Waiting For You
01
Jenna Kaula
Aku nggak mau dijodohin! Aku maunya Jack
Jenna berdiri di hadapan ibunya. Wajahnya keras, penuh emosi. Suasana tegang, suara angin dari jendela terbuka masuk pelan-pelan.
Ibu Jenna
Nggak bisa, Jenna. Kamu sendiri tahu kan... keluarga kita beda kasta sama mereka
Jenna Kaula
Aku nggak peduli, Bu! Pokoknya Ibu harus cari cara, aku harus sama Jack!
Ibu Jenna
Jenna, tolong... pikirkan lagi.
Ibu Jenna
Jenna, beberapa kali Ibu sudah bilang, kita itu berbeda dengan mereka. Apa kata orang nanti jika kau menikah dengannya? Tentu saja orang akan mencapmu sebagai perempuan matre.
Jenna Kaula
Memangnya kenapa, Bu?! Kalau aku cuma mau hartanya, terus kenapa? Ibu sadar nggak, kita ini selalu hidup dalam kemiskinan!
Jenna Kaula
Aku akan lakukan apa pun supaya Jack jadi milikku. Dan Ibu... jangan pernah coba-coba ganggu rencana ini!
Ibu menarik napas panjang. Tatapannya sedih, seolah menahan air mata. Ia berjalan pelan ke jendela, menatap ke luar. Suaranya lirih, tapi penuh luka.
Ibu Jenna
Ibu hanya ingin kamu bahagia, Nak. Tapi bukan dengan cara seperti ini...
Jenna Kaula
Bahagia menurut Ibu? Hidup miskin, terus berharap pada nasib yang nggak pernah berubah?
Ibu Jenna
Kita memang miskin, tapi kita masih punya harga diri...
Jenna Kaula
(Mengepalkan tangannya)
Harga diri nggak bisa beli makan, Bu!
Sementara mereka... mereka punya segalanya. Dan aku juga ingin itu!
Hening sejenak. Ibu menunduk. Air mata jatuh perlahan dari pipinya.
Ibu Jenna
(Pelan, nyaris berbisik)
Apa cinta sudah tak ada artinya bagimu, Nak?
Jenna Kaula
(Menahan tangis, tapi tetap keras)
Cinta... bisa datang setelahnya. Yang penting sekarang... aku harus keluar dari hidup yang seperti ini.
Jenna mengambil tasnya. Ia berdiri tegak di depan Ibu.
Jenna Kaula
Aku akan ke rumah Jack. Dan apa pun yang terjadi, aku nggak akan balik sebelum dia jadi milikku.
Tanpa menunggu jawaban, Jenna melangkah pergi. Ibu hanya bisa menatap punggung anaknya yang perlahan hilang di balik pintu. Suasana senyap. Hanya suara detak jam dinding terdengar.
Jenna Kaula
Aku ingin kau menelepon Jack.
(Sambil menyerahkan ponsel)
Jenna Kaula
(Suaranya rendah dan penuh kendali)
Katakan padanya... bahwa Shelly sedang ada di bar. Dengan lelaki hidung belang.
Bernice Jovita
(Menatapnya dengan dahi mengernyit)
Apa maksudmu? Kau ingin menjebak Jack?
Jenna Kaula
(Tidak menjawab. Ia hanya tersenyum dingin)
Bernice Jovita
(Menelan ludah, perlahan mulai memahami rencana gilanya)
Wah… aku tidak menyangka. Kau sebegitu terobsesi dengan pria itu.
Jenna Kaula
(Menatap lurus, matanya kosong tapi penuh bara)
Jack bukan sekadar pria. Dia milikku. Dia cuma tersesat sekarang. Aku akan bantu dia menemukan jalan pulang.
Dengan tangan gemetar, Nise menekan nomor Jack. Suaranya bergetar saat bicara, seolah takut pada apa yang mungkin terjadi setelah ini.
Bernice Jovita
🗣️: Hallo? Jack? Ini aku, Bernice. Maaf, aku cuma pikir kau harus tahu… Shelly sedang ada di bar. Aku nggak tahu kenapa, tapi dia... bersama seorang pria asing. Mereka kelihatan akrab, dan... yah, bukan cuma ngobrol.
???
(Terdengar suara Jack dari seberang—panik, gusar)
🗣️: Apa? Di mana? Di bar mana, Nice?”
Bernice menoleh ke Jenna. Jenna mengangguk pelan.
Bernice Jovita
🗣️: Di Bar Orion, yang di ujung selatan. Cepat ya, Jack.
???
🗣️ : Oke, Aku akan segera datang.
Begitu sambungan ditutup, Jenna langsung meraih jaketnya.
Jenna Kaula
Dia akan datang,
(Katanya dengan puas.)
Bernice Jovita
(Bernice memegang lengannya)
Jenna… ini gila. Kau tahu itu, kan?”
Jenna menoleh dengan tatapan tajam, hampir seperti binatang yang merasa wilayahnya terusik.
Jenna Kaula
Gila? Cinta itu gila, Nice. Dan aku hanya ikut aturan permainannya.
02
Jenna berdiri di depan cermin, memakai dress hitam sederhana. Tak terlalu mencolok, tapi cukup untuk membungkam logika siapa pun yang menatapnya. Bibirnya merah darah, senyumnya tipis tapi penuh tujuan. Ia menatap refleksinya dan berbisik
Jenna Kaula
Malam ini... kamu jadi milikku, Jack. Suka atau tidak.
Di sisi lain kota, Jack memacu motornya menembus hujan gerimis. Detak jantungnya kacau. Tangannya gemetar di atas stang. Bayangan Shelly bersama lelaki asing membuat pikirannya porak-poranda. Cemburu, marah, dan rasa dikhianati mengaduk-aduk dadanya.
Setibanya di Bar Orion, ia langsung masuk, matanya menyapu seluruh ruangan.
Tak ada lelaki hidung belang.
Yang ada... hanya Jenna, duduk di sudut, mengenakan dress hitam, menyesap wine dengan senyum menggoda.
Jenna Kaula
Jack...
(Panggilnya pelan, seolah dunia baru saja mulai)
Jack Jayeed
(Jack berdiri kaku)
Mana Shelly?!
Jenna Kaula
(Menepuk kursi di depannya)
Duduklah dulu. Kita perlu bicara. Tentang... siapa yang sebenarnya peduli padamu.
Dan permainan Jenna pun dimulai
Jack masih berdiri, tubuhnya tegang, mata menyapu ruangan dengan penuh kemarahan. Tapi Shelly tak ada. Tak ada lelaki asing. Tak ada apa-apa… kecuali Jenna, dan senyum liciknya.
Jenna Kaula
Duduklah, Jack,
(Ucap Jenna lembut, seperti ibu yang menenangkan anak kecil)
Jenna Kaula
Kau sudah jauh-jauh ke sini… paling tidak dengarkan aku sebentar.
Jack Jayeed
Apa-apaan ini, Jenna? Kau bohong soal Shelly!
Jenna Kaula
(Jenna mengangkat alis, memutar gelas anggurnya perlahan)
Aku hanya bilang dia di sini… aku tak pernah bilang dia masih ada.
Jenna Kaula
(Senyumnya menyeringai)
Kau cepat juga… lebih cepat dari yang kubayangkan. Bukti bahwa kau masih peduli, bukan?”
Jack hendak berbalik, tapi tiba-tiba pelayan datang dengan dua gelas minuman. Satu berwarna biru pucat, satunya cokelat keemasan.
Jenna mengambil gelas biru dan mendorong gelas satunya ke arah Jack.
Jenna Kaula
Aku pesan ini untukmu. Minuman favoritmu, kan? Bourbon manis?
Jack Jayeed
(Jack menatap gelas itu, lalu menatap Jenna)
Kau pikir aku akan tenang setelah ini semua?
Jenna Kaula
(Jenna tertawa kecil, manja—tapi ada sesuatu yang dingin di balik matanya)
Minumlah. Atau aku akan merasa tersinggung…
Jack, dalam kekesalannya, meraih gelas itu dan menenggaknya dalam sekali minum.
Jenna menyandarkan punggungnya di kursi, memperhatikan setiap tetes yang mengalir ke tenggorokan Jack, seperti seorang ratu menunggu racunnya bekerja.
Jack mulai mengusap dahinya. Ruangan terasa lebih hangat. Nafasnya mulai berat, dan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia memejamkan mata sejenak, lalu menatap Jenna dengan pandangan bingung.
Jack Jayeed
Apa... yang kau lakukan...?
Jenna membungkuk ke depan, wajahnya hanya beberapa inci dari Jack. Suaranya berubah jadi lebih rendah, sensual, dan nyaris seperti bisikan maut.
Jenna Kaula
Hanya sedikit bantuan, Jack. Supaya kau bisa... lebih jujur tentang apa yang kau inginkan.
Jack Jayeed
(Jack menggenggam ujung meja, mencoba tetap sadar)
Kau... beri aku sesuatu...
Jenna Kaula
(Jenna menelusuri garis rahangnya dengan ujung jarinya)
Obat kecil. Bukan racun. Hanya sesuatu untuk... membuka sisi lain dari dirimu. Sisi yang selama ini kau pendam.
Dia berdiri, memutar kunci kamar hotel yang tergantung di jemarinya.
Jenna Kaula
Ayo, Jack. Malam masih panjang. Dan aku sudah menyiapkan segalanya untuk kita.
Dan saat Jack berjuang menolak tubuhnya yang mulai kehilangan kendali, Jenna tersenyum puas. Ia telah mengambil langkah pertama...
untuk menjadikan Jack miliknya. Sepenuhnya.
Jack terhuyung saat bangkit dari kursi. Pandangannya kabur, tapi suara Jenna terdengar jelas di telinganya, mengalun seperti mantra yang menembus kabut pikirannya.
Jenna Kaula
Tenang… ikuti saja. Aku akan membantumu.
Ia menggandeng Jack, membawanya ke kamar hotel yang sudah disiapkan sebelumnya. Lampunya redup. Tirai ditutup rapat. Aromaterapi menyala dengan aroma lavender bercampur mawar—menciptakan nuansa nyaman yang menipu.
03
Masih di lorong parkiran yang sepi.
Jack Jayeed
(Menatapnya dari atas, dingin seperti batu)
Bertanggung jawab? Untuk sesuatu yang bahkan belum tentu anakku? Kau pikir aku tolol?! Berapa pria yang sudah kau dekati sebelum aku, hah?
Jenna Kaula
Hanya kau yang menyentuhku!
(Sedikit berteriak)
Jenna Kaula
(Dengan suara dingin tapi tajam)
Jack. Kita perlu bicara.
Jack Jayeed
(Menghela napas, malas menanggapi)
Apa lagi sekarang, Jenna? Aku sudah bilang sebelumnya—aku tidak akan bertanggung jawab atas anak itu.
Jenna Kaula
(Menatap tajam, suaranya penuh tekanan)
Baik. Kalau itu keputusanmu… maka kau harus siap dengan konsekuensinya.
Jenna Kaula
*Batin
Aku yakin dengan hal ini dia mau bertanggung jawab atas bayi ini.
Jack Jayeed
(Mengangkat alis, menantang)
Konsekuensi? Apa maksudmu? Kau mau ancam aku sekarang?
Jenna Kaula
(Mengangkat ponsel, membuka galeri berisi foto dan rekaman kebersamaan mereka)
Bukan ancaman. Peringatan. Aku punya semua bukti. Foto, video, yang menunjukkan kau dan aku melakukannya. Dan aku yakin... publik akan sangat tertarik melihat sisi lain dari pria bermuka dua sepertimu.
Jack Jayeed
(Mendekat dengan geram, nyaris membentak)
Berani-beraninya kau… Kau mau permalukan aku?!
Jenna Kaula
(Tak mundur, menatap matanya dengan berani)
Kalau kau tak mau mengakui anak ini, maka aku juga tak akan diam. Aku akan sebarkan semuanya. Ke media sosial, ke keluargamu, bahkan ke perusahaanmu. Semua orang akan tahu siapa Jack Jayeed sebenarnya.
Jack Jayeed
(Terdiam, wajahnya berubah panik dan marah bercampur jadi satu)
Kau gila, Jenna.
Hujan turun perlahan. Mereka berdiri di bawah pohon besar, sepi, hanya suara rintik hujan yang terdengar. Jack menggenggam tangan Shelly, wajahnya penuh rasa sakit. Shelly menunduk, menahan air mata.
Jack Jayeed
(Dengan suara lirih, memohon)
Ini hanya… perjodohan, Shelly. Kita masih bisa melanjutkan hubungan ini, seperti dulu… kita bisa cari jalan lain. Kita bisa lawan semuanya… asal kau tetap bersamaku.
Shelly Yenna
(Menggeleng pelan, air mata jatuh satu per satu)
Aku seorang wanita, Jack… Kau tahu seperti apa dunia memandangku jika aku meneruskan ini. Aku bukan pengecut, tapi aku juga bukan perusak rumah tangga orang.
Jack Jayeed
(Menggenggam kedua bahunya, hampir berteriak)
Kau bukan perusak apa pun! Kau cinta sejatiku, Shelly! Semua ini tidak adil—kenapa kita harus berpisah karena keputusan yang bukan milik kita?!
Shelly Yenna
(Menarik napas dalam, mencoba tegar tapi suaranya bergetar)
Karena mungkin… memang takdir kita hanya sampai di sini saja, Jack. Mungkin cinta kita… ditakdirkan hanya untuk dikenang, bukan untuk dimiliki.
Jack Jayeed
(Terdiam, matanya merah, hatinya hancur)
Tidak… jangan bicara seperti itu. Apa yang kau katakan, Shelly? Kau… adalah hidupku. Nafasku. Aku mencintaimu, dan akan selalu mencintaimu… sampai kapanpun.
Shelly Yenna
(Menangis perlahan, lalu melepaskan genggaman Jack)
Dan aku pun mencintaimu… Tapi cinta saja tak cukup, Jack. Dunia kita terlalu kejam untuk cinta yang sejujur ini.
Shelly perlahan melangkah mundur, lalu membalikkan badan. Jack berdiri terpaku, menatap punggung wanita yang ia cintai berjalan menjauh. Hujan mengguyur, menyamarkan air mata di wajahnya.
Jack Jayeed
(Berteriak di tengah hujan, suara serak dan patah)
Shelly—jangan pergi… Jangan akhiri segalanya seperti ini!
Hujan deras mengguyur kota. Di tengah taman kosong, Shelly berlutut di atas tanah yang basah. Pakaiannya kuyup, rambutnya menempel di wajah. Tangannya gemetar, wajahnya penuh air mata. Ia menatap langit kelabu dengan mata kosong, lalu berteriak dengan suara pecah.
Shelly Yenna
Maafkan aku Jack...
Sebenarnya aku mengetahui tentang kau menghancurkan hidup seseorang, seperti yang ku alami sekarang. Aku merasa tidak pantas untukmu. Aku kotor...
Shelly Yenna
(Menjerit, dari dada yang tercekat)
Mengapa…?! MENGAPA INI HARUS TERJADI PADAKU?
Suara hujan seakan tak bisa menutupi jeritannya. Ia memukul dadanya sendiri, jatuh terduduk, tubuhnya bergetar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!