NovelToon NovelToon

The Prince Woman

BAGIAN 1: Terdampar ke Masalalu.

Seorang gadis terlihat menangis sesenggukan, dirapatkan kembali tubuhnya kesamping bebatuan berlumut yang tentunya kotor, tapi tidak ada pilihan lain. Rasa ketakutan kembali menyelimuti hatinya, keringat dingin mulai menetes. Kepalanya kembali menggeleng untuk menolak hal yang selanjutnya akan terjadi.

Langkah kaki kembali terdengar mendekati tempat persembunyianya. Jihye adalah nama dari gadis itu, ia sedikit mengintip dan melihat orang itu yang tidak lain adalah ibunya berada sepuluh meter di belakang.

Tidak ingin ketahuan gadis itu memilih melanjutkan langkahnya untuk menjauh tanpa memedulikan kaki telanjangnya yang telah memerah mungkin sedikit berdarah. Ia

Jihye menghentikan langkahnya saat sadar ia telah salah mengambil jalan. Di depannya terlihat tebing yang berbatasan langsung dengan danau.

"Menyerahlah sayang kau sangat cantik pastinya kau akan dibayar mahal setelah melakukanya! " Suara Indah itu mengalun mengejutkan Jihye, ibunya sudah berada tidak jauh darinya.

"Aku tidak sudi menjadi jal*ng sepertimu. "

Kalian tidak salah dengar, Ibu Jihye meminta putrinya untuk menjadi wanita malam, menjual tubuhnya untuk segepok uang. Ibu macam apa yang tega berbuat seperti itu.

"Sudah cepatlah! "

"Lebih baik aku mati daripada harus menjadi perempuan murahan."

Gadis itu membalikan tubuhnya dan melihat danau yang terlihat tidak dangkal sama sekali, jika ia masuk kedalamnya kemungkinan selamat akan kecil karena memang ia tidak bisa berenang.

Tetapi bukankah ini jalan terbaik? Mati bahkan lebih baik daripada tubuhnya harus digerayangi pria tua bangka yang mesum.

Byuuur,

"Song Jihye!!! " Wanita itu berteriak begitu melihat tubuh sang anak tidak lagi terlihat dari permukaan.

Ada sedikit penyesalan di hatinya.

Hanya sedikit.

⿴⃟۪۪⃕᎒⃟ꕤTHE PRINCE WOMAN⿴⃟᎒⃟ꕤ

Mata Indah itu mengerjap pelan sebelum selanjutnya terbuka sempurna. Dapat ia rasakan sesuatu menghimpit dadanya mungkin efek dari tengelam tadi. Badanya terasa lemas matanya pun juga terasa berat.

Sebuah suara mengalihkan perhatianya. "Nona Song anda sudah sadar, apa yang anda rasakan nona?"

Jihye mengalihkan pandanganya dan selanjutnya ia dikejutkan dengan seorang lelaki paruh baya yang mengenakan hanbok berwarna hijau tua, apakah ia sedang syuting drama kolosal?

Ia beralih melihat pakaian yang ia kenakan sendiri ia mengenekan hanbok merah muda berbahan sutra. Apakah sebelum nya ia memiliki hanbok? bukan kah ia tidak pernah membeli hanbok. Lalu tempat ini bukanlah kamarnya. Jihye akui tempat ini memang sangat bagus tetapi ia tidak mengerti kenapa ia bisa disini, ataukah saat ia tenggelam di danau tadi ada yang menyelamatkan nya?

"Nona anda baik-baik saja?" tanya lelaki itu kembali.

"Ini dimana?"

Lelaki itu mengernyit dengan pertanyaan aneh itu. "Tentu saja di kamar anda nona. "

Kamarnya? Yang benar saja, ini adalah tempat yang begitu asing untuknya.

"Jika anda merasa baik-baik saja, saya akan memanggilkan pelayan anda nona." Lelaki itu membungkuk lalu beranjak pergi. Tak lama seorang gadis yang terlihat masih muda masuk gadis itu terlihat sangat cantik tanpa riasan apapun, ia juga tidak terlihat mengunakan hanbok yang mahal. Hanya kain satin biru berwarna gelap, sangat pas dengan tubuh mungil gadis itu.

"Nona Haerin anda sudah merasa lebih baik"

Haerin?

Apakah telinga Jihye tidak salah dengar, siapa Haerin? Bukankah dalam ruangan itu hanya ada dirinya dan gadis muda itu.

"Apa yang terjadi denganku?" tanya Jihye.

Gadis muda itu terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaan Jihye. Nonanya sedikit aneh atau Apakah memang nona nya itu lupa. Tapi mana mungkin bisa lupa?

Apakah tenggelam membuat seseorang hilang ingatan?

"Kenapa kau diam?"

"Ta-tadi nona mencoba bu-bunuh diri di kolam teratai, " ucapan itu sedikit bergetar dan tergagap ia takut nonanya akan marah.

Bunuh diri? Benarkah ia telah hidup kembali di tubuh orang asing.

"Siapa namamu?"

Gadis itu membelalakan matanya, apakah nonanya tidak salah memberikan pertanyaan.

"Nama saya adalah Kang Ah ri. "

"Apakah aku berada di dinasti joseon?" Entah bagaimana pertanyaan itu keluar dari bibir Jihye.

"Ye?" Gadis itu mengernyit bingung dengan pertanyaan Jihye.

Seperti bukan nonanya saja.

"Siapa Raja yang sekarang berkuasa?"

"Nona ap-"

"Jawab aku Ah ri! "

"Yang mulia Raja Lee Gwak"

Lee Gwak?

Nama itu tentu saja tidak asing untuk Jihye, tentunya saat masih sekolah ada pelajaran yang mengulaa sejarah. Ia memang tidak terlalu tahu tentang sejarah negrinya, tapi nama Lee Gwak cukup terkenal untuk sampai di telingganya, apalagi anak dari beliau yang mewarisi tahta setelahnya.

Setahunya Lee Gwak adalah Raja yang baik hati dan ramah tamah, tetapi kekuasaan tidak melebihi 7 tahun karena raja wafat dan digantikan oleh putranya yang kala itu berusia 20 tahun. Lalu sekarang dirinya berada di masa itu. Ia kembali ke masa lalu?

"Bisa kau ceritakan kenapa aku bisa berniat bunuh diri?"

"Nona apakah ada yang salah dengan anda, saya akan memanggil Tabib Min jika Nona merasa tidak baik."

Jihye terlihat berpikir, Pelayannya itu tidak akan percaya jika ia datang dari masa depan. Dimana semuanya sudah canggih, jadi mungkin sedikit kebohongan akan menyelamatkan hidup nya.

"Aku kehilangan ingatanku Ah ri mungkin ini tidak akan berlangsung lama tolong jangan katakan pada siapapun, dan bisakah ceritakan kenapa aku bisa bunuh diri?"

Ah ri sedikit terkejut tetapi ia mencoba biasa saja di depan nona nya itu.

"An-anda akan dianggkat menjadi sejabin nona."

*Sejabin: Putri mahkota.

"Sejabin?"

"Ne."

Jika yang memerintah adalah Raja Gwak berarti yang menjadi putra mahkota adalah Lee jeong hwan. Setahu Jihye, Hwan adalah seorang berkepribadian sangat tegas dan terkenal dingin ia akan membunuh siapapun yang dimatanya salah. Baik lelaki maupun perempuan tidak ada yang bisa mendapat ampunanya, menurut sejarah ia sangat berbeda dengan ayahnya yaitu Raja Gwak.

Ah betapa buruk nasibnya apalagi dalam sejarah dituliskan Hwan tidak pernah mencintai wanita manapun, hatinya sangat dingin dan tidak terisi. Bagaimana bisa seseorang hidup seperti itu?

"Ah tadi siapa namaku?"

"Nama anda Song Hae-rin nona"

Jihye tersenyum, ia akan mengingat betul namanya. Walaupun masih sangat tidak percaya dengan apa yang terjadi, tapi ia akan berusaha melakukan yang tebaik dengan tubuh barunya itu. Karena hidup kembali seperti ini adalah anugerah, dan ia rasa ini lebih baik daripada harus menjadi Jal*ng.

⿴⃟۪۪⃕᎒⃟  THE PRINCE WOMAN⿴⃟᎒⃟

Mata elang itu menatap sang jendral kerajaan dengan tajam. Mata itu seolah berbicara meminta penjelasan kepada sang jenderal. Sedangkan sang jendral sendiri seperti ragu tentang jawaban yang akan ia utarakan kepada pemilik mata Elang itu, karena pemilik mata Elang itu adalah putra Mahkota. Seorang yang kejam sekaligus paling ia takuti di dalam istana.

Putra mahkota Lee Hwan meminta jendral untuk menyelidiki tentang calon Putri mahkota atau yang biasa disebut Sejabin. Sedangkan laporan yang jendral dapat dari anak buahnya sangat tidak memuaskan. Ia takut jika sampai membuat putra mahkota marah, itu adalah hal yang sangat buruk

"Apa informasi yang kau dapat Jendral Min?" suara itu mengalun lembut. Mungkin suasana hati Sang Putra Mahkota tengah baik. Tapi tidak tahu setelah ia memberikan laporan itu.

"Song Haerin Putri dari perdana mentri Song itu dirumorkan memiliki paras yang sangat cantik. Beberapa orang juga merumorkanya sebagai pribadi yang cerdas dan sangat sopan tetapi rumor yang kedua tersebut ternyata tidak lah benar sama sekali. Nona Haerin sangatlah manja dan kepribadian nya sangat jauh dari kata sopan. Setelah saya mengikutinya selama seminggu ini ia juga terlihat sering membentak para pelayan dan memperkerjakan mereka tidak manusiawi"

Itu adalah laporan dari anak buahnya, entah benar atau tidak. Tetapi ia sangat percaya dengan anak buahnya. Tidak mungkin jika berbohong.

Tangan Putra Mahkota terkepal, ia sangat tidak habis pikir bagaiamana bisa Wanita seperti itu yang terpilih menjadi Putri Mahkota. Bagaimana nasib negri ini jika kelak wanita nomor satunya memiliki tabiat seperti itu. Putra mahkota Hwan tidak segan membunuh nyamuk nyamuk tidak berguna yang menganggu kehidupannya. Tetapi tidak mungkin kan jika ia nanti akan membunuh istrinya dengan tanganya sendiri. Itu bukanlah suatu hal yang lucu.

Dan siapa sangka awal dari kesalahan paham informasi salah itu, akan membuat derita untuk seseorang.

𖥨ํ∘̥⃟❍ིི۪۪⃕۫۫͜ TBC⸙۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪ࣤ ⃝༘⃕☬️

Warning: PEUBI dalam cerita ini masih buruk, dari episode 60 keatas baru lebih baik. Mohon maaf untuk itu.

"

⿴⃟۪۪⃕.

CHAPTER 2: Menjadi Miliknya

Hari ini adalah hari penobatan Sejabin, Sebenarnya juga disebut sebagai peresmian pernikahan Putri dan putra mahkota. Hari ini juga merupakan hari ke tiga Jihye terjebak dalam tubuh Song Haerin. Jihye tidak tahu bagaimana caranya agar ia bisa kembali kezaman modern. Tapi ia juga bersyukur setidaknya kini disini hidupnya jauh lebih baik daripada sebelumnya.

Ia berdiri di depan pintu balai pertemuan istana. Hwal-ot berwarna merah disertai sulaman emas melekat Indah di tubuh ramping Jihye, tidak pernah ia bayangkan sebelumnya ia mengenakan Hwal ot, yang biasanya ia lihat di drama. Jangan lupakan aksesori dan bunga bunga di kepalanya yang membuatnya kian menawan. Juga riasan yang membuatnya semakin cantik.

Di belakang Jihye ada sekitar 12 orang dayang dengan pakaian senada. Di samping kanan dan kiri Jihye ada 2 orang gadis yang cantik. Mereka tadinya adalah gadis yang merupakan kandidat 3 besar Putri mahkota, biasanya kandidat Putri mahkota yang tidak terpilih nantinya akan menjadi selir setelah putra mahkota menjadi Raja. Gadis Di samping kanan Jihye bernama jung min hwa ia adalah Putri dari seorang yangban kaya Raya dan adik dari Panglima perang jung, ia sangatlah cantik tetapi tentu saja tidak ada apa apa nya dengan Jihye. Sedangkan gadis di samping kiri Jihye Bernama Kang Jae in ia adalah Putri dari perdana mentri Kang, ia sedari kecil memang di didik untuk menjadi wanita putra mahkota. permaisuri Guang xin juga menyukai gadis itu tetapi keputusan terakhir mengenai Putri mahkota jatuh kepada Song Hae-Rin. Hal membuat Jae in sangat membenci Haerin.

Di belakang Jihye dayang terlihat berbisik-bisik membicarakan tentang Siapa yang lebih pantas menjadi Sejabin. Beberapa dari mereka bahkan menjelekkan Jihye. Hal itu membuat Jihye mendengus kesal. Apakah mereka tidak tahu jika dirinya mendegar apa yang mereka katakan.

Pintu besar dan megah terbuka perlahan membuat napas Jihye tercekat ia memejamkan matanya sesaat sekedar untuk menetralkan irama detak jantungnya yang tidak karuan. Di depan pintu ada Putra Mahkota yang menyambutnya dengan tatapan sinis. Tatapan mata elang itu seolah berkata-

'aku membencimu'

sudah Jihye duga putra mahkota pasti tidak akan menyukainya.

Ia melangkahkan kakinya lau berdiri disamping putra Mahkota lalu mereka berdua berjalan bersama menuju Altar tertinggi untuk memberi penghormatan kepada Raja dan Ratu negri ini untuk pembuka acara.

Di altar tertinggi adalah tempat untuk keluarga inti kerajaan. Dengan gagahnya yang mulia Raja Gwak duduk dengan jubah berwarna biru tua bersulamkan emas disamping kiri nya terdapat ibu suri Agung yang masih terlihat cantik di usianya yang tidaklah lagi muda. Sedangkan yang duduk di samping kanan Raja Gwak adalah permaisuri Guang xin yang berdarah Mongolia wanita itu memang sangat baik tetapi sosoknya tidak dapat mengantikan permaisuri Min di hati Hwan. Bagi Hwan tidak ada yang bisa mengantikan sosok ibu kandungnya tersebut.

Dibarisan altar ke dua terdapat 2 Pangeran dan empat Putri kerajaan mereka adalah anak Raja Gwak dari para selir karena dari dua permaisuri nya ia hanya memiliki satu putra yaitu Hwan. Kabarnya Raja tidak pernah bersedia menyentuh permaisuri Guang xin tidak ada yang tahu alasan dari hal itu. Raja Gwak hanya menjadikan Permaisuri Guang xin untuk mengisi kekosongan kursi permaisuri hanyalah sekedar itu tidaklah lebih.

Sedangkan dibarisan ketiga di isi oleh para penasihat istana dan orang orang penting istana mereka juga turut membawa istri beserta Putra Putri mereka.

Sedangkan di barisan paling bawah para Menteri berdiri dengan sangat rapi sesuai dengan posisi mereka masing masing. Disana Perdana menteri Song menatap Putrinya penuh haru semenjak ia mendengar kabar putrinya terpilih menjadi Sejabin ia berencana untuk mengunjungi putrinya tetapi sepertinya ia terlalu sibuk dengan urusan istana. Sebenarnya ia memang tidak terlalu dekat dengan Putri nya itu. Semenjak sang istri meninggal ia jarang sekali pulang ke kediamannya, ia hanya meninggalkan beberapa pelayan dan penjanga untuk putrinya tersebut. Dan kini putrinya sudah menjadi bagian dari keluarga istana ia yakin setelah ini akan sulit untuk menemui putrinya. Ah tak apa asalkan putrinya itu Bahagia.

⿴⃟۪۪⃕᎒⃟ꕤTHE PRINCE WOMAN⿴⃟᎒⃟ꕤ

Acara penobatan telah usai kini Jihye duduk di depan Cermin seorang diri hanya ditemani cahaya dari beberapa lilin. Ia sudah tidak mengenakan hwall ot dan hiasan kepala yang menurutnya sangat berat dan membuat kepalnya pusing. Riasan di wajahnya juga telah tandas. Ia tidak suka wajahnya dirias terlalu berlebihan.

Sedangkan mengenai Ah ri, ia tidak tahu pelayannya itu dimana sekarang. Ah sekarang ia ingat di dalam drama Saeguk yang sering ia tonton, tidak diizinkan seorang pun memasuki kamar sejabin di malam pernikahan bahkan pelayan pun tak diizinkan hanya Seja yang berhak memasuki kamar Sejabin. Ah berarti kini dirinya tengah menunggu kedatangan Seja, mengingat hal itu membuat Jihye terkekeh ia tidak yakin Hwan akan sudi memasuki kamarnya.

Dalam Sejarah Joseon Hwan tidak pernah mencintai seorang pun semasa hidupnya. Bagaimana bisa seorang hidup tanpa warna seperti itu. Itu artinya dirinya yang seharusnya bahagia karena mandapat gelar sejabin harus menelan bulat-bulat kebahagiaan itu karena justru ia menjadi wanita tersial didunia karena tidak dicintai oleh suami nya sendiri.

Ia menatap ruangan megah itu dengan pandangan sedu. Kini tempat itu sepenuhnya menjadi miliknya. Mungkin kamarnya di kediaman Keluarga Song tidak ada apa apa nya. Ah Jihye jadi teringat dengan kamar sederhana nya di zaman Modern dan bagaimana kabar ibunya saat ini. semoga saja wanita berjasa itu baik baik saja. Sebenarnya Jihye sangat Marah karena sikap ibunya yang akan menjadikanya ****** tetapi semarah apapun ia pada ibunya ia tidak bisa membenci ibunya bagaimanapun wanita itulah yang membuatnya hadir di dunia.

Brakkk......

Pintu itu terbuka dengan kasar membuat lamunan Jihye terbuyar. Ia terkejut ketika melihat Seja memasuki Ruangan itu dengan wajah datar dan jangan lupakan tatapan dinginya Sepertinya Seja tidak menyukai kehadirannya sebagai Sejabin. Jihye beranjak ia mengangkat hanboknya lalu sedikit membungkukkan badannya. Ia ingin terlihat sopan karena sebenarnya ia sedikit bergidik ngeri dengan Aura Seja.

Plakkk.......

Tamparan keras itu mendarat di pipi sebelah kanan Jihye dapat ia rasakan sensasi panas dan perih menjalar di permukaan kulitnya. Ia juga sempat terhuyung sedikit tetapi untunglah ia bisa menyeimbangkan kembali tubuhnya. Ia yakin pasti sekarang pipinya sudah memerah. Kembali lagi beberapa pertanyaan memenuhi benaknya.

Apakah ia memiliki salah dengan Seja? Bahkan ini adalah pertemuan ke duanya dengan Seja setelah penobatan tadi. Jihye tidak berani berbicara karena ia yakin jika berbicara Sepatah kata pasti tidak akan di dengar kan oleh Seja. Justru seja akan marah padanya.

"Aku akan sesegera mungkin membuatmu keluar dari Istana, kau tidak pantas mendapat posisi Sejabin"

"Silahkan saja saya juga tidak tertarik dalam posisi ini" ucap Jihye sarkas. Entah keberanian itu datang dari mana. Yang pasti memang benar ia tidak menginginkan posisi itu bukan.

"Benarkah?" tanya pangeran disertai kekehan sinis.

"wanita mana yang menginginkan seseorang yang kasar seperti anda" ucapnya dengan pandangan mata yang ia arahkan ke lantai untuk menghindari tatapan mematikan dari lawan bicara.

Jihye memejamkan matanya pelan, baru saja ia membuat kesalahan bagaimana bisa ia berbicara seperti itu pada Seja bisa bisa Seja akan membunuhnya. Ia sangat meruntuki mulutnya yang tidak bisa ia kontrol.

Seja tersenyum sinis. Tanpa mengatakan sepatah katapun ia berlalu meninggalkan tempat itu. Jihye menghela nafas dalam cobaan terberatnya di istana adalah Seja, bahkan baru saat sekali bertatap muka tetapi seja sudah langsung menamparnya, bagaimana dengan nantinya.

"Cih pantas saja Haerin mencoba bunuh diri pasti ia sangat tidak sudi menikah dengan lelaki kejam dan gila itu" monolog Jihye dengan kesal.

Seja memanglah sangat tampan. Pahatan wajahnya nyaris sempurna dan berperawakan atletis mungkin jika dizamanya Seja akan menjadi aktor ngetop yang di puja banyak orang. tetapi, hal itu tentunya tidak sebanding dengan sikap kejamnya yang mampu membuat para wanita takut.

𖥨ํ∘̥⃟❍ིི۪۪⃕۫۫͜ TBC⸙۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪ࣤ ⃝༘⃕☬️

CHAPTER 3: Kebaikan Ibu Suri

Ibu suri Terlihat berjalan dengan beberapa dayang menuju ke pavilium bunga, yaitu Kediaman khusus untuk Putri mahkota. Para pelayan berjalan di belakangnya dengan menunduk sebagai rasa hormat kepada sang mantan Ratu.

Senyum merekah tercetak di bibir indah itu, dulu saat masih muda Ibu suri sangatlah cantik dia benar benar menjadi wanita tercantik pada masa mudanya, sifatnya yang sopan dan sikapnya yang anggun membuatnya dipilih menjadi ratu tepatnya 30 tahun yang lalu padahal saat itu tidak begitu banyak partai yang mendukungnya untuk naik tahta dismping raja.

Ia berhenti di pintu masuk pavilium saat melihat 2 orang pengawal yang berdiri di depan pintu pavilium, kedua pengawal itu membungkukkan badanya saat mengetahui kedatangan ibu suri, sejenak ia merasa hal yang seperti tidak baik.

"Apakah semalam Seja datang kesini? " tanyanya pelan.

"Ye mama, semalam seja mengunjungi pavilium bunga tetapi itu hanya sebentar" jawab penjaga itu sedikit ragu, karena Sepertinya ibu suri tidak senang dengan hal tersebut, tetapi mereka juga tidak memiliki hak untuk berbohong.

Ibu Suri menghela Nafas dalam. Awalnya, dengan adanya Sejabin ia berharap cucunya bisa berubah, ternyata harapanya tidaklah terwujud sama sekali. Nyatanya cucunya itu juga turut dingin kepada istrinya.

Ia sudah melakukan berbagai cara untuk membuat senyum Hwan kembali tetapi itu semua selalu gagal. Setelah kematian Ratu min, Hwan tidak pernah menampakan sedikitpun senyumnya, ia berubah menjadi pribadi yang dingin dan kejam. bagi Hwan, ratu min adalah segalanya karena ia sangat dekat dengan ibundanya tersebut.

Ratu Min sendiri meninggal karena pemberontakan yang dilakukan pangeran besar Lee Yong ia merasa tidak adil karena Tahta justru jatuh ke tangan adiknya bukanya dirinya. Saat itu peperangan pertumpajan darah terjadi di dalam istana, keadaan kacau dan tidak terkondisikan secara tiba tiba karena itulah Ratu min harus merenggang nyawa.

"Katakan pada Sejabin untuk menemuiku saat matahari telah naik nanti" ucap Ibu suri lalu beranjak pergi dari pavilium bunga.

#세자빈 #

Sang mentari telah naik keperaduanya, mata indah itu mengerjap perlahan lalu terbuka semakin lebar, didapatinya sang pelayan di samping ranjangnya. Sepertinya tengah menunggu dirinya bangun. Mengerjap pelan lalu ia teringat dengan kejadian tadi malam tentang sifat seja yang sangat tidak manusiawi bagaimana nasibnya nanti, apakah ia akan menjadi Ratu Song seperti yang dituliskan sejarah? Tetapi jika harus memilih ia sangat ingin pergi dan tidak berurusan dengan seja lagi, tentu saja siapa yang mau, tidak dicintai seumur hidupnya.

"Bingung-Mama sebaiknya anda bersiap ibu Suri menunggu di kolam teratai"

Mendengar ucapan Ah ri membuat Haerin terkesiap, ini adalah hari pertamanya tinggal di istana dan ia sudah terlambat bangun.

"Bukankah seharusnya sekarang aku memberi salam untuk Ibu Suri" itu yang ia tahu karena diajarkan sejarah saat sekolah dulu.

Memanglah sudah menjadi Tradisi untuk para putri mahkota memberi salam kepada tetua istana dalam. jika untuk para keluarga bangsawan sang nenantu akan menyerahkan darah tanda kesucianya yang ada di sebuah kain pada tetua Keluarga bisa nenek atau ibu di rumah itu sebagai tanda jika dirinya memang masih suci sebelum menikah. Tetapi untuk Putri mahkota memang tidak ada tradisi seperti itu, karena sebelum pernikahan pun putri mahkota sudah dipeebolehkan berhubungan intim dengan putra mahkota.

"Ne Mama tapi tadi Ibu Suri datang kesini dan meminta anda untuk menemui beliau"

"ah baiklah aku akan bersiap siap, Ah ri ah tolong pilihkan baju untukku dan bantu aku bersiap" ucap haerin lalu beranjak.

Ah ri mendandani Haerin dengan mengunakan sebuah benda berwarna merah yang tidak Haerin tahu. mungkin benda itu semacam lipstik jika di jamanya. Haerin mengeryit bentuk lipstik itu sangat aneh tetapi warnanya memang terlihat bagus.

Ah ri memandangi wajah junjunganya dengan seksama. Haerin nyatanya memang sangat cantik walaupun dengan riasan setipis itu. Setelah bersiap, Haerin beranjak menuju ke kolam teratai, pemandangan yang sangat indah dan sejuk terlihat di depan matanya. Hamparan bunga teratai yang ditanam dikolam yang lumayan besar semuanya terlihat mengembang banyak juga ikan koi yang terlihat beberapa kali. Ada jembatan yang menghubung kan pinggiran kolam dengan gazebo berwarna merah yang ada di tengah tengah. Diikuti Ah ri dan 2 orang dayang Haerin beranjak menuju ke tengah yaitu menuju gazebo.

Di dalam gazebo Didapatinya ibu suri yang tengah menyesap secangkir teh nya. Haerin memberi salam lalu ibu suri tersenyum dan menyuruh Haerin untuk duduk.

"Aku sangat senang berada di tempat ini" ucap ibu suri dengan pandangan mata sendu.

"Karena mendiang Raja lah yang membuatkan kolam ini untukku" lanjutnya, seulas senyum terbit di bibirnya.

Haerin hanya bisa tersenyum dan membayangkan bagaimana besarnya Cinta Raja sebelumnya pada ibu suri sehingga membuatkan kolam sebagus ini. Dan bagaiamana dengan dirinya?

"Dulu kami bersatu bukan karena Cinta, Aku dan raja sama sama tidak saling mengenal"

Senyuman Haerin berubah menjadi senyuman miris. kenapa nasibnya berbanding terbalik dengan nasib ibu Suri, Ia yakin sampai kapanpun Hwan tidak akan sudi meliriknya, ah tetapi ia tidak boleh terlihat seperti wanita yg sangat sedih, Sekarang ia harus mengunakan topengnya di depan semua orang, Ia harus berpura pura menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini walaupun kenyataanya terbalik.

"Mengenai Hwan kuharap kau bisa memakluminya, aku tau seperti apa perlakuan Hwan kepadamu"

Cih memakluminya katanya, bagaimana orang seperti itu dimaklumi, Apakah Haerin harus memakai topeng kebohongan untuk selamanya. Tetapi bagaimana bisa ibu suri tau tentang tabiat buruh Hwan? Ah mungkin Ibu suri memang sudah sangat Hafal dengan Hwan. Apakah ia akan tahan jika harus selamanya hidup tanpa cinta seperti demikian.

"Ye Daebbi-Mama" ucap Haerin sesopan mungkin.

Tangan keriput itu mulai menyentuh pipi Kanan Haerin yang terlihat memar dan memerah, tentu saja bekas tamparan Hwan, Sedikit meringis karena perih Haerin menajuhkan wajahnya dari Tangan ibu Suri, Apakah bekas itu sangat terlihat? Padahal Haerin tidak menyadarinya saat berias tadi.

"Pasti Hwan bukan yang melakukanya"

Hening,

Haerin tidak menjawab ia ingin berbohong tetapi pasti ibu Suri tidak akan percaya, Sekarang ia pasti terlihat seperti Wanita Tersedih di Dunia. Perbuataan tidak terpuji yang di lakukan sendiri oleh calon pemimpin negeri ini. Bukankah itu sama saja penghinaan untuk dirinya sendiri?

ꕤ⸙۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪ࣤ THE PRINCE WOMAN⸙۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪۪ࣤ ꕤ

*PS: Bingung-Mama\=Sebutan untuk memanggil Putri Mahkota. Bin-gung bacanya bukan bingung hehe

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!