Farah Aisyah Wijaya, biasa dipanggil Aisyah atau kadang dipanggil Farah, tergantung situasi.
Gadis cantik dengan rambut gelombang dan senyum yang manis. Ia selalu bertutur kata lembut, sikap ceria, santun serta lugunya membuat semua orang yang mengenalnya begitu terkagum dan menyukainya.
Aisyah putri terakhir dari Arief Wijaya dan Disa Aini Wijaya, anak ketiga dari tiga bersaudara. Fikri Alfian Wijaya kakak pertama dan Fazira Anisa Wijaya kakak keduanya.
Fikri yang selalu melindungi serta tempat bermanja Aisyah di saat ia menginginkan sesuatu atau permintaan apapun, dan Fikri yang tak pernah kesal, bosan, enggan maupun jengkel karena kemanjaannya yang kadang berlebihan tapi ia menikmatinya, ia merasa senang karena ia dibutuhkan oleh adik kecilnya yang terlihat menggemaskan jika sedang dalam mode manja nya.
Anisa yang selalu jadi guru dadakan saat Aisyah akan mengikuti ulangan harian, ujian ataupun saat akan mengikuti perlombaan. Sama seperti Fikri, Anisa juga kerap kali memanjakan Aisyah jika orangtua mereka tak mengabulkan permintaan sang adik. Dan ya, itu membuat Anisa merasa bahagia ketika Aisyah dengan wajah kesal langsung memeluknya karena keinginanya belum terpenuhi.
Namun, semua itu hilang sejak kata 'perbandingan' yang selalu terlontar dari kedua orangtuanya terlebih dari sang kakak laki-laki nya yang selalu membandingkannya dengan kakak perempuannya. Memang mereka tak secara langsung mengatakannya, tapi seiring berjalannya waktu ucapan yang terlontar dari mereka membuat hatinya seakan mati membeku, keras, dingin dan menjadikan Aisyah yang berbeda, yang sering membantah, ketus, dan kadang mengucapkan kata kasar. Tak ada lagi Aisyah yang lugu, yang ada hanya Aisyah pemberontak dengan segala kekeras kepalaannya yang lebih menggunakan otot dari pada logika dan perasaannya.
Kedua orangtua nya yang tak tahan dengan sikap Aisyah yang sudah diluar batas, mengharuskan mereka mengirim Aisyah ke salah satu pesantren yang jauh dari keramaian serta hingar bingar kehidupan di Ibu Kota. Perbandingan yang sangat jauh, tempat dimana menurut kedua orangtua nya dapat merubah Aisyah menjadi Aisyah putri kecilnya yang ceria dan manja.
___________
Hamzah Fardhan Iskandar, biasa di panggil Ustadz Fardhan. Seorang guru di sebuah pesantren salaf milik keluarganya.
Pria berkharisma dengan wajah bak pangeran arab dari negeri timur itu, dan jangan lupakan sorot mata lembut nan teduhnya yang dapat memberikan ketenangan bagi siapa saja yang bersitatap dengannya serta senyum yang begitu menawan. Sikap tegas serta sifat rendah hati yang selalu menjadi ciri khas tersendiri, ia selalu menghargai dan menghormati perempuan.
Tak heran jika para santri menjadikannya panutan mereka dan para santriwati yang mengagumi sosok Fardhan akan pribadinya, bahkan tak jarang ada santriwati yang mengajukan proposal taaruf padanya.
Menjadi putra pertama dari pasangan Yusuf Iskandar dan Sarah Zaifa Iskandar, membuatnya menjadi sosok seorang kakak yang selalu ingin melindungi serta sebisa mungkin menjadi contoh yang baik bagi kedua adiknya. Si kembar, Az-Zikri Bilal Iskandar dan Az-Zahra Balqis Iskandar yang usianya terpaut 10 tahun. Ya, sejauh itu.
Fardhan yang selalu menjaga batasan terhadap lawan jenis, terlebih pada seseorang yang menaruh harapan lebih padanya, alasannya hanya ia tak ingin mendekati zina dan menghormati dengan menjaga harga diri seseorang itu. Namun, ada hal yang membuat orang lain salah faham akan prinsip menjaga batasan pada yang bukan mahram nya, salah faham akibat dirinya sendiri yang dengan berani melanggar peraturan.
Salah faham yang membawa dirinya dilimpahkan tanggung jawab yang sangat besar, tanggung jawab akan masa depan serta tanggung jawab menjalani sisa hidupnya. Tanggung jawab yang nanti akan mengantarkannya ke jalan surga atau neraka-Nya. Ia tak bisa menolak karena tanggung jawab ini ada karena kecerobohan dan kesalahannya. Fardhan ikhlas, ikhlas akan takdir dan ketentuan-Nya. Ia yakin jika ini yang terbaik baginya.
Seorang gadis kecil berlarian dengan riang dan ceria menikmati keindahan yang ada dihadapannya, sebuah tempat yang menenangkan. Ditemani kedua orangtua dan kedua kakak yang begitu menyayanginya.
Mereka sedang menghabiskan waktu liburan. Disana ada danau buatan yang cukup luas jika mereka ingin berkeliling atau sekedar memberi makan ikan karena disana disediakan perahu berukuran kecil yang memuat 2-3 orang. Dan gadis itu menaiki perahu hanya dengan kakak laki-lakinya, ia tak ingin yang lain mengganggu kebersamaannya bersama sang kakak tersayangnya itu.
Selain danau, disana juga terdapat taman dengan berbagai macam bunga yang indah nan cantik. Satu-satunya tempat favorit si gadis kecil, dengan semangat gadis kecil itu menarik lengan kakak laki-lakinya untuk mengikutinya ke taman bunga tersebut, meminta untuk memetikkan bunga mawar putih untuknya dan dengan senang hati sang kakak mengabulkannya.
Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, gadis itu ikut duduk berhadapan dengan sang kakak beralaskan rerumputan dan langsung merebahkan diri di paha kakaknya. Gadis itu bercerita tentang kesehariannya saat di sekolah dengan semangat, dan tak jarang menanyakan bagaimana keseharian kakaknya itu saat tak ada dia disampingnya, dengan wajah lesu kakaknya itu menjawab jika ia sangat kesepian tanpa kehadiran gadis kecil yang imutnya itu. Tentu gadis itu bahagia mendengar penuturan sang kakak. Tak lama gadis itu tertidur.
Gadis kecil itu selalu mendapatkan kasih sayang yang melimpah dari kedua orang tuanya dan juga kedua kakaknya, terutama kakak laki-lakinya.
Namun, seketika semua itu hilang dan hanya menyisakan kenangan.
Gadis remaja yang baru saja pulang dari aktivitas kesehariannya, sudah malam dan ia baru sampai di rumahnya. Memang sudah beberapa bulan ini ia pulang saat hari sudah gelap dikarenakan aktivitas di sekolahnya tak hanya belajar di ruang kelas, ia mengikuti ektrakulikuler dan beberapa tugas kelompok yang benar-benar menguras waktu.
Saat membuka pintu, gadis remaja itu di suguhkan dengan kehadiran kedua orang tuanya dan sang kakak laki-laki yang memasang wajah geram serta kakak perempuannya yang menunjukkan wajah mengasihani.
Ia lelah dan ingin segera istirahat, tapi mereka malah mengeluarkan kata-kata yang membuatnya bosan, kesal, memuakkan, marah dan juga sedih. Gadis itu seakan langsung membuat tembok es yang kokoh, ia sudah menebalkan hatinya dengan kata-kata menyakitkan yang ia terima selama 2 bulan ini. Dan saat ini sudah mencapai puncaknya, ia lelah dan mungkin ini pula saatnya ia melepaskan segalanya. Termasuk rasa percayanya terhadap mereka.
"Sudah berapa kali papa bilang sama kamu, jangan pulang malam. Coba contoh kakak perempuanmu, dia tidak pernah mengecewakan papa." Ucap sang papa dengan tegas dan dingin, tak ada bentakan tapi cukup membuat hati teriris.
Gadis remaja itu hanya diam menunduk. Terlihat dari ekor matanya sang papa langsung meninggalkan tempat.
"Cobalah untuk tidak mengecewakan mama dan papa mu, seharusnya mama masukkan kamu ke tempat sekolah yang sama dengan kedua kakakmu, lihat kakak perempuanmu yang selalu pulang tepat waktu dan tidak banyak tingkah." Kembali terdengar ucapan rendah nan dingin yang masuk ke gendang telinganya, suara sang mama. Dan gadis remaja itu masih dengan tundukkan kepalanya, kembali ia di tinggalkan.
"Jadi perempuan itu harus berharga, pulang tepat waktu bukannya kelayapan sampai malam, perempuan itu lebih baik diam di rumah jika tak ada hal yang penting yang mengharuskan keluar. Seperti kakakmu."
Deg! Suara yang sangat gadis itu kenal baik di telinganya, suara yang selalu ia rindukan, suara yang selalu membuat lelahnya menghilang kini malah membuat hatinya seakan mati membeku. Kakak laki-laki yang selalu ia kagumi sekarang begitu memojokkannya, membandingkannya dengan suara dingin tak tersentuh sarat akan kekecewaan.
Gadis remaja itu mengangkat kepalanya guna melihat wajah sang kakak laki-lakinya itu, namun itu tak terpenuhi, ia hanya melihat punggung tegap sang kakak yang meninggalkannya juga. Tak sengaja ia melihat ke arah dimana sang kakak perempuan berada, disana ia menunjukkan raut wajah yang mengasihani. Sungguh itu benar-benar membuat hatinya kembali keras membeku, berkali-kali lipat.
Ia berlari masuk ke kamarnya, disana ia tak hentinya menangis tanpa mengeluarkan isakan sedikitpun. Tangisan yang begitu menyayat hati. Ia tak habis pikir jika kakak yang selama ini selalu berada dipihaknya kini berpindah haluan, dan yang lebih menyakitkan itu saat ia dibandingkan dengan kakak perempuannya. Mereka tak mengerti, mereka hanya menilai dengan sudut pandang mereka sendiri tanpa menoleh sedikitpun pada sudut pandangnya.
"Kakak..." Lirihnya dengan derai air mata.
"Ken..kenap..pa?" Nafasnya mulai tak teratur membuat ucapannya terbata. Air matanya semakin deras menandakan begitu sedihnya ia akan perlakuan kakaknya itu.
"KAKAK!" Teriak seorang perempuan yang langsung terbangun dari tidurya.
Mimpi tentang kenangannya di setiap malamnya yang selalu mengingatkan kenangan memilukan, seperti kaset rusak yang terus menerus di ulang tanpa henti menjadi mimpi buruknya. Kejadian yang tak pernah bisa ia lupakan, kejadian pertama kali seseorang yang begitu disayanginya menjadi begitu membenci dirinya.
Perempuan itu Farah Aisyah Wijaya, perempuan yang baru saja menduduki bangku kelas 3 SMA. Sudah 4 tahun ia berubah menjadi sosok dingin dan ketus, kejadian yang membuatnya di kelilingi dinding yang menjulang tinggi nan kokoh.
Di usapnya dengan kasar sisa air mata yang ada di sudut matanya.
"Menyebalkan!" Kesal Aisyah yang tak dapat berhenti mengeluarkan air mata.
Aisyah bergegas melangkah menuju kamar mandi, memulai aktivitas kesehariannya seperti biasa.
Mengenakan baju seragam dengan celana jeans dan rok yang ia bawa dalam tasnya karena ia akan mengendarai motor, di pakainya jaket kulitnya dan menyampirkan tas di pundak kanannya lalu mengambil kunci motor dan helm full facenya.
Selesai bersiap, ia langsung melesat pergi dengan motor sportnya tanpa menyapa atau pun berpamitan pada orang tuanya dan kedua kakaknya. Ia tak ingin jika paginya penuh dengan kekesalan dan luka yang menyayat hati karena sikap mereka terhadapnya.
🐼🐼🐼
Salam mata panda🐼
"FARAH AISYAH WIJAYA..." Terdengar teriakan seorang perempuan dengan suara melengking, membuat siapa saja yang mendengarnya mengucapkan umpatan-umpatan kesal.
Siapa lagi jika bukan Luna Melodiana yang biasa dipanggil Melo, perempuan dengan suara khas seperti anak kecilnya. Salah satu orang yang menganggap dirinya sahabat Aisyah dan satu-satunya yang selalu menempel pada Aisyah, padahal ia selalu mendapatkan sikap ketus, dingin dan jarang menanggapi ocehannya.
"Berisik!" Timpal Aisyah dengan tatapan tajamnya.
"Lo harus tau, kalo kita semua sekelas. Kita di kelas unggulan loh Far, kelas IPA-1. Ahh... seneng banget gue, kita jadi bisa barengan terus, bisa sering hangout, bisa liburan bareng, pokoknya kita bakalan sama-sama terus.” Melo terus berbicara dengan semangat.
“Shut up!" Ucap Aisyah tanpa mempedulikan Melo dan terus berjalan meninggalkannya menuju kelas barunya.
Seakan sudah kebal dengan sikap Aisyah, Melo terus tersenyum bahagia mengekori Aisyah yang berjalan dengan cepat menurutnya.
Aisyah menarik kursi yang berada paling belakang dekat dengan jendela dan mendudukinya, di ikuti Melo yang langsung duduk di sebelahnya. Melo tak ingin kalah dengan sahabatnya yang lain yang juga sama-sama ingin berada di dekat Aisyah.
"Pindah!" Usir Aisyah dengan wajah datarnya.
"Far lo kok gitu si sama gue? Gue kan pengen semeja sama lo. Boleh ya, ya, ya?" Melo memelas sembari menggoyakan lengan Aisyah dengan gemas.
"Depan! Atau lo gak bakal liat dunia lagi!" Ancam Aisyah dengan lirikan tajamnya yang tak kalah tajam dengan ucapannya.
"Oh iya... Lo bener, mata gue kan min. Gue harus duduk di depan, thanks Far lo udah ingetin gue. Gue simpen tas dulu." Melo langsung menyimpan tasnya di meja paling depan dan kembali duduk di sebelah Aisyah.
Melo yang senang karena diperhatikan oleh Aisyah, meski caranya memang kasar tapi itulah Aisyah. Perempuan yang berusaha terlihat kuat demi menyembunyikan kerapuhan dan kelemahannya.
Tak lama 3 orang yang juga menganggap dirinya sahabat Aisyah muncul dan menghampiri Aisyah dan Melo, mereka Adela Syafira biasa di panggil Dela, Rayden Aditya biasa di panggil Adit, dan Doni Nugraha yang biasa di panggil Doni.
“Nih makan, abisin. Gue udah belain bangun sebelum subuh buat itu masakan.” Doni menyerahkan kotak makan pada Aisyah.
"Siapa yang minta?" Tanya Aisyah dingin.
"Makan! Gue gak mau jerih payah gue gak dihargai." Ucap Doni tak kalah dingin.
Jika di ibaratkan Doni ini versi laki-lakinya Aisyah, bedanya sikap dan sifatnya itu turun dari ayahnya bukan karena suatu kejadian yang membuat perubahan.
"Buka restoran, lo bisa pasang harga tinggi buat jerih payah lo." Ucap Aisyah yang segera memakan masakan Doni.
Melo, Dela dan Adit hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah mereka. Mereka akan bicara panjang dengan sesamanya, si irit bicara.
Diantara mereka, hanya Doni lah yang sangat pandai memasak dan bisa dibilang Doni itu sosok ibu yang perhatian terhadap anaknya jika menyangkut makanan. Jika diingat, dulu Doni sangat marah saat Adit dan Melo yang memakan 2 box pizza. Doni tidak suka melihat orang yang banyak memakan makanan junk food atau makanan instant, karena itu gak ada sehat-sehatnya jelas Doni kala itu.
Berbeda dengan Doni, Adit melabeli dirinya sebagai playboy bermartabat. Kadang orang lain bingung akan pengakuannya karena ia tak pernah berpacaran atau terlihat dekat dengan perempuan selain sahabatnya, Adit melayangkan rayuan hanya ketika ia melihat perempuan yang lewat dihadapannya saja, tak pernah terlihat seperti playboy pada umumnya yang selalu ganti pasangan setiap hari bahkan setiap jamnya. Ia hanya seorang jomblo yang berkedok playboy.
Dela itu perempuan dengan sikap tegas dan dewasa yang selalu dapat melerai jika sudah terjadi perdebatan diantara mereka, penasihat dengan menggunakan logika yang mudah di terima dan penuh perhitungan.
Sedangkan Melo, ia berbanding terbalik dengan Dela. Melo itu perempuan cengeng jika menyangkut masalah hati yang tersakiti, belebihan memang. Ia bisa bersikap manja pada sahabatnya terutama pada Aisyah, padahal sudah pasti jika ia akan mendapatkan sikap dingin dengan tatapan tajam Aisyah. Melo perempuan polos serta lugu dan itu mengharuskan sahabatnya ekstra menjaga Melo dari orang-orang yang berusaha memanfaatkannya.
“Guys, gue tadi pas lewat ruang kepsek gak sengaja denger kalo ada anak baru yang bakal masuk kelas ini. Karna gue penasaran jadi gue intip dan ternyata cewek cakep pake kerudung, dan kalian tau kerudungnya gede lebar sampe baju seragamnya gak keliatan.” Oceh Adit dengan menggebu.
"Ngapain lo lewat ruang kepsek? Itu kan jalannya berlawanan sama kelas kita.” Tanya Dela heran.
"Biasa, gue kan harus menampakan diri gue yang tampan ini sama adek kelas, supaya eksistesi gue bertambah. Jadi tadi gue keliling dulu." Ucap Adit dengan percaya dirinya.
"Gak guna." Ucap Aisyah bersamaan dengan Dela, Melo dan juga Doni.
Mereka bisa sangat kompak jika itu untuk menjatuhkan dan meledek Adit. Dilihatnya Adit yang memasang wajah kesal pada sahabatnya.
“Gue duduk sama lo, Far.” Ucap Adit masih kesal dan langsung menarik tangan Melo untuk berdiri lalu ia duduk di sebelah Aisyah.
"Ih ngeselin banget si." Ucap Melo dengan mata melotot.
Terdengar suara bel berbunyi, tak lama suara pengumuman yang meminta semua warga sekolah untuk berkumpul di lapangan.
Seperti sekolah pada umumnya, hari pertama di awali dengan panas-panasan di lapangan mendengar berbagai kata sambutan. Setelah selesai para murid kembali ke kelas masing-masing.
Tak lama Bu Rika, wali kelas IPA-1 datang bersama perempuan berjilbab lebar seperti yang dikatakan Adit tadi. Bu Rika mempersilahkan murid baru itu untuk memperkenalkan diri.
"Assalamu'alaikum." Perempuan itu mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam." Serentak seisi menjawab salamnya.
"Perkenalkan, saya Az-Zahra Balqis pindahan dari sekolah di pesantren Ar-Rahman. Mohon bantuannya." Ucap Zahra dengan suara lembutnya.
Setelah memperkenalkan diri Zahra di persilahkan duduk di kursi yang masih kosong, sebelah Doni. Dengan ragu ia melangkah dan duduk di sebelah Doni yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Sesekali Doni melirik Zahra yang duduk gelisah, ia mengerti. Begitu pula dengan Aisyah yang sejak tadi melihat gelagat Zahra yang tampak risih dan tak nyaman karena duduk satu meja dengan laki-laki.
Bu Rika sudah mengabsen serta menunjuk beberapa siswa yang turut betanggung jawab di kelasnya, dan sudah memberitahukan jadwal pelajaran yang akan efektif mulai besok. Beliau meminta para muridnya mengulang pelajarannya lagi dan segera membuat struktur keorganisasian kelas itu hari ini, kemudian beliau pergi karena para guru akan mengadakan rapat para wali kelas.
"Far." Panggil Doni, Aisyah menoleh. Seakan satu pemikiran dengan Doni, ia pun mengangguk mengerti.
"Pindah gih, gue tau lo gak nyaman duduk sama gue." Ucap Doni dengan lirikan mata pada meja Aisyah. Zahra langsung melihat kearah yang di lirik oleh Doni.
"Minggir!" Suara Aisyah terdengar tegas di telinga Zahra.
"Apa si Far? Mau keluar?" Tanya Adit lalu berdiri memberi ruang untuk Aisyah beranjak dari mejanya.
Aisyah berdiri dan keluar dari mejanya, dilihatnya Adit kembali duduk.
"Siapa yang nyuruh lo duduk? Berdiri!" Perintah Aisyah.
“Apa si Far? Kenapa, lo mau gue temenin kemana?” Tanya Adit bingung.
"Pindah!" Ucap Aisyah yang mengambil tas Adit dan di simpannya di meja Doni. "Lo duduk sini." Lanjutnya pada Zahra.
"Makasih." Ucap Zahra pelan pada Doni dan di jawab dengan anggukan.
Adit hanya memandang Aisyah dan Doni dengan tatapan merajuk, tapi tak dihiraukan oleh mereka.
🐼🐼🐼
Salam mata panda 🐼
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!