NovelToon NovelToon

Broken Angel'S [COMPLETED]

#1, BROKEN ANGEL'S

****

Sasha terbangun dari tidurnya, Dia mendapati badanya terasa sakit. Kedua tanganya diperban, Yang satu punggung tangannya dan yang satunya lagi pergelangan tangannya, Wajahnya sedikit lebam, Karena disebabkan oleh luka semalam yang tidak langsung di obati. Apakah Reynald yang melakukan ini?

Sasha menghela nafas saat mengingat, Kemarin Reynald melihat Sasha menangis, Sasha tidak ingin dikasihani, Apalagi terlihat lemah oleh semua orang. Dia akan menampik semua itu dengan wajah datarnya, Berpura-pura kuat didepan orang lain, Berhati beku agar perasaannya ikut beku, Itulah dia, Pecundang rapuh yang berpura-pura kuat.

Sasha kini sudah bersiap dengan seragam sekolahnya, Dia memakai masker dan hodie untuk menutupi lenganya, Mungkin dia akan izin menggunakan hodie didalam kelas beralasan sakit.

Saat Sasha hendak berangkat sekolah, Seperti biasa jalan kaki, Ada mobil yang berhenti didepanya, Sasha tau mobil itu. Dia memutar bola mata malasnya, Pagi-pagi moodnya harus anjlok, Kenapa makhluk menyebalkan ini selalu muncul?.

Orang tersebut turun dari mobilnya, Dan menghampiri Sasha, lagi-lagi Sasha memutar bola mata malasnya.

"Ngapain?" Tanya Sasha dingin. Orang tersebut menyeringai tipis, Rencana awal, Membuat Sasha sengsara, Entah akan ada perubahan atau tidak, Yang pasti dia tidak akan melepaskan Sasha untuk alasan baik ataupun buruk.

Reynald.

"Lo lupa? Hari ini hari pertama Lo jadi babu, Dan Lo harus berangkat bareng Gue" Jawab Reynald dengan senyum evilnya.

Sasha mendengus kesal, Tanpa basa-basi, Dia langsung masuk ke mobil Reynald, Dia sedang malas bicara, Kebiasaan dinginya muncul lagi. Reynald yang melihat itu hanya tersenyum puas.

Reynald masuk ke dalam mobilnya, Dia langsung saja melajukan mobilnya ke Sekolahnya, SMA BRAMAWIJAYA.

"Kenapa pake masker?" Tanya Reynald tanpa menatap Sasha, Dia masih fokus dengan jalanan. Sasha hanya diam, Tak menjawabnya, Malas.

"Jawab Sha" Geram Reynald, Dia tidak suka di acuhkan. Sasha menatap Reynald datar, Sembari membuka maskernya.

Reynald melihatnya, Wajah Sasha sedikit lebam karena mungkin akibat luka semalam. Tangan kiri Reynald terulur mengusap pipi Sasha yang terluka.

"Ssshh" Ringin Sasha sembari melepaskan Tangan Reynald dari wajahnya. Kenapa Reynald jadi tidak tega, Tidak, Dia harus kembali ke niat awal.

Reynald memberhentikan mobilnya sebentar, Memindahkan Sasha ke dalam pangkuanya. Sasha pun memberontak.

"Lo apa-apaan sih, Gue bisa duduk sendiri" Sentak Sasha memberontak.

"Lo diam atau Gue gak segan untuk bertindak kekerasan" Ancam Reynald menatap tajam Sasha, Sasha masih saja memberontak, Itu membuat Reynald marah.

Reynald pun melingkarkan tangan kirinya ke leher Sasha, Menekanya kuat. Sasha mencoba melepaskan tangan Reynald dari lehernya, Kenapa dia selalu lemah di hadapan Reynald, Dia benci itu.

"Lepashhh, G-Gue" Sasha tak bisa melanjutkan ucapanya lagi, Tubuhnya lemas, Nafasnya terasa habis. Sasha benci Reynald.

Reynald tersenyum tipis melihat tubuh tak berdaya Sasha kini bersandar padanya, Tangan kiri Reynald melingkar ke perut Sasha. Reynald bisa menjadi kasar, Namun sedetik kemudian bisa menjadi penolong Sasha.

"Andai Lo nurut Sha, Gue gak akan pernah kasar sama Lo" Gumam Reynald pelan, Sasha bisa mendengar itu.

"Lo brengsek Rey" Ucap Sasha lemah, Entah sudah berapa kali dia mengatakan itu, Tapi Reynald memang brengsek.

Reynald tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya pelan. Setelah itu mobil Reynald telah sampai di SMA BRAMAWIJAYA.

Reynald tak langsung turun, Dia masih mendekap tubuh Sasha yang lemah.

"Lo harus nurut sama Gue, Atau Gue gak akan segan-segan untuk kasar sama Lo" Bisik Reynald tajam. Sasha menggeleng cepat, Dia tidak sudi.

"Gue gak mau dan gak akan pernah" Sentak Sasha. Reynald menyeringai tipis. Dia kembali melingkarkan tanganya ke leher Sasha, Mencekiknya.

"Rey, Lepashh" Sasha memberontak, Mencoba melepaskan tangan Reynald yang berada di lehernya. Reynald belum melepaskannya.

"Turuti atau mati" Bisik Reynald tajam tepat disamping telinga Sasha.

Sasha hanya bisa mengangguk pasrah, Ini masih pagi, Namun tenaganya sudah habis karena Reynald. Reynald pun tersenyum puas melihat Sasha yang pasrah, Dia pun melonggarkan tanganya yanga berada di leher Sasha.

"Lo uhukk, Bisa gak sih gak bikin Gue sesak nafas" Sentak Sasha lemah. Bahkan untuk bicara saja dia agak susah.

"Bisa, Kalo Lo nurut" Jawab Reynald dengan seringainya. Sasha menatap Reynald dengan tatapan kebencian.

"Gue gak kuat Rey" Ucap Sasha sangat lemah, Kenapa Reynald selalu membuatnya ingin pingsan?

Reynald menahan tubuh Sasha yang sudah tak berdaya, Dia sedikit kasihan kepada Sasha, Emm bukan kasihan tapi peduli?.

"Gue tau Lo kuat Sha" Gumam Reynald menatap Sasha yang sedang mengatur nafasnya yang sedang tersenggal-sengal. Tangannya terulur merapihkan anak rambut Sasha yang sedikit berantakan.

Sasha menatap Reynald redup, Dia benci ketika terlihat lemah di hadapan Reynald, Sasha sangat benci itu. Sasha melepaskan tangan Reynald yang melingkar diperutnya, Menghembuskan nafas panjang.

"Gue turun, Lo mau sampai kapan disitu?" Tanya Sasha dingin.

Dia pun turun dari mobil Reynald, Seluruh Murid SMA BRAMAWIJAYA menatap Sasha kaget, Tidak ada perempuan yang pernah naik ke dalam mobil Reynald, Dan kini, Seorang Sasha Margaretta, Seseorang yang berhati beku, Dapat memasuki mobil Reynald, Dengan mudah. Sasha tidak memperdulikan ucapan murid yang kini sedang membicarakannya.

Reynald yang melihat itu hanya tersenyum tipis dan menggeleng-gelengkan kepalanya samar, Dia sudah tau Sasha adalah orang yang kuat, Dia tau itu. Bahkan dia sedikit kagum dengan Sasha, Entah karena alasan apa itu.

Reynald menyusul Sasha, Merangkul leher Sasha, Berjalan disampingnya, Tak memperdulikan semua tatapan aneh yang diarahkan ke arahnya dari para Murid. Bagaiman tidak aneh? Reynald tidak pernah dekat dengan seorang Perempuan, Bahkan sangat anti.

Sasha menatap Reynald sengit.

"Jangan di leher" Ucap Sasha pelan, Mencoba melepaskan tangan Reynald yang merangkul lehernya.

"Kenapa, Takut?" Tanya Reynald menatap Remeh Sasha. Sasha menghembuskan nafasnya lelah.

"Rey" Ucap Sasha lelah, Dia sangat ingin menjauh dari Orang yang bernama Reynand ini.

Reynald menulikan pendengaranya.

Hingga akhirnya mereka berdua sampai di depan kelas Sasha, Kelas 11 Bahasa 3.

Reynald berhenti di hadapan Sasha, Dia menahan Sasha yang hendak masuk ke kelasnya. Sasha menatap Reynald bertanya.

"Istirahat pertama Lo harus nyamperin Gue ke kantin, Kalo gak, Lo tau akibatnya" Bisik Reynald tepat di depan wajah Sasha. Sasha sampai menahan nafasnya.

Reynald tersenyum tipis dan meniup Wajah Sasha yang kini tidak berkedip. Sasha pun mengerjapkan matanya beberapa kali, Sungguh itu membuat Reynald gemas. Reynald mengacak pelan rambut Sasha, Itu membuat Sasha tersadar.

"Berantakan Rey" Peringat Sasha kesal, Dia merapihkan kembali rambutnya. Reynald tersenyum simpul.

"Ingat kata-kata Gue tadi" Peringat Reynald sebelum pergi meninggalkan Sasha yang kini sedang memegangi dadanya, Detak jantungnya berdetak cepat.

Sasha menggelengkan kepalanya pelan, Dia tidak bisa terus seperti ini. Dai pun masuk ke dalam kelasnya, Tanpa sadar, Sudut bibirnya membentuk senyuman tipis.

Ternyata sahabatnya itu sudah masuk sekolah, Dia sedikit khawatir kemarin.

"Kenapa Lo?" Tanya Sasha dengan datar, Namun sahabatnya tau bahwa Sasha kawatir.

"Sakit Ca" Jawab Fani dengan cemberut, Mengerucutkan bibirnya lucu. Sasha sedikit tersenyum simpul.

"Segitu takutnya Lo sama Geng ADLER?" Tanya Sasha meremehkan. Fani mendelik kesal, Dai memang Takut, Tapi alasan sakitnya bukan itu.

"Ih udah ah" Jawab Fani kesal. Sasha tersenyum simpul, Kini hanya sahabatnya yang menjadi kebahagiaannya.

Setelah itu susana kelas menjadi hening, Karena guru yang mengajar sudah masuk ke dalam kelasnya.

 

~Skip Istirahat~

 

Sasha tidak menuruti perintah Reynald tadi, Dia kini malah berada di ruangan musik. Dia tidak perduli dengan apapun yang Reynald lakukan kepadanya nanti, Tidak ada yang membuatnya takut.

Sasha duduk menghadap ke piano, Tangannya terulur untuk menekan tuts piano. Menghasilkan nada yang merdu yang menyebar ke seluruh ruangan musik ini

I'm so lonely broken angel

I'm so lonely listen to my heart

Tangan mungilnya menari Anggun di atas tuts piano, Ditambah suaranya yang merdu, Serta penuh penghayatan.

I'm so lonely broken angel

I'm so lonely listen to my heart

One n' only, broken angel

Come n' save me before I fall apart

Andai ada yang tau, Seberapa kesepian dirinya, Selalu sendiri, Terjebak dalam kejadian masa lalu.

I'm so lonely broken angel

I'm so lonely listen to my heart

One n' only, broken angel

Come n' save me before I fall apart

Dengarkanlah dia bernyanyi, Resapilah, Kau akan tau apa yang dia rasakan, Dunia kejam pada Sasha, Sasha sampai tak sadar air matanya kini sudah ada di pelupuk.

La la Leyli, la la Leyli, la la la la la

La la Leyli, la la Leyli, la la la la la

I'm so lonely broken angel

I'm so lonely listen to my heart

One n' only, broken angel

Come n' save me before I fall apart

I'm so lonely broken angel

I'm so lonely listen to my heart

One n' only, broken angel

Come n' save me before I fall apart

La la Leyli, la la Leyli, la la la la la

La la Leyli, la la Leyli, la la la la la

Sasha menghentikan nyanyianya, Seiring air mata yang terjatuh dari pelupuk matanya, Andai saja ada orang yang mau diajak berbagi beban. Namun apa daya, Dia sendirian disini. Keluarga pun sekarang dia tak punya, Bukan tak punya, Namun kini dia tidak dianggap oleh keluarganya.

Sasha merasakan tangan kekar melingkar di perut dan lehernya, Dia tau wangi ini, Reynaldi Bagaskara. Untuk apa dia kesini?. Sasha menghapus kasar air mata yang tadi sempat jatuh, Sialan memang.

"Lonely Angel'S" Gumam Reynald yang saat ini memeluk Sasha dari belakang.

Sasha terdiam, Yah memang benar, Namun dia tidak pernah mengaku bahwa dia Angel's, Orang lain yang menilainya, Seorang Malaikat kesepian.

Sasha hendak melepaskan tangan Reynald, Namun Reynald menahanya.

"Reynald" Ucap Sasha pelan.

Reynald berdehem pelan, Dia menatap lurus kedepan, Menumpukan dagunya di pundak Sasha. Dia mendengar nyanyian Sasha, Itu seakan menjadi keluh kesah dari Sasha. Melihat air mata itu lolos dari mata teduh milik Sasha, Membuat hatinya sedikit teriris. Reynald tidak tau beban apa yang Sasha tanggung, Hingga menyebabkan Sasha Menjadi seorang yang kesepian.

Reynald menggelengkan kepalanya samar, Ini saatnya Dia marah. Kenapa Sasha tidak melakukan perintahnya.

"Kenapa Lo gak ke kantin hmm?" Tanya Reynald lembut namun tajam. Sasha diam saja, Enggan untuk menjawab pertanyaan Reynald.

"Kenapa Sha?" Tanya Reynald lagi, Kalo ini dengan nada tegasnya. Sasha menggeleng pelan.

"Apa kurang cukup Ancaman Gue Sha?" Tanya Reynald tajam. Tangan yang ada di leher Sasha mulai menguat. Sasha sudah siap menahan.

"Lepas Rey" Pinta Sasha pelan. Dia sedang tidak ingin ada kekerasan sekarang.

"Apa yang Lo mau?" Tanya Sasha pasrah.

Reynald tersenyum puas, Dia melonggarkan tangan yang ada di leher Sasha.

"Ke kantin" Jawab Reynald singkat, Sasha mengangguk patuh.

Sasha melepaskan tangan Reynald dan mulai melangkah ke kantin terlebih dahulu. Reynald pun langsung menyusul Sasha, Dan berjalan di sampingnya.

"Pesenin bakso sama es teh" Suruh Reynald seenak jidat, Dia pun langsung duduk di meja pojok bersama teman-temannya.

Sasha menatap Tajam Reynald, Ingin sekali membunuhnya sekarang.

"Kalo Lo gak mau..." Sasha langsung memotong Ucapan Reynald.

"Iya-iya" Potong Sasha cepat, Dengan pasrah dia menuju Stand makanan, Memesan pesanan Reynald Reynald sekalian pesanannya juga.

Setelah itu Sasha menghampiri Reynald sembari membawa pesanannya. Setelah sampai dia langsung meletakannya ke meja Reynald, Sasha hendak melangkah pergi, Namun tanganya di tajam Reynald.

"Duduk disini" Perintah Reynald dingin, Sasha hendak protes.

"Gue mau sama temen Gue Rey" Bisik Sasha penuh penekanan. Reynald menatap tajam Sasha.

"Suruh temen Lo duduk disini" Suruh Reynald. Sasha menghembuskan nafas pasrah, Dia dibawah kendali Reynald saat ini.

"Gue mau nyamperin dia dulu" Ucap Sasha dingin. Reynald melepaskan tangan yang menahan Sasha tadi.

Sasha pun menghampiri Fani dan mengajaknya duduk di meja Geng ADLER. Fani ikut saja, Lagi pula dia sudah tidak takut.

"Eh ada dedek gemes" Celetuk Farhan yang baru datang dengan ke tiga temanya. Teman-teman Reynald kini sudah duduk di meja masing-masing.

Sasha hanya memutar bola mata malas dan melanjutkan memakan makanannya.

"Lo kenapa pake Hodie?" Tanya Zacki kepada Sasha.

"Sakit" Bukan Sasha yang menjawab melainkan Fani, Karena Fani tau Sasha tidak akan menjawab perkataan Zacky karena menurutnya tak penting.

"Terus kenapa tangan Lo diperban?" Tanya Zacky lagi.

"Luka" Fani yang menjawab lagi. Zacky menatap kesal Fani yang kini sedang memakan makananya santai.

"Gue tanya sama temen Lo, Bukan sama Lo" Ucap Zacky kesal.

Fani hanya menatap Zacky dan tersenyum remeh. Fani tidak akan takut lagi sekarang, Dia tau kenapa Sasha menggunakan Hodie dan perban, Itu karena seseorang yang ada didepanya ini.

"Berisik" Ucap Sasha dingin, Zacky langsung mingkem, Mendengar suara Sasha yang tajam dan menusuk membuatnya sedikit takut.

"Haha, Dedek gemas tuh gak mau sama Lo, Dia maunya sama gue, Kan Sasha?" Celetuk Fino sembari menggoda Sasha.

Sasha menatap datar Fino kemudian kembali melanjutkan kegiatan makan nya. Fino mendengus sebal.

"Haha, Dia tuh gak mau sama Lo Lo pada, Kalian cuma remahan rengginang" Ejek Farhan tertawa pelan. Zacky dan Fino langsung saja menatap tajam Farhan.

"Halah Dia juga gak mau sama Lo kali" Ejek Zacky balik. Farhan mendengus kesal. Fino pun tertawa puas.

Reynald kini menatap datar teman-temanya itu, Entah kenapa dia jadi tidak suka kalau Sasha digoda oleh lelaki lain.

Reynald tak sengaja memegang tangan Sasha yang ada di bawah meja, Dan sialnya itu adalah tanganya yang terluka. Sasha menatap Reynald dengan tatapan menahan sakit.

"Rey" Bisik Sasha pelan. Reynald menatap bertanya kearah Sasha.

"Sakit" Bisik Sasha mendekat ke arah Reynald, Posisinya sekarang Sasha berada disamping Reynald.

Reynald tersadar dan melepaskan tanganya, Dia menatap Sasha...khawatir?

"Sialan Lo" Desis Sasha dengan berbisik. Kenapa Reynald menjadi merasa bersalah?

"Sorry" Ucap Reynald pelan, Hanya Sasha yang bisa mendengar itu. Sasha hanya mengangguk samar.

"Weh bisik-bisik Lo berdua, Ada apaan?" Celetuk Farhan bingung, Yang lainya juga menatap bingung ke arah Sasha dan Reynald, Hanya ada satu yang menatap dingin Sasha, Diksi.

Sasha mengubah wajahnya menjadi datar, Dia tidak berminat menjawab pertanyaan itu.

Tanpa sengaja ada seorang murid yang menyenggol mangkuk bakso milik Sasha, Dan sialnya bakso itu masih sedikit panas, Karena itu juga belum habis sepenuhnya, Kuah bakso itu tumpah mengenai tangan Sasha yang terluka. Sasha langsung menjerit kesakitan.

"ARGGHH" Teriak Sasha kesakitan, Dengan sigap Reynald yang berada di sampingnya langsung memegang tangan Sasha itu, Dan ternyata yang terkena adalah tangan kiri Sasha, Dimana ditangan itulah pergelangan Sasha terluka.

"LO KALO JALAN LIAT-LIAT DONG, PUNYA MATA GAK" Sentak Fani mendorong tubuh siswa yang tadi menyenggol bakso Sasha.

Diksi yang melihat itu langsung saja menahan Fani. Fani kini emosi, Fani tau tangan Sasha terluka, Dan Ditambah lagi dengan tersiram kuah bakso, Itu pasti menyakitkan, Apalagi di pergelangan tangan, Yang dimana itu adalah tempat Nadinya.

"Rey, Sakit" Rintih Sasha pelan, Tangannya sangat panas, Pergelanganya terasa mati rasa.

Reynald mendekat ke arah Sasha, Dia mendekap Sasha dari samping, Dia membuka lengan Hodie Sasha, Perbanya berwarna merah, menandakan Luka Sasha kembali berdarah. Reynald langsung menatap tajam Siswa yang menyenggol itu.

"Jangan harap Lo selamat setelah ini" Peringat Reynald tajam, Siswa itu langsung menunduk takut.

Setelah memberikan peringatan, Reynald langsung saja menggendong Sasha ala Bridal Style, Dia menggendong Sasha ke UKS. Meninggalkan teman-temanya yang menatap Sasha khawatir, Salah satu diantara mereka menatap Keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Reynald menendang pintu UKS dengan kencang, Mengagetkan Siswi yang sedang berjaga Di UKS.

"Lo obati dia, Sekarang" Perintah Reynald tajam, Dia membaringkan Sasha di brankar, Sasha kini mengeluarkan air matanya.

Anak PMR Itu langsung mengangguk cepat, Dia langsung mengobati luka Sasha, Dia mengobati Sasha dengan telaten, Dan mengganti perban Sasha dengan yang baru.

"S-sudah Kak" Ucap anak PMR itu menatap Reynald takut-takut. Reynald menatap Sasha yang masih mengeluarkan air matanya.

"Keluar" Perintah Reynald tajam tanpa menatap Anak PMR itu, anggota PMR itu langsung saja keluar dari UKS dengan hati yang dongkol.

Reynald mendekat ke arah Sasha, Dia duduk di kursi samping Brankar, Menggenggam lembut tangan telapak tangan Sadha, Menyelipkan jarinya diantara jari tangan Sasha.

"Jangan nangis, Lo kuat" Ucap Reynald pelan, Sasha masih saja menangis. Tangannya sangat sakit sekali.

"Gak ada yang boleh nyakitin Lo, Kecuali Gue" Gumam Reynald pelan, Tangan kanannya terulur untuk mengusap kepala Sasha lembut, Sedangkan yang kiri masih menggenggam tangan Sasha.

Sasha mendengar itu, Dia bingung sendiri dengan Reynald, Apa maksudnya?.

"Gue mau pulang" Pinta Sasha mencoba meredakan tangisnya, Tangannya mati rasa sekarang. Reynald langsung mengangguk.

Reynald menyelipkan tanganya tengkuk dan lipatan kaki Sasha, Dai hendak menggendong Sasha.

"Gue bisa jalan sendiri" Tolak Sasha lemah, Reynald tak memperdulikan itu, Dia langsung membawa Sasha kedalam mobilnya, Reynald mendudukan Sasha dipangkuanya.

Reynald pun mulai melajukan mobilnya, Bukan menuju ke rumah Sasha, Melainkan ke rumahnya.

"Rey, Kerumah gue aja" Pinta Sasha lemah. Reynald tidak menggubris permintaan Sasha, Dia membawa Sasha kerumahnya.

Reynald terus melakukan mobilnya ke arah rumahnya, Setelah sampai, Reynald pun membawa Sasha kedalam rumahnya, Dia membawa Sasha masuk ke kamarnya. Reynald membaringkan tubuh Sasha yang tidak berdaya.

Reynald menatap Sasha khawatir, Sasha melihat tatapan itu. Andai ada yang mengkhawatirkanya sedikit saja, Dia akan senang sekali. Namun itu hanya Andai, Nyatanya tidak ada yang pernah khawatir padanya.

Getaran ponsel Di saku Reynald mengalihkan perhatian, tertera naman Zacky disana. Reynald langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Lo sama Sasha dimana?" Tanya Zacky sedikit panik.

"Pokoknya Gue mau lihat Sasha sekarang, CACA DIMANA, LO BAWA CACA KEMANA?" Teriakan itu berasal dari sahabat Sasha, Fani.

Reynald menjauhkan ponsel dari telinganya, Telinganya terasa berdengung mendengar teriakan itu.

"Di rumah Gue" Jawab Reynald singkat, Setelah itu Zacky langsung memutuskan sambungan telponya.

Reynald kembali menatap Sasha yang saat ini memejamkan matanya rapat-rapat, Untuk mengurangi rasa sakitnya. Reynald membaringkan tubuhnya disamping Sasha, Dia memeluk Sasha dari samping, Entah kenapa melihat Sasha kesakitan, Dia menjadi ikut merasakan sakit.

"Rey" Ucap Sasha lemah. Reynald menatap Sasha khawatir.

"Kenapa?" Tanya Reynald lembut. Sasha terdiam kemudian menggeleng, Melihat tatapan khawatir dari Reynald membuat hatinya sedikit menghangat.

Brakk

Ada yang membuka pintu kamar Reynald dengan kencang, Orang itu langsung saja melepas paksa pelukan Reynald.

"Minggir Lo" Ucap orang itu menatap Reynald tajam, Reynald pun menyingkir, Dia menatap datar orang yang menyuruhnya, Fani.

"Ca, Lo gak papa kan?" Tanya Fani panik, Dan khawatir, Sasha tersenyum tipis kemudiam menggeleng, Tanda bahwa dia baik-baik saja.

"Gue baik-baik aja" Jawab Sasha lemah. Fani tersenyum lega.

"Jangan pernah nyakitin diri Lo sendiri lagi Ca, Dan untuk siswa yang tadi, Udah Gue Kasih pelajaran, Lo tenang aja" Ucap Fani lembut, Dia tau seluk beluk Sasha, Dia tidak ingin Sasha melukai dirinya sendiri.

Tak lama kemudian, Ada yang ikut masuk ke dalam Kamar Reynald, 4 orang.

Fani menatap tajam salah satu orang itu, Dia benar-benar kecewa dengan orang itu. Fani memberi sinyal, Menyuruh orang itu untuk keluar bersamanya. Fani pun melangkah keluar dari kamar Reynald, Di ikuti orang itu. Mereka tidak menaruh curiga sama sekali, Dani dengan alasan ingin ke toilet, Dan orang itu dengan alasan ingin mengambil minuman.

Reynald kembali menghampiri Sasha yang masih berbaring di kasurnya, Dia duduk di tepi kasur dengan tangan yang mengusap kepala Sasha lembut.

"Bentar-bentar, Kok kalian udah deket aja sih?" Tanya Farhan bingung.

"Wah jangan-jangan ada yang gak beres nih" Tuduh Fino mendekat ke arah Reynald dan Sasha. Reynald memutar bola mata malas dan menjitak kepala Fino keras. Zacky dan Farhan yang melihat itu tertawa keras.

"Bos, Lo mah KDRT mulu" Ucap Fino kesal sembari mengusap-usap kepalanya.

"Gak sih, Muka kayak Lo emang pas banget buat disiksa" Celetuk Farhan dengan masih tertawa. Fino mendengus kesal dan menampar keras pantat Farhan, Farhan sampai memekik kaget.

"Anji** Lah" Umpat Farhan kesal, Dia menatap tajam Fino.

"Rasain nih, Nih, nih" Farhan tertawa puas sembari terus memukul Fino menggunakan bantal guling milil Reynald. Dan terjadilah aksi tom an jerry.

Sedangkan Zacky kini tertawa terbahak-bahak melihat tingkah teman gesreknya ini.

Sasha sedikit terhibur dengan tingkah ajaib dari teman-teman Reynald, Tanpa sadar dia tersenyum tulus.

"Cantik" Gumam Reynald pelan saat melihat senyum dari Sasha. Sasha tersadar dan mengubah raut wajahnya lagi menjadi datar.

"Akan lebih cantik kalo Lo senyum Sha" Ucap Reynald pelan, Tangannya mengusap pipi Sasha lembut.

Sasha tak bisa menyembunyikan rona merah di pipi nya, Dia pun menutup Wajahnya menggunakan telapak tanganya.

Reynald sedikit terkekeh geli. Tunggu apa terkekeh? Dia tidak pernah melakukan itu, Apalagi untuk perempuan.

"Ehm, Nyamuk banyak banget sih" Celetuk Zacky dengan berpura-pura mengusir nyamuk.

"Lo mau kejar-kejaran sampe kapan elah" Ucap Zacky mulai jengah karena temanya belum selesai dengan aksi kejar-kejaranya.

"Tau nih, Huh-huh" Jawab Farhan dengan nafas tersenggal-sengal.

Reynald yang melihat itu pun langsung mengambil minum di dapurnya, Kasihan dia melihat teman-temanya itu.

.

♡♡♡♡

"Mau sampai kapan Lo kayak gini dik?" Tanya Fani lirih kepada orang yang ada didepanya ini, Salah satu Orang yang menjadi alasan Sasha depresi.

Diksi terdiam, Dia tidak tau, Ego selalu mengalahkanya.

"Gue gak tau" Jawab Diksi pelan.

"Semalam Caca hampir mengakhiri hidupnya lagi Dik, Apa Lo gak kasihan liat dia yang terus-terusan putus asa?" Tanya Fani dengan memalingkan wajahnya. Diksi tertegun.

"Kejadian dulu bukan sepenuhnya salah Caca, Dik" Lirih Fani.

"Gue juga dulu marah sama Caca, Tapi Gue akhirnya sadar, Caca gak sepenuhnya salah dalam hal ini" Lanjutnya, Air matanya sudah menetes, Hatinya juga sakit mengingat kejadian dulu.

"Kita pernah sahabatan Dik, Lo, Gue, Caca dan 'Dia', Apa Lo udah melupakan persahabatan kita?" Tanya Fani Lirih, Air matanya semakin turun deras.

Diksi menggeleng pelan, Tidak, Dia tidak pernah melupakan persahabatan itu. Diksi mendekap Fani erat.

"Kasihan Caca Dik, Dia ngerasa kehilangan, Tapi saat itu keluarganya gak ada disampingnya termasuk Lo, Padahal 'Dia' orang yang paling dekat dengannya, Orang yang punya ikatan batin dengannya. Bahkan Caca gak tau sekarang 'Dia' Dimana dan Caca gak tau keadaanya, Dan kita yang sebenarnya tau malah menyembunyikanya. Apa kita gak keterlaluan Dik? Caca kesepian Dik, Dia kesepian" Jelas Fani menangis tersedu-sedu.

"Maaf Fan, Tapi saat Gue lihat Caca, Gue selalu ingat kejadian itu, 'Dia' juga orang terdekat Gue bahkan kita juga punya ikatan" Jawab Diksi merasa bersalah, Tapi itulah kenyataanya, Dia tidak bisa menatap Wajah sendu Sasha, Itu membuatnya mengingat kejadian dulu, Hatinya terasa sakit.

Fani semakin menangis dalam pelukan Diksi, Dia sangat sedih saat melihat Sasha yang kesepian, Bahkan di penjara oleh penyesalan.

"Caca merasakan apa yang 'Dia' Rasakan Dik" Gumam Fani pelan. Diksi tau itu, Ikatan batin mereka sangat kuat.

Diksi memperekat pelukanya.

Tanpa disadari keduanya, Pemilik rumah ini mendengar semua percakapan mereka. Siapa 'Dia'? Apa kesalahan Sasha dulu? Apa yang membuat Sasha kesepian? Kenapa Sasha di hantu penyesalan? Apa hubungan Diksi, Sasha, Fani Dan 'Dia'? 'Dia' yang dimaksud siapa? Semua pertanyaan itu muncul dalam kepalanya membuatnya pusing sekaligus bingung.

#2, BROKEN ANGEL'S

Sasha kini sedang menonton TV dirumahnya, Tadi siang, Dia diantarkan ke rumahnya oleh Reynald, Itu juga karena Sasha yang bersikeras untuk pulang, Kalau tidak, Reynald tidak akan mengijinkan Sasha pulang.

Sasha sedang menonton Film Genre action kesukaan dirinya. Dia memang menyukai Genre Action, Apapun yang bergenre Action ia sukai. Apalagi ini film Psikopat.

Melihat adegan pembunuhan membuat hasrat membunuhnya keluar, dia berusaha menahanya, Namun dia tidak bisa menahanya lagi, Saat melihat adegan pembantaian.

Sasha mengambil jubah hitamnya sepanjang pahanya, Menutupi kaos merah polos dan hotpants yang ia kenakan, Dia menutup kepalanya menggunakan jubah bertudung itu.

Sasha pun akhirnya berjalan keluar rumahnya, Mencari mangsa di malam hari, Berbekal pisau lipat yang ia simpan dibalik Hodienya. Pisau lipat berukuran 'Angel's' Itu adalah miliknya, Hanya miliknya.

♡♡♡♡♡

"Orang Psikopat manggil ibu hamil apa?" Tanya Farhan dengan wajah misteriusnya. Inti ADLER menggeleng, tidak tau.

"Gitu aja gak bisa" Ucap Farhan tertawa remeh, Fino melemparinya dengan menggunakan kulit kuaci yang ia makan.

"Udah jawab aja sekarang" Ucap Zacky tak sabaran. Farhan menarik nafasnya dalam-dalam.

"Kinder joy"

Krik-krik

Semuanya menatap datar Farhan, Namun sedetik kemudian mereka tertawa terbahak-bahak. Kenapa lawakannya receh sekali.

"Kok Gue gak tau ya anjirrr" Ucap Doni masih tertawa terbahak-bahak.

"Ya Lo jajannya Choki-Choki mulu si" Jawab Farhan ngasal.

Itu membuat semua anggota ADLER semakin tertawa, Oh ya, Sekarang mereka sedang berada di Markas ADLER.

"Bajinga*" Zacky semakin tertawa terbahak-bahak, Demi apa itu menurutnya lucu.

Reynald hanya terkekeh pelan, Mendengar candaan teman-temanya yang unfaedah itu. Tapi Mengingat tentang Psikopat, Kenapa pikiranya tertuju pada Sasha, Apa yang terjadi??

Perasaan Reynald tidak enak sekarang, Kenapa dia menjadi gelisah. Tak mau lama memikirkan dia langsung mengambil kunci motornya.

"Mau kemana bos?" Tanya Kiki, Salah satu anggota Geng ADLER.

"Halah itu mah paling mau ngapel" Fino yang menjawab. Reynald memutar bola mata malas.

"Oh ya, Bos udah punya pacar? Kapan-kapan ajak pacarnya kesini dong bos" Celetuk Indra, Dia juga salah satu Anggota Geng ADLER.

Reynald hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja, Dia tidak berniat menjawab pertanyaan teman-temanya.

Sementara Diksi, Dia terlihat gelisah, Dia sebenarnya tidak ingin melihat Sasha dekat dengan Reynald, Hanya dia yang tau alasanya.

Reynald pun menstater motornya, Dia bergegas melakukan motornya. Malam ini terasa dingin baginya, Walaupun dia menggunakan jaket Ketua ADLER namun tetap saja, Dinginnya malam menusuk kulitnya.

Saat ditengah perjalanan, Ekor matanya tak sengaja melihat dua orang berpakaian hitam yang sudah tak berdaya dan satu orang berjubah hitam, Reynald tidak tau itu perempuan atau laki-laki, Namun perkiraannya adalah perempuan.

Reynald melihat sosok berjubah itu mengambil pisau lipat di dalam jubahnya, Dia hendak menusuk dua orang yang sudah tidak berdaya itu.

Apa? Menusuk? Reynald cepat-cepat memberhentikan motor nya, Dia langsung menghampiri sosok berjubah itu.

"Berhenti" Ucap Reynald dingin, Tangannya menahan tangan orang berjubah itu.

"Kalian berdua pergi" Suruh Reynald kepada dua orang yang sudah terkapar lemah itu, Sontak keduanya langsung berlari dengan kaki sedikit pincang.

Orang berjubah itu langsung mencoba melepaskan cekalan tangan Reynald. Namun Reynald mencekalnya begitu kuat.

Tangan Reynald bergerak untuk membuka tudung kepala Orang berjubah itu. Dan.. Terbuka. Sasha.

"Lepas Rey, Gue butuh pelampiasan" Ucap Sasha lirih, Dia tidak bisa menahan hasrat membunuhnya yang begitu kuat.

Reynald tak membiarkan Sasha lepas begitu Saja.

"Tahan Sha" Ucap Reynald menyuruh Sasha untuk menahan keinginannya. Sasha menggeleng lemah.

"Lepas Rey, Gue mohon sekali ini aja" Pinta Sasha memohon dengan sangat. Reynald tidak akan melepaskan Sasha.

"Lo harus tahan keinginan Lo Sha" Peringat Reynald tajam.

Persetan dengan itu, Sasha kini memberontak meminta dilepaskan tanganya. Reynald tak diam saja, Seperti biasa dia melingkarkan tanganya ke leher Sasha, Menekannya kuat. Sasha terus saja memberontak.

"Rey, Gue mohon" Mohon Sasha mulai kehabisan nafas dan tenaga, Tubuhnya mulai melemah.

"Lo harus bisa mengendalikan jiwa Psikopat Lo itu Sha" Peringat Reynald tegas, Dia masih melingkarkan tanganya di leher Sasha.

Sasha melemah, Dia sudah berhenti memberontak, Sungguh dia tidak bisa menahan itu, Dia sangat ingin melampiaskan semuanya sekarang, Tolong.

"Gue butuh pelampiasan Rey" Lirih Sasha, Dia akui dia memang pecundang, Selalu ingin melampiaskan kepada orang lain.

"Gak seharusnya Lo melampiaskanya kepada orang lain Sasha" Ucap Reynald tajam. Sasha menggeleng, Lalu apa yang harus menjadi alat untuk pelampiasanya.

Reynald berpikir sebentar, Bagaimana caranya membawa Sasha pulang, Tidak mungkin ia harus membonceng Sasha dimotornya, Karena kondisi Sasha sedang lemah sekarang.

Reynald mengirim pesan kepada Diksi, Dia mengirim lokasinya sekarang, Dan menyuruh Diksi kesini untuk mengambil motornya.

Setelah itu Reynald menyetop taksi yang lewat. Dia membawa Sasha paksa ke dalam taksi itu.

Taksi pun mulai melaju, Reynald memberikan alamat rumah Sasha. Taksi itu melaju ke rumah Sasha. Reynald kini terus menatap Sasha yang sedang berusaha menahan keinginannya itu. Reynald merangkul Sasha dari samping.

Setelah taksi itu sampai didepan rumah Sasha, Reynald langsung membawa Sasha masuk kesal rumahnya, Namun sebelum itu ia membayar taksi tersebut.

Reynald membawa Sasha ke ke kamar Sasha, Keadaanya masih sama, Sepi. Sebegitu kesepiannya kah seorang Sasha?.

Sasha mencoba memberontak lagi, Dengan sisa-sisa tenaganya dia memberontak, Reynald langsung saja menahanya.

"Tahan Sha" Peringat Reynald dingin. Sasha kini bergelut dengan dirinya sendiri.

Jiwa pembunuh dan akal sehatnya kini berlawanan.

"Rey, Gue gak bisa" Dengan Sasha terus memberontak.

Reynald menghembuskan nafasnya, Dia kembali melingkarkan tanganya ke leher Sasha, Menekanya kembali, Dia melakukan itu agar Sasha kehilangan tenaganya.

"Rey, Untuk kali ini, Gue mohon sama Lo, Biarin Gue membunuh, Biarin Gue untuk melampiaskan semuanya" Ucap Sasha lemah. Dia sudah tidak kuat sekarang, Bagaimana dia harus menahannya lagi??

Reynald menghembuskan nafas pelan.

"Lampiaskan semuanya ke Gue Sha" Ucap Reynake yakin, Dia melepaskan tanganya dan bersiap untuk mendapat luka dari Sasha.

Sasha menatap Reynald ragu, Dia menggeleng, Tidak, Dia tidak bisa melukai Reynald.

"Cepat Sha" Desak Reynald, Dia menarik tangan Sasha yang kini memegang pisau lipatnya, Mendekatkanya ke arah tanganya, Membiarkan Sasha melampiaskan semuanya padanya.

Saat jarak pisau lipatnya dengan tangan Reynald tinggal satu senti saja, Sasha tidak sanggup, Dia tidak bisa melukai Reynald.

Sasha menjatuhkan pisaunya dan menubruk dada bidang Reynald, Memeluknya Erat dan menangis sejadi-jadinya, Lemahnya hanya akan terlihat didepan Reynald, Sasha benci itu.

Reynald membalas pelukan Sasha tak kalah erat, Sebenarnya dia tidak tega melihat Sasha tersiksa karena menahan hasrat membunuhnya, Dia tau betapa sulit menahan itu.

"Gue gak bisa Rey, Gue gak bisa" Suara dan isakan Sasha teredam oleh dada bidang Reynald.

"Lo harus mulai belajar untuk mengendalikan jiwa Psikopat Lo Sasha" Ucap Reynald pelan. Sasha menggeleng, Dia tidak bisa mengendalikan itu.

Reynald melepaskan pelukanya, Dia mengambil pisau lipat Sasha dan menyimpannya di saku jaketnya. Dia kembali menatap Sasha yang masih menangis.

Reynald menggendong Sasha tiba-tiba dan membaringkan tubuh Sasha di kasurnya. Reynald ikut berbaring disamping Sasha.

"Tidurlah" Ucap Reynald lembut. Sasha masih sedikit sesenggukan, Namun tak urung juga dia mengikuti perintah Reynald.

"Lo buat Gue ragu Sha, Gue ragu untuk melanjutkan niat awal atau mengubah niat itu, Tapi satu yang pasti, Gue gak akan pernah melepaskan apa yang sudah masuk kedalam hidup Gue Sasha" Gumam Reynald pelan, Dia memeluk Sasha erat, Sasha juga kini sudah mulai terlelap.

Sadar atau Tidak, Reynald kini mengecup dahi Sasha penuh rasa. Dia tersiksa melihat keadaan Sasha.

Biarkan Reynald menjadi pelindung Sasha, Yang sedetik kemudian bisa menjadi malaikat pencabut nyawanya, Ingat janji Reynald dari awal, Dia tidak akan melepaskan Sasha.

♡♡♡♡

"Virgo, Ayo kita ke taman, Sama Fani dan Diksi" Ajak Caca kecil. Virgo terkekeh dan mengacak pelan rambut Sasha.

"Ih Virgo, Rambut Caca berantakan tau" Ucap Caca kecil mengerucutkan bibirnya kesal. Virgo terkekeh geli dengan gemasnya dia mengecup pipi Caca yang kini menggembung karena kesal.

"Ayo, Katanya mau ke taman, Sama Fani dan Diksi" Ajak Virgo menggenggam tangan Mungil Caca kecil dan berjalan bersama ke taman.

♡♡♡♡

Sasha terbangun dari tidurnya, Dia menatap kosong ke langit-langit kamarnya. Ingatan itu selalu menjadi Nightmaresnya, Ingatan bersama seseorang yang sangat dekat dengannya, Bahkan memiliki ikatan batin dengannya.

Tanpa sadar, Setetes air mata jatuh dari pelupuknya, Ini yang menyebabkan ia menjadi Insomnia. Lebih baik dia tidak pernah tidur, Daripada selalu bermimpi buruk.

Sasha tersadar, Bukankah Semalam Reynald berada disampingnya, Tapi kenapa sekarang tidak ada. Kenapa hatinya merasa sedikit kehilangan?.

Sasha cepat-cepat menyadarkan pikiranya. Sasha pun masuk ke kamar mandi dan bersiap-siap berangkat sekolah.

Sasha berangkat ke Sekolahnya menggunakan mobilnya, Mobil ini pemberian dari.... Sudahlah Sasha tidak mau membahas itu, Dia bahkan ragu, Masih dianggap atau tidak oleh orang yang memberikannya itu.

Sasha melajukan mobil Sportnya itu dengan kecepatan rata-rata, Dia menikmati perjalanannya. Setelah sampai, Sasha langsung saja memarkirkan mobilnya, Dia turun dari mobilnya dan hendak melangkah ke kelasnya, Namun sebelum itu ada yang menahan tanganya dan membalikan paksa tubuhanya. Reynald.

"Sialan, Kaget Gue" Pekik Sasha kesal, Dia lupa dengan dirinya yang seharusnya dingin. Reynald hanya menatap datar Sasha.

"Kerjain tugas Gue" Perintah Reynald dengan menarik tangan Sasha paksa. Sasha memberontak dan mencoba melepaskan diri. Reynald tidak memperdulikan itu, Dia mendudukan Sasha paksa di kursi Perpustakaan sekolahnya. Reynald melemparkan bukunya.

"Lo gila ya, Mana bisa Gue ngerjain ini semua, Gue aja Adek kelas Lo" Dengan Sasha keras. Reynald tak peduli itu.

"Rey, Ini butuh waktu yang lama, Gue bisa telat masuk kelas" Ucap Sasha memelas. Reynald menatap datar Sasha.

"Gue gak perduli" Jawab Reynald datar.

Lihat, Reynald bisa menjadi penolong Sasha sekaligus menjadi sosok yang kejam padanya.

Reynald merebahkan dirinya di kursi, Menjadikan paha Sasha sebagai bantalnya.

"Susah Rey" Keluh Sasha, Reynald tidak peduli itu.

Sasha mulai mengerjakan tugas Reynald, Walaupun kini kepalanya hampir pecah memikirkan rumus-rumus yang ada. Berjam-jam ia berkutat dengan rumus-rumus itu. Dia tidak memperdulikan kelasnya.

"Tega banget Lo" Kesal Sasha memukul pelan wajah Reynald mengunakan buku tugas milik Reynald itu.

Reynald terkekeh geli, Dia baru pertama kali melihat wajah kesal milik Sasha, Biasanya gadis itu hanya menampilkan wajah datarnya, Ngomong-ngomong soal datar, Dia teringat bahwa dia juga datar.

Reynald mengubah posisinya menjadi duduk, Menekuk satu kakinya ke atas kursi, Bersandar ke pundak Sasha, Menatap lurus keatas, Sasha berada dibelakangnya.

"Sha" Panggil Reynald pelan.

"Hmm?" Dehem Sasha tanpa menatap Reynald yang kini bersandar padanya.

Reynald sangat ingin menanyakan ini, Namun setelah di pikirkan lagi, Mungkin nanti, Dia masih terlalu asing untuk Sasha. Reynald berniat mengganti pertanyaannya.

"Biasanya Lo dingin Kenapa sekarang banyak bicara?" Tanya Reynald membuat Sasha terdiam. Dia juga bingung. Sasha mengubah wajahnya menjadi datar, Dia tidak berniat menjawab pertanyaan Reynald.

Sasha teringat pisau lipatnya yang ada di Reynald.

"Pisau Gue mana?" Tanya Sasha membolehkan wajahnya menatap Reynald.

Reynald mengambil pisau lipat yang berada di saku celananya. Dia tidak langsung memeberikan pisau itu, Dia membaca ukiran yang ada di pisau itu, 'Angel's' .

"You are both an Angel and a Devil" Ucap Reynald menatap Sasha. Sasha terdiam, Dia tidak bisa menilai dirinya sendiri, yang dia tau, Dia hanyalah seorang pecundang.

"You are also a protector and a life-taker for me" Jawab Sasha ikut menatap Reynald.

Mata keduanya bertubrukan, menyiratkan sesuatu aneh dari alam diri mereka. Mereka tidak tau itu apa. Tapi yang pasti, mereka belum pernah merasakannya.

Sasha lebih dulu memalingkan wajahnya, Memutus kontak mata tersebut.

Sasha hendak mengambil pisau lipat yang ada ditangan Reynald, Namun Reynald menahanya.

"Smile for me, And i will give your penknife" Suruh Reynald, Sasha menatap Reynald jengah, Tentu saja dia tidak mau.

"Senyum Gue mahal" Jawab Sasha acuh. Reynald menatap kesal Sasha. Dia mencengkram dagu Sasha, Menghadapkan wajah Sasha paksa ke arahnya.

"Sakit Rey, Lepas" Pinta Sasha, Kuku Reynald menancap ke pipinya, itu membuatnya sakit.

"Turuti perintah Gue" Peringat Reynald tajam, Sasha mengangguk pasrah.

Reynald melepaskan cengkeramannya, Dia mengusap lembut pipi Sasha yang memerah akibat cengkramanya.

"Smile for me" Pinta Reynald dengan nada memerintah.

Sasha menatap Reynald sebentar sebelum akhirnya dia memberikan senyum paling manis yang ia punya, Reynald sampai tertegun melihat itu, Sosok malaikat kesepian ternyata memiliki senyum semanis itu.

"My penknife?" Ucap Sasha menyodorkan telapak tanganya, meminta Reynald mengembalikan pisau lipatnya.

Reynald tak memberikan itu, Dia menyimpan kembali pisau lipat milik Sasha dalam sakunya. Sasha kesal dibuatnya.

"Fucking you" Umpat Sasha mendengus kesal. Reynald menyeringai tipis.

Kring.. Kring

Reynald yang mendengar bel istirahat berbunyi pun langsung menarik tangan Sasha, membawanya kekantin.

"Lo bisa pelan pelan gak" Ketus Sasha, Reynald tak menjawabnya.

Reynald pun duduk di meja pojok, Sasha juga ikut duduk disampingnya.

"Pesenin makanan" Suruh Reynald, Tanpa mau mempertanyakan pesanan Reynald, Sasha langsung berdiri dan memesan makanan, Dia sedang malas berdebat.

Sasha datang lagi dengan membawa makanan, Bakso dan es teh untuk Reynald, Siomay dan jus jeruk untuk dirinya.

"Gue maunya Jus jeruk" Ucap Reynald menatap Sasha. Sasha memutar bola mata malasnya.

"Pesen sendiri" Ucap Sasha dingin. Reynald menatap tajam Sasha.

"Rey, Gue capek sumpah" Melas Sasha, Dia benar-benar lelah sekarang, Berjam-jam berkutat dengan rumus membuat dirinya kehabisan tenaga. Reynald terdiam sebentar.

"Yaudah, Segelas berdua" Jawab Reynald santai. Sasha mendelikan matanya.

"Gak, Apaan" Protes Sasha dengan cepat, Dia menatap Reynald tajam.

"Yaudah, Kalo gak mau, Lo tinggal pesen sendiri aja" Ucap Reynald santai, Dia meminum minuman Sasha. Sasha mendengus kesal, Dia kini pasrah, Dia sangat tidak suka dengan es teh.

Tak lama kemudian, Fani dan keempat sahabat Reynald datang dan duduk bersama dimeja itu.

"Lo kemana aja sih Ca, Bikin khawatir tau gak" Ucap Fani kesal. Sasha tersenyum simpul.

"Tidur di perpus" Jawab Sasha singkat, terpaksa dia berbohong, Fani belum tau bahwa ia dijadikan babu oleh Reynald.

"Insom?" Tanya Fani mengernyit.

"Iya" Jawab Sasha singkat. Fani mengangguk mengerti.

Reynald menatap Sasha dan menyeringai tipis.

"Bukanya semalam Lo-Hmppphh" Sasha langsung mendekap mulut Reynald kencang, Kakinya menginhal kali Reynald. Kekesalannya pada Reynald memuncak sudah.

Sasha melepaskan bekapanya. Teman-temanya menatap keduanya bingung.

"Semalam kenapa?" Tanya Farhan bingung. Reynald menyeringai lagi.

"Semalam Sasha - Hmmpphh" Sasha kembali membekap mulut Reynald.

"Kenapa sih?" Tanya Fino bingung.

"Jangan-jangan kalian.."

"Enggaklah" Potong Sasha cepat, Dia tau arah pembicaraan Farhan.

"Terus apaan?" Tanya Zacky kesal.

Sementara Diksi, dia hanya menatap dingin Sasha, seperti biasanya.

"Gak ada apa-apa" Jawab Sasha dingin. Tanganya masih memebekap mulut Reynald.

Reynald pun melepaskan tangan Sasha dari mulutnya, Dia menatap tajam Sasha.

Reynald hendak bersuara lagi, Namun dengan cepat Sasha berbisik pelan.

"Jangan pernah Lo bocorin apapun, Reynald sayang" Bisik Sasha pelan didekat Reynald.

Tanpa sadar Reynald mengangguk patuh, ucapan Sasha seakan menjadi obat bius untuknya.

Sasha menyeringai tipis dan melanjurkam memakan siomaynya. Reynald tersadar dan menggeleng cepat.

"Sialan" Umpat Reynald pelan. Sasha menyeringai tipis.

"Tuh kan, Bisik-bisik, Gue curiga kalian ada apa-apa" Celetuk Farhan. Sasha dan Reynald dengan kompak menatap tajam Reynald.

"Peace bos" Cengir Farhan, Takut melihat tatapan tajam keduanya.

"Lo beg* sih" Ketus Fino menjitak kepala sahabatnya itu.

"Lo lebih beg*, Goblo*" Jawab Farhan kesal dan membalas jitakan Fino.

"Jangan mulai" Peringat Zacky jengah. Keduanya kembali diam, Namun saling menatap tajam.

Sasha tersenyum simpul, menurutnya itu lucu. Lihat, Orang yang menertawakan hal sepele adalah seseorang yang menyedihkan, Dia jarang merasa bahagia.

Reynald melihat senyum itu, Tanpa sadar dia juga ikut tersenyum.

Fani tersenyum simpul, Perlahan, Sifat Sasha akan kembali sepeti lima tahun lalu, Fani yakin itu.

Sedangkan Diksi, Dia kini gelisah, Dia takut melihat kedekatan Sasha dan Reynald.

#3, BROKEN ANGEL'S

Hari Minggu.

Sasha hanya bermalas-malasan dirumah, Dia bingung untuk schedule hari ini. Fani sedang ada acara keluarga, Dia hanya punya satu teman, Sedangkan Dik.... Sudahlah Sasha tak mau membahas itu.

Sasha teringat dengan Reynald, Sosok yang menjadi pelindung sekaligus pencabut nyawanya. Entah sosok kesepian atau bukan, Yang pasti, Dia selalu ada saat Sasha butuh.

Sasha mendengar suara mobil dari luar, Sasha tidak memperdulikan Itu, Dia kini sedang menonton TV dirumahnya.

"Mau jadi apa kamu? Anak perempuan hanya malas-malasan" Sarkas dingin dari seorang laki-laki dan perempuan Dewasa yang kini sedang berdiri memandangi Sasha yang menonton TV.

Sasha menengok ke arah asal suara.

Deg.

Detak jantungnya serasa berhenti, Dunianya kembali berhenti berputar, Waktu juga ikut berhenti. Dua orang itu yang Sasha rindukan, Orang yang sangat Sasha sayang, Namun mereka selalu menyalahkan Sasha atas kejadian dulu.

"Mamah, Papah" Lirih Sasha menatap berkaca-kaca kedua orang tuanya.

Marina dan Fadli (Orang tua Sasha) Kini termenung mendengar panggilan lemah dari Sasha, Hati mereka sedikit sakit, Namun sakit hati karena kejadian dulu lebih mendominasi.

"Jangan panggil saya Mamah, Saya tidak punya anak pembawa sial seperti kamu" Sarkas Marina dingin.

Sasha mematung, Tidak bisakah Orang tuanya tak menyalahkanya, Sekali saja. Kejadian dulu bukan sepenuhnya salahnya, Tapi kenapa semua orang menjauhinya, Bahkan menganggapnya pembawa sial.

Sasha mencoba menguatkan hatinya, Dia memasang senyum manisnya, Dan menatap Orang tuanya penuh harap.

"Mamah kesini mau jenguk Caca kan?" Ucap Sasha senang, Dia tersenyum sangat lebar, Namun matanya mengalirkan air mata.

Fadli menatap datar Sasha.

"Saya kesini hanya ingin mengambil barang-barang Virgo, Tidak ada hubungannya denganmu, Jangan harap saya akan menjengukmu, Memanggil namamu saja saya sudah muak" Sarkas Fadli tajam.

Hati Sasha tertusuk beribu paku saat, Ayahnya mengucapkan kata-kata Itu, Air matanya semakin deras.

Marina keluar dari salah satu kamar dengan membawa dua koper.

"Mah, Ijinin Caca ketemu Virgo Mah" Mohon Sasha menghampiri ibunya, Air matanya kembali mengalir deras, Saat ibunya menepis tangan itu dengan kasar.

"Saya tidak akan membiarkan anak saya bertemu dengan pembawa sial seperti kamu" Jawab Marina tajam, Dia tidak memperdulikan Sasha yang kini menangis karena ucapanya.

Sasha terduduk dan memeluk kaki Ibunya.

"Mah, Caca mohon, Caca mau ketemu Virgo" Mohon Caca bermutu di hadapan ibunya dengan uraian air mata.

Marina melepas paksa tangan Sasha, Dia mendorong Sasha hingga Sasha terjatuh.

"Virgo belum sadar, DAN ITU SEMUA KARENA KAMU, KAMU PEMVAWA SIAL" Teriak Marina mulai menangis. Dia terus memaki Sasha yang terduduk lemah di lantai.

Fadli yang melihat istrinya menangis pun kini memeluknya dan membawa Marina keluar dari rumahnya 'dulu', Mereka pun pergi meninggalkan Sasha sendirian.

"ARRGGGHH" Teriak Sasha frustasi, Air matanya semakin deras, Menarik rambutnya kuat-kuat.

Sasha mengusap kasar air matanya, Dia berdiri, Berjalan gontai ke kamarnya, Terduduk di sudut kamarnya.

"Virgo, Caca kangen, Virgo kapan sadar, Caca sendirian disini" Lirih Sasha menatap kosong kedepan, Menerawang kenangan-kenangannya dengan sosok 'Virgo', Sosok yang sangat ia sayang melebihi dirinya sendiri.

Sasha mengambil gunting yang ada dinakasnya, Dia mengarahkan gunting itu ke tanganya. Sasha menyayat tanganya, Dia lebih tersiksa batin daripada fisik.

"ARRGGHHH" Teriak Sasha antara frustasi dan kesakitan, Air matanya kembali mengalir deras.

Sasha mengatukkan kepalanya ke tembok sekeras mungkin. Hingga darahnya mengalir dari dahi kanannya.

Air matanya menyatu dengan darahnya, Dia sangat tersiksa, Dia ingin mati saja. Namun tiba-tiba sekelebat bayangan Virgo terlintas dalam fikiranya. Dia berfikir, Kalau dia pergi, Bagaimana cara dia bertemu dengan Virgo??

Dengan Sisa-sisa tenaganya, Sasha mengambil handphonenya. Dia menelpon nomor seseorang Reynald.

"R-rey" Lirih Sasha, Dia memejamkan matanya untuk mengurangi rasa sakit.

"Ada apa Sha, Lo kenapa?" Tanya Reynald sedikit panik saat mendengar suara Sasha selemah itu.

"To-tolong" Ucap Sasha terbata-bata, Kenapa baru sekarang lukanya terasa sakit. Sasha menjatukhan handphonenya saat dirasa Reynald sudah memutuskan sambungan telponya.

Sasha menekuk kakinya, Menyandarkan tubuhnya ke tembok, Mendongak menatap langit-langit kamarnya. Air matanya masih mengalir, Seiring darahnya yang ikut tercampur dengan Air matanya.

Brakkk

Reynald mendobrak pintu kamar Sasha kencang, Dia melihat Sasha dalam keadaan seperti mandi darah. Itu membuat hatinya sangat sakit.

Reynald langsung menghampiri Sasha.

"Lo kenapa Sha?" Tanya Reynald lirih, Hatinya tercubit keras.

Sasha menatap Reynald redup. Tanyanya mengusap pipi Reynald dengan gerakan lemah.

"R-Rey, Apa Gue gak berhak bahagia?" Tanya Sasha pelan, Air matanya mengalir lagi. Reynald menggeleng.

"Lo berhak bahagia Sha, Sangat berhak" Jawab Reynald cepat,

"Kita kerumah sakit ya" Reynald langsung menggendong tubuh Sasha yang sudah sangat lemah, Sasha sepertinya kehilangan banyak darah.

Reynald melakukan mobilnya dengan kecepatan penuh, Dia tidak ingin terjadi apa-apa pada Sasha.

Sasha masih sadar, Walaupun kesadarannya mulai hilang. Sasha mengusap pipi Reynald pelan, Andai saja keluarganya ada yang mengkhawatirkan keadaanya, Dia sangat menginginkan Itu, Tapi apa, Keluarganya bahkan tak sudi bertemu dengannya. Sesulit itukah memaafkan satu kesalahannya, Bahkan itu bukan salah dia sepenuhnya.

"R-Rey, Jangan pernah ninggalin Gue, Seperti 'mereka' Yang menjauh dari Gue, Saat gue sedang butuh 'mereka'" Ucap Sasha lemah, Sasha mengusap dahinya yang terus mengalirkan darah.

Reynald menatap Sasha.

"Gue gak akan ninggalin Lo Sha, It's Promise" Jawab Reynald yakin. Dia tidak akan meninggalkan Sasha, Tidak akan pernah.

Sasha tersenyum tulus, Matanya mulai menutup, Bahkan tangan yang ada di pipi Reynald mulai melemah.

"Buka mata Lo Sha, Ini perintah" Ucap Reynald panik.

"Gu-gue g-gak kuat, Rey" Lirih Sasha, Kesadarannya pun hilang sepenuhnya.

Reynald semakin panik, Dia menambah kecepatan mobilnya. Reynald membawa Sasha ke rumah sakit milik keluarganya, BRAMAWIJAYA. kalau kalian bertanya, Mengapa nama sekolahnya sama? Karena sekolah itu juga milik keluarga Reynald.

Reynald menggendong Sasha masuk kedalam rumah sakit.

"Dok, Tolongin Temen Saya" Ucap Reynald panik kepada dokter kepercayaannya, Dokter Dika.

"Baiklah, Sus bawa dia keruang UGD" Perintah Dokter Dika kepada suster yang ada didepanya. Suster itupun mengangguk dan langsung membawa Sasha kedalam UGD.

Reynald ingin masuk menemani Sasha, Namun dia di tahan oleh suster.

"Maaf mas, Anda tidak boleh masuk, Silahkan tunggu diluar" Ucap Suster tersebut sembari menutup pintu.

Reynald menggeram kesal, Dia duduk dikursi tunggu depan ruangan UGD. Reynald teringat dengan Fani, sahabat Sasha, Dia pun langsung menghubunginya menggunakan handphone Sasha yang ia bawa.

"Lo ke rumah sakit BRAMAWIJAYA sekarang, Sasha disini" Perintah Reynald dingin, Dia langsung mematikan sambungan telponya secara sepihak.

Tanpa menunggu waktu lama, Fani sampai di rumah sakit, Namun dia bersama.. Diksi? Reynald kaget karena itu.

"Caca kenapa Rey?" Tanya Fani cemas. Reynald menggeleng singkat, Dia menatap pintu UGD cemas, Dia berdoa, Semoga Sasha tidak kenapa-kenapa.

"Gue gak tau, Tadi dia nelpon, Dan minta tolong, Saat Gue sampai, Gue udah liat Sasha dalam keadaan... " Reynald tak sanggup menjelaskannya sampai akhir, Dia mengusap wajahnya gusar.

Fani mengeluarkan air matanya, Apa Sasha melukai dirinya sendiri lagi? Tapi kenapa?. Diksi yang melihat Fani menangis pun menyuruhnya duduk, Dan memeluknya dari samping, Untuk memenangkannya.

Reynald menatap kosong kedepan. Dia harus apa agar Sasha baik-baik Saja?.

Ceklek.

Pintu ruangan itu terbuka.

"Gimana keadaan Sasha dok?" Tanya Reynald dengan sigap berdiri.

"Luka sayatanya lumayan dalam, Dan luka di dahinya juga cukup parah, Tidak dapat dipastikan kapan dia sadar. Tapi kami pihak rumah sakit akan berusaha semaksimal mungkin" Jelas Dokter Dika.

Reynald termenung, Kenapa hatinya tak terima?. Ayolah Sha, Jangan bikin Reynald khawatir.

"Kapan Sasha bisa dijenguk dok?" Tanya Reynald.

"Kalian bisa menjenguknya saat Sasha sudah dipindahkan ke ruang rawat inap" Jawab Dokter Dika.

"Pindahkan Sasha ke ruang VIP dok" Perintah Reynald.

Dokter Dika mengangguk patuh, Dia mengurus Sasha yang akan dipindahkan ruangan.

Reynald menghembuskan nafasnya gusar, Hatinya sangat tidak tenang sekarang. Kenapa Sasha lagi-lagi melukai dirinya sendiri? Itu yang selalu di pikirkan Reynald.

Reynald masuk ke dalam ruangan Sasha. Dia menatap sasha yang terbaring lemah, Terdapat alat Nebulizer yang membantu pernapasanya. Reynald menghampiri Sasha, Menggenggam tangannya yang terasa dingin.

Fani dan Diksi masuk kedalam ruangan Sasha.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Sasha?" Tanya Reynald kepada Fani Dahi dan Diksi.

Keduanya saling pandang, Bingung harus menjawab apa.

"Gue tau, Lo berdua ada hubunganya dengan Sasha" Ucap Reynald tajam. Keduanya masih terdiam.

"Gue denger semua percakapan Lo berdua saat dirumah gue" Ucap Reynald lagi.

Keduanya mematung. Reynald mendengarnya, Jadi Reynald susah sedikit mengetahui tentang Sasha.

"Terserah kalian mau jawab atau gak, Tapi Gue akan selalu cari tau tentang Sasha" Peringat Reynald tajam. Keduanya terdiam, Cepat atau lambat Reynald akan mengetahuinya.

"Kalian berdua pulang lah, Gue yang akan jagain Sasha" Suruh Reynald tanpa menatap keduanya.

Diksi mengangguk, Dia menggandeng tangan Fani.

"Gue pulang, Jaga Caca sampai sadar" Ucap Diksi menarik tangan Fani keluar dari ruangan Sasha.

Reynald menatap Sasha lamat.

"Caca" Gumam Reynald menyebutkan nama panggilan Caca dari orang terdekatnya.

Tunggu? Diksi juga memanggil Sasha dengan sebutan 'Caca', Sebenarnya Apa hubungan Diksi dan Caca? Kenapa semuanya sangat rumit?.

Reynald pusing memikirkan semuanya, Hal-hal yang menurutnya sangat sulit diterima logika.

Reynald mengusap pipi Sasha lembut.

"Malaikat yang misterius, Betapa kesepiannya dirimu, Berbagilah cerita, Agar kau tidak semakin menderita" Gumam Reynald pelan. Dia mengecup Dahi Sasha penuh sayang.

Andai Sasha masih terjaga, Dia pasti senang, Ada seseorang yang khawatir padanya.

♡♡♡♡

' Ini dimana?' Batin Sasha.

"Ca" panggil seorang lelaki yang seumuran dengannya, Sosok yang sangat ia rindukan. Sasha langsung berlinang air mata, Dan memeluk tubuh itu erat-erat.

"Virgo" Lirih Sasha. Sasha mempererat pelukanya, Jika ini mimpi, Sasha tidak ingin terbangun lagi.

"Caca harus kuat, Tunggu Virgo sadar, Virgo pasti nolongin Caca dari kegelapan Ca" Ucap Virgo lembut, Sasha terdiam.

"Caca kangen Virgo, Virgo jangan tinggalin Caca lagi, Ayo pulang" Ajak Sasha menatap Virgo.

"Virgo belum bisa pulang sekarang Ca" Jawab Virgo menatap Sasha lembut. Sasha menggeleng.

"Caca sendirian, Caca gak punya siapa-siapa, Selain Virgo yang sayang Caca" Lirih Sasha.

"Ca, Mamah Sama Papah sayang sama Caca, Mereka sedang sedih dan putus asa Ca, Mereka belum menyadari kalau mereka sayang sama Caca" Jelas Virgo tersenyum, Mengusap lembut pipi Sasha.

"Mereka gak sayang sama Caca Vir, Bahkan Diksi juga ninggalin Caca" Lirih Sasha. Virgo menggeleng.

"Diksi gak ninggalin Caca kok, Dia masih sedih Ca" Jelas Virgo.

"Kamu sadar gak?, Ada orang yang perhatian sama kamu, Ada orang yang selalu khawatir sama kamu, Orang yang menjadi pelindungmu" Tanya Virgo. Sasha mengernyit.

"Fani?" Tanya Sasha, Virgo tersenyum kemudian menggeleng.

"Dia orang yang akan jagain Caca, Dia orang yang selalu jagain Caca, Dia orang yang gak Caca sangka akan menjadi Orang yang paling peduli sama Caca" Jelas Virgo lembut. Sasha semakin bingung.

"Ca, Waktu Virgo habis, Caca jaga diri ya, Kalau sudah waktunya Virgo bangun, Virgo pasti akan menemui Caca" Ucap Virgo seiring tubuhnya yang mulai menghilang.

Sasha menggeleng,.

"GAK, VIRGO GAK BOLEH PERGI" Teriak Sasha sembari berusaha memeluk tubuh Virgi, Virgo tersenyum. Setelah itu, Hanya udara yang dipeluk oleh Sasha.

Sasha menangis tersedu-sedu. Ada cahaya Putih terang yang membawa Sasha pergi.

♡♡♡♡

Sasha membuka matanya, Setetes air mata jatuh dipelipisnya, Virgo...

Sasha merasa ada tangan yang melingkar di perutnya, Dia melihat ke bawah, Reynald. Reynald tertidur dengan memeluk Sasha, menjadikan lengan Sasha sebagai bantal.

Sasha tersenyum tipis, Tanganya Terulur untuk menyisir lembut rambut Reynald. Reynald sedikit terusik dengan usapan di kepalanya, Dia membuka matanya, Matanya sedikit menyipit untuk menyesuaikan dengan Cahaya.

"Sasha" Ucap Reynald pelan, Dia tersenyum tipis melihat Sasha yang sudah sadar.

Dua hari dia selalu menjaga Sasha, Menunggunya sadar, Ini hari ke tiga Sasha dirumah sakit. Dan sekarang akhirnya Sasha sadar.

"Rey" Lirih Sasha, Sasha sedikit susah dengan alat yang menutupi mulut dan hidungnya, Dia akhirnya melepaskan alat itu.

"Jangan dilepas" Peringat Reynald. Sasha menggeleng.

"Gue dimana Rey?" Tanya Sasha pelan, Dia memegangi kepalanya yang terasa sakit. Dia ingat terakhir kali ada dimobil Reynald.

"Di rumah Sakit" Jawab Reynald singkat. Sasha mengangguk mengerti.

"Lo bikin Gue khawatir Sha, Dua hari Lo Gak sadar-sadar" Gumam Reynald pelan, Dia mengusap pelan pipi Sasha.

Sasha sedikit senang mendengar ada orang yang mengkhawatirkanya. Tapi Tunggu?

"Dua hari?" Tanya Sasha memastikan. Reynald mengangguk.

Bukankah hanya sebentar saja, Dia merasa hanya beberapa menit bertemu Virgo. Virgo ya?.. Dia teringat kembali padanya.

"Gue mau pulang Rey" Pinta Sasha pelan. Dia sangat tidak suka dengan rumah sakit, Dia benci itu, Itu mengingatkannya pada Virgo.

Reynald menggeleng tegas.

"Lo harus dirawat sampai sembuh" Jawab Reynald tegas. Sasha hanya menghembuskan nafas pasrah, Dia masih ingat bahwa Reynald adalah orang yang tidak main-main, Bahkan dia bisa saja bermain fisik.

"Jangan pernah melukai diri sendiri lagi Sha, Ini perintah" Pinta Reynald tegas. Sasha hanya diam, Dia tidak yakin kalau dia bisa.

"Sekarang jam berapa?" Tanya Sasha lemah. Reynald melihat jam tanganya.

"Jam 9 pagi" Jawab Reynald singkat. Sasha menatap Reynald.

"Lo gak sekolah?" Tanya Sasha pelan. Reynald menggeleng.

"Gak, Dari kemarin Gue disini" Jawab Reynald singkat. Sasha terdiam, Apa Reynald menjaganya? Apa Reynald peduli padanya?

"Lain kali gak perlu jagain Gue, Gue udah biasa sendiri" Lirih Sasha.

Reynald sedikit aneh dengan ucapan Sasha, Dia juga bingung, Dua hari ini Reynald tak melihat adanya tanda-tanda orang tua Sasha yang menjenguknya.

Ceklek.

Pintu terbuka, Mengalihkan perhatian keduanya.

"Bagaimana keadaan mu?" Tanya Dokter Dika ramah.

"Membaik" Jawab Sasha tersenyum tipis, Entah kenapa Reynald sedikit tidak suka saat Sasha tersenyum kepada orang lain. Untung saja hanya dia yang pernah melihat senyuman termanis Sasha, Semoga.

"Syukurlah, jangan lupa selalu minum obat, Jangan banyak pikiran, Dan banyak-banyak istirahat" Nasihat Dokter Dika. Sasha mengangguk mengerti.

"Baiklah, Saya permisi" Ucap Dokter Dika melangkah keluar.

Saat Dokter Dika membuka knop pintu, Saat itu juga pintu terbuka, Dan tampaklah Teman-teman Reynald dan sahabat Sasha.

"Eh ada dokter" Ucap Fani kikuk. Dokter Dika hanya tersenyum kemudia melangkah keluar.

Fani langsung menghampiri Sasha dan memeluknya erat, Sasha juga membalas pelukanya.

"Jangan pernah merasa sendiri Ca, Ada Gue disamping Lo" Lirih Fani.

Sasha hanya mengangguk, Matanya bertubrukan dengan Black eyes milik Diksi. Diksi menatapnya datar, Namun dalam hati, Dia sangat khawatir dengan Sasha, dia kecewa dengan dirinya sendiri yang tak bisa menjaga Sasha, Seperti amanat dari Virgo.

"Gue tau" Jawab Sasha singkat, Dia melepaskan pelukan Fani, Menghapus air mata Fani yang mengalir ke pipi.

"Jangan nangis karena Gue, Gue gak pantes untuk dapet itu" Lirih Sasha.

Hati Fani mencelos. Kenapa Sasha menganggap dirinya tidak berguna? Apa yang sebenarnya terjadi saat itu.

"Ya ampun Dedek Gemes Gue gak papa kan?" Tanya Farhan Heboh. Fino yang Ada Di sampingnya langsung menjitak kepalanya.

"Di rumah sakit beg*, Kalo ngomong jangan keras-keras napa" Ketus Fino. Farhan hanya mendengus kesal.

"Gimana Keadaan Lo Sha?" Tanya Zacky yang lumayan waras dari kedua temanya itu. Sasha mengangguk dan tersenyum tipis.

"Lebih baik" Jawab Sasha singkat. Zacky mengangguk mengerti, Dia berjalan ke arah Sofa sofa dan duduk disana.

"Woy, Kalian gak mau duduk apa?" Tanya Zacky kepada teman-temanya. Semuanya pun ikut duduk disofa.

"Lo kemarin gak tau aja Sha, Si Reynald uring-uringan gak jelas gara-gara Lo gak sadar-sadar" Celetuk Farhan dengan watadosnya.

"Iya, Dia juga tidur disini, Pulang cuma buat mandi doang" Imbuh Fino.

Zacky mendelik dan menabok kepala keduanya. Kenapa mereka bicara seperti itu didepan Reynald, Bahkan tatapan Reynald sekarang seperti ingin memakan hidup-hidup keduanya sekarang.

Sasha menatap Reynald mengernyit.

"Bohong" Jawab Reynald yang tau akan tatapan Sasha. Sasha mengangguk mengerti.

"Bohong apaan, Orang Gue sama Fino nih yang jadi saksi, Bahkan dokter Dika, Tanya in deh sama Dia kalo gak percaya" Ucap Farhan Cepat. Reynald menatap tajam Farhan, Farhan pun tersadar, Dia memukul sendiri jidatnya.

"Hehe peace bos" Cengir Farhan mengatupkan telapak tanganya.

"Pecat aja bos, Jadiin musuh" Kesal Zacky.

"Nah setuju nih Gue" Imbuh Fino.

"Lo juga harus dipecat" Ketus Zacky kepada Fino. Fino mendelik kesal.

"Dih apaan, Gue kan gak salah" Protes Fino cepat.

Sasha tersenyum tipis dan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Dia menatap Reynald lama. Reynald menyadari itu, Dia pun menutup mata Sasha menggunakan telapak tanganya. Dia sedikit gugup ditatap begitu.

Sasha tersenyum tipis dan memindahkan tangan Reynald yang ada di wajahnya.

"Gak sadar apa yak? Masih ada jomblo disini" Celetuk Fino.

Reynald menatap tajam Fino. Fino hanya nyengir lebar.

"Usir aja kak" Ucap mengompori Reynald. Fino menatap tajam Fani.

"Awas Lo" Ancam Fino. Fani hanya tersenyum mengejek.

"Pulang sana" Usir Reynald dingin. Fino memasang tampang memelasnya.

"Jangan dong bos" Melas Fino. Reynald menatap datar Fino dia mengalihkan pandangannya dan menatap Sasha. Fino mendengus kesal.

"Lo mau makan apa? Lo kan belum sarapan" Tanya Reynald kepada Sasha, Sasha berpikir sebentar.

"Bubur ayam" Jawab Sasha singkat, Reynald mengangguk.

"Beliin bubur ayam sana" Suruh Reynald kepada Fino dengan nada ketusnya. Fino mengangguk patuh, Fino pun beranjak dan mengajak Farhan untuk ikut bersamanya.

"Gue ke kantin dulu ya" Izin Zacky pamit untuk ke kantin yang ada dirumah sakit. Semuanya mengangguk mengijinkan.

Setelah Zacky keluar, Kini diruangan hanya ada Diksi, Fani, Reynald dan Sasha.

"Kenapa Lo melukai diri sendiri lagi Ca?" Tanya Fani lemah. Sasha terdiam.

"Jangan pernah merasa sendiri Ca, Ada Gue, Ada seseorang yang harus Lo tunggu Ca" Ucap Gani pelan. Sasha memalingkan wajahnya.

"Gue emang sendirian Fan" Jawab Sasha lemah. Reynald yang berada disamping Sasha pun mengusap kepalanya pelan.

"Lo gak sendiri Ca, Ada Gue yang selalu ada disamping Lo" Ucap Fani sedikit keras, Dia tidak ingin Sasha melukai dirinya sendiri, Dia tidak ingin Sasha hanya berpikir sendirian di dunia ini.

Diksi menggenggam Tangan Fani.

Sasha terdiam, Memang benar ada sahabat yang selalu ada disampingnya. Sahabat yang menyayangi dirinya, Dia masih beruntung memilik sahabat yang selalu mendampingi dirinya, Walaupun Fani juga pernah menjauhi dirinya.

"Maaf Fan" Lirih Sasha.

Mata Fani sedikit berkaca-kaca, Dia sangat prihatin dengan kehidupan Sasha, Sangat-sangat prihatin. Sendirian, Kesepian, Kehilangan, Tersiksa, Depresi, Frustasi, Bahkan ingin mengakhiri hidupnya sendiri, Itulah Sasha.

"Ingat Ca, Ada Gue" Ucap Fani pelan, Sasha mengangguk pelan.

Dia Ingin kalimat itu di ucapkan oleh keluarganya. Tapi tak apa, Sahabat sudah cukup.

Diksi menatap Sasha dengan tatapan yang sulit diartikan. Sasha menyadarinya, Namun dia enggan menatap Diksi, Dia terlalu sakit hati.

"Makanan Datang" Ucap Fino masuk kedalam ruangan Sasha membawa satu plastik bubur ayam.

"Nih" Ujar Fino memberikan bakso itu kepada Reynald, Reynald ingin menyiapkan Bubur itu, Namun ditahan oleh Sasha.

"Nanti aja" Ucap Sasha lemah, Reynald menghela nafasnya dan mengangguk pasrah.

"Eh Ayok login ML, Gue kemarin udah beli dong skin Pharsa yang Phoenix" Pamer Farhan dengan senyum sombongnya.

"Gue juga udah beli ya, Itu mah udah lama" Ejek Fino. Farhan mendelik kesal.

"Yaudah Gaskeun ayok, By one kita" Tantang Farhan. Fino mengangguk setuju.

"Ayok, Yang kalah traktir seminggu" Ucap Fino. Farhan mengangguk setuju.

Mereka berdua pun bermain game, Sedangkan teman-temanya tidak mmeperdulikanya, Mereka mengobrol sendiri.

Berjam-jam mereka berada diruang rawat Sasha, Hingga jam 11 siang mereka pulang kerumah masing-masing.

Hanya Tersisa Reynald dan Sasha di ruangan Sasha.

"Lo belum makan Sha, Sekarang makan" Perintah Reynald tegas. Sasha mengangguk patuh.

Dengan telaten Reynald menyuapi Sasha, Sasha menerima suapan demi suapan dari Reynald. Hatinya menghangat, mengingat Reynald sedikit peduli padanya. Walaupun dia hanya dijadikan babu saja.

"Udah Rey" Ucap Sasha enggan menerima siapa ke limanya. Reynald menghela nafasnya.

"Yaudah, Ini terakhir" Jawab Reynald, Sasha pun membuka kembali mulutnya dan mengunyah enggan usapan terakhirnya.

Reynald menaruh mangkok itu dan memberikan Sasha segelas minuman, Sasha meminun air putih itu. Sasha meletakan gelasnya di atas nakas.

"Minum obat sekarang" Suruh Reynald, Sasha menggeleng, Dia benci obat.

"Gak mau Rey" Tolak Sasha, Obat adalah sesuatu yang menjijikan menurutnya, Sasha tidak ingin dianggap lemah.

"Minum atau saat Lo sembuh, Lo dapat hukuman" Ancam Reynald tajam. Sasha menghembuskan nafas pasrah, Dan mengangguk patuh.

Reynald tersenyum tipis melihat Sasha yang menurut, Dia menyiapkan obat Sasha dan memberikannya pada Sasha.

Sasha langsung meminum obat itu, Dia tidak ingin melihat obat itu lama-lama, Itu membuatnya muak.

Reynald mengusap pelan kepala Sasha, Entah kenapa dia merasa harus menjaga sosok Lonely Angel's yang ada didepanya saat ini. Hanya Reynald yang boleh melukai Sasha, Tidak ada yang boleh melukai atau Menyentuh Sasha, Sasha akan ada di bawah kendali Reynald mulai sekarang, Tidak sebenarnya dari awal kejadian saat di kantin, Saat itulah Reynald berjanji tidak akan melepaskan Sasha untuk alasan apapun.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!