NovelToon NovelToon

Cintaku karena ibadah

pertemuan

# Yusuf Abraham

Pagi ini di kota A, aku bernama Yusuf Abraham biasa dipanggil Yusuf sedang melaksanakan studi S2 bidang kesehatan jurusan kedokteran.

Biasanya, setiap harinya aku juga bekarja Rumah Sakit Umum di Kota A.

Hari-hari aku menjalaninya dengan padat. Hingga aku sama sekali tak ada kesempatan untuk mencari pendamping

Sudah sering aku disuruh untuk segera menikah, namun apalah daya, aku belum bertemu dengan jodohku.

******************************

“Hai Yusuf, lo kenapa terburu-buru?” tanya Randy sahabatku

“Hari ini gue ada kelas dan setelah itu gue ada kerjaan mendadak di Rumah Sakit.” Jelasku

“Lha bukannya lo harus jaga siang ya?” tanya Rendy

“Dokter yang harus jaga pagi ini tiba-tiba ga bisa datang karena urusan pribadi. Jadi guelah yang gantiin dia sekarang.” Jelasku

“oh begitu rupanya. Ya udah. Good luck ya.” Ucap rendy sambil berlalu ninggalin aku.

“Ish tuh anak ya, main pergi gitu aja. Ckckck...” gumamku sambil melanjutkan langkahku

******************************

“Eh tu liat kak Yusuf. Keren ya. Denger-denger dia sedang meneruskan study S2 nya lho.” Ucap salah satu mahasiswi kedokteran tingkat 2.

“Iya ya.. Beruntung banget perempuan yang jadi istrinya ya.” Ucap mahasiswi satunya lagi.

Aku yang mendengar itu hanya tersenyum kecut. Masalahnya, hidupku itu tak seindah yang mereka pikirkan. Apalagi masalah jodoh.

“Hai yusuf, kita ke kelas bareng yuk.” Ajak cindy orang yang katanya sih suka sama aku.

Tapi sayangnya aku ga suka dia karena terlalu caper.

“Terserah.” Jawabku dingin

Setelah menjawab begitu, akupun langsung mempercepat jalanku. Karena malas banget deh jalan berdampingan ma nih cewek

“suit.. suit.. pagi-pagi udah mesra banget. Udah jadiin aja yusuf. Takut ntar keburu diambil orang lho.” Celetuk salah seorang teman sekelas dan akupun ga menghiraukan ocehan mereka

Tapi sayangnya hal ini tuh malah dianggap serius ma si cindy.

“eh yusuf, lo dengerkan teman-teman dikelas ini. Mereka setuju klo kita jadian lho.” Ucap cindy penuh harap

“Ngarep banget sih lo. Gue ga minat tuh ma lo. Gue udah punya pacar tau.” Ucapku ngasal

“haizz.. Aku tuh tadi ngomong apa sih. Bisa-bisanya ngomong begitu. Trus sekarang mau cari pacar kemana coba?! Hadeuh yusuf.. yusuf, lo dokter tapi masalah begini lo kok oon sih.” Gumamku merutuki diriku sendiri.

Cindy yang mendengar ucapanku pun tiba-tiba sewot dan pergi.

“ish.. sebodo amat kali lo mau marah kaya gimana. Emangnya gue pikirin.” Ucapku lirih

Akhirnya kelas pagi ini pun selesai. Kini tiba saatnya buat gue kerja.

“Semangat..!” ucapku menyemangati diri sendiri

******************************

# Aisyah

Hai.. Aku bernama Aisyah. Hari ini aku ada jadwal pemeriksaan kesehatan rutin. Karena aku sering sekali merasa pusing jika sedang stres.

Seperti pasien pada umumnya, setiap kali datang harus melakukan pendaftaran dan antri dokter. Dan ini pasti membuatku tersiksa.

Setelah prosedur pendaftaran selesai, akupun menuju tempat praktek dokter. Dan itupun harus mengantri lagi. Ya mau diapain lagi. Emang begitulah prosedurnya. Aku hanya bisa duduk dan diam nunggu giliraku di panggil.

******************************

# Yusuf Abraham

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih 30 menit dari kampus ke Rumah Sakit, akhirnya aku sampai juga.

Aku yang sudah sampai di tempat parkiran, akhirnya turun dari mobil dan masuk kedalam ruangan

Dalam perjalanan, aku sepintas melihat seorang perempuan yang sangat anggun dan lembut sedang duduk di bangku pasien. Tapi ya sudahlah. Toh mungkin juga bukan pasienku. Mungkin itulah yang aku pikirkan. Akhirnya akupun masuk ke dalam ruanganku.

Nama satu persatu di panggil masuk.

“Benar juga. Perempuan itu bukanlah pasienku.” Gumamku dalam hati

Namun tiba-tiba seorang suster masuk dan bilang klo masih ada satu orang lagi yang harus diperiksa.

Lalu akupun menyuruhnya masuk. Dan ternyata dialah yang aku lihat tadi di luar.

“Pagi dok.” Sapanya lembut sambil tersenyum

“Pagi. Ya bisa anda ceritakan apa yang anda keluhkan.” Ucapku

“Ini dok, aku sering merasakan pusing jika setiap kali aku merasa stres dan tertekan.” Jelasnya

“Coba kita cek tensi dulu ya.” Ucapku

Lalu diapun menyodorkan lengan tangannya dan akupun memulai memeriksa tensinya

“Tensinya 110/80. Normal ya.” Ucapku

“Jadi ini pusing saya kira-kira kenapa ya dok? Masalahnya saya sering seperti ini.” Ucapnya bingung

“Pusing itu punya banyak penyebabnya. Diantaranya adalah pusing karena darah tinggi, stres, kurang istirahat, kolesterol, salah makan, maag ato bisa juga karena terlalu tegang. Jadi menurut saya, pusing yang anda hadapi ini lebih cenderung ke kurang istirahat dan tegang.” Jelasku

“Oh begitu ya dok. Apa ini tidak apa-apa jika saya sering begini?” tanyanya

“ya wlopun terbilang tidak apa-apa tapikan tetap harus diobati dan dijaga jangan sampai mengulang.” Ucapku

“Iya juga sih dok.” Ucapnya

“Ya udah, ini saya kasih resep. Anda bisa menebusnya di apotik.” Ucapku

“Baik dok. Terimakasih.” Ucapnya sambil tersenyum dan akupun tersenyum

“ya ampun.. lembut dan teduh sekali aku melihatnya.” Gumamku dalam hati

“Aisyah.. 22 tahun. Nomor telpon +628xx-xxxx-xxxx, aku safe dulu lah.” Gumamku lagi

Setelah memastikan tidak ada lagi yang ingin periksa, aku pun bersiap-siap akan pulang. Dalam perjalanan pulang, aku melihat Aisyah sedang duduk menunduk. Entah apa yang sedang dia pikirkan.

‘tin.. tin.. tin..’ klakson mobil kubunyikan

Diapun langsung melihat kearahku dan tersenyum

“what.. dia kelihatan pucat sekali.” Gumamku dalam hati

“Naiklah.” Pintaku

“Tidak usah dok, saya lebih baik naik angkot saja.” Ucapnya sopan

Setelah mendengar jawabannya, akupun turun.

“Tidak apa-apa naiklah. Aku mohon. Masalahnya aku lihat wajahmu pucat sekali.” Ucapku

“Naik ya.” Pintaku lagi dan diapun mengangguk

Setelah dia setuju, akupun memapahnya masuk kedalam mobil. Dan setelah itu aku.

“Kamu tidak apa-apa?” tanyaku

“tidak apa-apa hanya pusing.” Jawabnya

“Udah minum obat yang tadi saya resepin?” tanyaku

“belum.” Jawabnya singkat

“kenapa?” tanyaku lagi

“Karena aku belum makan dari tadi pagi.” Jawabnya

Seketika mobil ku hentikan.

“Apa? Kamu belum makan dari tadi pagi? Kenapa?” tanyaku sedikit emosi

“karena aku tadi tidak sempat sarapan. Aku tadi harus mengurus adik-adikku dulu sebelum berangkat sekolah, dan aku juga harus antri panjang dirumah sakit tadi. Jadi aku ga sempat makan.” Jelasnya

“emang orang tua kamu kemana?” tanyaku

“orang tuaku bercerai dan mereka meninggalkan kami.” Jelasnya

“ya ampun. Malang banget nasibnya.” Gumamku dalam hati

“Trus kamu punya adik berapa?” tanyaku lagi

“aku punya 2 adik. Yang satu SD dan yang satunya lagi SMP.” Jawabnya

“Ya udah. Klo begitu kita makan dulu. Setelah itu minum obat.” Pintaku

“Ga bisa dok. Aku harus segera balik kerja. Ijinku Cuma sampe setengah hari aja. Klo aku ga masuk, gajiku bakalan dipotong nanti. Trus besok aku dan adik-adikku mau makan apa?” ucapnya

“ya ampun nih perempuan. Tegar banget ngadepin hidupnya.” Gumamku dalam hati.

“oh begitu, ya udah. Ini ada roti dan air minum. Kamu makan terus minum obatnya.” Ucapku dan diapun mengangguk

Setelah beberapa saat diapun meminum obatnya.

“Bagaimana? Sudah jauh lebih baik?” tanyaku

“sudah dok. Terimakasih.” Jawabnya

“Nah, sekarang aku antar kamu ke tempat kerja dan kamu tunjukkin jalannya.” Ucapku

“iya.” Jawabnya

“Di sini?” tanyaku

“Iya dok. Aku turun ya. Makasih udah mengantarku ke tempat kerja” ucapnya

“Iya sama-sama. O ya, pulang jam berapa?” tanyaku yang entah mengapa aku ingin sekali tau.

“jam 5 sore dok.” Jawabnya

“Oh ya udah. Hati-hati kerjanya.” Ucapku

“Dokter juga hati-hati kerjanya.” Ucapnya sambil tersenyum

Setelah mendengar ucapannya itu, aku putuskan sore ini akan datang menjemputnya.

******************************

Akhirnya tibalah pukul 5 sore. Aku sudah hampir setengah jam menunggunya di luar, namun yang ditunggu tak juga kelihatan.

“gila.. bisa gila lama-lama aku disini. Hadeuh..” gumamku lirih sambil mengacak-ngacak rambut

“Tunggu.. Tunggu sebentar.. Itu dia.” Ucapku spontan

‘tin.. tin.. tin..” akupun membunyikan klakson

“Dokter? Dokter ngapain disini?” tanyanya heran

“saya kesini mau jemput kamu. Masuklah.” Pintaku

Setelah mendengarkan apa yang aku ucapkan. Diapun masuk kedalam mobil.

“Dok, ada apa?” tanyanya heran

“Gak ada apa-apa.” Jawabku

“Gimana pusingnya? Masih sakit?” tanyaku

“Udah ga sih. Cuma tadi sempat keringat dingin aja.” Jawabnya

“Kamu keringat dingin itu karena kamu kurang makannya.”jelasku

“Bisa jadi.” Ucapnya

“kok bisa jadi sih. Ya udah pasti begitu lah.” Ucapku sewot

“Iya.. Iya.. Pak dokter.” Ucapnya sambil tersenyum

“Ya udah, kita makan dulu klo begitu. Setelah itu, kamu minum obatnya.” Ucapku

“Ga dok. Aku ga mau makan di luar. Aku mau makan dirumah aja sama ke dua adikku.” Ucapnya

“ya udah kita makan dirumah, tapi sebelum itu kita beli makanannya dulu ya.” Ucapku

“ga usah dok. Aku tadi sebelum kerumah sakit, aku masak dulu. Mubazir klo ga dimakan.” Ucapnya

“oh begitu. Baiklah. Kita langsung pulang. Kamu tunjukin jalannya ya.” Ucapku.

“Iya dok.” Jawabnya singkat

Setelah beberapa saat, akhirnya tiba juga dirumahnya.

“Maaf dok, rumah saya jelek, kecil, dan berantakan.” Ucapnya

“iya gak apa-apa.” Jawabku

“silahkan masuk dok. Dokter mau minum apa?” tanyanya

“gak usah repot-repot. Air putih saja.” Jawabku

“oh ya udah klo begitu. Saya ambilkan dulu.” Ucapnya

******************************

# Aisyah

“Mba.. Mba udah pulang. Mba sama siapa?” tanya Nuri adik ke tigaku

“Mba tadi dianter sama dokter yang meriksa mba.” Jawabku

“Kok bisa mba?” tanyanya lagi

“Ya bisalah. Nih buktinya.” Ucapku

“oh ya, mana masmu?” tanyaku

“Mas Adit tadi katanya pulang telat. Ada kelas yambahan katanya.” Jelas Nuri

“Oh.” Jawabku singkat.

“Ayo kita keluar. Mba kenalin kamu sama Dokter Yusuf.” Ucapku dan Nuripun mengangguk

“Dok, ini airnya. Silahkan diminum.” Ucapku

“iya terimakasih.” Jawabnya

“oh ya Dok, ini kenalin adik saya yang nomer tiga. Namanya Nuri.” Ucapku

“Nuri.” Ucap Nuri

“Yusuf.” Ucapnya

“Oh ya mba, aku mau ke kamar dulu. Besok masalahnya ada ujian.” Ucap adikku Nuri

“Oh ya udah. Tapi kamu emang udah makan?” tanyaku

“Udah mba. Barusan aja.” Jawabnya

“Oh ya udah klo begitu. Udah.. Sana belajar.” Ucapku

Dokter yusuf yang dari tadi memperhatikan kamipun tersenyum.

“Adikmu yang satu lagi mana?” tanyanya

“tadi katanya ada kelas tambahan. Jadi pulangnya agak telat.” Jawabku yang kemudian Adit datang

“Mba, mba udah pulang? Ini siapa mba?” tanyanya kepo

“oh ini kenalin. Ini adalah Dokter yang tadi meriksa mba. Namanya Dokter Yusuf. Dan ini adalah adik saya yang nomor dua, adit.” Ucapku memperkenalkan mereka berdua

Setelah mereka aku perkenalkan, merekapun bersalaman.

“Dit, kamu udah makan?” tanyaku

“Udah mba. Tadi Adit sebelum pulang, ditraktir sama temen. Katanya dia ulang tahun.” Jawabnya

“Oh ya udah klo begitu.” Ucapku

“ya udah mba, aku masuk dulu. Mau mandi. Mari Dok.” Ucap Adit sambil sedikit membungkuk dan Dokter Yusufpun membalasnya

“Rupanya yang ingin di ajak makan. Ga taunya udah pada makan duluan.” Ledek Dokter Yusuf

“Iya nih. Ya udah. Dokter aja ya yang nemenin aku makan. Sekalian ngerasain masakanku. Giman?” ucapku

“klo diperbolehkan.” Ucapnya

“Ya tentu saja boleh lah Dok.” Ucapku

Lalu kami pun langsung menujubke meja makan. Dan kami makan berdua

“Gimana Dok, masakan saya?” tanyaku

“Lumayan.” Jawabnya singkat

“Maaf. Aku tadi Cuma bisanya masak ini aja.” Ucapku

“Tidak apa-apa.” Ucapnya

Setelah beberapa saat, kamipun selesai makan. Dan Dokter Yusufpun meminta ijin untuk pulang. Tentunya sebelum Dokter Yusuf pulang, dia menyempatkan diri untuk mengingatkanku agar tidak lupa minum obat dan istirahat yang cukup.

******************************

# Yusuf

Begitu sampai dirumah, akupun segera mandi dan istirahat. Namun, ntah mengapa, bayangan wajah Aisyah selalu ku ingat.

“Aisyah.. Oh Aisyah.. Ternyata ada juga ya perempuan seperti kamu di dunia ini?!” gumamku

“Kamu udah mandiri, cantik, lembut, tegar, bisa masak pula. Betapa beruntungnya laki-laki yang bisa mempersuntingmu sebagai istri.” Gumamku lagi

******************************

Waktu sudah menujukkan pukul 2 pagi. Aku masih saja belum bisa tidur.

“Apa yang harus aku lakukan jika seperti ini?” gumamku

Akupun bergulung-gulung dikasur hingga akhirnya akupun tertidur.

******************************

Pagi ini, aku ga ada kelas juga libur dari kerja di Rumah Sakit. Tapi tiba-tiba saja telponku berbunyi

“Hallo Ran, ada apa?” tanyaku tanpa basa basi

“Ya ela lo suf. To the point banget sih lo.” Ucap Randy

“ya iyalah. Masa’ mau basa basi ntar jadi busuk lho.” Jawabku

“Ada apa?” tanyaku lagi

“Suf, lo tau kan si Cindy?” tanya Randy

“Iya gue tau. Ada apa emang?” ucap ku

“Tadi waktu gue ke kampus, gue denger kabar katanya dia mau bunuh diri klo dia ga bisa dapetin lo.” Ucap Randy

“sebodo amat Ran. Emang gue pikirin.” Jawabku

“Gila lo Suf. Anak orang hampitmr mati gara-gara di tolak cintanya ma lo. Dan lo nya malah nyantai kaya’ gini.” Ucap Randy

“Lha iya nyantailah. Emang salah gue gitu. Kan dia yang milih jalan itu. Gue mah ga mau ya ngancurin kebahagiaan gue demi perempuan kaya’ gitu.” Jelasku

“Yusuf.. Yusuf.. Lo tuh ya emang sesuatu banget deh” ucap Randy

“Ya beginilah gue. Lagipula gue udah punya calon. Gue ga mau ada orang yang ngancurin kebahagiaan gue.” Ucapku

“Ya udah.. Ya udah.. Trus gimana klo orang tua Cindy minta lo buat ngelamar putrinya lantaran takut putrinya bunuh diri?

.

.

.

.

.

Bersambung..

Jangan lupa comen dan likenya ya🙏

ngelamar

“Ya gak gimana-gimana lah Ran. Ikutin alurnya aja. Tapi yang pasti, sekarang gue mau ngelamar perempuan.” Ucapku mantab

“Perempuan? Siapa? Gue kenal ga?” tanya Randy

“Ga. Lo ga kenal. Gue aja baru kenalnya kemarin.” Ucapku

“Gila lo suf. Baru kenal udah mau ngelamar aja.” Ucap Randy

“Ga apa-apa kan Ran. Namanya juga udah merasa cocok.” Jawabku

“Ya udahlah.. Terserah lo aja dah.” Ucap Randy

Setelah mengucapkan itu, telponpun ditutup oleh Randy.

“Kebiasaan ni orang satu ya. Ga ketemu, ga di telpon, pasti aja seenaknya sendiri kaya’ gini.” Gumamku

“Ya udahlah.. Eh ya, hari ini kan hari libur. Pasti Aisyah ada dirumah. Kesana ah.” Ucapku sambil bangkit dari tempat tidur

Setelah beberapa saat, aku pun selesai merapikan diri dan langsung berangkat menuju rumah Aisyah

‘tok.. tok.. tok..’ akupun mengetuk pintu rumahnya

“Ya sebentar..” ucap seseorang dari dalam.

“Eh pak Dokter. Silakan masuk.” Ucap Nuri

“Iya makasih.” Ucapku dan langsung duduk

“Dokter mau minum apa?” tanya Nuri

“Ga usah repot-repot. O ya, mba Aisyahnya ada dirumah?” tanyaku

“oh mba Aisyah nya masih tidur. Masalahnya semalam dia ga bisa tidur karena kepalanya sakit lagi.” Jelas Nuri

“Apa? Sakit kepala lagi?” tanyaku khawatir dan Nuripun mengangguk

“Dek, bisa antarkan saya ke kamarnya mba aisyah?” pintaku

“oh.. Ya udah ikut saya.” Ucap Nuri dan akupun langsung mengikutinya

Setelah aku masuk ke kamarnya, akupun ngelihat dia lemas sekali dan pucat.

“Aisyah.. Aisyah..” ucapku mencoba membangunkannya

“Hmm..” ucapnya lirih. Berusaha membuka matanya

“Kamu pusing lagi Aisyah?” tanyaku dan Aisyah pun hanya mengangguk

“Apa sekarang masih pusing?” tanyaku dan dia menggeleng

“Apa kamu mual?” tanyaku lagi dan dia juga menggeleng lagi.

“Ya udah. Dek Nuri, bisa bantu saya carikan bubur ayam?” tanyaku

“Baik Dok.”Jawabnya

“Ini uangnya. Kamu dan Adit udah pada sarapan?” tanyaku lagi dan dia hanya menggeleng

“Ya udah beli 3 sekalian ya.” Suruhku dan diapun mengangguk

Setelah beberapa saat, Nuripun datang dan memberikan satu bungkus untuk Aisyah.

“Aisyah, kamu makan dulu ya, setelah itu kamu minum obat.” Ucapku dan dia mangangguk

Namun ketika dia akan menyendok makanannya, sendoknya tiba-tiba jatuh dan tangannya gemetaran. Aku yang melihat kodisi lemasnya pun akhirnya menyuapinya

Setelah menghabiskan hampir separuh, akhirnya dia menyudahinya lalu meminum obatnya. Sementara bubur ayam sisanya aku makan.

“Dok, kok makanan sisa saya dokter makan?” tanyanya lirih

“Ga apa-apa.” Jawabku singkat

“Tapikan Dok..” ucapannya terputus ketika kepalanya terasa pusing lagi

“Kamu pusing lagi?” tanyaku khawatir

“Iya sedikit.” Jawabnya

“Ya udah, jangan terlalu banyak ngomong dulu. Lebih baik kamu tidur lagi.” Pintaku dan diapun mengangguk

Aku yang memang sedang senggang, akhirnya menemaninya.

“Dok, dokter kenapa masih disini?” tanyanya saat terbangun

“gak apa-apa. Kamu masih pusing?” tanyaku memastikan

“Udah gak dok. Udah mendingan.” Jawabnya

“Oh baguslah. Kamu sering begini Aisyah?” tanyaku

“Iya. Tapi disaat-saat tertentu aja.” Jawabnya

“Maksudnya?” tanyaku bingung

“Iya Cuma disaat saya sedang banyak pikiran dan kurang istirahat aja.” Jelasnya

“Nah, klo begitu mulai sekarang kamu ga usah cape’-cape’ kerja lagi ya.” Ucapku

“Tapi dok, klo saya ga kerja, nanti biaya sekolah dan biaya sehari-hari gimana?” tanyanya bingung

“Aisyah, dengarkan saya, mulai sekarang semua biaya kamu dan dan adik-adikmu biar aku yang nanggung.” Jelasku

“Tapi Dok, saya ga ngerti maksud Dokter.” Ucapnya bingung

“Begini, sebenarnya tadi tujuan saya kesini itu untuk melamar kamu. Apakah kamu bersedia menikah dengan saya?” tanyaku

“Dok, saya ga salah dengarkan Dok?” tanyanya masih ga percaya

“100% ga. Kamu ga salah denger.” Ucapku

“Tapi kenapa Dok?” tanyanya

“Ya ga kenapa-kenapa. Saya cuma merasa cocok sama kamu.” Jawabku

“Tapi apa ga baiknya jika Dokter berfikir dua kali. Masalhnya Dokter lihat sendiri kondisi dan keadaan saya saat ini. Saya ga mau Dokter menyesal nantinya.” Ucapnya

“Aku ga akan menyesal. Karena cinta yang aku rasakan saat ini adalah cinta karena ibadah. Aku ga mengejar Dunia. Aku hanya mengejar akhirat.” Jawabku

“Dokter..” ucapnya

“Bagaimana? Apakah kamu mau menerima lamaranku ini?” tanyaku lagi

Diapun berfikir sejenak. Karena aku tau, lamaranku ini sangat mengejutkannya

“Aku mau tanya sekali lagi. Apa Dokter benar-benar yakin dengan perkataan Dokter ini? Apakah Dokter juga tidak akan menyesal nantinya.” Ucapnya khawatir sekaigus memastikannya juga

“Aisyah, aku benar-benar yakin dengan apa yang aku katakan ini. Dan aku juga tidak akan menyesalinya.” Jelasku dengan wajah serius

“Baiklah Dok, jika itu keinginan Dokter. Aku akan menerima lamaran Dokter.”Jawabnya

“Terima kasih Aisyah. Hari ini aku akan pulang untuk memberitahukan hal ini pada orang tuaku. Setelah itu, aku akan mengurus semuanya. Kamu istirahat dan jaga diri kamu selama aku ga ada didekat kamu. Gimana?” ucapku

“Baiklah Dok.” Jawabnya

“Tapi sebelum Dokter pergi, saya mau Dokter juga memberitahukan hal ini pada kedua adik saya.” Pintanya

“Baiklah.” Jawabku

Setelah menjawab itu, Aisyahpun memanggil kedua adiknya

“ada apa mba?” tanya keduanya

“Dek, Dokter ini melamar mba untuk jadi istrinya. Apakah kalian mau menerima Dokter ini menjadi kakak ipar kalian?” ucapnya lembut

“Wah setuju banget. Iya ga mas Adit? Dengan begini, ketika mba kesakitan lagi, udah ada Dokter yang akan merawat mba.” Jawab Nuri polos dan kami bertigapun tersenyum

“Ya udah sekarang saya pulang dulu untuk mengurus semuanya. Kalian tolong jagain mba kalian ya selama saya ga ada.” Ucapku sambil berpamitan

Dalam perjalanan pulang kerumah, hatiku sangat berbunga-bunga karena ternyata Aisya yang aku cintai menerima lamaranku.

******************************

Sesampainya dirumah, aku duduk termenung. Karena aku bingung sekali cara memberitahukan kabar ini pada kedua orang tuaku.

Tapi walo apapun yang terjadi, aku harus tetap bersama Aisyah. Baik direstui atau tidak.

“Baiklah.. Akan ku coba menelpon Ayah dan Ibu.” Gumamku dalam hati

‘tut.. tut.. tut..’ suara nada sambung telpon

“Hallo..” ucapku

“Hallo sayang. Gimana kabarnya kamu disana?” tanya ibu

“Baik bu. Ayah ada ga bu?” tanyaku

“Kamu ingin bicara dengan ayahmu?” tanya ibu

“Ga bu. Aku sebenarnya ingin bicara dengan kalian berdua.” Ucapku

“o ya udah klo begitu. Ibu akan memanggil ayahmu dulu.” Ucap ibu

“Iya bu.” Jawabku

“Ayah.. Ayah.. Yusuf telpon nih. Katanya ingin bicara sama kita berdua.” Teriak ibu memanggil ayah yang terdengar di telpon

“Iya.. Iya.. Aku ke sana.” Jawab ayah

“Nih ayah kita loadspeaker aja ya. Masalahnya yusuf ingin bicara dengan kita berdua.” Ucap ibu

“Oh ya udah klo begitu.” Jawab Ayah

“Hallo nak. Gimana kabar kamu disana?” tanya Ayah

“Aku baik-baik saja ayah.” Jawabku

“Lalu bagaimana dengan kerja dan kuliahmu? Apakah semuanya lancar?” tanya ayah

“Iya Ayah. Semuanya lancar.” Jawabku

“lalu apa ada hal penting yang mau kamu sampaikan pada kami, nak?” tanya ibu

“Iya bu. Ini masalah menikah.” Ucapku

“Apa? Kamu sudah menemukan wanita yang kamu cintai sayang?” tanya bunda terkejut

.

.

.

.

Bersambung...

Author minta maaf karena pada episode 1, tulisannya terlalu kebanyakan...🙏

Jangan lupa comen dan like ya...🙏

restu dan pernikahan

“Apa? Kamu sudah menemukan wanita yang kamu cintai sayang?” tanya ibu terkejut

“iya bu. Aku sudah menemukannya. Hanya saja aku khawatir klo ayah dan ibu tidak merestuinya.” Ucapku lirih

“Kenapa kamu sampai berfikir seperti itu nak?” tanya Ayah

“Masalahnya yah, dia itu pasienku sendiri. Dan dia hidup sendiri dengan kedua adiknya. Ibu dan Bapaknya sudah lama berpisah dan meninggalkan mereka dari mereka kecil.” Jelasku

“Sungguh kasihan gadis ini yah.” Ucap ibu bicara pada ayah

“Iya bu.” Jawab ayah

“Oh nak, apa kamu yakin ga menyalah artikan perasaan cinta dengan perasaan kasihan?” tanya ibu memastikan

“Ga bu. Aku yakin seyakin yakinnya dengan perasaanku sendiri.” Ucapku mantab

Lalu ayah dan ibu diam tak bersuara

“Hallo ayah.. Ibu.. Apa kalian masih disana?” tanyaku

“Iya nak. Kami masih disini. Trus rencana kamu apa?” tanya ibu

“Jika ayah dan ibu merestui kami, rencananya aku ingin menikahinya besok.” Jawabku

“Apa nak? Besok? Apa ga terlalu kecepatan?” ucap ibu dan ayah terkejut

“Ga ayah. Aku ingin segera meresmikannya dan membawa kehadapan kalian sebagai anak mantu kalian.” Ucapku

“Ya udah kami akan setuju jika itu sudah menjadi keputusan kamu.” Ucap ayah

“Terimakasih ayah.. Ibu..” ucapku sungguh-sungguh

“iya sayang.” Ucap mereka

Setelah mengatakan itu, telpon pun terputus

“Syukurlah ayah dan ibu merestui kami.” Gumamku lega

******************************

Ke esokan harinya aku pun datang ke rumah aisyah

‘tok.. tok.. tok..’ aku mengetuk pintu rumahnya

“Oh Dokter. Silahkan masuk Dok.” Ucap Aisyah

“Gimana pusingmu? Masih sakit?” tanyaku

“Ga kok. Udah ga.” Jawab Aisyah

“Oh syukurlah.” Ucapku lega

“Oh ya, mana adik-adikmu? Ada yang mau aku sampaikan.” Ucapku

“oh tunggu sebentar Dok.” Ucap Aisyah

“Nuri.. Adit.. Bisa kesini sebentar?” panggil Aisyah

Tak selang berapa lama, adik-adiknya pun datang.

“Ada apa mba?” tanya Adit

“ini.. Dokter katanya mau ada yang disampein.” Ucap Aisyah.

“Ada apa Dok? Apa ada masalah sama kesehatannya mba?” tanya Nuri polos

Mendengar ucapan Nuri, akupun tersenyum

“Mba kalian ga kenapa-kenapa hanya saja..” ucapanku terpotong

“Hanya aja apa dok?” tanya Adit penasaran

“Hanya saja, saya kesini mau mengajak kalian ke kantor KUA untuk menjadi saksi pernikahan saya dan mba kalian.” Jelasku

“Apa? Menikah? Sekarang?” tanya Aisyah terkejut di ikuti anggukan kedua adiknya.

“Iya.” Jawabku singkat

“Apa ga terlalu terburu-buru dok?” ucap Aisyah

“Ga kok. Justru semakin cepat, semakin baik” ucapku

Mereka pun terdiam saat mendengar omonganku tadi.

“Kenapa kalian diam?” tanyaku

“Dok, dokter benar-benar yakin dengan keputusan dokter ini?” tanya Adit

“Yakin dit. Saya benar-benar yakin 100%.” Ucapku

“Klo Dokter yakin, kami sih ga bisa bicara apa-apa lagi. Hanya saja semua keputusan ada di tangan mba Aisyah.” Ucap Adit sambil melihat ke arah Aisyah

“Gimana Aisyah? Apa kamu mau?” tanyaku harap-harap cemas

Tak selang berapa lama, Aisyahpun mengangguk

“Syukurlah..” ucapku lega dan Aisyahpun tersenyum

“Baiklah, klo begitu kami akan siap-siap dulu.” Ucap ke dua adiknya.

“Aku juga akan mengumpulkan semua berkas-berkas yang diperlukan.” Ucap Aisyah dan akupun mengangguk tersenyum

******************************

“Hallo Ran.” Ucapku saat menelpon sahabatku itu

“Ada apa suf?” tanya randy

“Lo hari ini sibuk ga?” tanyaku

“Ga. Emang ada apa?” tanya randy

“Lo bisa datang ga?” tanya ku

“Datang kemana suf?” tanya Randy bingung

“Ntar juga lo tau sendiri.” Ucapku

“Ya udah. Ntar lo sharelok aja ya.” Pinta Randy

“Beres. Tapi lo harus datang. Masalahnya ini menyangkut hidup dan matinya gue.” Ancamku

“Buju buset.. Serem amat ya?! Ya udah.. Ya udah.. Ntar gue usahain datang.” Ucap Randy

“Makasih ya Ran.” Ucapku

Setelah mengatakan itu, telponpun terputus

Dan disaat yang bersamaan Aisyah dan ke dua adiknya sudah siap.

“Bagaimana, kita sudah bisa berangkat sekarang?” tanyaku

“Siap Dok. Kami sudah siap. Iya kan mba?” tanya Adit dan Aisyahpun mengangguk

“Aisyah, sebelum kita berangkat, kamu ga lupakan bawa obatmu dan juga berkas-berkas yang nanti diperlukan kan?!” tanyaku memastikan

“Sudah semua kok Dok.” Jawabnya lembut

******************************

Setelah sampai di kantor KUA, akupun langsung sharelok ke Randy dan menunggunya

Tak selang berapa lama, Randypun tiba

“Suf, lo ngapain nyuruh gue kesini?” tanya Randy

“Gue minta tolong buat lo jadi saksi pernikahan Gue.” Ucapku

“Nikah? Gue ga salah dengerkan suf?” Tanyanya bingung

“Ga Ran. Sini gue kenalin ke calon istri gue.” Ajakku

“Aisyah, ini sahabatku, Randy.” Ucapku ke Aisyah

“Ran, ini istri gue, Aisyah.” Ucapku Randy

“Aisyah...” ucap Aisyah memperkenalkan diri

“Randy..” ucap Randy juga memperkenalkan diri

Setelah mereka memperkenalkan diri, Randy langsung menariku

“Gila lo suf. Gue pikir lo Cuma bercanda.” Ucap Randy

“Ya ga lah. Gue ga pernah bercanda sama urusan kaya begini.” Ucapku serius

Setelah mengatakan itu, namaku dipanggil untuk masuk ke dalam

“Diantara kalian, siapa yang akan menikah?” tanya penghulu.

“Kami berdua pak.” Ucapku

“Apakah dari pihak perempuan ada wali nikahnya?” tanya penghulu tersebut

“Pak, lebih baik menggunakan wali hakim saja.” Ucapku

“Ya sudah klo begitu.” Ucap penghulu itu.

Setelah mengatakan itu, akupun mengucap ikrar ijab qabul.

Dan akhirnya ijab qabulpun berjalan lancar.

******************************

“Akhirnya selesai sudah ritualnya.” Ucap Randy

“Iya.” Ucapku lega sambil melihat Aisyah yang sedang berjalan bersama adik-adiknya

“Ya udah klo gitu gue balik dulu. Gue barusan dapet tugas negara.” Ucap randy

“Oh ya udah klo begitu.” Ucapku

“Mba Aisyah, aku pamit balik duluan ya. Masalahnya ada tugas dadakan.” Pamit Randy

“Iya silahkan. Makasih banyak Ran.” Ucap Aisyah dan Randypun tersenyum

Baru kali ini gue lihat Randy sopan kaya gitu.

******************************

“Aisyah, Nuri, Adit,.. besok kalian pindah kerumah saya ya. Dan rumah ini lebih baik dikontrakkan saja.” Ucapku

“Tapi Dok.” Ucap Aisyah

“Eit... Jangan panggil saya Dok lagi ya. Panggil saya mas. Ok.” Pintaku

“Ok Dok, eh mas.” Ucap Nuri

Mendengar setiap ucapan yang keluar dari mulut Nuri, membuat aku ingin tertawa. Maklum dia sangatlah polos.

.

.

.

.

.

Bersambung...

Jangan lupa comen dan likenya ya..🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!