NovelToon NovelToon

Aruna Dan Cintanya

Satu

"Kak Aruna"

"Kak Aruna"

Teriakan beberapa anak menyambut kedatangan Aruna. Namanya Aruna Azzahra gadis cantik berusia dua puluh dua tahun ini memang setiap akhir pekan akan disibukkan dengan kegiatan mengajar disebuah tempat kumuh yang mereka sebut Sekolah Kardus. Tempat itu terletak diarea pemukiman kumuh dipinggiran kota Jakarta

"Assalamualaikum anak-anak" Sapa Aruna gadis itu memang selalu ramah terlebih pada anak-anak yang menurutnya kurang beruntung

"Kok telat sih Run?" Tanya Asyifa. Asyifa adalah sahabat Aruna sekaligus menjadi salah satu relawan yang ikut mengajar di Sekolah Kardus dia berprofesi sebagai seorang guru disebuah taman kanak-kanak berstandar internasional

"Iya tadi si Blue ngambek!" Jawab Aruna lalu mendekat ke dekat papan tulis

"Kamu nggak pa-pa kan?" Terlihat raut khawatir yang terpancar dari wajah tampan nan teduh yang dimiliki Yusuf, dia juga salah satu relawan ditempat itu

Sebenarnya Sekolah Kardus itu dibentuk oleh Aruna dan Asyifa, berawal dari keprihatinan keduanya melihat nasib anak-anak yang tinggal disekitar kawasan pemukiman kumuh tersebut

Anak-anak yang mereka ajari adalah anak-anak yang kurang beruntung, anak-anak tersebut tidak pernah mendapatkan pendidikan yang harusnya mereka dapatkan

Keterbatasan ekonomi membuat anak-anak tersebut harus menghadapi kerasnya kehidupan dipinggiran kota besar seperti Jakarta, semua anak-anak yang berada disekolah kardus adalah anak-anak pekerja keras diantara mereka ada yang bekerja sebagai pengamen, pemulung bahkan ada yang menjadi kuli angkut di pasar tradisional yang tak jauh dari pemukiman tersebut itulah yang menjadi alasan bagi Aruna dan Asyifa menciptakan Sekolah Kardus.

Ya walaupun hanya dua hari dalam seminggu tapi sudah lebih dari cukup bagi anak-anak untuk mendapatkan sedikit ilmu yang bisa mereka terapkan di kehidupan sehari-hari

Sebenarnya bukan hanya keduanya, dalam menjalankan Sekolah ini mereka juga mendapat bantuan, selain Yusuf yang merupakan sahabat Aruna dan Asyifa juga ada Prayoga yang merupakan kekasih sekaligus calon suami Asyifa mereka akan menikah beberapa bulan lagi. Keempatnya mengajarkan kepada anak-anak sesuai kemampuan masing-masing yang banyak mengajar adalah Asyifa yang memang berprofesi sebagai guru yang bergantian dengan Aruna sementara Yusuf mengajari anak-anak mengaji mengingat dia adalah lulusan dari pesantren

"Loh Fatir mana? Kok nggak dateng" Tanya Aruna yang melihat muridnya kurang satu

"Ibunya nggak ngizinin kak, katanya mending ngamen biar dapet duit" jawab Nayla yang salah satu murid disekolah kardus

Aruna menarik napas panjang mendengar jawaban dari muridnya. Ini adalah salah satu kendala bagi Aruna dan teman-teman, tak adanya dukungan dari beberapa orang tua anak-anak tersebut bagi mereka bekerja akan jauh lebih baik dari pada harus membuang-buang waktu untuk belajar

"Ya udah kita mulai aja yaa belajarnya!" Titah Aruna. Anak-anak pun mulai mengeluarkan buku mereka dan mulai belajar,

Semua anak-anak terlihat sangat bersemangat dalam menuntut ilmu walaupun tidak disekolah yang sama dengan anak-anak lain yang lebih beruntung mereka tetap bahagia karena sudah bisa membaca dan menghitung itu sudah lebih dari cukup bagi mereka terlebih mereka juga diajarkan bahasa Inggris oleh Asyifa

"Kenapa lagi si Bluemu?" Tanya Yusuf saat keduanya dalam perjalanan pulang setelah selesai mengajar

"Nggak tau tuh Kak, tiba-tiba aja mogok" jawab Aruna dengan suara sedikit keras karena tengah berada diatas motor yang dikendarai Yusuf

"Diganti sama yang baru aja!" Canda Yusuf

"Enak aja. Blue itu kesayangannya Runa loh kak" jawaban Aruna membuat Yusuf tertawa

"Terus besok kerja gimana?"

"Nanti minta tolong sama mas Rafi buat anter"

"Kalau kak Yusuf aja yang anterin gimana?" Tawar Yusuf

"Nggak usah lah kak, nanti malah ngerepotin lagi. Lagian kan kantor Runa nggak searah sama tempat kak Yusuf ngajar" Tolak Runa

"Padahal nggak pa-pa loh Run"

"Iya makasih kak tapi beneran nggak usah nanti biar sama mas Rafi aja"

Dirumah

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Yusuf mengantarkan Aruna pulang kerumah biasanya Aruna akan berkendara sendiri namun motor kesayangannya tiba-tiba harus masuk bengkel

"Dianterin siapa dek?" Tanya Rafi setelah mendengar deru mesin motor meninggalkan pekarangan rumah

"Kak Yusuf" Jawab Aruna

"Ciee.. ciee" Goda Mutiara sang kakak ipar yang merupakan istri Rafi

"Apaan sih mbak Muti" wajah Aruna bersemu mendengar nada menggoda dari Mutiara

"Jangan digodain gitu dong sayang, entar Arunanya terbang loh" Rafi ikut menimpali sang istri

"Ohh yaa emang motor kamu kemana dek?" Tanya Rafi

"Mogok" jawab Aruna singkat

"Mogok lagi?"

"Mending kamu beli baru aja deh Run, biar si Bluemu itu dimuseumkan aja" mendengar ucapan Mutiara membuat suami istri itu tertawa

"Enak aja Blue itu nggak akan pernah tergantikan lagian beli motor nggak semudah beli kacang mbak" Aruna berlalu menuju kamarnya karena hari sudah beranjak sore

"Ohh yaa mas, Bapak mana?" Tanya Aruna seraya memunculkan kepalanya dari balik tembok

"Dimesjid, katanya ada pengajian mungkin pulangnya habis isya" jawab sang kakak

"Oohh" Aruna lalu kembali ke kamarnya

"Kamu nggak kemesjid mas?" Tanya Mutiara pada sang suami keduanya tengah bersantai didepan televisi

"Nanti aja sayang sekalian shalat ashar" Mutiara hanya menggelengkan kepalanya

***

"Runaa" teriak Rafi saat sang adik masih betah didalam kamarnya

"Iya mas bentar"

"Lama mas tinggal nih!"

"Iihh mas Rafi tega banget" Ujar Aruna saat berada dihadapan sang Kaka yang sudah berkacak pinggang. Hari ini terpaksa Aruna harus diantar sang kakak karena motor kesayangannya tengah berada dibengkel

"Nggak sarapan dulu Run?" Tanya Mutiara

"Nggak sempet mbak"

"Lama banget sih. Masmu ini guru bukan yang punya sekolah" omel Rafi. Rafi adalah seorang guru disebuah sekolah menengah pertama negeri diJakarta

"Iya, yaa Allah mas nggak sabaran banget sih bentar lagi jadi bapak loh" Ucap Aruna

"Nggak usah bawa-bawa anak mas kamu"

Keduanya pun berpamitan dengan mencium punggung tangan sang ayah dan Mutiara sementara Rafi dengan diselingi sebuah ciuman di kening sang istri lalu mengusap perut yang sudah mulai membuncit itu

"Udah nggak usah mesra-mesraan katanya telat" Teriak Aruna, dirinya sudah berjalan lebih dulu

"Sirik aja"

Dikantor

"Kamu dianterin siapa Run?" Tanya Anna sahabat Aruna dikantor mereka sama-sama berada di divisi pemasaran disebuah perusahaan properti terbesar dikota ini

"Itu tadi Kakak aku An" jawab Aruna. Keduanya memasuki lift lalu menuju tempat dimana keduanya bekerja

"Ganteng banget kakamu Run, aku boleh lah jadi kakak iparmu" ujar Anna cengengesan

"Enak aja. Kakaku udah nikah bentar lagi jadi ayah"

"Yaah cintanya layu sebelum berkembang"

Dua

"Yaah cintanya layu sebelum berkembang" Anna merubah raut wajahnya menjadi sendu sementara Aruna hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah sang sahabat

"Oh ya aku denger CEO baru di perusahaan ini bakal dateng beberapa hari lagi" Anna mengalihkan lagi pembicaraan keduanya

"Ohh yaa?"

"Aku denger juga kalau CEO baru kita itu masih muda dan ganteng lulusan luar negeri lagi"

"Oh yaa?"

"Iya, dia adalah ahli waris Hartawan grup"

"Ohh yaa?" Berbeda dengan Anna yang begitu antusias, Aruna justru memilih untuk tidak peduli

"Kamu kok ooh mulu sih Run" Anna kesal sendiri

"Terus aku harus jawab apa?"

***

Setelah bekerja Aruna bersiap untuk pulang diparkiran dirinya sudah menunggu kedatangan sang kakak untuk menjemputnya

Aruna mengerutkan keningnya melihat sosok yang tengah menungguinya diatas motor "Kak Yusuf?" Gegas Aruna menghampirinya namun suara Anna mengejutkannya

"Itu siapa lagi Run? Kakakmu juga? Nggak kalah ganteng dari yang tadi" kembali Anna cengengesan

"Itu kak Yusuf, dia temenku An"

"Temen apa demen?" Goda Anna sambil menaik turunkan alisnya

"Temen sih, tapi demen juga" Keduanya tertawa

"Aku doain biar beneran jodoh"

"Aamiin" Aruna lalu mengusapkan telapak tangan pada wajahnya mengaminkan ucapan Anna

"Beneran demen kayanya"

"Udah ah, aku duluan ya An" Aruna sedikit mempercepat langkahnya meninggalkan Anna yang sudah hendak menaiki motor matic miliknya

"Kok yang jemput kak Yusuf, mas Raffi mana?" Tanya Aruna saat berada dihadapan Yusuf sebenarnya ia juga senang saat tahu yang menjemput adalah pria yang ditaksir sejak masih kuliah dulu.

Yusuf adalah seniornya dikampus, Yusuf mengambil jurusan Ilmu agama Islam sementara Aruna mengambil jurusan ekonomi

Mereka semakin dekat karena orang tua mereka juga bersahabat. Tanpa Aruna ketahui bahwa Yusuf juga menaruh hati padanya

"Tadi kakak minta sama masmu untuk jemput kamu, nggak pa-pa kan?"

"Ya nggak apa-apa dong kak" jawab Aruna

"Nggak pa-pa banget malah" gumamnya lalu tersenyum sendiri

"Kamu kenapa Run?" Yusuf bingung melihat tingkah Aruna

"Ehh eng-nggak pa-pa kok kak" sekarang Aruna salah tingkah sendiri

"Ayo naik!" Aruna naik keatas motor, mereka lalu pergi meninggalkan area kantor sebelum pulang Yusuf mengantarkan Aruna kebengkel dimana motornya tengah diservis

"Gimana motor Runa bang?" Tanya Aruna saat sampai disebuah bengkel langganannya

"Tuh. Udah sembuh dia" jawab Hadi dia adalah montir dibengkel tersebut

"Alhamdulillah makasih yaa bang Hadi"

"Semuanya jadi berapa bang?"

"Bayar sama cinta kamu juga nggak pa-pa kok Run" sambil Cengengesan Hadi melayangkan rayuan mautnya pada Aruna yang langsung dihadiahi tatapan mematikan dari pria yang tadi menemani Aruna

"Eekkhem" Yusuf berdehem yang tentu saja disadari oleh Hadi yang langsung tersenyum kecut

"Yah pawangnya marah Run" Aruna tertawa mendengar celotehan konyol dari Hadi pria itu seusia Raffi sang kakak Hadi juga sahabat Raffi saat dulu masih mengeyam pendidikan disekolah menengah atas

***

Kediaman Hartawan

"Anak kamu itu baru datang besok loh sayang" ujar Sandi pada sang istri yang terlihat sibuk menyiapkan acara sambutan untuk kedatangan putranya

"Emang kenapa sih mas, yang Dateng itu anak kesayangan aku masa penyambutannya biasa-biasa aja" Ujar Faradina pada suaminya dengan bibir yang sudah mengerucut

"Ooh jadi aku bukan anak kesayangan gitu?" Hanggini Hartawan adalah putri sulung dari Sandi Hartawan dan istrinya Faradina

"Anggi!!" Faradina langsung memeluk putri yang begitu dirindukannya

Hanggini atau yang kerap disapa Anggi memang tinggal terpisah dari orang tuanya setelah menikah. Walaupun dijodohkan namun pernikahannya dengan Adrian Sanjaya berjalan begitu harmonis, mereka sudah dikaruniai putri kecil yang diberi nama Kasih Aryana Sanjaya gadis cantik berusia Lima tahun itu menjadi pelita hidup bagi keluarga besar Hartawan

"Jadi bener nih, aku bukan anak kesayangan Mama" Bibir Anggi sudah maju beberapa senti

"Ya enggak lah kamu itu tetap jadi princessnya mama" Faradina memeluk Anggi kemudian celingukan seperti mencari sesuatu

"Princess kecilnya Mama mana?"

"Huu sekarang prioritas utama mama adalah Kasih bukan aku lagi"

"Sama anak sendiri kok cemburu sih Gii" Faradina sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya itu

"Omaa.. Opaaa" Suara teriakan dan langkah kaki kecil membuat Sandi dan Faradina tersenyum bahagia

"Kesayangannya omaa" Faradina merentangkan tangannya menyambut sang cucu

"Aku lindu banet sama Oma" ujar gadis kecil itu yang masih cadel

"Ome juga kangeeen banget sama Kasih"

"Sama opa nggak kangen nih?"

Kasih mengurai pelukan Faradina lalu bergegas menghampiri dan memeluk sang opa

"Assalamualaikum Pah Mah" Adrian menghampiri lalu mencium punggung tangan Sandi dan Faradina bergantian

"Waalaikumsalam"

"Oh yaa kalian nginep kan?" Tanya Faradina pada anak dan menantunya

"Iya Mah, kita juga mau nyambut si biang kerok yang pulang besok" Semuanya tergelak mendengar julukan yang diberikan Hanggini pada sang adik

"Papa mau ke masjid kampung sebelah dulu ada pengajian disana" Pamit Sandi pada keluarganya

"Kenapa papa suka banget si ikut pengajian dikampung itu? Bukannya disekitar sini juga kadang ada pengajian?" Tanya Hanggini pada Faradina setelah Sandi pergi

"Papa kamu kan dulu tinggal disana sayang, bahkan sebelum keluarga kita seperti sekarang Papa sama Mama lama tinggal disana" terang Faradina

***

Hari ini Aruna tidak lagi diantar oleh sang kakak. Aruna mengendarai motor matic berwarna biru miliknya

Aruna menyusuri jalanan kota yang tampak ramai pagi itu tiba-tiba motornya menyerempet bemper sebuah mobil mewah yang berhenti karena lampu merah

"Astagfirullah" Pekik Aruna saat motonya menggores bemper mobil mewah yang ditaksir berharga miliaran itu

Seorang pria berpakaian sopir keluar dari dalam mobilnya dan menghampiri Aruna, dirinya pikir pria tersebut akan minta maaf tapi ternyata hanya turun untuk memarahinya

"Gimana sih mbak mobil majikan saya jadi lecet nih" ujar pria tersebut

"Motor saya juga lecet pak lagian ini juga salah bapak" Ujar Aruna tak mau kalah

Mendengar pertengkaran dari luar mobil pria yang sejak tadi duduk manis dikursi penumpang menurunkan kaca mobilnya

"Ada apa pak Budi?" Terdengar suara bariton seorang pria dari dalam mobil dapat Aruna lihat betapa tampannya pria tersebut

"Ini tuan, ada gadis aneh yang nabrak mobil kita" Jawab sopir yang bernama Budi itu

"Gadis aneh?" Gumam Aruna

"Bapak nggak liat apa kalau motor saya juga lecet?"

"Motor kamu itu butut nggak bisa kamu samain dengan mobil mewah ini!"

"Iih bapak jangan sembarangan yaa kalau ngomong. Blue itu nggak butut" ucapnya tak terima

Pria yang sejak tadi berada didalam mobil sampai terkekeh mendengar nama yang disematkan gadis aneh itu pada motornya

"Udah pak Budi nggak usah diladeni nanti bawa mobilnya kebengkel! Nggak perlu minta tanggung jawab dari gadis aneh seperti dia hanya buang-buang waktu"

Tiga

"Udah pak Budi nggak usah diladeni nanti bawa mobilnya kebengkel! Nggak perlu minta tanggung jawab dari gadis aneh seperti dia hanya buang-buang waktu" ucap pria tersebut dengan nada sombongnya

Mobil itupun melaju meninggalkan Aruna yang masih sibuk dengan amarahnya karena sudah merasa sangat dihina

"Ihsshh dasar orang kaya sombong" umpat Aruna

Kediaman Hartawan

Sebuah mobil Mewah memasuki area kediaman Hartawan, rumah bergaya klasik modern tersebut terlihat begitu megah. Seorang pria baru saja memasuki rumah dengan disambut beberapa pelayan

"Selamat datang tuan muda" Ucap salah seorang pelayan

Tak menjawab pria tersebut berjalan sambil terus melihat kekiri dan kanan mengamati setiap sudut rumah mewah tersebut yang tak jauh berbeda saat terakhir dilihatnya

"Biru!"

"Mama"

Faradina yang baru keluar kamar gegas menghampiri laki-laki tampan tersebut dan membenamkan diri dalam pelukannya

Aksa Biru Hartawan adalah putra bungsu keluarga Hartawan, selama dua tahun dirinya berada di Amerika guna mengenyam pendidikan untuk gelar Masternya

"Mama kangeen banget sama kamu sayang" ucap Faradina setelah mengurai pelukan pada sang putra

"Biru juga kangen banget sama Mama"

"Sama papa enggak kangen gitu" suara seorang pria membuat keduanya menoleh

"Apa kabar Pah" Biru beralih memeluk sang papa

Keluarga Hartawan benar-benar menyambut kedatangan Biru dengan penuh suka cita

Sandi yang bahagia, pagi ini mengajak sang putra yang juga adalah pewaris perusahaan Hartawan grup datang untuk mengunjungi perusahaan tersebut

Kabar akan kedatangan Aksa Biru Hartawan menyebar dengan cepat dikantor, semua karyawan bersiap untuk menyambut kedatangan sang CEO

Semua karyawan berjejer rapi menyambut kedatangan Sandi Hartawan dan putranya termaksud Aruna

"Astaga Run, itu anaknya pak Sandi ganteng banget" ucap Anna dengan mata berbinar

"Mana sih aku nggak liat" Aruna yang memiliki tubuh lebih pendek memang sedikit kesulitan untuk melihat kedepan terlebih hampir seluruh karyawan dari semua divisi berada disana

"Makanya jangan pendek Runa"

"Kamu ngatain aku" ucap Aruna tak terima"

"Udah ahh. Ayo! Lagian nggak keliatan juga" Aruna berlalu meninggalkan Anna begitu saja, sebenarnya ia juga tak tertarik untuk melihat wajah tampan dari CEO tersebut

"Ihh Runa tungguin!"

Tiba diruangan Biru segera duduk dikursi kebesarannya menatap ruangan yang begitu luas semua barang tertata dengan rapi

"Inget! Kamu disini buat kerja bukan main perempuan" ucap Sandi pada putranya

"Iya. Papa tenang aja!" Biru hanya tersenyum mendengar ucapan sang ayah

Suara pintu diketuk menghentikan percakapan keduanya

"Masuk"

"Selamat pagi pak Sandi!" Ucap seorang pria dengan setelan jas rapi

"Kevin, kenalkan ini Biru anak saya!" Ujar Sandi memperkenalkan putranya pada Kevin

"Selamat pagi pak Biru" Kevin sedikit membungkuk guna memberi hormat pada atasannya

"Ini Kevin, dia adalah asisten pribadi kamu. Kevin yang akan memperkenalkan kamu dengan perusahaan ini, dia sudah berada di perusahaan ini lama jadi Kevin adalah orang yang paling tepat menjadi asisten pribadi kamu" terang Sandi sementara Biru hanya mengangguk saja

"Oh ya Kevin, selain tugas kantor, saya juga punya pekerjaan lain untuk kamu" ujar Biru membuat Kevin menghentikan langkahnya. Sandi sudah pergi lebih dulu, kehadiran Biru membuatnya memiliki waktu lebih untuk kegiatan diluar pekerjaan

"Pekerjaan apa pak?"

"Mulai sekarang kamu harus menyiapkan 'wanita' untuk saya!"

"Wanita? Maksud bapak?"

"Yaa kamu taulah maksud saya, saya ingin wanita berbeda setiap harinya kamu paham?" Terang Biru

"Baik pak! Ada lagi?"

"Tidak itu saja! Oh ya dan jangan sampai Papa tau tentang ini!"

"Iya baik pak" Kevin akhirnya berlalu keluar dari ruangan tersebut

"Uhh.. side jobnya benar-benar meresahkan, sepertinya mata suciku akan ternoda setelah ini" gerutu Kevin, selama menjadi asisten pribadi Sandi ia tak pernah mendapat perintah yang menurutnya mengerikan seperti ini

Namun, ini adalah perintah dari CEO yang harus ia laksanakan, mulai hari ini ia harus masuk kedalam tempat-tempat yang belum atau bahkan tidak ingin ia masuki

***

Aruna melajukan motornya meninggalkan area kantor, ia melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan kota yang penuh akan hiruk pikuk kendaraan orang-orang yang pulang kerja, tiba-tiba netranya menangkap seorang wanita tua yang hendak menyeberang jalan

Ia menggunakan tongkat sebagai penunjuk jalan itu artinya wanita itu tak dapat melihat, bagaimana dia bisa menyeberang dengan kondisinya belum lagi padatnya kendaraan sore itu pikir Aruna

Aruna turun dari motornya, mendekati wanita tua itu dan menuntunnya menyebrang jalan saat lampu menunjukkan warna merah

Semua yang ia lakukan tak luput dari pandangan seorang pria menatapnya dari dalam mobil mewah berwarna hitam miliknya, bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman

"Dia gadis pemilik motor biru itu?" Biru tak melepaskan pandangannya pada gadis tersebut hingga ia kembali menaiki motornya dan melaju saat lampu berubah warna menjadi hijau

"Gadis yang menarik!" Gumam Biru sambil tersenyum

"Ada apa tuan? Apa ada yang lucu?" Tanya seorang pria dengan pakaian sopir didepannya

"Tidak ada! Sudah sana fokus pada jalanan saja!"

"Maaf tuan"

***

Kediaman Hartawan

Makan malam dirumah Hartawan begitu berbeda malam ini, kepulangan Biru membuat rumah ini kembali seperti rumah bagi Sandi dan Faradina

"Oh yaa Biru, karena kamu sudah ada di Indonesia Papa mau bicara hal serius sama kamu!" Ucap Sandi disela kegiatan makan malam mereka

"Hal serius apa Pah?" tanya Biru penasaran

"Papa ingin kamu segera menikah!" Ucapan Sandi bahkan membuat Biru tersedak karena terkejut

"Nikah? Aku bahkan nggak kepikiran untuk menikah Pah"

"Maksud kamu apa? Usia kamu sudah cukup untuk menikah Biru!"

"Nak, kamu bisa ketemu dulu sama gadisnya kan, setelah itu kamu boleh putuskan untuk menerima atau menolak perjodohan ini!" Ucap Faradina lembut

"Tapi Mah!" Biru bahkan memasang wajah memelas

"Sudahlah Biru, lagian Mama nggak begitu suka sama pacar kamu itu, pakaiannya terlalu terbuka belum lagi kayaknya matre gitu" ujar Faradina

"Gini! Nanti Papa akan atur pertemuan kamu sama anaknya pak Firman, benar kata Mama, kamu bisa menolak kalau memang kamu tidak suka dengan putrinya pak Firman nanti" jelas Sandi

"Berarti aku bisa nolak?" Tanya Biru dengan antusias

"Iya, tapi Papa yakin kamu akan langsung setuju. Putrinya pak Firman itu cantik, Papa udah pernah liat fotonya" ucap Sandi dengan senyuman terukir di wajahnya

"Foto? Papa bilang dia cantik hanya karena liat fotonya?" ucap Biru tak habis pikir dengan apa yang sang Papa katakan

"Iya. Tapi dia memang cantik Biru" ujar Sandi tak mau kalah

"Terserah Papa aja" Biru menghela nafasnya berat, sangat sulit jika sudah berdebat dengan sang Papa

"Tapi aku udah punya pilihan sendiri Pah" batin Biru

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!