NovelToon NovelToon

Masih Menggenggam Dirimu

Papa?

Rintik hujan mulai mengguyur kota Jakarta yang penuh sesak, bukan hanya dengan manusia tapi juga dengan segala polusinya. Tetesan hujan dari langit bagai vacuum cleaner yang membersihkan segala macam polusi itu.

Tampak di bawah guyuran hujan seorang gadis berlari kecil untuk menghindari turunnya hujan lebih lebat dan dengan tergesa dia pun masuk ke sebuah Pasaraya.

Langkahnya yang terburu membuat dia tidak fokus melihat arah depannya, hingga tubuh mungilnya menabrak dada bidang nan kekar. Sejenak sang gadis mencium aroma citrus yang menguar dari tubuh di depannya.

"Maaf," gadis itu berkata sambil membungkuk.

"Hey, kalau maaf bisa menyelesaikan masalah nggak perlu ada polisi!" hardik suara pria dengan kesal.

"Maaf Tuan, maafkan kecerobohan saya," ucap gadis itu sekali lagi meminta maaf.

"Gue nggak butuh Maaf lo, gue butuh baju gue bersih lagi seperti sedia kala!" hardik cowok itu sehingga membuat gadis yang tertunduk itu mengangkat wajahnya .

Matanya terbelalak melihat kemeja putih brand terkenal yang dipakai pria didepannya. Gadis itu menutup mulut dengan tangannya saat dia melihat kemeja putih bermerek itu terkena noda kopi.

"Heh, lo ya! makanya kalau jalan pakai mata!" maki cewek yang ada di samping cowok itu.

Beberapa mata mulai memperhatikan kejadian itu, dari kejauhan tampak seorang pria berusia 40-an tahun berkepala botak berlari kecil mendekati tempat kejadian.

"Ada apa Mas?" tanya Pak Robin.

Dia adalah Manager floor di lantai 1 pasar raya ini.

"Lo lihat sendiri!" bentak cowok dengan nada kesal.

Pak Robin melihat tumpahan noda kopi di baju pria yang kelihatan dia segani.

"Maaf Mas, gimana kalau Mas ganti baju ini dengan baju yang baru Mas bisa pilih yang Mas suka," kata Pak Robin menyarankan.

Cowok itu melirik gadis yang masih tertunduk di depannya dengan sangat kesal .

"S****an!" umpatnya sambil berlalu .

"Sinta, layani Tuan Reynaldi dengan baik," kata Pak Robin .

Cowok yang memiliki mata tajam setajam elang serta tatapan dingin seperti gunung es adalah Reynaldi. Cowok tampan berwajah super cool, tajir putra dari Agung Prakoso seorang pengusaha properti terkenal.

Reynaldi seorang pria yang tidak puas dengan satu perempuan, paling lama hanya sebulan dia berkomitmen dengan cewek. Baginya cinta itu tidak ada yang ada hanya kesenangan sesaat karena itulah cap playboy melekat dalam dirinya.

"Kamu, ikut saya ke kantor!" perintah Pak Robin mukanya merah dengan tatapan tajam kearah gadis itu.

Dengan pasrah dan hati ciut gadis itu mengikuti Pak Robin ke ruang Manager floor. Pak Robin menatap dia tajam, sementara garis itu tetap menunduk.

"Kamu tahu siapa dia?" tanya Pak Robin mulai bicara.

"Dia itu salah satu Putra pemegang saham di pasar raya ini mengerti!" kata Pak Robin dengan nada kesal .

"Kamu juga harus bertanggung jawab, berapapun nanti baju yang Pak Reynaldi ambil, kamu harus membayarnya!" perintah Pak Robin.

Mata gadis itu terpejam sudah terbayang dalam ingatannya Berapa harga kemeja itu mungkin harganya sama dengan gajinya satu bulan

"Maaf Pak, bisa nyicil nggak?" tanya gadis itu memohon.

Pak Robin menarik napas dalam-dalam

"Oke bisa dipotong dari gaji mu selama tiga bulan tidak lebih." kata Pak Robin lalu dengan isyarat tangannya Pak Robin menyuruh gadis itu meninggalkan ruang kerja.

***

Maya Wulandari gadis manis berlesung pipi dengan bibir tebal nan seksi plus sedikit belah di dagu. Kulitnya yang kuning langsat khas kulit wanita Indonesia dengan tinggi 158 cm dan bertubuh langsing.

Maya adalah gambaran kecantikan wanita Indonesia. Wajahnya tidak berlebihan hidung alis semuanya standar tidak lebih dan tidak kurang. Hal itulah lah yang membuat orang tidak bosan melihatnya ditambah lagi senyum manis yang selalu tersungging di bibirnya.

Maya adalah seorang SPG sebuah counter tshirt di Pasaraya terkenal ini. Maya Mendapat giliran shift kerja pagi, satu jam lagi shift nya akan berakhir.

"Kenapa sial banget nasibku hari ini," batin Maya jika mengingat kejadian di lobi depan tadi.

"Aku harus mulai rajin puasa kalau tidak, aku tidak bisa ngirimin mama di kampung," batin Maya kembali.

Jadi SPG adalah pekerjaan yang mudah dan santai tapi jangan salah kaki yang jadi taruhannya, pegal luar biasa bayangkan 75 persen kerjanya berdiri.

Suasana siang jelang sore hari ini pasaraya tidak terlalu rame, Maya sedang sibuk melipat beberapa T-shirt di rak.

"Ma-ya," panggil suara yang membuatnya berpaling ke belakang .

Mata Maya menangkap sesosok lelaki paruh baya usianya sekitar 50-an dengan penampilan yang sangat elegan mengenakan setelan kemeja putih dan celana hitam hampir setiap pakainya adalah pakaian bermerek Maya tahu berdasarkan pengalamannya sebagai SPG.

.

"Ya Tuan, saya Maya maaf tuan siapa ya?" Maya bertanya sambil tersenyum ramah.

"Kamu benar Maya anaknya Asih?" tanya lelaki paruh baya itu seperti ingin meyakinkan.

Anggukan menjadi jawaban Maya.

"Aku papamu Maya," Kata Lelaki paruh baya itu dengan suara gemetar dengan mata menggenang.

Maya terdiam mematung

"Aku papamu Maya," tegas bapak itu sekali lagi membuat Maya kaget dan sulit untuk menggambarkan perasaannya yang shock saat ini.

Maya terdiam menatap pria paruh baya di depannya, tak ada kata yang keluar dari mulut nya. Maya mengerjapkan matanya untuk menguasai dirinya lagi.

"Maaf Tuan, saya masih jam kerja satu jam lagi baru selesai jadi bisakah anda menunggu saya di cafe x di sebrang depan mall ini," Maya meminta dengan suara setenang mungkin, pria itu mengangguk tanda setuju.

Setelah Pria paruh baya itu berlalu wajah Maya berubah seketika, sikap tenang yang tadi dia tunjukkan luluh seketika .

Tanpa sadar air mata jatuh di pipi Maya, cepat-cepat dia menghapusnya. Perasaannya campur aduk senang, sedih, marah dan kecewa semua jadi satu.

"Ya Allah, mimpi kah ini?" bisik nya dalam hati . tanpa sadar dia mencubit lengannya.

"Aaauuw!" teriaknya pelan .

"Pa...pa?" bisik nya.

Tiba tiba badannya terasa lemas, dia menyandarkan tubuhnya di rak counter. napasnya mulai terasa berat.

"May kamu kenapa?" kata Laras teman kerjanya sekaligus teman satu kontrakannya.

"Cerita May, ke kakak ada apa?" Laras bertanya penasaran.

Maya berusaha menahan suara tangisnya, dia menutup mulut dengan kedua tangannya.

Melihat Maya menangis Laras cepat-cepat menuntunnya masuk ke kamar pas.

Hal ini Laras lakukan untuk menghindari tatapan SPG lain dan juga customer yang mulai ramai.

"Ayo May masuk dulu ke dalam," kata Laras sambil membawa Maya masuk ke kamar pas dan Laras buru - buru menutup gorden kamar pas.

"Kenapa nangis dek?" tanya Laras penasaran

Maya ingin bercerita tapi lidahnya terasa kelu, yang dia bisa lakukan cuma menangis.

"Hiks hiks hiks,"

Laras menggenggam tangan Maya sepertinya dia ingin memberikan kekuatan kepada Maya yang masih terisak

"Tenangkan dulu dirimu di sini dek, kakak keluar takut nanti ada Pak Robin keliling jangan sampai dia tahu stand kita kosong," Laras berdiri sambil mengusap Kepala Maya lembut.

Maya mengangguk Laras pun meninggalkannya di ruang ganti. Maya masih terisak menangis, setelah beberapa saat Maya berusaha menarik nafas panjang dia mulai mengatur nafasnya dengan tenang.

Pikirannya kembali kepada lelaki paruh baya yang tadi menemuinya dan mengaku sebagai papanya. Maya merasa bingung dengan perasaannya saat ini.

Selama ini Maya ingin sekali bisa bertemu dengan papanya karena sejak lahir dia tidak pernah melihat wajah papanya tapi begitu orang yang dia ingin temui selama 19 tahun ini hadir depannya dia benar-benar merasa terguncang.

"Ya Allah benarkah dia Papaku?" berkali-kali pertanyaan itu mengusik pikirannya saat ini.

Haruskah dia membencinya ataukah menyambutnya, Maya benar-benar tidak tahu karena selama ini perasaannya tentang ayah menjadi sesuatu yang memudar dalam pikirannya.

Setelah merasa tenang Maya berdiri dan keluar dari ruang ganti. Dia ingin mengeluarkan beban di hatinya dengan menceritakannya kepada Laras. Melihat Maya keluar dari kamar pas dia cepat-cepat menghampirinya.

"Syukurlah kamu sudah mulai tenang, sekarang kamu ceritakan sama Kakak ada apa kok kamu sampai segitunya kelihatan sedih dan panik? " tanya Laras minta penjelasan Maya .

"Tadi ada bapak-bapak yang datang dan dia mengaku papaku kak," Maya berkata mengawali ceritanya di sela Isak tangisnya yang masih tersisa .

"Papamu? Om Om yang tadi ngajak ngobrol sama kamu itu?" ujar Laras alisnya terangkat ke atas karena terkejut.

Ternyata tanpa Maya sadari Laras memperhatikannya saat dia tadi sedang berbicara dengan orang yang mengaku Papanya. Maya mengangguk .

"Ya sudah sekarang lebih baik Kau cepat temui Om yang tadi, nanti masalah absen biar Aku yang absenin," saran Laras .

Maya menatap Laras sementara laras yang ditatap tersenyum tulus. Laras adalah rekan kerjanya yang sangat baik dan pengertian.Maya sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Laras di tengah kesendirian nya di Ibukota.

"Makasih Kak, tapi bener Kakak nggak keberatan kalau May ijin pulang dulu?" tanya Maya merasa tidak enak .

"Iya, udah sana Kamu pulang sekarang," jawab Laras menyuruh Maya cepat pergi .

Maya lalu berdiri dan mengambil tasnya Dia mengambil kartu absennya dan menyerahkannya kepada Laras .

"Makasih banget ya Kak" kata Maya di balas dengan anggukan.

Maya meninggalkan Laras langkahnya sedikit berlari. Tidak kurang dari lima menit Maya sudah sampai di kafe yang dituju . Dia melihat sekeliling cafe dan mencari sosok yang mengaku Papanya matanya langsung tertuju pada pria yang duduk dekat kaca .

"Benarkah dia Papaku ya Allah?" bisik nya lirih .

Saat mata pria paruh baya itu melihat

Kedatangan Maya, dia langsung berdiri.

Maya berjalan menghampiri pria paruh baya itu, setelah berhadapan sejenak keduanya saling memandang. Pria paruh baya menarik sebuah kursi untuk Maya.

"Duduklah Maya," kata pria paruh baya mempersilahkan Maya untuk duduk lalu dia pun duduk tepat di depan Maya .

"Maafkan Papa kalau kedatangan Papa tiba-tiba, pasti hal ini membuatmu terkejut atau shock , sekali lagi maaf kan Papa," ucap Pria paruh baya itu .

Tampak matanya mulai tergenang. Melihat hal itu Maya jadi ikut sedih dan terharu .

"Sudahlah Tuan, Tuan jangan bicara seperti itu," pinta Maya .

"Memang Maya sangat terkejut tapi Maya juga senang ternyata selama ini Maya masih mempunyai seorang Ayah dan orang itu hari ini ada di depan Maya," sambungnya.

Ucapan Maya membuat laki-laki itu benar-benar tidak mampu menahan air matanya mengalir, dia lalu mengambil sapu tangan dari kantong celananya dan menyeka air yang mengalir di pipinya. Hati Maya benar-benar luluh melihat seorang Pria paruh baya meneteskan air mata di depannya .

"Ya Allah kasihan sekali tuan ini. Dia pasti selama ini banyak menahan beban perasaan kesedihan," bisik nya dalam hati trenyuh.

"Maaf Tuan kalau anda tidak keberatan lebih baik kita bertemu sama ibu saya karena hanya ibu yang bisa menentukan apakah anda Papa saya atau bukan," kata Maya .

'

Lalu pria itu pun menganggukkan kepala

"Baiklah Maya." kata pria itu .

Bersambung

Mohon maaf ini karya pertama author jika banyak kesalahan dan kurang nyaman bacanya mohon komentar nya kakak 🙏.

Tak lupa like komentar vote dan jadikan favorit InsyaAllah gak nyesel 🙈🙏

Aku akan membawanya

Maya berjalan mengikuti langkah kaki Pria paruh baya itu mereka ke arah pintu keluar cape x tak berapa lama kemudian berhenti sebuah mobil sedan mewah warna hitam .

Dari pintu sebelah sopir keluar seorang lelaki muda umur 25-an berbadan tegap dan berwajah lumayan tampan dengan dandanan rapi memakai setelan jas membukakan pintu belakang sambil sedikit membungkukkan badan dengan penuh hormat mempersilakan Pria paruh baya itu memasuki mobil .

"Silahkan Tuan," kata Pria muda itu mempersilahkan Tuannya .

Tapi Pria paruh baya itu malah mempersilahkan Maya masuk lebih dulu lalu dia mengikuti .

"Mau kemana kita Tuan?" kata Pria muda tadi kepada Pria paruh baya di samping Maya

"Di mana rumahmu Maya?" tanya Pria paruh baya bertanya pada Maya yang duduk di sampingnya .

"Di daerah T Tuan," jawab Maya memberitahukan alamatnya .

Mobil melaju membelah jalanan kota Jakarta menuju ke tempat yang dituju selama dalam perjalanan itu keduanya diam tidak mengeluarkan pembicaraan apa-apa hanya terdengar desah napas orang orang di dalamnya .

Maya merasa canggung selama di mobil dia selalu menatap ke luar jendela mobil tapi rasa penasaran menyuruhnya untuk melirik ke arah Pria paruh baya yang duduk di sampingnya .

Dia mulai menunduk memperhatikan dari kakinya lalu keatas .

Deg .

Saat pandangannya jatuh di bagian perut pria itu, spontan Maya menutup mulutnya dengan tangan kanannya dan jari telunjuk tangan kirinya menunjuk ke arah perut pria paruh baya itu sambil menjerit tertahan .

" Aaaa .....a ...da darah," suara Maya panik .

Lelaki muda yang duduk di samping sopir spontan menoleh ke arah belakang, tampak wajahnya langsung kaget dan cemas .

"Luka Tuan sepertinya berdarah," kata Tio cemas

"Apa tidak sebaiknya kita ke rumah sakit dulu Tuan," saran Tio.

Maya memasukkan tangannya ke dalam tas dan mengambil sapu tangan biru yang ada di dalamnya. Sapu tangan itu ia berikan kepada Pria paruh baya disampingnya tanpa bicara hanya wajahnya yang tampak semakin cemas .

"Tidak usah kita tetap ke tujuan semula," kata Bapak itu sambil menerima sapu tangan dari Maya dan menempelkannya di tempat luka berdarah nya .

"Terima kasih Nak," kata Pria paruh baya itu .

"Tapi Tuan apa...." belum sempat Maya menyelesaikan kata-katanya, Pria paruh baya itu memberikannya isyarat dengan tatapan mata dan gelengan kepala agar keinginannya tidak di bantah dan itu membuat Maya terdiam.

Maya kembali melirik ke arah luka Sang Bapak lalu dia mulai memberanikan diri untuk bertanya .

"Maaf Tuan kenapa Anda bisa sampai terluka? maaf kalau pertanyaan saya tidak sopan," tanya Maya pada Sang Bapak penuh penasaran .

" Oo.......... ini hanya luka kecil bekas operasi," jawab Sang Bapak .

"Dua hari yang lalu Papa menjalani operasi usus buntu, sebelum operasi itu berlangsung di meja operasi. Papa terus memikirkan kamu Papa selalu ingin cepat-cepat menemui mu dan membawamu pulang," papar Pria paruh baya itu kepada Maya .

"Ada rasa takut saat membayangkan jika, setelah operasi itu Papa tidak bisa bangun untuk selamanya dan tidak bisa mewujudkan apa yang menjadi keinginan Papa," sambungnya lagi.

"Buat Papa Maya adalah tanggung jawab besar yang harus Papa penuhi agar hidup Papa tenang, jika Papa meninggal sewaktu-waktu," ucap pria paruh baya itu .

Ada nada kesedihan dan penyesalan dalam setiap ucapan Pria paruh baya itu. Maya menundukkan kepalanya air mata tak mampu ia bendung.

Melihat hal itu Pria paruh baya di sampingnya mengulurkan tissue ke tangan Maya beliau pun tak mampu menahan genangan di matanya.

Kedua orang yang duduk di depan ikut terhanyut dan larut dalam pembicaraan antara ayah dan anak .

"Tapi maaf Tuan, apakah nggak seharusnya kita ke rumah sakit dulu untuk mengobati luka tuan setelah itu kita bisa ke rumah Ibu saya," saran Maya saat pandangannya kembali jatuh di perut pria paruh baya itu .

"Tidak usah khawatir Tio akan memanggil dokter ke rumah," sahutnya

"Tapi apakah itu tidak berbahaya Tuan," tanya Maya dengan nada cemas .

Pria paruh baya itu tersenyum ke arah Maya dia ingin membuat maya tidak cemas .

"Percayalah sama Papa, Papa baik-baik saja," katanya menenangkan.

setelah 30 menit perjalanan sampailah mobil yang mereka tumpangi di tempat yang tujuan

"Tuan mobilnya cuma bisa sampai sini," kata Maya .

"Kita akan masuk gang itu," tunjuk Maya menunjuk gang di depannya .

Saat pria di samping sopir hendak turun membukakan pintu

"Tidak usah keluar kalian tunggu di mobil!" perintah Pria paruh baya itu

Maya keluar dari mobil di ikuti pria paruh baya itu. Tampak beberapa pasang mata menatap mereka penasaran.

Setelah beberapa saat berjalan menyusuri gang sampailah mereka di sebuah rumah di ujung gang buntu letaknya tepat di samping got yang lumayan besar di situlah tempat tinggal Ibunya .

"Ini rumah nya Tuan," kata Maya.

Rumah itu ada di sebuah perkampungan padat penduduk di Ibukota hampir setiap rumah tidak mempunyai halaman. Bangunnya dari tembok dan triplek begitu juga rumah yang Ibunya tempati.

Bersyukur Ibunya tinggal menumpang di rumah sepupunya karena kebetulan sepupunya kerja di Brunei jadi Ibunya yang menjaga rumah itu bersama suami dan adik sepupunya.

"Assalamualaikum .....Bu," panggil Maya berjalan menuju pintu dan saat pintu hendak dibuka ternyata sudah ada yang membuka dari dalam sambil membalas salam

"Wa'alaikum ..." belum sempat suara wanita yang umurnya sekitar 45an yang tak lain Bu Asih ibu Maya menyelesaikan menjawab salamnya.

Wajahnya langsung terkejut saat melihat kehadiran seorang Pria paruh baya yang datang bersama putrinya. Tubuhnya mundur dua langkah ke belakang dan matanya terbelalak seperti melihat hantu

" Tu...an Dar...ma..wan," ucap Bu asih dengan suara tergagap .

Tubuhnya langsung limbung karena terlalu terkejut. Wajahnya pucat mulutnya sedikit terbuka dan tampak jelas ketakutan di matanya. Tubuh Ibunya mulai sempoyongan Maya langsung memeluk tubuh Ibunya agar tidak jatuh .

"Ibu, ayo masuk dulu," ajak Maya sambil memapah Ibunya masuk diikuti Pria itu.

Bu Asih kelihatan lemas kerena kaget.

ketiganya duduk di ruang tamu, Bu asih sudah lebih tenang setelah meminum air putih yang Maya ambilkan.

"Bu apa benar dia Ayah - ku?" tanya Maya pelan dengan suara terbata kepada Ibunya sambil memegang tangan Ibunya.

Ibunya tidak menjawab hanya mengangguk dan mulai menangis terisak. Dia terus menunduk tak berani menatap pria yang ada di hadapannya.

Wajahnya tampak ketakutan dan tangannya terus gemetar, tangan itu juga mulai basah oleh keringat dingin. Sementara Pria itu menatap Ibunya dengan tajam ada kemarahan dalam tatapannya. Pria paruh baya itu tiba-tiba membuka mulutnya dan berkata.

"Aku akan membawanya," ujar Pria paruh baya itu tegas dan berwibawa.

Deg

Kedua perempuan anak dan Ibu itu saling menatap.

lanjut

Like rate komentar vote dan gift nya jangan lupa kakak🙏🙏 😊

Takdir yang berubah

"Maya bisakah kamu tinggalkan kami berdua," pinta Tuan Darmawan membuat kedua Ibu dan anak itu langsung sadar dari keterkejutannya.

Mereka saling memandang Bu Asih menganggukkan kepala ke arah Maya seperti memberi isyarat agar Maya menuruti apa yang dikatakan oleh pria paruh baya yang tak lain adalah ayahnya .

Lalu Maya berdiri dan pergi ke lantai atas rumahnya sebetulnya Maya ingin sekali mendengar pembicaraan diantara mereka tapi dia tidak berani.

Setelah tidak ada Maya kedua orang itu diam sejenak, lalu pria yang di panggil Bu Asih Tuan Darmawan itu mendekatkan wajahnya ke Bu Asih dan dengan nada marah tapi pelan beliau berkata ,

"Bodoh ... kenapa kamu lakukan itu!" maki Tuan Darmawan dengan suara tertahan agar tak terdengar Maya ataupun tetangga karena rumah ini sangat berdekatan bahkan berdempetan .

Matanya menatap tajam penuh kemarahan pada Bu Asih lawan bicaranya .

"Jangan berpikir aku tidak tahu apa yang sudah kau lakukan terhadap Maya," kata Tuan Darmawan.

"Kamu masih ingat ada perjanjian diantara kita yang sah secara hukum aku bisa saja menuntut mu atas perlakuan mu di masa lalu kamu tahu kan siapa aku," ancam Darmawan kepada Asih.

"Aku tunggu lima menit kamu bujuk Maya untuk ikut aku kalau sampai gagal kamu tahu akibatnya!" perintahnya.

Bu Asih tidak mampu berkata ataupun menatap tuan Darmawan, Dia langsung bergegas pergi menuju ke lantai atas untuk menemui Maya.

saat keduanya bertemu mereka saling bertatap mata bingung terlebih Maya .

"Bu ...a," belum sempat Maya menyelesaikan bicaranya Ibunya langsung memotong .

"Cepat pergi May, kamu harus ikut sama ayahmu!" perintah Ibunya dengan nada memerintah .

Bu Asih mengambil tas dan memasukkan beberapa potong baju Maya yang ada di lemari yang biasa Maya simpan untuk ganti saat dia menginap di tempat ibunya .

Tidak ada yang Asih pikirkan kecuali menjauhkan dirinya dari keluarga Darmawan. Bagi Asih keluarga mereka adalah keluarga yang mengerikan dan menakutkan .

masih ingat dalam bayangannya Bagaimana dulu saat dia hamil Maya harus berpindah-pindah tempat hanya untuk menghilangkan jejak demi tidak bertemu dengan Darmawan dan keluarganya.

"Bu ...tapi tolong jelasin ke Maya ada apa?" tanya Maya minta penjelasan dengan wajah cemas dan bingung .

Maya tidak mengerti kenapa tiba-tiba sikap Ibunya seperti ini .

"Pergi saja dulu ikut ayahmu, tidak ada yang harus di jelasin sekarang, nanti kalau Ibu sudah tenang Ibu akan menjelaskan semuanya kepadamu percayalah sama Ibu Maya," pinta Ibunya dengan tatapan memohon .

keinginan Asih saat ini hanya satu bagaimana pun caranya dia harus bisa membujuk Maya agar ikut dengan ayah yang baru saja dia kenal .

Jangankan dekat mengenal pun Maya baru saat ini. Bagaimana mungkin Maya bisa ikut ayahnya sementara banyak hal yang tidak Maya mengerti.

Dan kenapa tiba-tiba Ibunya tanpa penjelasan menyuruh Maya mengikuti ayahnya. Maya tidak mengerti apa yang sebenarnya sudah terjadi antara Ibu dan Ayahnya.

"Sudahlah sekarang tidak ada waktu lagi kamu merengek kamu harus ikuti apa kata Ibu!" bentak Bu Asih.

"Tapi Bu-," kata Maya belum sempat menyelesaikan kata-katanya Ibunya memotong.

"Maya tolong kali ini kamu jangan bantah Ibu ini demi kebaikan Ibu, kamu sayang Ibu kan? kamu nggak mau kan Ibu dapat masalah," bujuk Ibunya Maya mengangguk pasrah .

"Jadilah anak yang baik May, kamu anak solehah sekarang ikutlah sama Ayahmu, Ibu yakin Ayahmu akan mengurus mu dengan baik dan Dia akan menyayangimu lebih dari Ibu menyayangi mu karena Ibu bukanlah Ibu yang baik untukmu. Jadi turuti lah kata Ayahmu," pesan Bu Asih sambil mengusap pipi Maya yang mulai basah oleh air mata. Maya pun diam.

Melihat putrinya menangis Bu Asih sedih dan tak tega tapi untuk saat ini tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali mengikuti perintah Tuan Darmawan.

Kedua Ibu dan Anak itu pun berjalan menuruni tangga kayu menuju ke lantai bawah. Di lantai bawah terlihat Tuan Darmawan sedang berdiri tegang begitu dia melihat kehadiran Maya tanpa pamit dia berjalan ke luar.

Bu Asih mendorong Maya untuk cepat mengikuti tuan Darmawan. Dengan berat hati dan pikiran tak karuan Maya mengikuti Ayahnya sementara Bu Asih menatap kepergian putrinya dengan perasaan campur aduk tak karuan .

"Lindungi putriku Ya Robb," bisik nya berdoa sambil matanya terpejam tampak air mengalir di kedua pipinya.

Sepanjang perjalanan Maya dan Tuan Darmawan diam seribu bahasa. Hari mulai menjelang malam jalan mulai ramai.

Setelah 40 menit perjalanan sampailah mobil yang mereka tumpangi di sebuah rumah di kawasan elit di Jakarta Selatan tampak rumah itu berpagar tinggi dengan gaya arsitektur Eropa berlantai dua.

Tiba-tiba pintu pagar terbuka dan mobil itu memasuki halaman rumah. Kesan mewah langsung terlihat saat baru memasuki bangunan dengan arsitektur gaya Yunani ini.

Mobil berhenti di teras depan pintu utama lalu Tio asisten tuan Darmawan membukakan pintu mobil. Tuan Darmawan turun, tapi Maya masih duduk di jok belakang mobil .

"Ayo turun Maya," kata Tuan Darmawan sambil sedikit membungkuk mengulurkan tangannya ke arah Maya dengan ragu Maya menyambut tangan itu lalu turun .

"Mulai sekarang ini rumahmu," kata Ayahnya lembut sambil memegang pundak Maya .

"Maafkan Papa kalau Papa terlambat menemukanmu," suaranya lirih bergetar sepasang matanya mulai berkaca-kaca dan diapun memeluk Maya .

Memasuki rumah ini seperti memasuki istana di ruang tamu tampak seorang wanita berseragam berdiri bersama pria muda berbadan tegap dan tinggi wajahnya cukup tampan di hiasi kacamata memakai jas dokter

di belakangnya ada gadis dengan seragam perawat berhijab menenteng tas medis .

"Masuklah ke kamarmu dan bersihkan dirimu nanti kita akan makan malam bersama," kata Tuan Darmawan kepada Maya .

"Tik antar kan putriku ke kamarnya," perintah Tuan Darmawan seakan menegaskan status gadis yang di bawanya pada salah satu pelayanannya yang kelihatan seumuran dengan Ibu Maya .

Keduanya berjalan menaiki tangga menuju lantai atas Maya berjalan dengan tertunduk sesekali matanya berkeliling memperhatikan rumah .

"Bak istana," bisik nya dalam hati tak berapa lama keduanya sampai di depan pintu sebuah kamar .

"Silahkan masuk Non," kata pelayan itu sopan.

Setelah pelayan itu pergi ia memperhatikan sekeliling kamar yang luas dengan cat warna dusty pink membuat suasana kamar terkesan girly ranjang berukuran besar ada di tengah kamar. Belum selesai Maya memperhatikan kamarnya sayup-sayup terdengar suara orang mengaji .

"Astaghfirullah...." gumamnya Dia buru buru bergegas ke kamar mandi dia baru ingat belum sholat Maghrib.

Terimakasih untuk dukungan like Rate favorite dan gift serta komentar nya🙏🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!