terpaksa melakukan itu. Meski begitu dalam hati ia terus bertanya-tanya sudahkan ia menjadi kakak yang baik atau justru sebaliknya, ia sudah mengorbankan kebahagiaan Nayra demi tuntutan keluarga?
Nadira Almira Prasetya
Gadis berusia 31tahun yang merupakan sahabat Nayra semenjak mereka sama-sama menempuh pendididikan di fakultas desain. Meskipun usia mereka yang terpaut dua tahun, persahabatan mereka sudah terjalin sangat lama. Bagi Nadira , Nayra bukan hanya sekedar sahabat. Ia menganggap gadis itu seperti adiknya sendiri.
Nadira merupakan gadis yang memiliki kepribadian yang ceria, tegas dan blak-blakan. Ia selalu menjadi tempat curhat Nayra, seseorang yang bisa diandalkan dalam situasi apapun. Nadir memiliki tinggi sekitar 167cm, dengan tubuh yang proposional, rambutnya panjang bergelombang dan berwarna hitam legam.
Natasya Aurelie
Gadis berusia 30tahun yang berprofesi sebagai model, adalah sosok yang tahu apa yang ia inginkan. Dengan wajah yang rupawan dan karir yang menanjak membuat Natasha berada di puncak dunia. Natasha memutuskan untuk meninggalkan Aditya sosok pria yang pernah ia inginkan lebih dari apapun. Atau lebih tepatnya sosok yang memberikan kenyamanan, kekuasaan dan status yang bisa memperkuat posisinya di dunia hiburan.
Natasha pergi meninggalkan Aditya bukan karena tidak menyukai pria itu, tapi karena dia belum siap untuk melepaskan dunianya. Namun dibalik semua itu ada pertanyaan yang selalu menganggunya, apakah ia meninggalkan Aditya demi karirnya atau karena ketakutannya sendiri.
Dengan seiring berjalannya waktu, Natasha menyadari satu hal. Bahwa dia belum benar-benar ingin kehilangan Aditya. Dan kini ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya.
PROLOG
"Nayra, Keluarga Wiratmadja memintamu untuk mengantikan posisi Natasha menjadi pengantin Aditya."
Nayra merasa dunianya berhenti berputar setelah mendengar ucapan Nathan, Kakaknya.
Bagaimana mungkin ia diminta mengantikan posisi Natasha calon istri Aditya, bukankah itu artinya dirinya dijadikan pengantin pengganti?
"Nak, bunda tahu ini pasti bukan sesuatu hal yang mudah. Tapi kita tidak punya pilihan lain nak, keluarga kita mempunyai hutang budi pada keluarga Wiratmadja dan Bunda rasa, inilah waktu yang tepat untuk kita membalasnya." sang Bunda ikut menimpali ucapan Nathan.
Nayra tidak akan sanggup menolak jika sudah melihat Bundanya memohon seperti itu, dengan terpaksa Nayra menganggukkan kepalanya menyetujui permintaan kakak dan Bundanya.
Nayra menerawang jauh memikirkan Aditya calon suaminya, pria itu merupakan sahabat kakaknya sekaligus cinta pertamanya saat remaja dulu.
Tapi pria itu tidak pernah sama sekali menggangapnya lebih dari adik kecil atas dasar itulah Nayra mengubur dalam-dalam perasaannya.
Dan sekarang, setelah ia berhasil melupakan pria itu, tiba-tiba takdir mempersatukan mereka dalam keadaan yang tidak mudah. Akankah Nayra berhasil membuat Aditya membuka hati untuknya dan melupakan masa lalunya. Ataukah Nayra akan menyerah dn memutuskan pergi meninggalkan Aditya saat masalalu pria itu kembali dan mengusik kehidupan rumah tangga mereka?
Nayra Anindita Aditama, memandangi bayangan dirinya didepan cermin dengan tatapan kosong. Gaun midi berwarna krem gading yang ia gunakan, selaras dengan riasan natural yang mempertegas fitur wajahnya. Namun semua itu tak dapat mengubah sesuatu dalam hatinya yang terasa menganjal.
Hari ini, ia diminta hadir dalam acara pernikahan Aditya sahabat kakaknya, sekaligus merupakan cinta pertama dalam hidupnya. Meski perasaan itu telah lama ia kubur dalam-dalam, entah mengapa masih ada sesuatu yang menganjal dalam hatinya.
"Nayra,, apa kamu sudah siap, Nak?" suara lembut sang bunda terdengar dari balik pintu.
Nayra menarik nafasnya sejenak mencoba menghilangkan keraguan yang ada dalam hatinya. "Iya Bunda, Nayra akan keluar sebentar lagi."
Kayra memutuskan untuk melangkahkan kakinya keluar dari kamar, langkahnya terasa amat ringan berbanding terbalik dengan hatinya yang terasa berat. Aditya Kalandra Aditama, sanggupkah ia menyaksikan pria itu bersanding dengan wanita lain?
"Kenapa wajahmu murung seperti itu, Hmm?" sang kakak, Nathan bertanya sembari mencubit hidungnya.
Nayra meringis kesakitan karena ulah kakaknya itu, sembari menyingkirkan tangan sang kakak, Nayra menyahut dengan nada sendu. "Aku merasa, seharusnya aku tidak usah datang ke acara pernikahan itu, Kak."
Nathan menatap Nayra dengan sorot mata yang teduh, lalu pria itu menepuk pucuk kepala sang adik. "Kita datang sebagai keluarga, Ra. Aditya bukan hanya sahabat, dia sudah seperti saudara bagi kakak. Jadi kakak minta kesampingkan masalah pribadimu, Hmm."
Nayra ingin membantah tapi pada akhirnya ia memilih diam. Ia tahu, Kakaknya itu ingin melakukan yang terbaik.
Tanpa berkata apa-apa lagi mereka akhirnya berangkat ke venue pernikahan. Dalam perjalanan, Nayra mencoba mengalihkan pikirannya dengan memandang ke luar jendela. Namun semakin ia mencoba semakin ia merasa tidak tenang.
Ia hanya belum tahu, bahwa dalam waktu beberapa jam takdir akan mempermainkan jalan hidupnya.
Mobil yang dikendarai Nathan akhirnya berhenti di depan gedung di selenggarakannya acara, Nayra melangkahkan kakinya dengan ragu.
Meskipun venue pernikahan ini tampak begitu megah, langit-langit yang berhiaskan lampu kristal serta bunga-bunga yang ditata begitu indah di sepanjang lorong. Namun, Nayra merasa ada sesuatu yang janggal.
Nayra bisa merasakan atmosfer aneh menyelimuti ruangan. Sebagian tamu tampak berbisik-bisik dan sebagian lagi menunjukkan ekspresi binggung dan gelisah.
"Sebenarnya, ada apa ini?" gumam Nayra pelan, namum masih terdengar oleh bunda Sarah.
Bunda Sarah yang berjalan di sampingnya hanya tersenyum tipis, meskipun raut wajahnya menunjukkan kegelisahan yang sama dengan yang lain.
Saat mereka melangkahkan kaki lebih masuk kedalam, seorang wanita paruh baya dengan balutan kebaya elegan menghampiri mereka. Dia adalah Nyonya Hanum, ibunda dari Aditya.
"Sarah, Nathan,,Nayra." suara Nyonya Hanum terdengar lembut, tetapi sorot matanya menyimpan kegelisahan yang sulit untuk disembunyikan.
"Selamat, Hanum." Bunda Sarah meraih tangan sahabatnya, untuk memberikan selamat atas pernikahan putranya.
Nyonya Hanum tersenyum menanggapi ucapan selamat itu, akan tetapi bunda Sarah bisa merasakan jika tangan Nyonya Hanum sedikit bergetar saat ia genggam. "Terima kasih,,aku senang kalian bisa datang."
Nayra memperhatikan interaksi antara Bundanya dengan Nyonya Hanum, dan dengan jelas ia bisa merasakan jika ada sesuatu yang salah disini.
Tapi Nayra tidak tahu apa itu?
Kecurigaannya semakin kuat, ketika ia tanpa sengaja mendengar bisikan tamu yang ada dibelakangnya.
"Apa benar pengantinya belum datang?"
"Aku dengar, dia tiba-tiba menghilang,, Coba lihat, keluarganya terlihat panik."
"Astaga, bagaimana bisa calon pengantin kabur di hari pernikahannya?"
Nayra merasa jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat.
Nayra menoleh ke arah Nathan, berharap kakaknya juga mendengar ucapan yang sempat tanpa sengaja ia dengar. Tapi, sebelum sempat ia bertanya, seseorang menghampiri mereka dengan ekspresi cemas.
"Mas Nathan," seorang pria muda, yang merupakan Asisten Aditya berbisik tegang, "Saya diminta Tuan Indra untuk memanggil anda, Beliau ingin berbicara dengan anda dan Beliau sedang ada di ruang tunggu. Tuan Aditya juga ada disana."
Nathan menatap Asisten Aditya dengan alis berkerut, lalu menggalihkan pandangannya ke Nyonya Hanum. "Apa yang sebenarnya terjadi, Tante?"
Nyonya Hanum menarik nafasnya panjang, lalu menoleh ke arah Nayra sejenak, setelah itu ia kembali menatap Nathan.
"Bisa kita bicara sebentar, Nathan?"
Tanpa menunggu jawaban Nyonya Hanum berbalik, mengisyaratkan Nathan agar mengikutinya.
Nayra hanya bisa berdiri di tempatnya, ia merasa semakin tidak tenang.
Di dalam ruang tunggu, Aditya duduk terdiam, menggunakan setelan pengantin dengan ekspresi wajah yang mengeras. Tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya.
Di depannya, Tuan Indra Sang Ayah menampilkan ekspresi wajah yang tak kalah suramnya dengan Sang putra.
Pintu terbuka, memperlihatkan Nyonya Hanum dan disusul Nathan yang baru saja masuk.
"Aditya," Nathan langsung menghampiri sahabatnya, lalu menanyakan kebenaran yang tanpa sengaja ia dengar tadi.
"Apa benar Natasha menghilang?"
Aditya mengangkat kepalanya perlahan, menatap Nathan dengan mata yang penuh dengan kemarahan dan kekecewaan "Dia pergi meninggalkanku."
Hanya tiga kata, tetapi sudah cukup untuk menjelaskan semuanya.
Natasha, pengantin wanitanya telah pergi meninggalkannya. Dan entah apa alasannya?
Ruang tunggu terasa sunyi meskipun suasana diluar masih dipenuhi kegaduhan para tamu yang masih bertanya-tanya tentang keberadaan Natasha, calon pengantin wanita.
Indra Wiradmadja, pria paruh baya dengan aura berwibawa, duduk tegak di kursinya. Tatapannya tajam menyusuri ruangan sebelum akhirnya tertuju pada Aditya dan Nathan yang duduk dihadapannya.
"Natasha sudah pergi." suaranya tegas, namun tanpa ada emosi berlebih. "Dan pernikahan ini, tidak mungkin dibatalkan begitu saja."
Nathan diam, tetapi ekspresinya menunjukkan sedikit kebingungan dengan ucapan Tuan Indra.
Sementara Aditya, tetap dengan wajah dinginya. Ia jelas-jelas tidak peduli dengan apa pun yang akan terjadi selanjutnya.
"Tapi, apa maksud ucapan Om pernikahan ini tidak bisa dibatalkan begitu saja?" Nathan mencoba berbicara dan mengungkapkan kebinggungan serta pertanyaan yang ada dalam fikirannya.
"Itu yang ingin Om katakan, Om punya solusinya."
Pria paruh baya itu menatap Nathan dalam-dalam. "Nayra."
Nathan membulatkan matanya mendengar ucapan Tuan Indra, "APA maksud, Om?"
Tuan Indra bersandar ke kursinya dan menyatukan kedua tanggannya, " Nayra bisa menggantikan posisi Natasha. Ini akan menyelamatkan reputasi keluarga Om, Nathan. Lagipula Nayra sudah lama mengenal Aditya, Aditya pun juga sudah setuju dengan ide ini. Jadi, Om harap kamu mau membantu keluarga Om."
Nathan mengepalkan tangannya di atas lututnya, "Om, Indra, ini terlalu tiba-tiba. Nayra, dia seharusnya tidak terlibat dalam masalah ini."
Tuan Indra menghela nafas, lalu menatap Nathan dengan tajam. "Aku meminta tolong padamu Nathan. Atau,, kau ingin melupakan hutang budi yang keluargamu miliki pada kami? Om rasa, inilah waktu yang tepat untuk kalian membalas budi."
Mendengar ucapan Tuan Indra, Nathan terdiam,,
Tentu saja ia sangat ingat. Dulu, setelah ayah mereka meninggal, bisnis keluarga Aditama hampir hancur. Tuan Indra Wiratmadja lah yang turun tangan menyelamatkan mereka. Tanpa bantuannya, mungkin keluarga Aditama sudah kehilangan segalanya.
"Nathan," Tuan Indra melanjutkan ucapannya, dengan suara yang lebih lembut namun tetap penuh takanan. "Om tidak akan memaksamu. Tapi kau harus tahu, ini tentang nama baik keluarga Om yang dipertaruhkan. Dan hanya kalian yang bisa membantu menyelamatkannya."
Nathan menoleh ke arah Aditya, berharap sahabatnya itu menolak atau hanya memberi respon. Tapi pria itu tetap diam dan tak memberikan ekspresi apapun.
Nathan menundukkan kepalanya, dan dengan berat hati Nathan memberikan keputusan. "Baiklah, Om. Aku akan bicara kepada Bunda dan Nayra. Tapi apapun keputusan Nayra nanti, Nathan harap Om bisa menerimanya."
Tuan Indra mengangguk puas, ia dengan jelas tahu Nathan tidak akan pernah menolak permintaannya jika ia sudah menyangkut tentang balas budi. Ia sama sekali tidak peduli jika di anggap licik, yang terpenting saat ini nama baik keluarganya bisa diselamatkan.
Nayra semakin merasakan kegelisahan, ketika melihat raut wajah Nathan yang terlihat suram saat keluar dari ruang tunggu keluarga Wiratmadja.
"Ada apa, Nak? Kenapa wajahmu terlihat sangat gelisah begitu?" Bunda Sarah jadi orang pertama yang mengajukan pertanyaan.
"Bisa ikut Nathan sebentar Bunda? Kamu juga Nayra, kakak mau bicara." Nathan berjalan menuju ruangan yang digunakan untuk tempat makeup pengantin.
Sementara itu, Nayra dan Bunda Sarah berjalan mengikuti dengan perasaan semakin gelisah.
"Apa yang ingin kamu bicarakan, Nak?" Bunda Sarah lagi-lagi bertanya setelah duduk di hadapan Nathan.
"Begini Bunda," Nathan menatap Bundannya lamat-lamat setelah itu beralih pada Nayra, "Natasha, calon pengantin Aditya pergi. Pernikahan ini tidak bisa begitu saja dibatalkan. Dan,," Nathan berhenti sejenak, karena merasa tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Tapi ia tetap harus membicarakan masalah ini dengan adik dan Bundanya,
"Mereka ingin Nayra mengantikan posisi Natasha sebagai pengantin wanitanya."
Bunda Sarah reflek mengenggam tangan putrinya dengan erat. Sementara Nayra, merasa dunianya berhenti sejenak.
"Apa?" Suara Bunda Sarah bergetar, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari putranya.
"Iya Bunda ini memang permintaan mereka, Nathan juga terkejut saat Om Indra mengatakan hanya Nayra yang bisa membantu menyelamatkan nama baik mereka, Nathan bahkan juga sudah menolak permintaan Om Indra. Tapi dia mengatakan jika inilah waktu yang tepat kita membalas budi kepada mereka."
Nathan merasa frustasi melihat ekspresi sendu dari Bundanya dan Nayra yang masih terdiam karena syok.
"Jadi aku harus menjadi pengantin pengganti karena balas budi?" Nayra akhirnya mengeluarkan suaranya, tapi pandangan matanya terasa kosong.
Nathan mengangguk dan meraih tangan adiknya, "Dengar sayang, kakak tidak akan menyetujui ini jika kamu tidak bersedia melakukannya. Kita bisa membalas budi kepada mereka dengan cara lain. Jadi kamu tidak perlu khawatir, katakan pada kakak apa yang kamu inginkan?"
Nathan meyakinkan Nayra, bahwa dirinya akan menerima apapun itu keputusannya. Karena bagi Nathan kebahagiaan Nayra adalah yang utama.
Bunda Sarah semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Nayra, "Nak, ikuti kata hatimu. Bunda dan kakakmu mendukung apapun yang akan kamu putuskan. Jika memang kamu tidak mau menerima pernikahan ini, Bunda sendiri yang akan berbicara kepada Tuan Indra."
Ucapan Bunda Sarah tidak serta merta membuat Nayra tenang, justru ia tidak bisa membayangkan jika Bundanya harus membicarakan itu kepada Tuan Indra.
Nayra memandang Bundanya lamat-lamat, setelah itu ia mengalihkan pandangannya kepada kakaknya, Nathan. Disana ia bisa melihat dengan jelas raut wajah Nathan yang penuh dengan kegelisahan dan kebingungan.
Kakaknya itu, sudah banyak berkorban demi keluarga mereka semenjak Sang Ayah meninggal beberapa tahun lalu. Mengingat itu, tanpa sadar Air mata Nayra menetes.
Jika saja dirinya menolak pernikahan ini, entah apa yang akan dilakukan keluarga Wiratmadja kepada Nathan. Mereka pasti tidak akan segan-segan menghancurkan semu bisnis Nathan.
Hanya dengan membayangkan saja Nayra tidak sanggup, akhirnya dengan berat hati Nayra mengambil keputusan. Mungkin sudah saatnya ia yang berkorban untuk keluarganya.
"Nayra bersedia menerima pernikahan ini, Kak." Ucapnya sembari menundukkan kepalanya.
Nathan meraih kedua sisi wajah Nayra, "Lihat Kakak, Nayra. Apa kamu yakin dengan keputusanmu ini?"
Nayra mengangguk karena tak sanggup mengucapkan apapun, ini terasa berat baginya tapi ia harus melakukan ini demi keluarganya.
Mendengar isak tangis yang keluar dari bibir Nayra, Bunda Sarah segera mengulurkan tanganya untuk memeluk putrinya itu.
"Bunda tahu ini keputusan yang berat, Nak. Tapi Bunda bangga karena kamu memutuskan untuk menerima pernikahan ini. Bunda yakin semuanya akan baik-baik saja karena Bunda tahu, Aditya adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Percaya pada Bunda, Hmm."
Nathan berdiri dari duduknya, "Kalau begitu, Nathan akan memberitahu keputusan Nayra kepada keluarga Aditya."
Nathan masuk ke dalam ruang tunggu keluarga Wiratmadja, disana ia bisa melihat jika Tuan dan Nyonya wiratmadja menunggu kedatangannya dengan cemas. Sementara Aditya, ekspresi wajahnya masih sama seperti tadi, dingin dan datar tanpa ekspresi.
"Bagaimana Nathan, apa kamu sudah membicarakannya dengan Bundamu dan Nayra?"
tanya Tuan Indra dengan tidak sabar.
Nathan menarik nafasnya dengan perlahan, "Nayra setuju Om, Tante." ucapnya dengan berat hati.
"Alhamdulillah,, " sahut Nyonya Hanum dan Tuan Indra bersamaan. "Terima Kasih Nathan, Om tidak tahu harus bagaimana lagi kalau keluargamu tidak mau membantu. Sekali lagi terima kasih, Nak." Nathan hanya bisa mengangguk menanggapi ucapan terima kasih itu.
"Baiklah Om dan Tante akan mempersiapkan semuanya." Orang tua Aditya berlalu dari ruangan dengan raut wajah bahagia meninggalkan Nathan dan Aditya berdua.
Sepeninggal mereka berdua Nathan menghampiri Aditya, pria itu duduk di samping sahabatnya itu.
"Aku tidak tahu atas dasar apa Nayra menerima pernikahan ini, tapi aku mohon padamu tolong setelah ini jaga Nayra baik-baik."
Nathan berlalu meninggalkan Aditya setelah mengucapkan kalimat itu.
Aditya masih duduk terdiam, dalam waktu beberapa jam saja takdir seolah mempermainkannya.
Pertama ia harus di tinggal pergi calon istrinya tepat dihari pernikahannya, dan sekarang tiba-tiba ia harus menikahi gadis yang sama sekali tidak pernah ia cintai. Takdir macam apa ini?
Diwaktu yang sama di ruang ganti, para perias mulai bersiap mengganti pakaian Nayra dengan kebaya putih yang telah di siapkan untuknya.
"Nona Nayra, kami sudah mempersiapkan kebaya putih untuk anda kenakan." ucap salah satu asisten perias sembari menunjukkan kebaya putih dengan detail bordir yang sangat mewah.
Namun, tanpa disangka Nayra menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Aku ingin memakai kebaya milikku sendiri." ujarnya mantap.
Ruangan itu mendadak sunyi. Para perias saling pandang karena merasa binggung, "Tapi, ini sudah disiapkan Nona,,"
Nayra menatap kebaya yang tergantung dihadapannya. Kebaya itu memang indah, tetapi itu bukanlah pilihannya. Ia tidak ingin mengenakan sesuatu yang sudah di pilih oleh orang lain. Meskipun pada kenyataannya, pernikahannya dengan Aditya pun bukan atas dasar pilihannya sendiri. Melainkan karena dipaksa oleh keadaan.
"Aku ingin mengenakan kebaya ivory rancanganku sendiri, kebaya itu ada di butikku. Bisa tolong ambilkan saja kebaya itu." lanjutnya dengan tegas.
Nyonya Hanum yang ikut berada du ruangan itu sempat terdiam. Namun, melihat ketegasan dalam nada bicara Nayra, ia akhirnya menyetujui permintaan itu. "Baiklah, kami akan meminta seseorang untuk mengambilkannya untukmu, Nak."
Nyonya Hanum berjalan mendekati Nayra, ia tentu tahu ini bukan keputusan mudah bagi Nayra. Dan ia pun sanggat memahami, jika Nayra tidak mau memakai apa yang sudah disiapkan karena itu adalah pilihan Natasha.
"Katakan pada Tante, kamu mau apa lagi? Sebisa mungkin Tante akan melakukannya untukmu." ucapnya saat sudah ada di hadapan Nayra.
"Bagaimana jika yang Nayra inginkan adalah membatalkan pernikahan ini Tante, apa Tante akan tetap menuruti kemauan Nayra?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!