NovelToon NovelToon

Me And Mr Mafia

Prolog

Yuan tersulut hasrat saat Ellen, wanita yang mengusik pikiran dalam beberapa Minggu terakhir memeluk tubuh nya erat akibat efek obat perangsang.

Obat tersebut sengaja di tambahkan ke dalam minuman Ellen demi sebuah pembuktian ketertarikan Yuan akan sosok Ellen.

Sebelumnya, ada tiga orang wanita masuk dan melakukan adegan yang sama. Bedanya mereka melakukan tanpa pengaruh obat perangsang. Ketiga wanita itu merupakan pellacur tingkat atas, perkerjaan merayu sudah menjadi kebiasaan. Anehnya, Yuan sama sekali tidak tertarik bahkan sangat muak padahal Johan memilih wanita yang parasnya jauh lebih cantik dari Ellen.

"Hentikan!!!" Teriak Yuan memperingatkan si wanita agar berhenti melakukan adegan.

"Mana bisa Tuan, anda tampan sekali." Sambil berusaha terus merayu dengan bahasa tubuh.

Gawatnya para wanita malah tidak sanggup mengendalikan hasrat. Kesempurnaan paras serta tubuh Yuan membuat mereka kehilangan akal bahkan berusaha mati-matian merayu agar Yuan bisa di miliki. Naas bagi mereka, sebab Yuan bukan lelaki yang bertele-tele. Saat peringatan sudah di lontarkan, detik itu juga Yuan menghentikan perkerjaan ketiga wanita dengan caranya sendiri.

Setelah mayat ketiganya di bereskan, kini tiba giliran Ellen. Yuan sudah lebih dulu merasa gelisah, canggung, gugup saat menunggu kedatangan Ellen. Perbedaan itu sangat terasa dan kini Yuan yakin jika apa yang di rasakan pada Ellen tidak bisa di ciptakan wanita lain sekalipun mereka telanjang bulat di depan Yuan.

"Hei Johan! Kenapa aku di masukkan ke sini!!!" Teriak Ellen seraya menggedor pintu. Dia pikir Johan mengumpankan nya pada lelaki hidung belang." Kau tega sekali Jo! Kau pikir aku takut membalas perbuatan mu! Aduh kenapa semakin panas." Keluh Ellen meremas kerah dress bagian depan seraya memutar tubuhnya. Cukup mengejutkan melihat keberadaan Yuan di sana." Tuan Yu? Anda di sini juga." Ellen tersenyum canggung untuk menyembunyikan rasa panas di tubuhnya.

"Hum." Jantung ku berdebar-debar padahal wanita ini angkuh sekali.

Terpaksa jalan ini Johan ambil karena Ellen dan Yuan sulit di satukan. Keinginan keduanya saling bertabrakan, Ellen malas menjalin hubungan baru sementara Yuan enggan menurunkan ego dan masih menganggap ketertarikannya sebagai kesalahan.

Mana bisa hati Ellen luluh kalau nyatanya sikap Yuan sangatlah tak menarik, kasar dan arogan. Apalagi Ellen pernah gagal dalam menjalin rumah tangga sehingga sosok Yuan tak masuk lelaki idamannya. Ellen malah trauma berhubungan dengan lelaki dingin sejenis David, mantan Suaminya.

Berkali-kali Johan menjelaskan pada Yuan, mustahil meluluhkan hati Ellen jika sikap nya masih saja kaku. Wanita murahan mungkin bisa menerima sikap Yuan karena mereka melihat dari sisi kekayaan. Sementara sejak perceraian resmi di dapatkan, sikap Ellen berubah menjadi setelan pabrik. Dia sangat, teramat dan lebih menjaga kehormatannya. Tidak segan-segan Ellen memaki para anak buah Yuan saat mereka menatapnya secara berlebihan.

Itu kenapa Johan memilih jalan ini. Selain ingin menyadarkan Yuan, dia juga ingin mematahkan rasa putus asa Ellen yang menganggap dirinya tidak sempurna menjadi wanita. Selayaknya menerka-nerka hasilnya, Johan mencampurkan obat perangsang agar Yuan yakin akan perasaannya, begitupun Ellen yang sebenarnya tidak mandul. Tanpa perduli pada janin yang mungkin bisa tumbuh, Johan melakukan rencana gilanya atas persetujuan Yuan.

"Tolong buka pintunya Tuan. Saya harus pergi." Ellen semakin sulit mengendalikan tubuhnya. Sesekali dia mendesis sambil menggigit bibir bawahnya. Nafasnya pun terdengar memburu sebab obat perangsang di berikan dalam dosis besar.

"Aku tidak bisa. Johan yang membawa kuncinya."

"Maaf Tuan, di sini panas sekali. Apa pendingin ruangan nya mati?" Ellen mendongak, pendingin tampak menyala dengan suhu 14 derajat. Kenapa tubuhku! Panas sekali! Aku ingin melepas baju.

Ellen berjalan masuk kamar mandi, Yuan sendiri mengendurkan dasi karena sudah tergoda melihat tingkah Ellen.

Aku mengakui dia cantik sekali. Cara mendesis nya membuatku ingin melakukan itu. Batin Yuan masih berusaha menahan gejolak hasrat.

Di dalam kamar mandi, Ellen mengguyur tubuhnya, berharap rasa panas mereda tapi itu perkerjaan sia-sia. Ellen semakin sulit mengendalikan hawa di tubuhnya dan memutuskan untuk keluar.

Saat dia mencapai ambang pintu, Yuan sudah berdiri tegak seolah sedang menyambutnya. Jas bahkan sudah di lepaskan sehingga otot-otot yang ada di dalam semakin tampak menggoda bagi Ellen.

"Saya tidak mengerti, tubuh saya panas sekali. Apa minuman itu sudah kedaluwarsa?" Gumam Ellen terlihat sangat gelisah." Bagaimana ini Tuan, rasanya saya tidak tahan." Ellen menelan bulat-bulat rasa malunya lalu berjalan mendekati Yuan.

Saat posisi keduanya saling berhadapan, hasrat nya semakin tidak terkendali. Ellen memeluk tubuh Yuan erat sambil sesekali mendesis.

"Tuan bantu saya. Ini sangat tidak nyaman."

Ketertarikan yang sudah terbangun sejak beberapa Minggu terakhir membuat Yuan langsung mengabulkan permintaan Ellen.

Tanpa latihan ataupun belajar, hasrat menggebu Yuan menuntun nya melakukan hal yang selama ini tidak pernah terpikirkan. Berciuman, memanjakan lewat sentuhan bahkan percintaan inti dengan beradegan ranjang, dapat Yuan lakukan sangat sempurna sampai Ellen beberapa kali menunjukkan senyum kepuasan bahkan melontarkan pujian pada Yuan.

Perlakuan itu semakin membabat kewarasan, memantapkan perasaan Yuan bahwa dia sangat menginginkan Ellen. Di tengah dessahan, Yuan beberapa kali mengganti panggilan untuk Ellen menjadi baby. Meski apa yang di lakukan bisa menumbuhkan benih, tapi Yuan sangat menikmati percintaan pertama nya.

Akan ku luluh kan hatimu setelah ini. Coba tolak aku Ellen! Kau wajib menjadi milikku!! Batin Yuan.

🌹🌹🌹

Part 1

Ellen menatap kepergian David dan Paula yang tampak masuk ke sebuah outlet ponsel. Sejak Dokter menyatakan dirinya mandul, David meminta izin menikah lagi. Alasannya tentu saja tuntutan keluarga besar yang menginginkan keturunan.

Saat itu Ellen menerima, bahkan mengizinkan asalkan David menceraikannya. Sulit bagi Ellen harus melihat orang terkasih membagi cinta dan kasih sayangnya pada sosok lain. Seharusnya David memahami itu tanpa harus di minta sebab dia tahu Ellen wanita pencemburu.

Berkali-kali Ellen melayangkan gugatan cerai, sebanyak itu kegagalan di terima. Rasanya percuma melawan orang yang cukup berkuasa seperti David. Cara seperti apapun tidak mungkin berhasil kecuali David sendiri yang mengizinkan.

Selama berbulan-bulan, Ellen di tuntut bertahan tanpa ada perlawanan. Uang tabungannya bahkan habis untuk mengurus gugatan perceraian yang berakhir dengan kegagalan.

Satu-satunya keluarga Ellen pun malah melimpahkan kesalahan padanya. Mereka menyebut Ellen wanita bodoh jika sampai melepas David yang sudah memberikan kehidupan glamor.

Keluarga David pun terus menyinggung soal perbedaan kasta. Meski Ellen berasal dari keluarga berkecukupan namun semua itu tidak sebanding dengan kekayaan keluarga David, selaku pemilik perusahaan terbesar nomer tiga.

Itu kenapa Ellen kesulitan bergerak apalagi berlari. David berhasil menyumpal uang ke semua orang yang hendak Ellen mintai pertolongan.

Tidak ada dukungan membuat Ellen terpaksa bertahan sampai rasa sakit kini tak lagi terasa. Hati Ellen seakan membatu karena terlalu lama mendapatkan siksaan batin dari segala arah.

Dia menganggap ku pembantu bukan Istri. Batin Ellen. Dia menutup bagasi setelah meletakkan beberapa paperbag berisi baju milik Paula yang perutnya mulai membesar.

Perlakuan David semakin menjadi-jadi setelah Paula di nyatakan hamil. Semua perhatian seolah tertuju pada Paula sementara keberadaan Ellen tidak pernah di anggap.

Sikap Paula sendiri begitu buruk. Jangankan menghormati, Ellen selalu di perlakukan bak pembantu. Ellen di anggap sebagai saingan bukan seorang Kakak. Padahal David selalu meminta hal sederhana itu agar keduanya bisa hidup saling berdampingan. Awalnya Ellen berbesar hati melakukan, toh dia tidak bisa lari. Namun balasan Paula berbanding terbalik apalagi setelah hasil pemeriksaan menunjukkan kehamilan. Kalimat hidup saling berdampingan tidak lagi berlaku. David malah meminta Ellen mau mengalah demi kesehatan janin dalam kandungan Paula.

"Kenapa harus aku yang berkorban? Apa David tidak tahu kalau jalan di sini sangatlah becek!" Umpat Ellen seraya menyusuri jalan kecil untuk membeli roti kesukaan Paula.

Jika memang Davin berlaku adil, seharusnya Ellen menunggu di mobil sebab toko roti sejajar dengan lokasi perbelanjaan dan outlet ponsel hanya saja beda gang. Namun David langsung mengiyakan saat Paula merengek. Alasannya agar bisa pulang cepat karena punggungnya terasa kaku. Tanpa menimbang bagaimana perasaan Ellen, David menyuruhnya membeli roti tersebut dengan cara melewati gang kecil. Hati Ellen yang terlanjur membatu, langsung mengiyakan tanpa perlawanan. Dia paham jika perintah itu wajib di lakukan meski bertolak belakang dengan nurani nya.

Tap.. Tap.. Tap...

Sontak Ellen menghentikan langkah saat terdengar suara langkah kaki beberapa orang. Tampak beberapa lelaki berlari ke arahnya. Manik Ellen melebar sebab tiga orang lelaki bersenjata api bahkan tidak segan-segan membidik satu lelaki yang berlari paling depan.

Ellen yang panik akan situasi tersebut, malah ikut berlari. Dia tidak mau tertembak lalu mati konyol meski kehidupannya sekarang lebih buruk dari kematian.

Kaki pendek Ellen tentu tidak sebanding dengan kaki panjang para lelaki dan mengakibatkannya mudah tersusul. Si lelaki yang berlari paling depan sempat menoleh sejenak saat melewati Ellen. Kontak mata sekilas itu malah membuat Ellen hilang keseimbangan. Kakinya terselip dan terjatuh di atas beceknya kubangan air kotor.

"Habisi saksi!" Pinta salah satu lelaki.

Manik Ellen melebar mendengar perintah yang mungkin di tunjukkan padanya. Kepanikan di sertai rasa takut membuat Ellen tidak bisa berbuat apapun. Tidak ada gunanya lari sebab sebuah senjata kini mengarah padanya.

Aku akan mati. Batin Ellen. Dia menutup mata karena tidak kuasa melihat. Ellen hanya berharap kematiannya berjalan mudah tanpa rasa sakit.

Namun setelah beberapa detik berlalu, tembakan tidak juga di rasakan. Ellen malah mendengar suara langkah kaki dari arah berlawanan. Perlahan matanya terbuka dan mendapati tiga lelaki terkapar bersimbah darah.

Lelaki itu yang... Manik Ellen kembali melebar, melihat beberapa lelaki dari kubu lain yang juga bersenjata. Apa mereka polisi? Tapi kenapa seperti preman?

"Saya akan mengutuk diri saya sendiri kalau Tuan sampai terbunuh." Ujar salah satu lelaki.

"Peluru yang ku bawa tidak cukup."

"Itu hanya jebakan Tuan."

Si lelaki yang di ketahui bernama Tuan Yu, hanya tersenyum simpul padahal beberapa peluru berhasil menyerempet lengannya.

"Bereskan mayatnya!" Pinta Jo alias Johan. Dia merupakan Adik angkat juga kaki tangan Yuan alias Tuan Yu." Lantas bagaimana dengan nya." Menunjuk ke Ellen yang tampak setengah mati ketakutan. Adegan di hadapannya cukup menegangkan.

Yuan mengulurkan tangannya yang langsung di sambut. Ellen mengira jika itu adalah sebuah pertolongan. Namun tiba-tiba, Yuan mencengkram erat rahangnya sambil menatap lekat wajah Ellen.

"Berapa nominal yang harus ku bayar untuk tutup mulut." Ucap Yuan tanpa melepaskan cengkraman tangannya.

"Saya akan tutup mulut. Aduh sakit." Keluh Ellen merasakan nyeri pada rahang yang ternyata sudah mengeluarkan darah.

"Kau punya keluarga?" Tanya Yuan.

"Ya, tolong lepaskan." Pinta Ellen seraya mendesis.

"Ikut aku." Yuan melepaskan cengkraman tangannya lalu menyeret paksa Ellen menuju sebuah mobil.

Ellen masuk terlebih dahulu di ikuti Yuan. Ellen sempat melihat jika jejak pembunuhan sudah bersih. Air kubangan bercampur darah di bereskan dalam waktu singkat.

"Selama beberapa hari anak buah ku akan memantau kehidupan mu. Kalau kejadian tadi bocor, kau dan keluarga mu akan mati!" Ancam Yuan penuh penekanan.

"Mati?" Tanya Ellen mengulang.

"Hum."

"Mustahil. Menghindar dari mereka saja sangat sulit apalagi membinasakan mereka?" Jawab Ellen tersenyum mengejek." Kalian polisi atau pembunuh bayaran?" Ellen malah melontarkan pertanyaan tersebut.

"Kau cukup jaga rahasia dan jangan banyak bertanya!"

"Tidak ada keuntungan aku menceritakannya." Tutur Ellen lirih. Kejadian tadi cukup mengejutkan tapi dia tidak ingin terlibat karena permasalahan rumah tangganya saja belum mendapatkan jalan keluar." Turunkan aku. Kau akan terkejut jika tahu nama lelaki itu." Imbuh Ellen seraya menatap tajam Yuan.

"Sebutkan nama nya." Dasar angkuh!

"David Fernandez, putera Bapak Andreas yang terhormat. Semua orang berpangkat, abdi negara bahkan polisi pun tunduk pada uang mereka. Dia akan memburu mu kalau kau membawaku." Jawab Ellen menjelaskan dengan mimik wajah penuh tekanan.

"Kau kenal Jo?" Tanya Yuan pada Johan.

"Saya tidak tahu. Apa perlu saya tanyakan pada Reyhan?"

Nama yang di sebutkan Johan merupakan orang kepercayaan kedua. Baik Rey maupun Jo, punya tugas masing-masing. Rey, Alias Reyhan bertugas mengurus banyaknya perusahaan Yuan, sementara Jo bertugas mengurus soal keamanan serta mengetuai ratusan anak buah Yuan.

"Mereka pemilik AN group." Sahut Ellen.

"Oh." Ellen menoleh saat mendengar tanggapan Yuan." Aku hanya ingin menghapus jejak. Gaunmu perlu di ganti. Untuk hal lain, aku tidak perduli." Ellen tersenyum seraya mengangguk-angguk. Dia sudah terbiasa mendengar kalimat tersebut.

Semua orang akan bersikap pura-pura bodoh karena tidak mau terlibat. Ancaman kehilangan jabatan dan kesulitan hidup menjadi alasan mereka menutup mata dan mulut rapat.

"Aku akan bilang jatuh. Gaunku tidak perlu di ganti. Turunkan aku ke toko roti Donna." Ucap Ellen terdengar ketus.

"Yang berhak memerintah hanya aku!" Jawab Yuan tak kalah ketus.

"Sebab perbuatan mu akan membuatku terkena masalah. Aku akan melupakan kejadian tadi sebab itu tidaklah penting!" Ellen tampak membuang muka." Tidak ada waktu memikirkan juga tidak ada gunanya melakukan kecuali kau menjanjikan harapan." Imbuhnya.

"Turuti permintaan nya." Pinta Yuan. Dia sudah menebak kemana tujuan pembicaraan Ellen.

Sebelum Ellen turun, Yuan kembali menawarkan uang namun di tolak. Meski perkataan Ellen sangat menyakinkan namun Yuan tetap memerintahkan Jo mengutus beberapa anak buah untuk mengawasi Ellen sebagai antisipasi.

Kenapa tak langsung di bunuh? Batin Johan.

🌹🌹🌹

Part 2

Gaun kotor penuh lumpur membuat Ellen tidak di perkenankan masuk toko roti. Apalagi Ellen gagal menunjukkan bukti bahwa dia bukanlah gelandangan sebab dompet miliknya hilang.

Kemana ya. Batin Ellen. Dia sempat kembali ke gang kecil namun dompetnya tidak ada di sana.

Tampak si pegawai masih berjaga di depan toko, manager toko menebak jika Ellen hanya berpura-pura untuk mendapatkan barang gratis.

"Sudah ketemu dompetnya?" Tanya si pegawai toko.

Ellen tersenyum dengan wajah kebingungan. Dompet kecil yang di bawa terdapat sebuah ATM yang berisi uang bulanan untuknya. Mustahil bagi Ellen melaporkan hal ini pada David sebab kesalahan sejenis sudah terulang entah berapa kali. Ellen selalu teledor meletakkan dompet, alasannya lupa atau hilang hingga membuat David kesal.

Kalau sampai ATM ini hilang lagi, jangan pernah mengharapkan jatah bulanan. Nanti kebutuhan mu akan di urus Paula.

Ancaman itu membuat Ellen semakin sakit hati meski wajib di terima. Paula memang jauh lebih baik darinya dalam segala hal terutama menjaga barang pribadinya. Kebiasaan bertolak belakang dengan Ellen yang cenderung teledor dan sering lupa meletakkan barang.

Wajar saja David berpaling. Kamu itu payah dalam menjaga barang termasuk menjaga Suami mu.

Mau bagaimana lagi jika nyatanya Ellen wanita yang seperti itu. Dulu David berkata akan menerima semua kekurangan Ellen asalkan bisa menjaga kecantikan. Namun ternyata janji itu tidak bisa David tepati.

Bu Sarah, sang mertua bahkan pernah mengolok-olok Ellen dengan kalimat cukup pedas. Ellen di sebut hanya modal cantik dan tidak bisa memberikan keturunan. Ellen sempat menceritakan hal itu, berharap David bisa membela nya namun sosok itu malah bungkam dan menghadirkan seorang selir sebagai pelengkap pernikahan.

"Dompet saya benar-benar hilang. Saya tidak berbohong. Apa anda tidak mengingat saya? Eum saya sering datang ke..."

"Sebaiknya anda pergi." Sahut si pegawai.

Ellen menghela nafas panjang nan berat. Roti pesanan Paula wajib di dapatkan karena Ellen tidak mau mendengar kalimat bernada merendahkan. Untuk hal ATM, Ellen akan membicarakannya walaupun nanti kebutuhannya akan di handle Paula.

"Tolong saya. Satu buah roti saja dan saya akan pergi." Pinta Ellen.

Si pegawai tersenyum mengejek. Kalimat yang di lontarkan membenarkan tebakannya tentang Ellen.

"Kenapa harus menipu demi sebuah roti."

"Saya tidak menipu. Dompet saya memang hilang." Jawab Ellen.

"Pergilah, tidak ada gunanya anda mengemis. Roti ini bahkan tidak pantas berada di tangan kotor mu." Ujar si pegawai ketus.

Sebuah tangan menyodorkan beberapa lembar uang. Ellen menoleh untuk memeriksa siapa pemilik tangan tersebut.

Dia. Batin Ellen. Dia masih mengingat wajah Johan.

"Berikan sesuai keinginan nya." Pinta Johan. Apa yang di lakukan hanya sekedar menunjukkan rasa simpatik. Rupanya paras cantik Ellen cukup memanjakan mata Johan yang suka bercinta dengan pellacur jalanan. Dia pun merasa penasaran kenapa Ellen mendapatkan pengampunan dari Yuan.

"Baik." Meski penampilan Johan tampak sangar. Si pegawai toko menyiapkan sesuai pesanan Ellen. Apalagi Johan memberikan uang kembalian sebagai tips.

"Terimakasih. Dompet ku hilang. Apa kau tahu soal itu?" Ellen memperkirakan jika dompet nya jatuh di sekitaran gang kecil.

"Ucapan terimakasih anda terdengar tidak ikhlas." Sindir Johan.

"Karena aku yakin dompet ku jatuh di sana." Menunjuk gang kecil yang terletak di seberang jalan.

"Saya tidak tahu."

"Oh, baik. Aku pergi." Ellen menyebrang jalan sementara Johan masih terpaku menatapnya.

"Baru kali ini ada pekerjaan yang menyenangkan." Gumam Johan seraya mengirimkan perintah pada anak buahnya dalam bentuk pesan.

💌Laporkan apapun kegiatan wanita itu. Kalau ada yang mencurigakan, segera ambil tindakan.

💌Baik Kak.

Ternyata Johan melenceng dari pekerjaannya saat melihat Ellen terlibat masalah. Dia rela turun dari mobil dan berharap simpatik Ellen bisa di dapatkan. Imbalan yang Johan harapkan hanyalah percintaan semalam, tidak lebih. Itupun kalau Ellen memberikannya tanpa keterpaksaan. Johan merasa jika parasnya cukup tampan untuk menggoda Ellen.

Mana mungkin Kak Yu membebaskan hanya karena dia cantik. Sepertinya ada yang salah. Batin Johan.

.

.

.

.

Baru saja Ellen tiba di mobil David, sebuah sambutan mengoyak emosi berhasil menyulut amarah. Jangankan khawatir dengan keadaannya, David malah menuduh Ellen berniat melarikan diri. Dua orang suruhan bahkan sudah terlanjur David perintahkan untuk memburu Ellen.

"Kamu akan ku temukan meski bersembunyi di lubang semut." Ucap David menekankan. Sudut bibir Ellen yang memar tidak terlihat di matanya.

Ekspresi Paula tampak masam. Dia kesal karena kehamilannya tidak cukup membuat David menceraikan Ellen.

"Terserah kalau kamu tidak percaya. Ini, sesuai pesanan mu." Menyodorkan bungkusan berisi roti.

"Pasti sudah terkontaminasi bakteri. Bajumu kotor sekali Kak." Tolak Paula.

"Sudah ku jelaskan kalau tadi aku jatuh."

"Buang saja. Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan calon anakku." Tutur Paula.

Ellen melirik malas lalu melenggang ke arah mobil. Bungkusan roti di lemparkan ke tempat sampah yang terletak tidak jauh dari sana.

"Eh tunggu Kak." Cegah Paula. Dia membisikkan sesuatu ke telinga David.

"Apa lagi?" Tanya Ellen.

"Sebaiknya kamu ikut mereka." Pinta David seraya menunjuk dua orang lelaki suruhan." Paula tidak nyaman melihat mu." Imbuh nya.

Tanpa protes, Ellen berjalan berlawanan arah menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari sana.

Di pertahankan untuk di sakiti. Kau tega sekali memperlakukan ku dengan sangat buruk. Sekarang aku bukan lagi ratu tapi orang suruhan.

Ellen bergegas masuk saat salah satu lelaki membukakan pintu. David sempat memerintahkan keduanya untuk menjaga Ellen sebelum pergi.

"Kalian tidak ada perkerjaan lain? Kenapa begitu patuh padanya. Apa kalian tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan ku!!" Teriak Ellen geram. Wajah dua orang lelaki yang duduk di jog depan sangat di kenali.

David sering memperkerjakan beberapa orang dari kalangan preman jalanan untuk di jadikan kacung. Mereka berkerja sesuai perintah David bahkan tidak segan-segan menyeret paksa Ellen jika melawan.

"Bisakah sesekali kalian patuhi perintah ku?!!! Carikan seseorang yang bisa membawaku pergi dari lelaki itu!!!" Sambung Ellen.

Seringnya kalimat itu terlontar membuat dua lelaki tidak merespon. Bagi mereka, membebaskan Ellen berarti bunuh diri.

"Apa imbalan yang ku tawarkan kurang menarik?!" Ellen berjanji akan menyerahkan sisa hidupnya untuk lelaki yang menolong nya. Sekalipun si lelaki sangatlah miskin, Ellen tidak masalah asalkan setia dan bisa melepaskan dari jeratan David.

Tidak adanya respon membuat Ellen memilih diam sampai mobil tiba di sebuah rumah besar berpagar tinggi. Dulu Ellen ingin mengukir kenangan manis di rumah tersebut namun keinginan itu musnah semenjak David menghadirkan Paula.

Ellen tidak lagi nyaman berada di sana. Rumah besar itu kini berubah menjadi tempat penyiksaan baginya. Tidak hanya kemesraan David dan Paula yang berhasil menorehkan luka, kehadiran Bu Sarah juga menambah beban fikiran Ellen.

Sejak Paula hamil, Bu Sarah kerapkali tinggal di sana. Orang tua yang seharusnya menjadi penengah malah melontarkan kalimat menyudutkan. Bu Sarah tidak segan-segan membandingkan Paula dengan Ellen di hadapan David secara terang-terangan.

"Astaga. Dasar wanita yang tidak bisa menjaga kehormatan Suami." Ujar Bu Sarah saat Ellen baru saja masuk dengan dress kotornya.

"Ini semua karena permintaan menantu kesayangan anda." Ellen sudah kehilangan rasa hormat sebab sikap Bu Sarah membabat habis kewarasannya.

"Pintar sekali melimpahkan kesalahan."

"Dia meminta saya membeli roti dan akhirnya saya jatuh kubangan air itu!" Jawab Ellen menjelaskan.

"Wajarlah dia menyuruhmu! Seharusnya kau tahu diri! Sudah sepantasnya kau memanjakan wanita yang bisa membawa kebahagiaan untuk Suamimu! Modal cantik saja banyak protes!!" Umpat Bu Sarah tak kalah pedas.

"Setidaknya otak saya normal dan tidak penuh dengan ambisi!" Jawab Ellen tidak kalah ketus. Dia merasa jika Paula merupakan wanita yang penuh dengan ambisi. Untuk tujuan sebenarnya, Ellen masih belum tahu.

"Kau memang tidak tahu diri! Derajat sudah di angkat tapi seperti ini balasan mu!" Ellen tertawa kecil meledek ucapan Bu Sarah.

"Maksudnya mengangkat saya menjadi asisten pribadi wanita itu?" Bu Sarah mendengus seraya menatap tajam ke Ellen." Suruh anak anda melepaskan saya agar tekanan darah anda bisa normal. Ingat Ma, bukan saya yang menginginkan tetap tinggal tapi anak anda sendiri." Imbuh Ellen memilih pergi sebab berdebat dengan Bu Sarah tidak akan ada ujungnya.

Aku harus mendesak David menceraikan wanita itu! Batin Bu Sarah. Dia berjalan masuk untuk menemui David.

🌹🌹🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!