Di sebuah ruangan yang gelap dan terasa mencekam, terdapat seorang pria yang di gantung dengan posisi terbalik, tengah menjerit kesakitan dan suara jeritan itu menggema cukup keras ketika dua orang pria tanpa ampun memukuli tubuh nya dengan tongkat panas. Disisi lain terdapat dua pria bertubuh kekar dengan balutan kemeja dan celana hitam tengah memegangi senapan dan berjaga di depan pintu masuk.
Dan tak lama dari itu, seorang pria jangkung dengan mengenakan tuksedo hitam, masuk ke dalam ruangan itu dengan tampang nya yang datar dan mata nya seakan berkobar di penuhi dengan api kebencian menatap ke arah seorang pria yang tengah di gantung secara terbalik tadi.
Dia adalah Alan Delvanio— bos mafia yang di kenal karena kekasarannya, arogansi, agresif dan dominasi nya yang kejam. Dunia berguncang di bawah kekuasaan nya, tidak ada yang berani menantang nya dan semua hidup dalam ketakutan akan kekuasan nya.
Orang yang berjalan di belakang nya, sekaligus yang menjadi tangan kanan nya— seorang pria yang juga menggunakan jas hitam dengan aura ketampanan nya yang tak kalah dari bos nya. Justine Roland, pria itu sangat di percayai oleh Alan dan tidak seorang pun kecuali Justine. Seperti sebuah ikatan persaudaraan yang terjalin karena kesetiaan Justine selama ini. Tugas Justine adalah lebih memprioritaskan untuk berusaha menjaga bos nya dan sebisa mungkin untuk tetap setia bekerja bersama Alan.
Setibanya Alan di dalam ruangan itu, 2 bodyguard yang di perintahkan untuk menyiksa orang tergantung itu menghentikan tindakan mereka, menundukkan kepala mereka di depan Alan sebagai tanda kepatuhan mereka.
Alan membuka kancing dan melepaskan jas nya, berjalan menuju seorang pria yang di ikat dengan tatapan mata nya yang mematikan. Alan menyerahkan jas nya pada seorang bodyguard yang telah memukuli tahan nya itu. Lalu berdiri di depan pria terikat sembari menggulung lengan kemeja hitam nya. Jari - jari kekar nya mengepal, Alan melepaskan tinjuan nya ke arah pria terikat itu, melampiaskan semua amarah nya di setiap serangan, membuat pria itu menjerit kesakitan.
"Katakan pada ku, kepada siapa kau membocorkan informasi rahasia itu?." Tanya nya menuntut dengan tegas. "Kau telah menipu ku dan kau pasti tau jika aku sangat benci dengan pengkhianat."
Dengan raut wajah nya yang sangat geram. Alan meraih pistol milik nya dan mengarahkan ke arah pria itu. "Apa kau ingin mengaku sekarang? Atau kau ternyata lebih memilih mati?." Tanya Alan dengan nada bicara nya yang mengancam.
Mendengar hal itu, ke dua mata pria itu melebar karena ketakutan. "Sa-saya telah menyampaikan informasi itu pada tuan Bryan." Dengan gugup, pria itu membeberkan semua nya.
Alan mengernyitkan dahi nya setelah mendengar nama seseorang yang keluar dari mulut tahanan nya dan tanpa ragu - ragu lagi, Alan lantas menarik pelatuk di pistol nya dan dahi tahanan itu tertembak.
"Ini adalah contoh bagi orang - orang yang berani mengkhianati aku. Mereka akan menghadapi kematian secara langsung atau neraka penderitaan yang mereka dapatkan." Kata Alan dengan seringai jahat di bibir nya, lalu berjalan keluar dari ruangan pengap itu.
Setelah dari ruangan itu, Alan mengunjungi ruang tamu nya yang megah di mansion nya. Terdapat seorang wanita muda dengan mengenakan gaun terbuka dan sepatu high heels tinggi yang sengaja ia panggil untuk melayani nya, tengah duduk menunggu kedatangan nya.
Alan langsung mendudukkan diri nya di sofa single dan menatap dingin ke arah wanita itu yang duduk bersebrangan dengan nya.
Tanpa diperintah lagi, wanita muda itu berjalan dengan sensual mendekati Alan, berlutut didepan kaki jenjangnya dan melepaskan ikat pinggang Alan.
Sementara itu, Alan lantas menjambak rambut wanita muda itu. "Cepat lakukan tugasmu, lalu pergi. Aku tidak punya waktu seharian untukmu!." Bentak Alan.
Wanita muda itu pun terlihat ketakutan dan mempercepat gerakannya membuka resleting celana jeans Alan sebelum akhirnya sedikit menurunkannya. Barulah setelah itu, ia meraih kejantanan nya dan akan menghisapnya dengan kuat. Membuat Alan memejamkan matanya dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
Alan nampak begitu menikmati permainan lidah wanita itu.
Setelah milik nya berdiri tegak, Alan akan memerintahkan wanita itu memakaikan pengaman di kejantanannya dan membiarkan wanita itu duduk di pangkuan sembari memasukkan kejantanannya ke dalam kewanitaan. Wanita itu akan bergoyang dan membuat Alan merasa kenikmatan, sementara pria itu duduk hanya diam saja, menikmati permainan nya.
Alan akan menggunakan seks untuk melampiaskan rasa frustasinya atau ketika dia merasa stress.
Tak lama, setelah kejantanan Alan mengeluarkan kecebongnya di dalam pengamanan yang ia kenakan. Pria itu akan langsung menyuruh wanita panggilannya itu pergi dari mansion nya dan akan kembali ketika ia memanggilnya untuk memuaskannya lagi.
Ia meninggalkan ruang tamu itu dengan kembali mengancingkan resleting celana jeansnya. Melanjutkan langkahnya masuk kedalam lift untuk sampai ke kamar tidur nya yang mewah, gelap dan misterius seperti dirinya.
Di dalam, pelayan kepercayaan nya— Marie, sedang melakukan rutinitasnya merapikan kamar Alan. Dia satu-satunya orang yang di berikan akses untuk masuk kedalam kamar dan Alan juga menghormatinya.
"Siapkan pakaianku, ada rapat yang harus aku hadiri." Perintah Alan dan Marie hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menuju walk in closet di dalam kamar Alan.
Sementara itu, Alan masuk kedalam kamar mandi guna memberikan dirinya dari sisa-sisa kenikmatan dan juga keringat. Setelah menanggalkan pakaiannya. Alan membiarkan air mengalir ditubuhnya yang kencang dan berotot yang dihiasi dengan sixpack. Pikirannya di penuhi dengan pemikiran tentang pria yang telah ia bunuh sebelumnya, ia berusaha untuk memahami pengkhianatan yang telah di lakukan oleh salah satu orang terbaiknya yang telah dengan beraninya membocorkan informasi rahasia mereka pada saingannya.
Beberapa saat kemudian, Alan telah keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk putih yang melekat di pinggangnya. Tuksedo hitam bersihnya tergeletak diatas tempat tidur. Dengan gerakan cepat, dia membuang handuknya, membiarkannya mendarat di sandaran kursi sofa. Sementara itu, Alan mengenakan kaos putih tipis di susul dengan kemeja nya.
Pakaian yang dikenakan oleh nya menggambarkan kehidupannya, tidak memiliki warna dan kegelapan ada disekelilingnya.
Setelah memakai arloji, Alan berdiri didepan cermin besar dan tengah menyisir rambut hitam legamnya.
****
Di sebuah bar, seorang gadis yang terlihat menarik dari yang lain, dengan mengenakan gaun hitam strapless, tengah duduk di konter bar bersama dengan teman-temannya. Rambutnya yang panjang berwarna kecoklatan tergerai di punggungnya, melengkapi pesonanya yang menawan, mata nya yang besar dan memabukkan, bibir sensual nya yang tajam, hidungnya yang tidak terlalu mancung dan pipinya yang cukup chubby.
Pesona gadis itu dengan mudah menarik perhatian semua orang yang ada di sekelilingnya. Dengan penuh gaya dan memikat sembari memegangi segelas anggur.
"Sampai jumpa besok, Alexa." Kata teman-temannya beranjak dari kursi mereka masing-masing dan berpelukan hangat sebelum akhirnya pergi meninggalkan bar.
Saat Alexa memandangi teman-teman nya yang tengah berjalan pergi, jantungnya berdetak kencang ketika pandangan nya tak sengaja menatap seorang pria yang menawan di kabin VVIP dan di kelilingi oleh orang-orang yang berpakaian jas rapi. Ya— pria itu tak lain adalah Alan Delvanio, pemilik klub ekslusif ini. Pria itu memiliki klub dan lounge di seluruh dunia.
Saat ini, Alan tengah asyik menjelaskan dan tiba-tiba merasa terganggu ketika mengetahui jika ada seorang gadis yang tengah memperhatikan nya.
Alexa menatap wajah hingga tubuh Alan tanpa berkedip, benar-benar terpesona akan ketampanan dan penampilannya yang sempurna. Alexa mengaguminya, ia tak sadar menggigit bibir bawahnya yang sensual dan memikat, merasakan sebuah dorongan kuat untuk merasakan bibir ranumnya menempel di bibir pria itu dan menciumnya dengan penuh gairah.
"Pria itu sangat luar biasa, dia seksi dan misterius sesuai dengan tipeku. Aku harap dia juga memperhatikanku." Alexa berbisik pada dirinya sendiri, sembari mengamati dengan cermat setiap gerakan Alan ketika pria itu menjelaskan pada orang-orangnya.
Alexa terlihat seperti tengah memata-matai dia.
Tiba-tiba, Alan mengalihkan pandangannya yang gelap dan intens ke arah Alexa. Membuat gadis itu dengan cepat membuang pandangan nya dan menghindari tatapan Alan. Namun, Alexa tak bisa menahan diri untuk tidak melihat kearah pria tampan itu, hingga akhirnya ke dua pandangan mereka bertemu.
Membuat Alan terpesona oleh bola mata coklatnya dan untuk beberapa saat Alan benar- benar lupa dengan dunia di sekitarnya. 'Kenapa gadis itu menatapku seperti ini?.' Alan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, mengangkat sebelah alisnya keatas dan merasa curiga pada Alexa.
"Sialan! Tatapannya mematikan." Alexa bergumam. Menggelengkan kepalanya sebelum akhirnya kembali memalingkan wajahnya ke arah lain, menenggak segelas penuh anggur sekaligus.
Alan memberikan isyarat pada salah satu anak buahnya untuk mendekati gadis asing itu dan anak buahnya itu berjalan maju, membungkuk badannya di depan Alan. Lalu Alan mengintruksikan dia untuk membawa gadis asing itu ke ruang rahasia untuk diinterogasi.
Dua anak buah itu pun dengan paksa menarik Alexa hingga masuk kedalam ruang rahasia. "Kemana kalian akan membawa ku, bodoh? Aku memperingati kalian, lepaskan aku sekarang atau kalian berdua akan menerima konsekuensinya!" Kata Alexa dengan tegas.
"Bos kami ingin mengintrogasi anda." Salah seorang anak buah memberitahu nya.
Alexa mengernyitkan dahinya, ia tak tahu siapa bos mereka. Jika dirinya tau, maka Alexa akan sukarela pergi bersama mereka karena dia ingin mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan pria yang membuatnya tertarik akan ketampanan nya itu.
"Aku tidak kenal dengan bos kalian."Alexa mengepalkan tangannya, mengayunkan ke dua tangan nya dengan cepat dan meninju kejantanan ke dua anak buah tersebut. Hingga mereka merintih kesakitan sembari memegangi kejantanan mereka. Alexa juga memukul beberapa bagian tubuh mereka dengan gerakan yang gesit, seolah-olah gadis itu memang telah ahli melakukan ilmu beladiri seperti ini.
Setelah berhasil membuat kedua bodyguard itu kalah, Alexa mengibaskan rambutnya kebelakang dan tersenyum melihat dua orang pria yang tengah mengerang kesakitan, tergeletak dilantai.
"Bukankah aku sudah memperingati kalian berdua?." Dia tersenyum jahat pada mereka berdua, lalu merapikan gaun juga rambut nya sebelum akhirnya berjalan pergi dengan sikap yang tenang.
Tak berapa lama dari kepergian Alexa, Alan masuk kedalam ruang rahasia dan mata nya terbelalak kaget saat menemukan anak buahnya tergeletak dilantai dengan bekas pukulan dipipi mereka.
"Siapa yang melakukan ini pada kalian berdua dan dimana gadis itu?". Tanya Alan dengan marah.
Dua anak buahnya itu saling berpandangan dan menundukkan kepala nya. Mereka malu untuk mengakui pada bos mereka, jika mereka baru saja di pukuli oleh seorang gadis. Namun, keterdiaman mereka justru memicu kekesalan didalam diri Alan.
"Apa kalian berdua hanya akan diam? Atau kalian ingin hukuman dari ku?." Bentak Alan.
"Gadis itu yang telah memukuli kami bos." Salah seorang anak buahnya menjawab dengan gugup disertai ketakutan.
"Apa? Gadis itu mengalahkan kalian berdua?." Alan terlihat terkejut dan tidak percaya. "Jadi dugaan ku benar, gadis itu adalah mata-mata. Karena gadis biasa tidak akan bisa berkelahi dengan anak-anak buahku yang terlatih seperti ini." Gumam Alan pada dirinya sendiri
"Bos, menurut saya ada yang tidak beres dengan gadis itu, dia seorang gadis kecil tapi bisa memukuli kami separah ini." Kata salah satu anak buahnya beranjak dari lantai dengan menahan rasa sakit yang masih terasa.
"Tidak, kalian berdua tidak berguna. Bagaimana seorang gadis bisa mengalahkan kalian, malulah pada diri kalian sendiri. Aku tidak ingin melihat wajah kalian lagi." Kata Alan, lalu berjalan keluar dari ruangan itu dengan rasa kesalnya.
Diluar klub, Alan masih berusaha mencari gadis itu. Namun, ia tak menemukan gadis itu lagi di dalam maupun di luar klub. Alan pun memutuskan untuk menghubungi Justine dan memerintahkan anak buahnya yang lain untuk menemukan gadis asing yang mencurigakan itu.
"Hallo bos." Kata Justine begitu panggilan mereka terhubung.
"Justine, cepat datang kesini!." Perintah nya.
"Oke bos." Jawab Justine, lalu mengakhiri panggilan mereka dan memasukan ponselnya kedalam saku jasnya.
Salah satu anak buah Alan telah memberitahukan pada Justine jika gadis asing yang dicari oleh Alan telah pergi meninggalkan klub. Alan menatap lurus ke depan dengan raut wajahnya yang serius. Karena saat ini, Alan dan Justine tengah berada di dalam ruang keamanan, memeriksa rekaman cctv saat gadis asing itu memasuki klubnya. "Jeda!." Alan menginstruksikan dan penjaga keamanan menghentikan video rekaman itu.
"Aku ingin tau segalanya tentang dia!." Perintah Alan pada Justine.
"Baik, bos. Saya akan segera menyelesaikannya." Balas Justine sembari mengamati seorang gadis yang berada di rekaman cctv tersebut.
Sementara itu, Alan juga mengamati gadis itu dan tenggelam di dalam pikirannya.
***
Keesokkan harinya, sebuah file berisi informasi tentang gadis asing itu telah ada di atas meja kerja Alan. Pria itu meraih dan membaca tentang latar belakang seorang gadis yang ternyata bernama Alexa Veronica. Dengan cermat Alan membacanya.
Sementara itu Justine berdiri tak jauh dari meja kerjanya.
Alexa Veronica merupakan seorang fashion blogger muda yang berbakat, seorang gadis yang kuat dan mandiri, juga pandai dalam mengelola bisnis ayahnya.
Tak ada satu pun informasi yang Alan baca mampu memberikan informasi yang jelas dengan apa yang telah ia curigakan pada gadis asing itu.
Alan menutup file tersebut dan kekecewaan terlihat jelas di raut wajahnya yang tampan.
"Bos, mungkin saja gadis itu memang bukan mata-mata." Kata Justine berasumsi.
Alan melayangkan tatapan tajamnya ke arah Justine dan menggelengkan kepalanya. "Tidak, Justine. Aku punya firasat jika gadis itu menyembunyikan sesuatu, dari cara dia menatapku kemarin dan ketika dia memukuli orang-orang kita di klub, itu menunjukkan jika dia bukan gadis biasa." Kata Alan menjelaskan dengan nada serius dan Justine mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Sekarang, aku sendiri yang akan berbicara dengannya malam ini. Kau bilang dia selalu mengunjungi klub ku setiap akhir pekan. Apa dia akan datang malam ini juga?." Tanya nya dan Justine menganggukkan kepalanya.
Kemudian Alan menjelaskan semua rencananya pada Justine.
"Bersiap bertemu dengan orang yang tak mengenal kata maaf ini, Nona Alexa Veronica." Bisik Alan, bibir sensualnya membentuk seringaian yang menakutkan.
****
Alan tiba di klubnya dengan sedikit lebih cepat dari biasanya, setelah menerima telpon dari anak buahnya yang memberitahukan padanya jika Alexa telah tiba di klub.
Hari ini, Alexa mengenakan jumpsuit merah strapless dan sepatu hitam. Dia masuk dengan langkahnya yang anggun dan terlihat berkelas, rambutnya diikat seperti ekor kuda.
Saat dia berjalan ke kamar kecil, seseorang tiba-tiba mengunci pintunya dari luar.
Alexa yang terkejut, lantas berbalik badan. "Apa-apaan ini, siapa yang berani mengunci pintunya dari luar?." Alexa berteriak dan mencoba membuka pintu.
"Jadi, kau kesini?." Saat sebuah suara yang dalam masuk ke dalam indera pendengarannya, Alexa berbalik membelakangi pintu dan matanya melebar, terheran melihat apa yang di liat oleh kedua matanya.
Alexa tidak ingin melakukannya, tetapi perasaan nya tak bisa berbohong. Jantungnya berdegup kencang dan ia terpana melihat seorang pria tampan yang sangat ia kagumi berdiri di hadapannya dengan jas hitam yang menutupi tubuh kekarnya.
"Katakan padaku, untuk siapa kau bekerja?." Tanya nya dengan nada yang tegas juga dingin. Melangkah mendekati Alexa yang masih terdiam melamun.
Alan menjentikkan jarinya dan membuat Alexa tersadar dari lamunannya.
"Aku bekerja untuk diriku sendiri, aku adalah bosnya." Balas Alexa jujur, menatap takjub pada wajah tampan pria jangkung itu.
"Mengapa kau memata-matai ku?." Lagi, Alan kembali mengajukan pertanyaan.
Sementara itu, Alexa yang mendengar pertanyaan aneh Alan. Lantas mengernyitkan dahi nya. "Kenapa aku harus memata-matai mu?." Bukan jawaban melainkan pertanyaan yang Alexa lontarkan, karena gadis itu tak mengerti dengan maksud perkataan Alan.
"Aku melihatmu menatapku tadi malam, jadi jangan berani-berani berbohong padaku!." Alan memperingatinya setelah berjalan lebih dekat dengan Alexa.
Sementara itu, jantung Alexa hampir berdetak kencang karena posisi mereka yang berdekatan seperti saat ini, dia menatap bola mata cokelat pria misterius itu.
"Itu salahmu." Kata Alexa dengan santainya. "Kau sangat menarik dan saat itu aku sedang memperhatikanmu." Gadis itu memberikan jawaban yang jujur, tetapi sepertinya Alan tidak mempercayainya.
Alan berjalan mundur dan menyeringai. Membuat Alexa kebingungan.
"Jadi kau tidak akan langsung menjawab pertanyaanku." Pria itu mengeluarkan pistol dari dalam saku celananya dan mengarahkannya ke arah Alexa. "Katakan yang sebenarnya atau kau akan mati ditangan ku!."
Mata Alexa terbelalak saat gadis itu melihat pistol yang di todong kan di depannya secara langsung, tetapi ia membuang rasa takut nya dan menjawabnya dengan percaya diri. "Kau terlihat lebih menarik dengan pistol ditangan mu, sungguh aku tidak berbohong. Aku baru saja mengangumi semalam."
Alan merasa kesal ketika Alexa justru tak merasa takut padanya.
Alan menggertakkan gigi nya dan bertanya. "Jika kau tidak berbohong, lalu bagaimana kau bisa mengalahkan anak buahku yang sudah terlatih dengan begitu mudahnya?."
"Karena aku lebih terlatih daripada mereka dalam hal bela diri." Dia memutar bola mata nya dan tersenyum, seakan membanggakan dirinya sendiri.
"Kau hanya membuang-buang waktuku, jika kau tidak memata-matai ku, maka kau tidak boleh terlihat lagi di klub milikku!. Kata Alan memperingatinya dan kembali memasukkan pistolnya kedalam sakunya.
"Apa? Kenapa aku tidak boleh datang ke klub ini lagi? Kau memang menarik tapi kau juga aneh, kau tidak boleh menghentikan ku untuk datang ke sini!.'' Balas Alexa tak terima.
"Aku pemilik klub ini dan seorang pria yang di takuti banyak orang." Alan terlihat kesal.
"Tapi aku tidak takut padamu." Kata Alexa menatap bola mata coklat Alan.
Alan menghela napasnya kasar. "Katakan padaku apa motif mu yang sebenarnya?." Alan kembali mendesak, karena dia masih tidak yakin bahwa gadis asing itu bukan mata-mata.
"Baiklah, aku akan memberitahumu motifku yang sebenarnya."
Saat mendengar Alexa setuju untuk mengakui nya, mata Alan berbinar dan ia tau dirinya akan menang.
"Sekarang kau langsung menjelaskan saja! Aku tau ada motif nyata di balik pemukulan anak buahku dan ketika memperhatikan ku semalam."
Alexa dengan berani berjalan mendekati Alan dan berbisik di tertelinga pria itu. "Motifku yang sebenarnya adalah merayu mu karena kau membangkitkan hasrat batinku dengan kepribadian mu yang berbahaya dan misterius."
Kesemutan Alan rasakan di punggungnya saat napas hangat Alexa membelai telinganya. Pria itu berharap bisa mengungkapkan niat yang sebenarnya dari gadis asing itu, tetapi jawaban berani yang gadis itu lontarkan benar-benar mengejutkan dirinya.
Alexa tersenyum dan Alan melayangkan tatapan tajam nya sebelum akhirnya berjalan mendekati pintu. " BUKA PINTU NYA!." perintah Alan dan pintu pun segera terbuka.
Alexa menganguminya dengan mata penuh hasrat, gadis mandiri itu benar-benar terhipnotis oleh daya tarik dan kepribadian misteriusnya. Hari ini, pria asing itu menodongkan pistolnya ke arah nya, tetapi Alexa tidak takut karena gadis itu memang tidak menakuti apa pun. Hidup nya telah membuat dirinya kuat dan tak kenal takut.
Sementara itu, Alan berbalik dan menatap Alexa. "Kau seharusnya tidak terlihat lagi di Klub ini." Pria itu memperingati Alexa dengan nada bicara nya yang serius. Lalu berjalan keluar.
"Aku tidak takut, aku akan datang ke sini lagi dan lagi untuk menemuimu, tampan. Aku ingin melihat bagaimana kau menghentikan ku!." Gadis itu bergumam, senyuman nakal muncul di wajah cantiknya.
Pada malam harinya.
Alan duduk di ruang kerjanya, sembari menghisap rokok dan tenggelam di dalam pikirannya. Raut wajahnya terlihat serius dengan tiga kancing kemeja bagian atas nya di biarkan terbuka dan memperlihatkan dada bidangnya yang kotak-kotak. Pria itu terlihat sangat tampan dan memukau.
Saat ini ia tengah merenungkan tentang Alexa, gadis misterius yang tidak takut padanya. 'kenapa ketika aku mengarahkan pistol ku di depan dia dari wajahnya sama sekali tidak terpencar ketakutan? Apalagi cara dia melawan anak buahku yang sudah terlatih, dia melawan dua orang sekaligus yang kekuatannya jauh lebih besar daripada dia. Itu menunjukan jika dia bukanlah gadis biasa dan itu membuatnya sangat mencurigakan. Apakah dia mata-mata rahasia?'. Gumam Alan, lalu menyeringai. "Alexa, aku akan mengungkap siapa kau sebenarnya." Kata Alan bermonolog.
**
Di hari berikutnya. Tepat nya di malam hari.
Alexa memarkirkan mobil BMW hitam nya di parkiran klub dan melangkah keluar, berjalan hendak memasuki klub milik Alan. Meski tau pria itu telah melarang nya untuk tidak datang lagi, nyatanya hal tersebut seakan terasa seperti tantangan bagi Alexa yang tertarik pada mafia kejam itu.
Gadis itu tampak memukau dalam balutan gaun ketat selutut berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang senada. Rambut pirang coklat nya di gerai, menambah kesan cantik pada gadis berkulit putih itu.
Saat dia hendak melewati pintu masuk, seorang penjaga menghentikannya dengan meraih lengan Alexa. Membuat Alexa mengernyitkan dahinya karena marah atas kelancangan penjaga itu.
Alexa memelototi penjaga itu dan dengan gerakan cepat, gadis itu telah mencengkram lengan penjaga dari belakang punggung pria itu. "Beraninya kau menyentuh ku, hah? Tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh ku." Alexa menghukum pria itu atas tindakannya.
"Nona, saya hanya melakukan apa yang di tugaskan pada saya. Saya di perintah oleh atasan saya." Kata penjaga itu menjelaskan dengan raut wajah nya meringis menahan sakit.
Mendengar hal itu, Alexa langsung melepaskan cengkeramannya dari si penjaga.
"Kau bisa mengatakan itu pada ku, tidak perlu memegang tanganku." Kata Alexa menegur.
Sementara itu, di tempat yang sama. Alan tengah duduk kursi belakang mobilnya dengan mengenakan kacamata dan sedang mengamati Alexa dari jendela mobil. Ke dua orangnya duduk di kursi depan dan dua mobil lagi di tempatkan di sisinya untuk menjaga keamanan Alan. Seperti biasanya pria itu mengenakan tuksedo hitam dan rambutnya yang hitam legam di tata rapi.
Saat pandangan Alexa tak sengaja tertuju padanya, mata gadis itu berbinar dan bibirnya melengkung membentuk senyuman kemenangan.
'Jadi misi ku untuk datang ke sini telah tercapai.' Pikir Alexa. Dan tetap menatap ke arah Alan.
Alexa yang masih tersenyum memberikan kedipan menggoda dan langsung berjalan menghampiri mobilnya.
"Ikuti dia dan jangan sampai kehilangan jejak!." Perintah Alan pada sopir nya dan dua mobil yang mengikutinya dari belakang.
**
Alexa tiba di kediamannya dan saat dia baru saja keluar dari dalam mobil. Pandangan gadis itu tertuju pada sosok Alan yang telah berjalan menghampirinya dengan raut wajah tegas nya.
Senyuman nakal terlihat di bibir Alexa. "Apa kau mengikuti ku, Tn tampan?." Jari telunjuk Alexa dengan berani menyentuh rahang tegas Alan, mata nya terpaku pada pria itu.
Alan tiba-tiba mencengkram lengan Alexa. "Diam! Kenapa kau kembali ke Klub ku meskipun kau tau aku telah memperingati mu?."
"Alasanku pergi ke sana telah terpenuhi." Alexa menyeringai.
"Alasan apa?". Alan bertanya dengan nada serius.
"Alasan untuk melihat mu sekilas. Aku tidak menyangka jika kau akan mengikutku. Tapi aku senang sekarang, karena aku bisa melihatmu dari dekat. Kehadiran dan penampilanmu yang memikat membuatku menjadi liar, aku menyukainya." Balas Alexa.
Alan menggelengkan kepalanya karena kesal mendengar balasan Alexa. "Sekarang kau akan melihat bagaimana aku akan membuat mu mengungkapkan kebenaran dan siapa kau sebenarnya. Kau ikut denganku!." Kata Alan, dalam keadaan masih mencengkram lengan Alexa, Alan menarik gadis itu untuk masuk ke dalam mobil nya.
"Kenapa kau memaksaku? Aku bersedia ikut bersamamu dengan senang hati." Alexa menawarkan diri, namun Alan justru melayangkan tatapan tajamnya ke arah Alexa.
Pria itu membukakan pintu mobil untuk Alexa dan meminta gadis itu untuk duduk. Sementara itu anak buah Alan pergi dan menaiki mobil yang lainnya.
"Sekarang tidak perlu mengatakan apa pun, masuk saja ke dalam mobil." Kata Alan mengintruksikan dengan nada tegasnya, ia terlihat menahan amarah nya karena tingkah Alexa yang menyebalkan. Tidak ada seorang pun yang pernah berperilaku seperti ini di depannya kecuali Alexa.
"Oke bos." Alexa meletakkan jari telunjuknya di bibir dan memberikan anggukan yang lembut sebelum akhirnya menduduki kursi mobil.
Saat Alexa telah duduk di dalam mobil. Alan masuk dari sisi berlawanan dan membanting pintu hingga tertutup.
"Jalan!." Perintahnya pada sopir.
Selama di perjalanan, tidak ada obrolan yang tercipta. Alexa diam dan duduk dengan patuh. Sesekali gadis itu melirik ke arah Alan, tetapi ekspresi pria itu tidak goyah sedikitpun. Dan Alexa pun tetap menunjukkan senyuman main-main, bersenandung kecil, hingga tak lama kemudian, mereka pun sampai di mansion Alan.
Mobil berhenti, Alan kembali mencengkram lengan Alexa dan menariknya keluar dari dalam mobil. Pria itu membawanya ke ruang penyiksaan.
Setibanya di ruangan itu, mata Alexa melebar saat Alan menyalakan lampu yang ada di ruangan itu, memperlihatkan ruangan dengan pencahayaan temaram yang penuh dengan peralatan penyiksaan. Alexa mengamatinya dengan cermat, terkejut dengan kurangnya rasa takutnya.
"Apakah ini ruang penyiksaan? Apa kau pernah menyiksa orang di sini?." Tanya Alexa, tanpa rasa takut di matanya dan dia bertanya karena merasa ingin tau.
Alan terkejut ketika dia mengamati tidak adanya rasa takut di mata Alexa. Alan mengira jika Alexa akan ketakutan saat melihat ruang penyiksaan. Tetapi gadis itu terbukti berbeda dan tidak takut.
"Ya dan sekarang aku akan menyiksamu sampai kau mengakui kebenarannya!." Kata Alan menatap tajam kearah Alexa.
"Kau akan membuang-buang waktumu dan aku tidak akan keberatan, karena itu akan memberikan aku banyak waktu untuk mengagumi mu." Balas Alexa tersenyum dan Alan memutar bola mata nya karena kesal..
"Sekarang tutup matamu dan duduklah di kursi itu!." Perintah Alan sembari menunjuk ke arah kursi yang ia maksudkan.
"Kenapa kau berteriak padahal aku berdiri di sampingmu?." Tanya Alexa, terkekeh pelan.
Sementara Alan memperlihatkan tatapan mengerikannya.
"Cepat lakukan apa yang aku perintahkan, nona Alexa." Alan terlihat geram dan mengepalkan tangannya.
Alexa pun berjalan dan duduk di kursi itu. Dia tidak dapat menyangkal bahwa Alan terlihat jauh lebih menarik ketika dia sedang marah. Alan lalu mendekati Alexa dengan tali di tangannya, sementara Alexa hanya memperhatikan nya.
Saat Alexa duduk di kursi itu, Alan mengamankan pergelangan Alexa ke sandaran tangan. Alexa terus menatap Alan dan senyuman manis menghiasi bibirnya.
Alan tak habis pikir mengapa Alexa benar-benar tidak takut padanya? Dan gadis itu justru terus menerus menggodanya tanpa ragu-ragu. Alan belum pernah bertemu gadis seperti Alexa sebelumnya. Dia penuh kejutan, kuat dan berani.
Namun di sisi lain. Alexa juga sedikit kesal pada Alan, karena pengaruh pria itu sangat besar padanya. Alexa tidak mengerti mengapa detak jantungnya berdebar kencang setiap kali ada di dekat Alan atau ketika pria itu menyentuh nya.
Setelah mengamankan Alexa. Alan berdiri dan berjalan keluar meninggalkan ruangan.
"Hai! Pria tampan! Kau akan pergi kemana?." Teriak Alexa.
Sementara itu, dua pria berjaga di luar ruangan dengan senjata di tangan mereka. Alan mengintruksikan pada salah satu anak buahnya untuk menakut-nakuti Alexa agar gadis itu mau mengungkapkan kebenaran tentang siapa dirinya dan mengapa selalu menggangu Alan. Tetapi Alan juga melarang anak buahnya untuk tidak menakut-nakuti Alexa dengan alat penyiksaan yang ada di dalam ruangan tersebut.
Untuk pertama kali nya, Alan merasa bingung dengan keputusannya sendiri dan tidak menyangka bahwa gadis yang dia ikat di ruangan penyiksaan akan menjadi orang yang dapat meluluhkan hatinya hanya dalam waktu yang singkat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!