Di tengah riuh para wanita yang mengerumuni bandara, terlihat seorang pemuda tampan berjalan diiringi beberapa bodyguard. Cahaya sinar kamera terus memancar ke wajahnya, sehingga membuat kulit putihnya semakin bercahaya.
Dia terus berjalan sambil menundukkan kepalanya, tidak lupa dengan topi dan juga earphone yang ia kenakan, terlihat begitu cool dan juga berwibawa. Apalagi dengan jejeran bodyguard di kanan dan kirinya, membuat pemuda itu terlihat semakin mempesona.
"Yoon-gi!" Teriakan para wanita-wanita yang sejak tadi menunggu terdengar begitu bahagia. Mereka begitu bahagia dapat melihat kedatangan idola mereka yang telah mereka tunggu sejak tadi.
Walaupun berhimpit-himpitan, mereka tetap menjaga jarak dari sang idol, sepertinya mereka tau jika idola mereka tidak suka keributan.
Min Yoon-gi Diandre, adalah penyanyi ternama yang menjadi idola para wanita, baik itu yang sudah berumah tangga, para gadis, bahkan anak-anak yang menginjak remaja tergila-gila kepadanya.
Selain wajahnya yang tampan, dia juga memiliki sifat dingin bagaikan kulkas dua pintu. Akan tetapi, di dapat membuat wanita terpesona hanya dengan sedikit tindakan. Kadang dia juga terlihat begitu humoris dan juga ceria, akan tetapi dia lebih sering memperlihatkan sikap dingin dan juga cueknya.
Di balik sikap dingin dan juga introvertnya, ada luka yang teramat dalam terukir dengan kekal di ingatannya. Dia suka menyendiri dan juga rebahan, sebagian besar masa liburnya dia habiskan di dalam kamar, baik itu untuk menulis, mendengarkan musik ataupun tidur.
Yoon-gi melirik sekilas para penggemarnya sambil melambaikan kedua tangannya. Namun, tiba-tiba seorang gadis berpakaian tertutup menabraknya.
"Aw! Maaf!" Ucap wanita itu sambil mengambil buket bunga yang terjatuh ke lantai.
"Maaf! Kamu tidak apa-apa?" Tanya Yoon-gi berjongkok mencoba membantu wanita itu.
"Tidak!" Ucap wanita itu cuek lalu kembali melangkahkan kakinya dengan terburu-buru.
Melihat sikap cuek wanita itu, Yoon-gi terlihat bingung. Dia menatap punggung wanita itu yang tertutup gamis dan juga hijab dengan tatapan penasaran.
"Siapa wanita itu? Kenapa dia terlihat biasa saja saat melihatku?" Batin Yoon-gi.
"Maaf, Tuan! Ayo kita pergi. Perjalanan kita masih jauh," ucap Adnan asisten pribadi Yoon-gi.
"Baik!" Ucap Yoon-gi mengangguk lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Sedangkan para bodyguard dan juga Adnan sibuk mengurusi para penggemar yang menjerit histeris melihat kejadian tadi. Banyak yang iri melihat gadis tadi, gadis yang beruntung, bisa berdekatan dengan Yoon-gi walaupun hanya sedetik saja. Sedangkan, mereka yang sudah menunggu sejak tadi hanya bisa melihat pria pujaan hati mereka dari jauh.
Dengan cepat Yoon-gi masuk ke dalam mobil yang telah menunggu sejak tadi, tidak lupa dia melambaikan tangannya kepada para penggemar sambil melirik ke arah kepergian gadis tadi. Namun, dia tidak dapat melihat jejak gadis yang menarik perhatiannya itu.
Tanpa menunggu lama, sang supir langsung melajukan mobil itu meninggalkan bandara. Yoon-gi hanya terdiam sambil melirik para penggemarnya dari kaca spion. Walaupun dia telah pergi, para penggemar terus berteriak histeris memanggil namanya.
"Akhirnya aku sudah berada di puncak kesuksesan karena hobiku. Kita lihat saja, apa kalian tetap pada pendirian kalian, atau malah datang kepadaku tanpa rasa bersalah."
******
Di sebuah pemakaman umum, berjalan seorang gadis membawa buket bunga. Gadis itu berjalan melewati beberapa gundukan tanah, hingga langkahnya terhenti di sebuah gundukan tanah yang di penuhi taburan bunga segar. Mungkin sebelum dia datang, sudah ada yang mengunjungi makam itu terlebih dahulu.
Dia tersenyum kecil sambil meletakkan buket bunga itu di dekat batu nisan. Dia menatap batu nisan yang tertuliskan nama sang mama tercinta di sana. Dia mengusap pelan batu nisan itu, dan tatapan matanya terhenti ke tanggal kematian sang mama.
"Hari ini mama sudah dua puluh lima tahun meninggalkan dunia ini, dan hari ini juga aku sudah dua puluh lima tahun di dunia ini," Ucap Cheesy tidak sanggup lagi menahan air matanya.
Air matanya kembali mengalir membasahi wajah cantiknya, jika dia bisa memilih, lebih baik dia tidak perlu di lahirkan ke dunia ini, agar sang mama bisa hidup. Namun, takdir malah berkata lain. Dia terlahir kedunia ini dengan selamat, akan tetapi sang mama malah pergi meninggalkannya. Bahkan dia tidak diberikan kesempatan untuk merasakan hangatnya pelukan wanita yang telah melahirkannya itu.
"Mama pasti bahagia di sana 'kan? Sampai-sampai mama lupa untuk menemui Cheesy di dalam mimpi. Ma! Cheesy kangen." Cheesy hanya bisa memeluk batu nisan sang mama, dan membayangkan pelukan hangat yang tidak pernah dia rasakan sama sekali.
Walaupun memiliki ibu sambung yang sangat menyayanginya, tetap saja, Cheesy ingin melihat wajah sang mama yang telah melahirkannya. Walaupun itu hanya dalam mimpi. Apalagi umurnya sekarang yang sudah dewasa.
Cukup lama Cheesy duduk di tepi makam Tika, dia mengirimkan doa kepada sang mama, dengan harapan sang mama di berikan tempat yang layak di alam sana. Dia hanya bisa berharap, semoga suatu saat nanti mereka bisa di pertemukan di Surga.
Tanpa Cheesy sadari, ada sepasang mata yang memperhatikannya sejak tadi. Suatu kebetulan, Yoon-gi juga berkunjung ke makam mamanya. Sama seperti Cheesy, dia juga baru tiba di kota ini , dan tempat yang pertama kali dia tuju adalah makam ibunya.
"Mom! Lihatlah. Gadis itu sangat cantik, sama seperti mommy."
Bersambung.....
"Pa! Cheesy kenapa belum datang? Bukannya pesawatnya tiba pukul sepuluh pagi tadi? Lihat! Ini sudah pukul tiga," Ucap Rania menatap ke halaman rumahnya dengan cemas.
Dia berharap jika putri tercinta telah tiba, akan tetapi sudah beberapa jam menunggu belum ada tanda-tanda kedatangan sang putri. Dia terus berjalan mondar-mandir di depan pintu sambil meremas tangannya. Sebenarnya dia ingin menyambut kedatangan sang putri ke bandara, akan tetapi Cheesy menolak, dengan alasan ada tempat yang ingin dia kunjungi saat kembali.
"Ma! Mungkin dia masih di makam Tika. Kamu ingatkan ini tanggal berapa?" Randy hanya bisa memenangkan sang istri dengan mengelus punggung istrinya itu.
Mendengar itu, Rania hanya bisa membuang napasnya kasar. Dia kembali duduk di sofa sambil melirik masakan yang telah dia hidangkan di atas meja. Dia sudah berusaha keras untuk menyambut kedatangan putri sambungnya itu.
Namun, putrinya lebih memilih untuk berkunjung ke makam Tika, sahabat sekaligus istri pertama dari suaminya. Tanpa terasa, air matanya langsung menetes. Mengingat hari ini adalah hari yang penuh dengan suka dan duka untuk mereka
Dimana hari ini adalah anniversary pernikahannya dengan sang suami yang ke dua puluh lima. Hari ini juga adalah ulang tahun Cheesy Ajhiwinata, putri tertua mereka yang ke dua puluh lima, dan hari ini juga tepat ke dua puluh lima tahun Tika Ajhiwinata, istri pertama Randy Ajhiwinata meninggal dunia.
Melihat kesedihan sang istri, Randy langsung membawa Rania kedalam pelukannya. Untuk pasangan lainnya, pasti mereka akan membuat pesta meriah dan bersenang-senang untuk merayakan anniversary pernikahan mereka. Namun, itu tidak berlaku untuk Randy dan Rania.
Mereka hanya bisa merayakan anniversary untuk berziarah ke makam Tika, bukannya Randy tidak bisa menghargai Rania. Namun, mereka hanya tidak ingin melukai hati Cheesy. Bahkan gadis itu juga tidak pernah mau merayakan ulang tahunnya. Setiap tanggal lahirnya, dia selalu mengunjungi makam sang mama dan mengirimkan doa untuknya.
"My Amygdala ... My Amygdala ...."
Tiba-tiba terdengar suara musik yang begitu keras terdengar dari lantai atas. Mendengar suara musik itu, Randy hanya bisa mengelengkan kepalanya pelan. Siapa lagi biang keroknya jika bukan putri yang juga para keponakannya somplak itu.
"Chelsea, Aulya, Fiona, matikan musiknya!" Randy berjalan sambil berteriak ke arah sumber musik yang membuat gendang telinganya hampir pecah.
Bukannya mematikan musik, para gadis somplak itu malah memperkeras suara musiknya. Tidak lupa dengan suara cempreng mereka yang mengikuti lirik lagu sang idola mereka.
Melihat tingkah para gadis itu, perlahan rasa sedih Rania langsung menghilang. Dia menyeka air matanya sambil menghampiri para gadis itu dengan penuh senyuman.
"Sayang! Kecilkan musiknya." Rania menggeleng kecil melihat tingkah para gadis itu
"Aulya! Bukannya kamu mau menikah? kenapa kamu terus bertingkah seperti ini?" Tanya Randy melihat tingkah Aulya yang sedang berdiri di atas ranjang sambil memegangi mikrofon. Tidak lupa dengan pakaian serba oblong, dan juga selendang yang di ikat di kepalanya.
"Paman! Aulya juga sedang latihan sekarang," ucap Aulya ketus sambil melepaskan selendang yang ada di kepalanya.
"Latihan apa?"
"Ya, latihan agar tidak stress setelah menikah nanti, apa paman lupa jika calon mantu paman itu raja jutek sejagat raya. Jika bukan aku yang menghibur diriku sendiri siapa lagi?"
Mendengar ucapan Aulya, Randy hanya bisa mukul keningnya pelan. Dia lupa jika lawan bicaranya adalah Aulya Putri Ardinata, jadi tidak mungkin dia menang saat berdebat dengan gadis itu.
"Apa kamu lupa jika dia adalah pria pilihanmu sendiri? Dulu kamu tergila-gila kepadanya, sekarang setelah kamu mendapatkannya." Tiba-tiba suara merdu yang sejak tadi mereka tunggu telah tiba.
Ketiga gadis itu langsung menoleh ke arah pintu, dan melihat Cheesy yang tersenyum ke arah mereka. Dengan penuh kebahagiaan, ketiganya langsung berlari memeluk gadis itu, sampai-sampai Rania yang sejak tadi menunggu tidak punya bagian lagi.
"Kakak! Kami kangen. Kenapa kakak lama sekali di sana? Kami jadi tidak punya teman bertengkar," ucap Chelsea manja.
"Kakak! Apa kamu melihat suami kami tadi? Kami dengar jadwal penerbangannya ke sini sama dengan kakak. Bagaimana, apa kakak melihatnya? Apa mungkin kalian satu pesawat tadi?" Tanya Aulya sambil tersenyum genit.
Mendengar sejuta pertanyaan adiknya itu, Aulya langit mengerutkan keningnya bingung. Dia perlahan menatap foster yang memenuhi kamar sang adik lalu mengingat sesuatu.
"Apa mungkin pria tadi?"
"Pria tadi? Maksud kakak Min Yoon-gi? Apa kakak melihatnya? Bagaiamana? Apa dia tampan?" Ketiganya langsung menghujani Cheesy dengan sejuta pertanyaan.
"Tidak! Kakak tidak melihatnya." Tidak mau ambil pusing, Cheesy langsung menyeret kopernya menuju kamar yang berada di samping kamar Chelsea.
Tubuhnya terasa begitu lelah, jadi lebih baik dia mengistirahatkan tubuhnya, dari pada harus menjawab pertanyaan yang tidak berguna dari para adiknya itu. Melihat gelagat sang kakak, Chelsea, Aulia dan juga Fiona langsung menghentikan langkah sang kakak.
"Hayoo! Dia tampan 'kan? Kakak tidak usah bohong." Aulia mencolek dagu Cheesy sambil menaik turunkan alisnya.
"Tidak! Dia terlihat biasa saja. Tidak seperti yang kalian bicarakan."
"Apa! Jadi kakak ketemu si kucing manis kami? Bagaimana kakak bisa melihatnya? Apa kakak bicara dengannya? Bagaimana?"
"Hem! Kakak melihatnya. Sangat dekat,"
"Sayang! Kamu istirahat aja dulu. Kamu pasti lelah," ucap Rania langsung memotong ucapan Cheesy. Dia tau, jika membicarakan soal idola para gadis itu pasti tidak akan ada ujungnya.
"Mama benar! Kakak istirahat dulu." Cheesy tersenyum licik lalu menutup pintu kamarnya rapat.
"Mama!"
Bersambung......
"Kamu tidak akan pernah bisa sukses karena hobimu itu. Ingat! Tanpa papa kau bukan apa-apa. Jika bukan karena harta papa, mungkin kau sudah jadi gelandangan di luar sana."
Kata-kata yang begitu menyakitkan kembali terdengar di ingatan Yoon-gi. Dia memperkuat tinjunya untuk melepaskan emosi yang menguasai diri. Keringat bercucuran membasahi tubuh kekar dan juga seluruh tubuhnya.
Wajah yang begitu putih tiba-tiba memerah karena menahan amarah, tidak ada rasa lelah, dia terus melayangkan tinju ke punching bag. Ingatan kelam di masa kecil terus menghantui ingatannya, sehingga membuat dirinya tumbuh dengan penuh rasa dendam.
Argghhhh.....
Satu teriakan dan juga pukulan terakhir membuat napasnya berembus dengan kencang. Dia memeluk punching bag itu sambil menitikkan air mata. Dia tidak tau harus bercerita ke pada siapa, karena dia di takdirkan untuk hidup seorang diri.
"Tuan!" Mendengar suara sang asisten, Yoon-gi langsung membuang napasnya kasar. Dengan cepat dia menyeka air matanya lalu menatap tajam Adnan yang berdiri di depan pintu.
"Ada apa?" Tanya Yoon-gi singkat.
"Tuan Alexander ingin anda menjadi bintang tamu di pernikahan keponakannya minggu ini. Dia juga menawarkan bayaran dua kali lipat dari bayaran Anda biasanya."
Mendengar ucapan sang asisten, Yoon-gi langsung tersenyum kecil. Tidak ada yang tau apa yang ada di pikirannya saat ini, akan tetapi sepertinya tawaran itu juga menguntungkan untuknya.
"Bukannya dia sahabat Tuan Ardinata?"
"Benar, Tuan! Ini adalah pernikahan putri keluarga Ardinata dengan putra keluarga Aldelard."
"Katakan kepada mereka, aku akan datang tanpa bayaran," ucap Yoon-gi tersenyum sinis. Sepertinya dia sedang merencanakan sesuatu, atau mungkin ini adalah bagian dari balas dendam yang telah lama dia rencanakan?
"Tapi, Tuan!"
"Kamu pasti tau alasannya sendiri. Tuan Ardinata," ucap Yoon-gi tersenyum sinis.
"Baik, Tuan!"
Tanpa banyak pertanyaan, Adnan langsung menunduk patuh lalu keluar dari ruangan itu. Baru satu hari dia kembali ke kota kelahirannya, akan tetapi sudah begitu banyak job yang datang menghampirinya.
Yoon-gi adalah artis papan atas yang menjadi idola banyak orang, jadi tidak heran jika begitu banyak kalangan konglomerat yang ingin mengunakan jasanya. Baik itu untuk acara pesta, maupun untuk kepentingan perusahaan mereka.
*****
Di pagi hari, Cheesy sudah bersiap-siap untuk bekerja. Dia menatap bayangan dirinya di pantulan cermin, sambil merapikan jilbabnya yang sedikit berantakan.
"Sayang! Kamu sudah siap?" Tanya Randy yang juga telah rapi menatap sang putri dari pintu.
"Sudah, Pa! Ayo kita berangkat." Cheesy langsung menggandeng mesra tangan Randy.
Mereka berjalan beriringan menuruni anak tangga, kehadiran keduanya langsung di sambut dengan tatapan hangat sang mama yang sedang menata sarapan di atas meja.
"Pagi, Sayang. Ayo sarapan." Rania langsung menarik kursi untuk sang putri.
Dia menuangkan susu lalu memberikan kepada Cheesy. Tidak lupa dia mengoleskan roti dengan selai kesukaan Cheesy. Bahkan dia sampai melupakan kehadiran suaminya sendiri.
"Ehem! Setelah putrinya kembali, dia malah melupakan suaminya sendiri," Sindir Randy sambil menyeruput teh miliknya.
Mendengar sindiran sang suami, Rania langsung terkekeh kecil. Dia menghampiri sang suami lalu memeluknya dari belakang.
"Aku tidak akan pernah melupakanmu, Sayang," Bisik Rania tepat di telinga Randy, sehingga membuat sesuatu yang telah tertidur terbangun tiba-tiba.
"Ma! Kamu jangan membangunkan yang sudah tidur. Papa malas keramas lagi," ucap Randy dengan memelas, bahkan dia tidak perduli jika ada sang putri di sampingnya.
"Ya Allah! Ma, Pa! Ingat umur." Chelsea yang mendengar ucapan sang Papa langsung bergidik ngeri. Tidak lupa dengan bibir monyong dan juga mata julingnya.
"Jangan julid seperti itu. Nanti kamu juga tau sendiri," ucap Rania tersenyum kecil sambil menjitak pelan kening Chelsea.
"Sudah jangan banyak bicara. Ayo kita sarapan, nanti kamu telat kuliahnya." Cheesy langsung menderai perdebatan ketiganya.
Chelsea langsung tersenyum kecil lalu duduk di samping sang kakak. Walaupun selalu bertengkar, akan tetapi mereka akan mengemaskan jika sedang akur.
Mereka sarapan bersama sambil bercanda gurau. Terlihat begitu bahagia, dan harmonis. Apalagi Cheesy, tidak ada lagi rasa sedih di hatinya seperti semalam. Dia menatap sang papa dan juga mama sambungnya itu dengan penuh kehangatan.
Walaupun dia tidak di berikan kesempatan untuk merasakan kasih sayang dari ibu kandung. Namun, dia mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari ibu sambungnya. Rania sangat menyayanginya seperti putrinya sendiri. Tidak ada sedikitpun perbandingan kasih sayang yang dia berikan kepada Cheesy maupun Chelsea.
*****
"Selamat pagi, Dokter!"
Sapaan hangat langsung menyapa saat Cheesy kemasuki rumah sakit. Dia menatap para suster dan juga dokter yang berdiri berbaris di depan lobby. Mereka memegang karangan bunga untuk menyambut kedatangan putri dari direktur tempat mereka bekerja.
Melihat sambutan hangat dari para bawahan sang papa, mata Cheesy langsung berkaca-kaca. Dia menatap sang papa yang sedang merangkul mesra dirinya, lalu kembali menatap para staff rumah sakit itu dengan penuh kehangatan.
"Nona! Tujuanmu datang kemari sangat mulia. Jadi, berikan kami kesempatan untuk membantumu," ucap Ardy salah satu dokter muda di rumah sakit itu.
Cheesy adalah gadis yang cantik dan juga sholehah. Jadi, tidak heran jika begitu banyak pemuda dari kalangan atas yang mencoba untuk mendekatinya. Namun, Cheesy tidak pernah menggubris satupun dari mereka, karena tujuannya saat ini hanya satu. Dia ingin menjadi dokter kandungan yang hebat, dengan harapan tidak ada lagi Tika yang lainnya.
Cheesy hanya tersenyum mendengar ucapan Ardy. Dia dengan santun menerima buket bunga yang di berikan Ardy lalu mengucapkan terima kasih. Setelah selesai, Cheesy langsung menuju ruangannya. Dia menatap ruangan itu dengan tatapan penuh kebahagiaan.
"Dokter! Ada pasien, cepat ke ruang operasi"
Seorang suster menghampiri Cheesy dengan cemas. Sepertinya ada pasien yang sedang kritis. Tanpa banyak berpikir, Cheesy langsung pergi ke ruang ganti. Dia menganti pakaiannya dengan pakaian operasi dan bergegas ke ruang operasi.
"Namanya Sarah! Dia terjatuh dari tangga. Dia sedang hamil lima bulan."
"Siapkan operasinya segera." Cheesy memberikan berkas tentang pasien itu ke suster lalu masuk ke ruang operasi.
"Gadis itu!"
Bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!