NovelToon NovelToon

Hajatan Mewah Keluarga Suamiku

prolog

Naima yang dipaksa menjadi penanggung jawab acara mewah yang diselenggarakan oleh keluarga suaminya, Padahal selama ini dia yang telah membiayai seluruh kebutuhan keluarga suami, Tapi suaminya diam saja ketika keluarganya memperlakukan nya layaknya pembantu dan bukan menantu.

Naima berusaha sekuat tenanganya menjadi menantu dan istri yang baik tapi perbuatan suami dan keluarganya membuatnya belajar dari kesalahannya.

Saatnya Naima bangkit Dari kebodohan yang dia lakukan selama ini, kisahnya penuh drama dan menguras emosi

BAB 1

Hari ini adalah hari gajian Naima dan Reza sang suami, seperti biasa keluarga suami yang tinggal jauh dari mereka langsung datang untuk meminta bagiannya. Tepat pukul 5 sore mereka sampai dirumah tapi saat didalam Rumah, mereka sudah di tunggu adik dan ibu Tyo.

"Kalian sudah gajian kan, sini berikan sama ibu". Todong ibu Alma kepada keduanya.

" Aku sudah transfer ke rekening ibu, tapi belum tau kalau Naima". Ucap Prasetyo dengan pelan melirik sang istri.

"Mana seluruh gajimu Naima, kita akan mengadakan pesta, kamu harus memberikan semua gajimu bulan ini pada ibu, uang belanja harian mu pake saja tabungan tau kasbon di kantormu". Ucap Bu Alma dengan tidak sabaran.

"Benar yang dikatakan ibu, aku mau pesta pernikahan ku mewah, toh kakak punya uang, jadi apa salahnya membiayai pernikahan ku". Ucap Andini adik perempuan Tyo.

Naima yang kini tengah lelah, tidak menghiraukan ketiganya yang menodongnya bergantian, dia berjalan memasuki kamar karena sangat lelah. Dia masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya tanpa menjawab apapun.

Hari ini dia tidak ingin diganggu, dia ingin tidur sepuasnya. Baru saja akan merebahkan badannya ke kasur, terdengar gedoran kasar dari balik pintu. Tapi dia menghiraukannya kemudian terlelap.

"Naima, Naima, buka pintunya". Teriak Alma dan prasetyo bergantian tapi tak mendapatkan jawaban.

"Kenapa istrimu, Tyo, kenapa dia bisa seperti itu??, biasanya dia tidak banyak protes, kok ini dia bahkan tak melihat kita sama sekali". Ibu Alma memandang marah kepada sang anak.

"Aku juga tidak tahu bu, biarkan saja dulu dia, mungkin dia lelah, kita harus baik-baik sama dia agar bisa menguras uangnya, kan ibu mau pernikahan Andini mewah, Naima kan punya banyak tabungan bu, makanya kita buat dia senang saja". Tyo menatap sang ibu penuh pengertian.

"Ya sudahlah kalau begitu, biarkan saja dia kalau begitu, lebih baik ibu masakkan dia makanan spesial agar dia mau menurut apa kata kita nanti".

"Iya bu, ide bagus". Tyo tersenyum gembira.

Dia senang bisa menikmati uang istrinya karena gaji istrinya sangat besar dan jabatannya pun mentereng, dia harus bisa memanfaatkan istrinya sebaik mungkin sebelum dirinya membuangnya.

Naima mengerjapkan matanya karena baru bangun, tanpa dia sadari hari sudah malam dan menunjukkan pukul 9 malam. Dia sangat terlelap karena lelah. Pekerjaannya hari ini sangat banyak apalagi dia baru diangkat jadi Manajer diperusahaan tanpa keluarga suaminya tahu.

Mereka hanya tahu dirinya adalah karyawan dengan jabatan supervisor dengan gaji lumayan.

"Ya ampun, aku tidur terlalu lama". Ucapnya dalam hati.

Dia pun masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian keluar dari kamar karena dirinya lapar dan ingin makan, saat dia keluar suami dan mertuanya sudah duduk di ruang keluarga menunggunya.

Melihat Naima keluar kamar, mereka smeua mengalihkan pandangannya dan tersenyum manis kepada Naima

"Kamu sudah bangun nak, ibu sudah siapkan makanan enak untukmu". Ucap Ibu Alma dengan lembut berusaha menarik perhatian menantunya.

" Iya terima kasih". Ucapnya berjalan menuju dapur untuk makan karena dia sangat lapar.

Dia berjalan tanpa berbasa-basi seperti biasanya, dia tidak ingin bermasalah dengan keluarga suaminya itu, malas rasanya, dia ingin makan dengan kenyang terlebih dahulu.

"Bagaimana nak enak makanannya?? Tanya ibu Alma mendekati menantunya itu.

Dia memang berusaha agar menantunya senang karena dia akan meminta uang gaji dan tabungannya.

Naima hanya mengangguk tanpa menjawab dan masih sibuk dengan makanannya tanpa melirik sedikit pun. Setelah puas makan, dia merapikan bekas makannya dan mengangkatnya untuk mencuci piring.

Bu Alma melemparkan pandangannya kepada anak-anak nya karena melihat sejak tadi Naima tidak merespon ucapannya. Mereka hanya menyuruh sang ibu bersabar.

"Ayo kita bicara dek, kan ibu sudah bicara denganmu sejak tadi". Ucap Tyo dengan lembut.

Naima tidak menjawab tapi berjalan menuju ruang keluarga tempat duduk suami dan juga adik iparnya itu.

"Nak, kan adikmu mau menikah, kamu harus membantunya sebagai kakak, Tyo sudah memberikan semua gajinya pada ibu bulan ini dan ibu juga meminta semua gajimu bulan ini dan jika tidak cukup, ibu ingin kamu mengeluarkan tabungan mu untuk acara itu". Ibu Alma tersenyum manis sambil berbicara lembut.

Naima memandang mereka dengan tatapan sulit diartikan. Dia tak semudah itu memberikan semua yang dua cari susah payah.

"Bukankah katanya calon suami Andin itu orang kaya bu, kok seluruh biaya acara dibebankan kepada kita?? Tanya Naima yang akhirnya membuka suara.

"Apaan sih kak, memang pacar aku itu orang kaya kok, aku sengaja bikin pesta mewah karena tak mau direndahkan oleh keluarganya". Sungut Andin tidak terima.

"Memang berapa uang yang kau punya sampai berani melakukan itu Andin??, kamu saja saat ini bergantung pada kami, dan juga ibu, tidak kah kamu sadar akan hal itu?? Tanyanya dengan tatapan tajam.

Adik suaminya ini memang sejak dulu bergaya sok sosialita padahal uang dan biaya saja masih minta.

"Kan ada kalian yang biayai pernikahan ku, tenang saja deh kak, kalau aku menikah dengan Aldo, aku kembaliin uang kakak yang tidak seberapa itu". Sombongnya lagi.

Naima terkekeh geli melihat tingkat kepercayaan diri sang adik ipar, dia bukan tidak tahu siapa Aldo calon suami adik iparnya itu.

"Kamu yakin itu, jika memang dia orang kaya, suruh dia yang biayain pernikahan kalian jangan menodong ku dengan semua permintaan tidak masuk akalmu itu, aku ini bekerja dengan sekuat tenga sampai bisa punya uang, enak benar kamu menyuruh aku memberikan gaji dan tabunganku untuk biaya pernikahanmu". Ejek Naima memandang sinis sang adik ipar.

Ibu Alma dan Tyo menatap Naima dengan tatapan tidak percaya, bagaimana bisa Naima bicara kurang ajar seperti itu pada Andin yang merupakan kesayangan mereka.

"Kamu apa-apaan Naima, jangan kurang ajar kamu, kamu itu menantu keluarga kami, kamu harus membantu apapun itu, uangmu, uang anak saya juga". Ucap Ibu Alma yang meradang dan tak terima.

Inilah sifat asli mertuanya yang penuh muslihat, dia akan baik jika ada maunya, tapi jika keinginannya tidak dituruti maka dia akan mencaci maki seenaknya.

"Benar Naima, jangan keterlaluan kamu, mentang-mentang gajimu lebih besar, kamu bisa seenaknya". Hardik Tyo dengan tangan mengepal.

"Loh memang apa yang salah dengan perkataan ku, toh aku benarkan, aku bekerja dari pagi sampai malam, dan kadang lembur, ibumu dan adikmu juga aku biayai bahkan biaya rumah pun aku yang talangi terus sekarang keluargamu mau merampok semua gajimu dan gajiku, memang kita makan pakai daun". Kesal Naima.

"Kam kamu bisa kasbon dulu Naima dikantor, kamu kan jabatannya bagus dan juga sering lembur pasti bisalah jika hanya uang untuk makan saja". Ucap sang mertua dengan enteng.

"Benar itu mba, jangan pelit sama adik sendiri". Sungut Andin tidak terima ditolak.

"Maaf, aku akan kembali ke kamar, pekerjaanku masih banyak, tak ada waktu meladeni hal tak penting". Ucap Naima berdiri dari duduknya.

"Duduk Naima saya belum selesai bicara". Hardik Ibu Alma dengan penuh amarah.

"Tapi saya ada pekerjaan, suruh saja anak ibu yang berpikir toh yang menikah adalah adiknya".

BAB 2

Mendengar ucapan Naima, keduanya meradang bahkan ibu Alma bagun dari duduknya menghadang Naima dan mendorongnya dengan kasar

"Kurang ajar kau Naima, saya tidak mau tahu, kau harus memberikan seluruh gajimu sekarang juga dan juga uang tabunganmu, jangan buat saya marah". Ucap Bu Alma dengan penuh emosi.

Naima yang diperlakukan seperti itu oleh mertuanya melipat kedua tangannya didada menantang sang mertua.

"Dengar bu, selama ini aku diam saja ibu perlakukan aku seperti ini karena aku menghormati ibu sebagai mertuaku, aku menghargai kalian karena kalian keluarga suamiku, jika kalian tidak bisa menghargai aku, maka pintu rumahku terbuka lebar untuk kalian bisa pergi".

"Naima". Teriak Tyo dengan menahan amarah.

"Aku juga mempersilahkan kamu pergi bersama keluargamu mas, selama ini aku menghormati dan berusaha melakukan yang terbaik menjadi menantu keluargamu dan juga istrimu, tapi jika kamu ikut membela ibumu maka silahkan saja angkat kaki dari sini, aku tidak keberatan sama sekali". Ucap Naima dengan tenang.

Ketiganya tersentak kaget mendengar penuturan Naima, padahal selama ini dia tidak pernah membantah ataupun berlaku melawan dirinya keluarganya seperti ini.

"Naima, jangan sembarangan bicara kamu, aku ini suamimu". ucap Tyo melembut.

Dia tidak mau kehilangan seluruh fasilitas dirumah ini apalagi Naima selalu membantu biaya hidupnya dan keluarganya, apa jadinya mereka tanpa Naima, mereka tidak akan bisa menikmati hidup lagi.

"Aku tidak berbicara sembarangan, aku selama ini bersabar dengan sikap ibu dan adikmu yang selalu seenaknya, lagian kalau mau menikah jangan menyusahkan orang lain, suruh saja lelaki yang katanya kaya itu membiayai pernikahan, ngaku kayak kok pelitnya tidak ketulungan". Tatapan sinis dia berikan kepada sang adik ipar yang kini menatapnya geram.

"Jangan bicara sembarangan yah kak, aku tidak mau tahu pernikahan itu harus terlaksana, kaka harus membiayai pernikahan ku". Teriak Andin tidak terkendali.

"Bodoh amat, ingat kamu itu cuma iparku bukan saudara kandungku, minta saja sama kakak kamu, jangan libatkan aku dalam urusan itu dan jika kalian memaksaku maka aku tidak akan segan mengusir suamiku dari sini dan menuntut uang pinjaman yang kalian pakai untuk merenovasi rumah kalian".

Ketiganya terbelalak mendengar perkataan Naima itu, bagaimana mereka mengganti uang renovasi yang sangat lumayan itu, apalagi jika Tyo diusir dari sana bisa-bisa mereka tidak akan bisa memakai mobil mewah lagi.

Naima meninggalkan ketiganya dengan tatapan datar, dia sangat marah karena iparnya itu tidak pernah menghargainya selalu sok berkuasa.

"Kakak, ibu bagaimana ini". Rengek Andin tidak mau tahu.

"Sudahlah ndin, yang dikatakan Naima itu benar, tidak usah pesta mewah kalau pihak lelaki itu tidak memberi dana, kamu bilang dia kaya kok uang segitu saja tidak mampu". Ucap Tyo dengan kesal kepada sang adik.

"Tapi kak, aku tidak mau pernikahan sederhana, bagaimanapun pernikahan itu seumur hidup sekali, aku tidak mau biasa-biasa saja, apa yang dikatakan teman-teman ku nanti". Rengek Santi menggoyangkan tangan ibunya dengan rengekan.

"Iya Yo, ibu juga akan malu, jika pesta pernikahan adikmu itu biasa saja, kamu bujuk Naima agar dia mau memberikan nya". Kini Ibu Alam yang berusaha membujuk sang anak.

"Atau gadaikan saja perhiasan kak Naima atau sertifikat rumah ini kalau tidak kakak bisa ambil Atm nya agar kita bisa mengurasnya". Andin memberi ide kepada kakak dan ibunya.

"Ide bagus tuh Yo, kamu kan tahu perhiasan Andin itu mahal-mahal, Cukuplah jika kita jual beberapa , apalagi perhiasan Naima banyak". Bu Alma sumringah mendengar itu.

"Aku tidak berjanji bu, tapi aku usahakan, untuk sementara jangan buat Naima marah atau kesal, kita harus bisa membuatnya tahu kalau kita sudah tak membutuhkan bantuannya dan dia akan cuek barulah kita ambil perhiasan dan ATM nya".

Tanpa mereka sadari percakapan mereka direkam oleh Naima yang bersembunyi dibalik tembok dan membuat video mereka sebagai bukti nantinya, dia akan membuat perhitungan dengan mereka setelah ini. Tidak hanya itu dia juga menempelkan alat untuk merekam.

"Lihat saja kalian, akan ku buat kalian menyesal telah melakukan ini padaku, dan kamu mas bersiaplah menjadi pecundang". Ucapnya dalam hati.

Dia bergegas memasuki kamarnya, dia juga sudah meminta orang untuk memasang CCTV saat dia keluar kamarnya tadi, orang yang bekerja sebagai Pemasang CCTV itu lewat depan sebagai service AC yang dia panggil.

Setelah persiapan nya sudah selesai, dia sengaja menaruh perhiasannya yang berharga sedang dan yang paling mahal dia simpan, agar aman, dia tahu jika itu akan dijual mereka. Jadi dia akan menjadikan itu senjata untuk mereka.

"Kalian akan membayarnya dengan mahal". Ucapnya dengan sinis.

Naima teringat akan percakapannya dengan sahabatnya saat dirinya dikantor.

"Aku dengar kamu mau kasbon ya pada perusahaan?? Tanya Tiara saat duduk disebelah Naima.

"Iya, adik ipar aku mau mengadakan pesta pernikahan, aku disuruh mertuaku untuk kasbon dikantor karena gajiku bulan ini akan diserahkan kepadanya untuk pernikahan adik suamiku". Ucap Naima dengan sendu.

"Jangan mau Naima, kamu selama ini hanya dimanfaatkan oleh mereka bahkan jika kamu memberitahukan bagaimana posisimu, kau tidak akan bisa menikmati gajimu sendiri karena mereka akan kembali memintanya padamu".

"Tapi mereka suamiku dan keluargaku, mereka selama ini baik walau kesannya seperti memanfaatkan". Naima menunduk sedih.

"Jangan mau diperalat mereka Naima, cobalah kamu menolak permintaan mereka dan pastikan kamu pasang CCTV dan perekam suara pada saat mereka mengobrol tanpamu saat kau menolak keinginan mereka, kau akan melihat wajah asli mereka". Nasehat Tiara lagi.

"Baiklah, kamu benar, aku akan melakukan saranmu, aku juga lelah tak bisa menikmati gajiku sendiri, untung mereka tidak tahu jika dinaikkan jabatan".

"Itu benar naima, kamu harus cerdik melawan mereka, aku akan membantumu, sudah cukup selama ini kau mengalah".

Sedangkan di ruang keluarga mereka masih asyik berdiskusi mencari cara bagaimana mengambil perhiasan dan ATM milik Naima.

"Lebih baik ibu dan Andin pulang saja, siap kan saja dulu dengan dana yang ada dan kita kumpulkan, akan ku kabari hasilnya nanti". Ucap Tyo kepada kedua perempuan dihadapannya.

"Iya nak, kamu harus berhasil, pastikan perempuan pelit itu merasakan akibatnya karena pelit pada kita". Sungut Bu Alma dengan kesal.

"Iya benar tuh bu, baru gitu aja sombongnya melebihi konglomerat, padahal uangnya tidak seberapa juga dibandingkan Aldo". Andin merepotkan bibirnya kesal.

"Iya gampang itu, dia kan bodoh selama ini, kita hanya perlu bersandiwara seperti sebelumnya". Ucap Tyo dengan enteng.

"Kalau begitu kami pulang, kabari jika sudah sukses, ingat pernikahannya hanya seminggu lagi". Bu Alma memperingati sang anak.

"iya bu tenang saja".

"Baiklah ibu pulang". Andin beserta ibunya pergi dari rumah tanpa pamit pada Naima karena kesal

"Aku harus mencari cara agar Naima luluh dan mau memberikannya, kalau tidak terpaksa aku harus gunakan cara licik".

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!