NovelToon NovelToon

Resiko Menikah Dengan Nona Dingin

Menggigit Li

Avril tengah duduk dengan gusar didalam mobil yang tengah melaju, dia duduk dibelakang, sementara di depan sekretaris Li tengah mengemudi.

Entah apa yang tengah dirasakan oleh Avril, sepanjang pulang dari kantor dia terus uring uringan.

Dengan wajah merengut dan kaki yang terus menendang kursi kemudi sekretaris Li, Avril terus merengek dan merasa sebal sendiri tanpa jelas sebabnya.

"Aku bosan Li..." ucapnya tegas sambil menendang kursi.

Oh tuhan kenapa lagi dengan nona ini. Li

"Nona apa yang bisa saya lakukan untuk menghilangkan rasa bosanmu? Nona mau saya carikan tempat hiburan?" ucap Li dengan sabar.

"Gak ada hal menarik yang ku pikirkan Li.." Avril mendecak dengan tangan menyilang di dada dan menatap keluar kaca mobil.

Li hanya diam dan menarik napas panjang

Huhh.. Nona, siang bolong begini kau sudah meminta pulang dari kantor, cepatlah dewasa nona tanggung jawabmu semakin banyak, saya tidak mau terus mengandalkan orang yang bukan seharusnya menanggung tanggung jawab atas perusahaan. Li menarik napas panjang tanpa terdengar

Tiba-tiba Avril melangkah dan maju ke depan, dengan tawa yang jenaka ia berhasil duduk di pangkuan Li dengan paksa.

Laki-laki paruh baya itu sontak kaget dengan apa yang dilakukan Avril.

"nona apa yang kau lakukan.." Li panik karena Avril menghalangi pandangannya.

"Paman Li, rahangmu selalu menjadi favorit buatku.." Avril berucap dengan santai dengan senyum usilnya. Ia mengusap-usap rahang Li gemas

Li mendecak dalam hati, dengan cepat ia menghentikan mobilnya disamping jalan. Ia tak mau ambil resiko.

"Lakukan sesukamu nona"Li membiarkan apa yang dilakukan majikannya, seolah itu adalah hal yang biasa dilakukan Avril terhadapnya.

Yang perlu Li lakukan hanyalah duduk dengan tegak, kedua tangan disamping dan mata lurus ke depan dengan raut wajah datar, ia tidak membiarkan nonanya nyaman duduk dipangkuannya.

"Paman Li, apa rahangmu ini enak?" Avril mulai menyeringai mencurigakan

Li tetap diam

ku mohon nona hentikan, jangan lagi.. Li panik dan ia mulai menghitung.

Satu...dua...

Grekk..

Avril menggigit rahang Li yang membuat Li berteriak dalam hati.

Terdengar sediki ringisan Li menahan sakit.

kurang ajarr... Batinnya kesal.

"Hahaha.... Menyenangkan sekali.." Avril merasa puas atas apa yang ia lakukan tanpa merasa bersalah.

Li segera mengambil sapu tangan di saku jasnya dan mengelap bekas gigitan Avril.

Hentikan kebiasaan burukmu ini nona..!! Li tidak berani bersuara karena kalau dia protes Avril akan semakin menjadi.

Masih dipangkuan Li, Avril melihat keluar jendela, suasana hatinya sedikit membaik. Hingga tidak sengaja tatapannya tertuju pada sebuah kedai disebrang jalan.

Disana terlihat sosok laki-laki tengah menyajikan makanan pada para pelanggannya.Pesona laki-laki itu yang membuat Avril sampai mulutnya terbuka dan tidak mengedipkan mata

Segera Avril bangkit dari pangkuan Li dan pindah kembali ke belakang, ia membuka kaca mobilnya dan terus memandangi sosok yang mempesona itu.

"Gila.. Itu manusia???" Avril kagum pada yang dilihatnya.

"Apa nona?" Li menoleh ke belakang

"Lihat, laki-laki itu Li.. Sangat menggemaskan" tunjuknya ke arah kedai

Li menoleh pada apa yang tengah dilihat Avril

ck.."iya nona, sangat menggemaskan" ucap Li tanpa antusias memperhatikan, pasalnya dia masih kesal atas apa yang dilakukan Avril tadi terhadap nya. Rada ngilu masih ia rasakan di rahangnya.

keinginan yang kadang diluar nalar

Li masih terlihat kesal sambil menepuk nepuk pakaian nya agar rapih.

"Li beri aku makanan.." pinta Avril, masih memandangi laki-laki kedai itu.

"apa?.."

"Cepat.. Aku lapar, aku mau makan sambil menonton laki-laki itu.."

Avril nampak bahagia.

Hah..?sudah gila ya nona.. Tidak ada kerjaan lain apa selain menonton laki-laki biasa itu..

Li bingung, segera ia mengambil kotak makanan di samping tempat duduknya.

"silahkan nona.." Li menyodorkan kotak makan.

"thanks Li.."

Li mengangguk dan tersenyum.

"Makanlah nona, itu bekal sarapan yang anda belum sentuh sedari pagi"

"Hmm..."

dengan semangat Avril membuka kotak makanan yang berisi salad buah dan juga sayur dan juga beberapa olahan daging, ia menyantapnya dengan lahap sambil menatap pada laki-laki kedai itu.

Li menatap Avril dari kaca spion mobil, Avril nampak bahagia melihat apa yang dilakukan oleh laki-laki kedai itu.

Hanya Li yang nampak greget atas apa yang dilakukan Avril. Dia tidak peduli dengan yang dilakukan Avril, yang ia pikirkan hanyalah setumpuk pekerjaan dikantor yang telah ditinggalkan begitu saja demi menuruti Avril.

Ya Tuhan... Lihatlah tingkahmu nona.. Kau membuatku pusing setiap hari.. Kalau saja bukan karena kebaikan tuan besar, mungkin Saya sudah memilih pensiun sejak dulu daripada mengurusi anda nona yang kadang keinginanmu diluar nalarku. Dan aku wajib sekali menuruti maumu yang tak bisa terbantahkan.

Huhhh... Li menghembuskan napas panjang tanpa bersuara. Tapi kami sangat menyayangi mu nona karena kamu satu-satunya harapan. Batin Li

Sambil senyum senyum sendiri Avril menghabiskan makanannya tanpa sisa.

"Ambil Li..." Avril menyodorkan kotak makan kosong pada Li.

"Baik nona" Li dengan senang hati menerima nya. Dan Li terkejut melihat bekal sarapan Avril habis tanpa sisa.

Kamu benar-benar menghabiskannya nona?? baru kali ini... Batin Li dengan mata terbelalak melihat kotak makan yang kosong.

"Anda sangat lahap sekali nona, baru kali ini nona menghabiskan makanan setelah sekian lama.." ucapnya dengan raut bahagia.

"Ya ampun Li.. Kapan aku pernah meninggalkan sisa makanan di piring? Biasanya juga sering aku habiskan kan?" Avril berucap tanpa mengalihkan pandangan dari kedai.

Li tersenyum tipis

"Betul sekali nona"

*Betul sekali nona, kau selalu menghabiskan makananmu, bagaimana tidak, kau makan bahkan hanya untuk dua suap yang tersedia di piring, sedang*kan chef selalu menghidangkan banyak makanan setiap hari, tapi hanya secuil saja yang selalu kau nikmati. Batin Li, ia nampak menerawang ke masa lalu, pasalnya Avril selalu menghabiskan makanannya setiap kali chef menghidangkan makanan. Tapi itu dulu, dulu sekali sekitar 2 tahun yang lalu sebelum tragedi menyedihkan yang dialami Avril hingga membuatnya trauma.

"Li.. Cepat cari tahu laki-laki yang ada di kedai itu.." ucap Avril memecahkan lamunan Li.

Hahh?? "Anda yakin nona?" Li melihat sekilas pada laki-laki kedai.

"Li.. Apa aku pernah tidak serius..?" tanya Avril

Li tersenyum kecut "Tentu saja anda selalu serius nona.."

"Ya sudah lakukan yang aku perintahkan. Aku mau hasilnya sore ini juga.."

Li terbelalak "Baik nona.." ucapnya pasrah, namun terasa berat dihatinya.

Bagaimana Anda bisa nona? Kenapa aku harus membuang waktu hanya untuk mencari tau tentang orang biasa itu. Saya sudah cukup dengan setumpuk pekerjaan dikantor saja.. Batinnya menjerit tapi tak sanggup ia memperlihatkan keberatannya pada Avril.

Salah menduga

"Li... Lihat.." Avril menunjuk ke arah kedai sambil mengguncang kursi Li.

" Bagaimana bisa dia semenggemaskan itu.." Avril meremas jarinya greget.

"iya nona sangat menggemaskan" batin Li terpaksa antusias

Ayolah nona.. Cepat pulang saja.

"Kau setuju Li? Dia menggemaskan, manis, lucu dengan lesung pipi,, uhh ya ampun aku bisa gila... bagaimana bisa dia punya rahang yang begitu indah.." Avril membayangkan bagaimana ia membelai lelaki itu seperti yang dilakukan nya tadi pada Li.

"Iya nona" terserah anda saja nona, dan sekarang anda jadi banyak bicara hanya karena laki-laki itu? Ckk.. Entahlah, hanya saja itu terasa aneh. Tapi saya senang nona. Batin Li

Avril terpesona dengan paras rupawan lelaki kedai itu, ia tersenyum ramah pada pembeli dan cekatan menghidangkan makanannya.

Hening...

Avril tengah duduk dipangkuan laki-laki kedai itu, ia duduk dipahanya berhadap hadapan. Dengan senyum menggoda Avril membelai kepala serta wajah lelaki itu yang nampak menatap Avril dengan sexi dan tak kalah menggoda.

Lelaki itu menggunakan kaos putih,celana hitam panjang, dan celemek yang membalut tubuhnya, khas seorang juru masak. Sementara Avril memakai pakaian sexi, yang menampilkan belahan dada, serta rok mini menutupi setengah pahanya saja.

Mereka larut dalam buaian yang diberikan satu sama lain.

Avril bahkan membayangkan mereka berciuman.

Hingga lamunannya buyar ketika kedai itu mulai ramai pengunjung dan lelaki itu nampak tak terlihat karena banyaknya yang mengerumuni kedainya.

Cukup lama Avril diam di posisinya, Li hanya merasakan jengah entah berapa puluh kali dia melirik terus jam tangannya.

"Ih sebal!!!" gerutunya "kenapa jadi banyak orang!!" Avril cemberut. Kerumunan pembeli menghalangi wajah lelaki itu.

"Iya nona, ini sudah jamnya waktu makan siang, mungkin kedai itu sangat populer nona, jadi banyak yang menyukainya" ucap Li

Ckk ..

"Li... Singkirkan orang-orang itu Li!!... Ah tidak, kita pulang saja.." Avril menyilangkan lengannya menatap kedepan dan menutup rapat jendela mobilnya. Kesal dia.

"Baik nona" akhirnya..

Eh apa tadi? Dia meminta menyingkirkan orang-orang itu? Bisa gila aku dibuatnya kalau sampai harus dituruti. Untungnya langsung ngajak pulang. Batinnya terasa diterpa angin segar.

Dengan semangat 45 Li melajukan mobilnya pergi.

*****

Sampai di rumah Avril langsung pergi ke ruang kerja Kaka laki-lakinya. Disana tempat ia melakukan pekerjaan kantornya secara diam-diam. Avril yang tidak suka dengan keramaian atau berada di tempat ramai orang, itu yang menjadi alasan dia minta pulang saat siang bolong ini. Introver dia.

Sementara Li juga langsung pergi untuk tugasnya.

Ditengah perjalanan...

"Apa yang harus aku lakukan terlebih dahulu?" Li melirik jam ditangannya. "masih jam makan siang" ucapnya.

Akhirnya ia memilih untuk menemui lelaki kedai itu saja.

Sepuluh menit kemudian ia sampai di kedai itu, segera ia turun dari mobil yang telah terparkir.

Li memilih tempat duduk yang agak lengang dari pengunjung lain. Duduk diam dengan ekspresi datar mengamati sekitar dan mengamati lelaki yang dimaksud Avril. Ketika mata mereka bertemu, Li menjentikkan jarinya meminta lelaki itu menghampirinya, dengan senyum ramah lelaki itu faham dan menghampiri Li.

"Selamat siang tuan, anda yang ingin anda pesan?" Sapa lelaki itu dengan membungkuk hormat.

ternyata kau punya tampang yang lumayan juga terlihat dari dekat. Batin Li

Ekspresi datar.

"siapa namamu?" menyilangkan lengan.

Tak peduli dengan pertanyaan lelaki itu.

"Saya Keiden tuan" jawabnya ramah.

"Oh.. Saya pesan satu porsi yang paling favorit disini"

Keiden menyodorkan daftar menu.

"Baik tuan, silahkan memilih menu disini hampir semua favorit " ucapnya dengan bangga dan ramah.

"Terserah kau mau buat menu yang mana, ini uangnya, kau berikan nanti kalau sudah jadi pada pengemis itu" tunjuknya pada seseorang yang sedang memilah sampah di dekat kedai.

Li menyodorkan sejumlah uang menyimpannya di meja, nampak tidak tertarik dengan makanan disana.

"Saya permisi" Li melengos pergi dari sana.

Keiden terkejut dengan yang dilakukan Li. Masih mencerna apa yang dikatakan Li

"Tu.. Tunggu tuan.." Keiden mencoba mencari kepastian dari kebingungannya.

Kemudian ia menoleh kepada pengemis yang dimaksud Li.

"Itu kan ayahku... Eh sial... Tuan itu mengira ayahku pengemis..!!" Keiden nampak kesal sambil menatap punggung Li "Kurang ajar.. " Hanya Kai yang dengar. Ia tidak terima ayahnya dikira pengemis

Dengan rasa angkuh dan tidak peduli, Li mengira lelaki yang dikiranya pengemis, ternyata ayah dari Keiden yang tengah memilah sampah sekiranya sampah basah dan kering dipisahkan.

Sampai di dalam mobil, Li menelfon anak buahnya untuk segera melakukan perintahnya.

"Halo.. Ada tugas untukmu, temui aku dikantor dalam 15 menit" Titah Li tanpa basa basi setelah telepon tersambung.

"Siap tuan." ucap anak buahnya.

Telepon terputus,Li meletakkan ponselnya di saku celananya. Kemudian melajukan mobilnya menuju kantor.

Sementara Keiden masih terlihat kesal, ia mengambil uang yang ditinggalkan Li di atas meja.

"Dasar orang aneh..." Gerutunya, segera ia menghampiri ayahnya di tempat sampah yang agak jauh dari kedainya.

"Ayah sudah hentikan!!" Keiden menarik lengan ayahnya, Kai cemberut.

"Ada apa Kai? Kenapa bibirmu kriting begitu? Ayah belum selesai memilah sampah" ucap ayah melihat Kei

"Aku kesal ayah.. Ada yang mengira ayah pengemis tadi"

"Hah?? Siapa Kai?" Ayah tertawa garing nampak tak percaya.

"Tidak tau ayah.. Ada orang aneh tadi masuk ke dalam kedai, saya menanyakan mau pesan apa, eh dia malah bertanya balik, menanyakan nama saya tanpa pesan apapun langsung melengos pergi dan meletakkan uang dimeja" Ucap Kai menyingkat kata.

"Haha" Ayah tertawa.

"Yang bener Kai.. ? Gimana maksudnya.." Ayah tidak paham.

"ck.. Ya ampun ayah... Jadi gini.."

BLA BLA BLA

Kai menjelaskan panjang lebar. Baru Ayah faham. Dan di balas tawaan oleh ayah.

"Hahaha..tidak apa-apa nak.. Udah jangan kesal begitu .!" Ayah menepuk bahu Kai.

Kei hanya mendecak kesal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!