NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Bos Mafia Tampan

Hari Pertama

"Nak. Kamu disini jaga diri baik-baik ya, jaga pola makan, jangan telat bangun pagi, jangan lupa olahraga dan ingat kalau ada yang menjahatimu keluarkan jurus karatemu yang sudah paman ajarkan selama ini." ucap seorang pria paruh baya yang terlihat begitu khawatir dengan anak gadisnya itu.

"Iya iya paman. Aku ngerti kok. Paman tidak usah khawatir begitu, aku kan sudah dewasa." jawab seorang gadis dengan perawakan tinggi dan bugar, kulit bersih dan wajah yang cantik mempesona.

Terlihat sedang meletakkan 2 tas koper besar dan kecil didepan sebuah rumah atau sepertinya kontrakan kecil, ditambah perintilan kardus-kardus yang diikat dengan tali rafia.

"Nak, Budhe yakin kamu bisa jaga diri baik-baik disini, kalau ada apa-apa tinggal panggil Zeevan aja ya." ucap seorang ibu paruh baya yang merupakan istri dari paman tadi.

" zeevan, kamu harus bisa jagain dia, kan kontrakan kamu gak jauh dari sini kan?! Ibu tolong ke kamu ya nak." ucap budhe lagi.

" siap ibu, ibu tidak usah khawatir." jawan laki-laki yang dipanggil Zeevan itu, yang ternyata anaknya budhe dan paman.

Aprita hanya tersenyum.

"Cuma kamu yang bisa di andalkan van. Tolong jagain Aprita ya, kan dia sudah seperti adik mu." tambah paman dengan raut wajah memohon dengan penuh harap.

" iya bapak, zeevan akan jagain dan lindungi Prita kok. Tapi sebebernya ... Tanpa di jagainpun Prita bisa jagain diri sendiri kok. Iya kan Prit?" uvap Zeevan sedikit bercanda.

Aprita tertawa kecil.

Lalu barang-barangnyapun dibawa kedalam kontrakan, setelah itu merekapun berpamitan. Paman dan Budhe pulang dengan mobil pribadinya. Sementara Aprita ditinggal bersama Zeevan.

Zeevan adalah kakak tiri sekaligus satu-satunha dari kecil semenjak dia di adopsi oleh pamannya. Meskipun usia mereka berdua sama, Zeevan berhasil menjadi sosok kakak yang selalu melindungi adiknya meskipun bukan adik kandung. Aprita merasa beruntung bisa hidup dan berada di keluarga itu.

" Makasih ya van, selalu mau aku repotin gini." ucap Aprita merasa sungkan.

" Hey ... kamu lupa lagi ngomong sama siapa." jawab Zeevan.

" Iya .. iya .. kak zeevan tersayang." ucap Aprita sambil mencubit kedua pipi Zeevan dan tertawa kecil.

" Aduh ... Ternyata kamu sudah berani ya cubit-cubit pipi." kata Zeevan sambil balas dendam mencubit hidup Aprita.

Lalu mereka berdua mulai membersihkan dan menata barang-barang di kontrakan itu.

" Oh ya. Kontrakan kak Zeevan sebelah mana?" tanya Aprita penasaran.

" Deket kok, di gang sebelah, lurus terus mentok belok kiri, ada tulisan "Kos Putra Burung Gagak"." jawab Zeevan sembari menata kursi.

Aprita hanya mengangguk-angguk saja tanpa memperhatikan betul ucapan Zeevan.

Setelah 2 jam mereka beberes, akhirnya selesai juga. Aprita sudah tepar dan Zeevanpun kelelahan. Mereka lalu memesan makanan online. Setelah makanan datang mereka berduapun makan bersama.

" Kabari aku aja kalau butuh bantuan ya Prit." ucap Zeevan sebelum berpamitan.

" Siap kak. Terimakasih banyak atas bantuannya. " jawab Aprita sembali senyum dan bersalaman layaknya seorang kakak adik.

Setelah berpamitan Zeevanpun pergi dengan taksi online yang sudah dipesannya. Karena sebeneranya jarak kontrakan dia dengan kontrakan Aprita lumayan jauh kalau jalan kaki.

Zeevanpun menghilang dari pandangan Aprita. Kini tinggalah Aprita seorang diri. Jam masih menujukkan pukul 14.15 WIB, dimana keadaan kota Jakarta masih panas dan terik. Namun Aprita sudah tidak kuat lagi jika harus keliling atau jalan-jalan ke sekitaran.

"kayaknya nanti malam aja deh kelilingnya. Aku mau istirahat dulu." gerutu Aprita sembari merebahkan tubuhnya ke atas Sofa besar yang sudah ada dari sebelum mereka pindah.

Tidak selang berapa lama, Aprita sudah memejamkan matanya dan terlelap dalam tidurnya.

Hingga siang berubah menjadi petang, Adzan Maghrib sudah berkumandang. Karena masjid lumayan dekat dengan kontrakan Aprita terbangun karena mendengar suara adzan yang cukup kencang. Dia melihat jam di layar ponselnya. Lalu segera mengambil handuk dan membersihkan diri ke kamar mandi. 15 menit kemudian, Aprita mulai beribadah.

Setelah selesai semuanya, dia bersiap-siap karena mau keliling sekaligus membeli makanan untuk makan malam dan beberapa stok jajan. Ternyata kebetulan ada pasar malam di daerah sekitar, tetapi harus melewati gang yang sempit dan sepi.

" Nggak papa, disini aman kok." ucap Aprita dalam hati.

Karena memang gangnya lumayan panjang, sempit dan sepi, ditambah lampunya padam, sehingga memberi kesan mistis.

Tiba-tiba ada segerombol geng motor datang menghampirinya. Ada 2 motor, yang isinya 2 orang dan satu orang. Mereka mencoba menggoda Aprita dan berusaha menyentuh tangannya. Lantas Aprita reflek dan langsung pasang kuda-kuda, lalu menyerang geng motor itu.

Mereka tidak terima dan marah, 2 orang menyergap Aprita dan menahannya, sementara satu orang lagi mencoba mempermainkan Aprita dengan menyentuh pipi dan bibir Aprita.

" Mau apa kalian?!" gerap Aprita.

" Hey, santai nona. Kami kesini cuma mau kenalan aja dengan nona, tapi nona malah menyerang kami."

" Begini cara perkenalan kalian dengan seorang wanit?!" gerapnya lagi.

Aprita dipegangi oleh 2 orang cowok dengan badan kekar dan berotot sehingga dia tidak bisa melepaskan diri.

" kalau nona bisa santai, kami tidak akan melakukan tindakan seperti ini. Tapi nona memaksa." jawab laki-laki berambut grondrong hitam legam didepan Aprita.

Namun raut wajah Aprita tidak menunjukkan seditik rasa takut dan malah meludahi wajah laki-laki gondrong didepannya itu dan segera menendang perutnya, Aprita berusaha melepas tangannya dari cengkeraman 2 orang tadi.

Aprita memasang kuda-kuda dan melawan mereka dengan pukulan dan tendangan karate yang dia pelajari selama beberapa tahun ini.

Fyi, Aprita pernah 3 kali juara 1 lomba Karate tingkat nasional. Sehingga sudah tidak diragukam lagi kemampuan dan kekuatan bela dirinya.

Aprita memang gadis tanggung dan tidak mudah dikalahkan.

Namun sekuat-kuatnya wanita beladiri, jika satu lawan 3 tetap saja, kalah. Aprita berhasil tersungkur dengan wajah babak belur, bibirnya penuh darah dan telapak tangannya tergores aspal. Badannya sudah merasa lemas karena kekuatan merekaa tidak sebanding ditambah badan mereka jauh lebih besar dibanding dirinya yang hanya memiliki berat badan 56 Kg.

Ketika tersungkur 2 orang laki-laki sangar menarik kedua tangan Aprita dan mengikatnya ke belakang serta menutup mata dan mulutnya. Aprita semakin brutal dan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri namun tidak sanggup. Satu pukulan keras melayang ke wajah Aprita dan membuatnya pingsan.

Saat Aprita tidak sadarkan diri dan hendak dibawa kabur oleh mereka bertiga, tiba-tiba sebuah mobil sport datang dengan kecepatan tinggi dan menuju ke arah mereka dan langsung menabrak mereka.

DUBRAKKK !!!!

Suara hentakan mobil yang menabrak begitu kencang terdengar, namun karena di gang itu sepi sehingga tidak ada orang yang mendengarnya.

Siapa laki-laki itu?

Seorang laki-laki berpawakan tinggi, tegap dan gagah memakai pakaian serba hitam itu keluar dan segera menyerang 3 orang penjahat itu. Pukulan demi pukulan langsung mendarat di wajah mereka. Tanpa basa-basi laki-laki itu menghabisi mereka bertiga tanpa ampun. Hingga oara penjahat itu tersungkur dengan wajah babak belur.

" Jangan coba-coba menyerang seorang wanita, brengsek!!!" ucap laki-laki itu.

Para Penjahat itu sudah lemah tak berdaya. laki-laki itu mencari barang di saku jaket salah satu penjahat itu, dan setelah ditemukan ternyata barang dia cari adalah kalung berbandul batu kristal warna biru dengan tulisan inisial "R".

setelah mengambil kalung itu dan menyimpannya didalam saku jaket, laki-laki itu menghampiri Aprita yang masih pingsan dengan mata dan mulut yang masih tertutupi oleh kain. Dia langsung mengangkat tubuh Aprita dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Di dalam perjalanannya laki-laki itu sempat memperhatikan tubuh Aprita yang ternyata cukup bagus bentuknya. Badan tinggi, berisi tapi ramping dan kulit yang bersih.

Namun perhatian itu buyar ketika dering telepon dari ponselnya berbunyi.

" Ya ... halo..." sapanya.

" Saya ada urusan sebentar, suruh pak Yogi untuk menandatangi perjanjian itu."

" Perjanjian pembelian pistol tipe xxx secara ilegal. Sebelum itu pastikan pihak kedua sudah menjamin keamanannya." ucap si laki-laki itu.

Aprita sudah siuman sedari tadi, dia mendengar obrolan laki-laki itu.

" Apa?? Ilegal ? Dia seorang mafia?" cetus Aprita yang secara tak langsung laki-laki itu mendengar cetusannya.

" Akh ... Sial." gumam laki-laki itu seraya mempercepat laju mobilnya.

" Siapa anda?? anda pasti bos dari penjahat yang tadi kan ?? Heh ... saya mau dibawa kemana ?" tanya Aprita sambil berusaha menyerang laki-laki itu.

Tapi laki-laki itu berhasil menangkis serangan Aprita, namun mobil malah menjadi oleng dan hampir celaka. laki-laki itu terpaksa menghentikan mobilnya dan menyelesaikan masalah ini.

" Anda... pengecut !!! Beraninya anda menyerang seorang wanita ?"

" Bukan saya yang menyerang anda!" jawab laki-laki itu.

" Justru saya yang menyelamatkan hidup anda." tambahnya lagi.

" Mana mungkin? Terus kenapa saya bisa ada di mobil ini, anda pasti mau culik saya kan ? Dan oh ... Ternyata anda seorang mafia ?? Pantas saja otak anda sekotor itu."

laki-laki itu hanya menghelas nafasnya dan dengan terpaksa menahan diri.

" Saya mendengar semua obrolan anda tadi, bahwa anda akan melakukan jual beli senjata ilegal. Akan saya ingat baik-baik suara anda dan ... Nama anda, siapa nama anda. Akan saya laporkan ke kantor pusat."

laki-laki itu kembali menghela nafasnya dan mengambil pistol di rak saku mobil bagian depan. Lalu ingin menarik pelatuknya. Pistol itu diarahn ke jidat Aprita yang masih tertutupi kain.

Cklek ! Suara peluru pistol dimasukkan.

" Apa anda mencoba mengancam saya? Kita bahkan tidak saling mengenal." ucap laki-laki itu.

Aprita terkejut, tapi dia tidak boleh panik meskipun dia merasakan bahwa pistol sedang mengarah ke jidatnya. Kalau saja laki-laki itu emosi dan langsung menarik pelatuknya dia sudah tidak bisa bertemu keluarganya lagi besok dan selamanya.

" Dan satu hal lagi ... Apa begini caramu mengucapkan terima kasih kepada orang yang sudah menyelamatkan hidup anda?!" ucap laki-laki itu dengan suara lebih sangar lagi dan terasa begitu dekat di telinga Aprita.

Sampai-sampai Aprita menelan ludahnya sendiri dan keringat bercucuran di jidatnya.

" Pilihan anda hanya ada dua, Tutup mulut anda atau saya tembak kepala anda." kata laki-laki itu.

Kali ini laki-laki itu menahan leher Aprita dengan mencengkeramnya kuat-kuat seperti mencekik. Aprita kesulitan bernafas hingga rasanya mau pingsan.

" Saya minta turunkan saya disini." jawab Aprita sambil terbata-bata karena leher yang sesak.

Akhirnya laki-laki itu melepaskan cengkeramannya yang sudah membekas kemerahan di leher Aprita dan membuka pintu mobil, meskipun tidak sesuai pilihan yang diberikan laki-laki itu tetap berbaik hati untuk membantu Aprita keluar dari mobilnya.

Setelah turun dari mobil, Aprita hanya diam dan mencoba menjaga jarak. Laki-laki itu sebenarnya merasa kasihan dengan Aprita karena sejatinya dia tidak tega menurunkan seorang wanita di tengah jalan, tapi apa boleh buat. Keadaan malah berbalik.

" Satu lagi, bisa anda lepaskan kain penutupnya?!" pinta Aprita dengan nada ketus.

" Lebih baik tidak perlu." jawab laki-laki itu yang masih mau membantu melepas ikatan tali ditangannya lalu segera masuk lagi ke dalam mobilnya dan meninggalkan Aprita sendirian.

" Hey ... Akhh sialan. Cowok brengsek !!! Dasar Mafia brengsek !!!" gumam Aprita.

Dia lalu mencoba melepaskan kain penutup mata dan mulutnya setelah ikatan ditangannya terlepas. Dia mengeluh pergelangan tangannya kesakitan karena ikatan tali yang kencang.

Setelah dia sadar, dia segera mengambil ponsel di saku celananya dan menghubungi Zeevan.

***

Zeevan sudah menjemput Aprita dan membawanya pulang ke kontrakan. Diobatinya luka-luka Aprita dengan obat-obatan seadanya.

" Kenapa bisa-bisanya kamu tidak langsung menelfon aku saat kamu diserang?" tanya Zeevan dengan penuh emosi.

" Maaf kak, aku nggak sempat. Mereka terlalu banyak dan aku tidak bisa melarikan diri." jawab Aprita.

" Kalau keadaanya kaya gini, aku nggak bisa biarin kamu tinggal sendirian!" ucap Zeevan marah.

" Enggak kak, aku nggak papa kok. Aku janji setelah ini bakal lebih hati-hati lagi." jawab Aprita meyakinkan sang kakak.

" Kamu baru sehari aja udah kaya gini, gimana seminggu, sebulan, setahun ? Apalagi kalo bapak sama ibu tahu?!" kata Zeevan.

" Kak pliss, jangan kasih tau mereka. Plisss yaa plisss. " pinta Aprita dengan wajah memelasnya.

Zeevan memperhatikan wajah Aprita yang sudah semakin dewasa dan terlihat mempesona itu tidak bisa menolak permintaanya itu. Zeevan menghela nafasnya dan menempelkan plester di jidat serta leher Aprita karena terdapat beberapa luka goresan yang cukup parah.

" Kak, maafin aku ya, ini kesalahan aku karena kurang hati-hati. makasih juga ya udah selalu ada buat aku dan ngelindungi aku." ucap Aprita dengan penuh penyesalan.

" Enggak Prita, ini sudah tugas aku sebagai kakak buat ngelindungi kamu. Justru aku yang harusnya minta maaf karena sudah lalai menjaga kamu." balas Zeevan dengan rasa bersalahnya.

Aprita lalu memegang tangan Zeevan dengan lembut dan menggelengkan kepalanya.

" Enggak kak, justru kalau tidak ada kakak, mungkin aku tidak tau caranya pulang. Untung saja ... laki-laki itu ... " ucapa Aprita berhenti karena dia mengingat sesuatu tentang laki-laki itu.

" laki-laki itu kenapa ? Apa kamu kenal dia ? " tanya Zeevan penasaran.

" Enggak. Laki-laki itu seperti seorang penjahat atau semacam boss mafia. Karena aku mendengar ucapan dia waktu aku setengah sadar dimobil bahwa dia akan melakukan jual beli senjata secara ilegal. tapi dia dengan baik hati mau menurunkan aku dan membukakan ikatan tali tangan walaupun dia hampir menembak kepala ku." jelas Aprita panjang lebar.

Zeevan terkejut mendengar penjelasan Aprita yang jika dibayangkan itu sangat menakutkan.

Pekerjaan Baru

1 bulan kemudian

Prita sudah mulai berangkat kerja di sebuah perusahaan besar sebagai karyawan staff. Dia juga sudah mendapatkan teman baru, Hana namanya.

Hana adalah satu-satunya teman yang sudah sangat akrab dengan Prita karena sifatnya yang humble dan ceria.

" Pagi Prita, apa kamu udah sarapan?" sapa Hana ketika baru sampai di ruangan kerja yang kebetulan juga satu ruangan.

" Pagi Hana, udah." jawab Prita dengan. senyumannya.

" Yaah padahal aku udah beliin roti ini loh buat kamu." kata Prita sambil meletakkan tas bawaannya yang super jumbo dan penuh.

Sembari menyisir rambutnya lagi dan becermin untuk melihat kondisi makeup di wajahnya.

" Ya udah, dimakan buat nanti aja Han." jawab Prita sembari merapihkan baju kemejanya.

" Hm.. Ya udah deh. " jawab Hana.

Setelah jam masuk kerja.

" Hari ini kita ada meeting ya 30 menit, bahas kendala produksi bulan kemarin." kata seorang leader diruangan itu.

Semua terlihat lesu karena biasanya di dalam meeting itu pembahasannya hanya itu-itu saja dan membosankan serta pasti melebihi dari 30 menit.

Lamanya meeting selama 45 menitpun sudah berlalu, terlihat wajah para karyawan yang keluar dari ruang meeting yang tidak sumringah seperti awal masuk kerja. Ada yang lesu, biasa aja, kelihatan pusing, kelihatan cemas dan ada yang bodoamat.

" Prita, ini kan awal bulan, gimana nanti setelah pulang kerja kita ngemall? Yuk yuk, udah lama banget nih nggak ngemall." pinta Hana dengan nada memelas.

" Kamu tuh ya, hobinya ngemall terus, perasaan bulan kemarin juga udah dua kali ngemall." jawab Prita.

" Hehe, itu kan bulan kemarin. Bulan ini kan belum. mau ya, ya ?! " pinta Hana.

Aprita kuwalahan dan tidak tahu harus menjawab apalagi.

" Hm ... Iya iya deh. Tapi jangan lama-lama ya. Soalnya aku agak pusing." jawab Aprita.

" Pusing kenapa prit? pasti gara-gara meeting tadi ya. Makanya kita tuh butuh refreshing, oh iya nih aku bawa minuman seger biar gak pusing lagi. Nih buat kamu aja ya." ucap Hana sembari memberikan minuman segar itu ke meja Prita.

" Kamu tuh emang selalu sedia apa saja ya Han. terimakasih ya." ucap Prita.

Lalu mereka melakukan pekerjaan seperti biasanya. Hingga pukul 16.30 WIB, adalah waktu yang tepat untuk pulang kerja.

Mereka berdua menepati janji rencananya yang ingin pergi ke mall. Meskipun sebenarnya Aprita hanya mengantar Hana berbelanja saja. Lihatlah di tangan Hana penuh dengan tas belanjaan Hana, ada baju, tas, sepatu dan aksesoris lainnya. Sementara Aprita hanya kebagian capeknya saja.

" Hana, bukannya stok pakaian kamu udah banyak ya, tas aja kamu tiap hari gonta ganti, sepatu juga, baju apalagi. Apa kamu nggak sayang sama uangmu?" ucap Aprita.

" Eitts, stop ngomong begitu my besti Prita. Namanya cewek itu perlu shopping, right? Buat mempercantik diri, supaya menarik perhatian para lelaki. Apa kamu nggak pernah shopping prit? " jawab Hana dengan nada centil dan ceria.

" Ya pernah, tapi nggak sesering kamu. Karena uangnya kan aku tabung buat keperluan mendesak, juga buat bayar kontrakan, bayar listrik dan lain-lain." jawan Prita dengan santai.

" Oh iya ya, kamu kan ngontrak sendirian ya. Ya udah itu paling bener sih Prit. Tapi sorry aku nggak bisa kaya kamu, hehe. Btw gimana sih rasanya hidup sendirian Prit, seumur-umur aku belum pernah ngontrak ataupun ngekos loh."

" Hm .. Rasanya itu, ada enaknya ada enggaknya. Enaknya itu kita bisa bebas hidup sendiri mau ngapain aja tanpa takut dimarahi orang tua atau dilarang-larang, kita bisa melakukan apapun yang kita mau, tapi nggak enaknya kamu harus pusing besok makan apa, ntar malem makan apa, ngatur keuangan biar pas, belum lagi kalau kita sakit, apa-apa kita sendiri yang repot." jelas Aprita panjang lebar.

" Oh gitu ya, emang kamu sendiri disini nggak ada saudara sama sekali ya?" tanya Hana lagi.

" Ada kok. Dia kakak aku, kontrakan kami deketan cuma beda gang aja." jawab Prita.

" Ternyatankamu punya kakak? Kok gak pernah cerita? cewek atau cowok ? Ih kenalin lah Prit." kata Hana menggoda.

" Kamu nggak pernah nanya. namanya Zeevan, biasanya aku manggil dia kak Zeevan, karena sudah aku anggap seperti kakak sendiri." jawab Prita.

Hana semakin penasaran dengan cerita kehidupan Aprita. Akhirnya mau nggak mau Aprita menceritakan kisah hidupnya dari A sampai Z secara detail.

Disaat sedang asyik-asyiknya bercerita, tiba-tiba terdengar suara orang berteriak minta tolong. Suaranya semakin mendekat dan orang-orang di depan berlarian menjauh dari pusat perhatian. Ternyata sumber suara itu adalah dari pencuri yang mencuri aksesoris perhiasan di sebuah toko perhiasan.

Aprita melihat kejadian itu langsung reflek mengejar pencuri itu, dia berlari sekencang mungkin untuk bisa mengejar pencuri itu. Setelah berhasil dikejar Aprita langsung menghabisi dan menyerang pencuri itu tanpa ampun hingga akhirnya pencuri itu terkapar, tapi masih bernafas. Security segera mengamankan pencuri itu.

Hana yang hanya bisa melihat aksi daripada temannya itu cuma bisa melongo dan terkesima dengan tindakan Aprita.

Sementara orang yang sedang di dalam toko ataupun sedang makan di restoran ikut melihat aksinya. Termasuk sosok laki-laki yang memakai setelan sweater hitam dan celana crem yang sedang menikmati secangkir kopi hangat di tanganya. Memandang dari dalam cafe yang ada di mall itu, aksi dari tindakan Aprita yang mencegah pencuri itu kabur. Sorot matanya sangat tajam memandangi Aprita tanpa berkedip.

Suara tepuk tangan memeriahkan isi mall itu. Penjaga toko perhiasan mengucapkan terimakasih kepada Aprita karena telah menangkap si pencuri itu.

Aprita yang hanya reflek saja dan tidak berniat berlebihanpun itu merasa malu menjadi pusat perhatian.

" Wah Prita, kamu keren banget. Kok aku baru tau kamu jago berantem, mana lincah banget lagi larinya. Keren banget kamu prit." puji Hana seraya memegang pipi Prita dan menepuk-nepuknya.

" Ahaha enggak kok Han. Tadi itu cuma reflek aja, sekaligus ngelatih beladiri." jawa Aprita merasa malu karena sudah dipuji.

" Reflek aja bisa sekeren itu prit. Apalagi kalo direncanain. Kamu cocok deh jadi superhero wonder womennya Indonesia. Haha Prita women." celoteh Hana.

" sstt.. Hana jangan keras-keras ngomongnya, nanti orang lain pada denger. Aku Malu, yuk ah pulang." ucap Prita sedikit menahan rasa malu.

Lalu merekapun pulang. Hana masih berceloteh dengan girang dan merasa nangga punya teman yang ternyata bisa beladiri. Sementara Aprita menahan rasa sakit di pergelangan tangannya dan merasa pusingnya bertambah, tapi masih dia tahan.

Hingga sesampainya di depan kontrakan, Hana mengantarkan Prita dengan mobilnya sampai depan pintu gerbang kontrakan, tanpa tahu sebenarnya di belakang mereka ada seseorang yang sedang menguntitnya. Memakai motor gede dengan pakaian serba hitam. Saat Aprita memasuki pintu kontrakan, orang tersebut memantaunya dengan tajam. Lalu segera oergi dari tempat itu.

" Pergelangan tanganku sepertinya bengkak gara-gara tadi sempat kena pukulan pencuri itu." gumam Prita sembari memegang pergelangan tangannya.

" Sepertinya aku punya pekerjaan baru selain menjadi karyawan staff." gumamnya lagi

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!