NovelToon NovelToon

Ibu Muda Presiden Lian [Revisi]

Bab 1 - Seesaw

Disuatu pagi yang indah, di kota metropolitan yang dikenal dengan negara idaman bagi para K-pop internasional.

Seoul, korea selatan.

“baiklah, dimana aku bisa mengambil dokumen itu?“ tanya Risa, sejak tadi benda tipis itu terus menempel erat di telinga Risa, perempuan berambut kecoklatan itu terus bertanya dan tak jarang memarahi orang yang sedang dia telpon.

“Seoul grand park?“

Risa mengulangi nama tempat dimana dia harus menjemput Kim Keira.

Risa dengan cepat melangkahkan kakinya ke parkiran mobil untuk segera menuju tempat dimana sahabatnya berada, dan dia harus segera sampai di sana untuk mengambil dokumen penting. Risa tidak mengerti bagaimana Kim Keira bisa seceroboh itu, menabrak seseorang di Seoul grand Park dan untungnya orang itu tidak mempermasalahkannya.

Mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata-rata mungkin salah satu kebiasaan Risa, dia membelah jalanan kota Seoul dengan kecepatan diatas rata-rata, hari ini seharusnya Kim Keira yang pergi bersamanya untuk melakukan penandatanganan tender perihal resort yang baru saja akan dibangun di daerah Busan.

tak lama kemudian ....

Risa dibuat sangat terkejut saat melihat 'Seoul grand Park yang begitu luas, bangunan ini cukup luas. 

‘dokumen!’ Oh, Risa hampir saja melupakan maksud kedatangannya kesini untuk mengambil dokumen yang ada di tangan Kim Keira.

“apa kamu baik-baik saja Keira?” Risa bertanya, dia berjalan mendekati sahabat yang menggenggam dokumen.

“aku baik, maaf aku tidak bisa menemanimu, ada sedikit masalah yang harus aku selesaikan disini“ Ucap Keira, sambil menyerahkan dokumen tebal tersebut.

Risa hanya bisa menghela nafas panjang mendengar pernyataan Keira.

“tidak apa-apa, aku bisa melakukannya sendiri, masih ada sisa waktu 30 menit lagi”

“pergilah, dokumen itu harus ditandatangani oleh Tuan Alex, kamu harus cepat karena jika kamu terlambat, dia tak bisa menunggu lagi karena dia harus berangkat ke jepang hari ini“ ucap Keira.

Risa mengangguk mengerti dan berharap jika dia bisa sampai tepat waktu tanpa adanya satupun hambatan.

“baiklah aku akan pergi semoga masalahmu cepat selesai, bye Keira. sampai bertemu di kantor“

Risa segera berlari menuju mobilnya, dia harus sampai di ‘Arts cafe’ dalam waktu kurang dari 30 menit untuk bisa bertemu dengan Tuan Alex, jika dia gagal maka tamatlah riwayatnya.

lima belas menit kemudian ....

Risa sampai tepat waktu di Arts cafe, tapi saat sebelum dia bertemu dengan Tuan Alex seorang anak laki-laki menghampirinya dan memanggilnya dengan panggilan.

“Ibu!”

Dan itu cukup membuat Risa terkejut, sampai dia menghentikan langkahnya untuk menemui Tuan Alex.

“Ibu, maaf membuatmu lama”

Risa terdiam sejenak, apakah Risa salah mendengar? atau anak ini yang salah memanggil? 

Anak kecil laki-laki itu berkata lagi. “ayah bilang dia tidak bisa menjemputku, lalu dia mengabariku bahwa Ibu yang akan menjemputku, aku senang karena akhirnya aku bisa pulang bersama Ibu.“

Risa bahkan tidak menyadari saat tangan kecil itu sudah menariknya dengan wajah gembiranya, dia tidak bisa menghentikan langkahnya saat anak berusia enam tahun itu menuntunnya ke sebuah taman kecil yang ada disana

“Adik kecil aku bukan Ibumu, sayang“ ucap Risa pada anak kecil itu, dan dia langsung menatapnya dengan tatapan sedih.

“Ayah!! Ibu jahat!!“ anak kecil itu mulai menangis histeris.

“sayang jangan menangis seperti ini“

Risa mulai panik dan bingung harus melakukan apa?

“aku tidak akan menangis jika Ibu mau pulang bersamaku!“

Pulang? Risa seharusnya bertemu dengan Tuan Alex bukan pulang bersama dengan anak kecil ini, satu-satunya jalan keluar masalah ini adalah dia harus mengikuti keinginan anak itu.

“sayang dengarkan Ibu, Ibumu ada urusan sebentar, kita bisa pulang setelah aku bertemu dengan teman Ibu, jadi--“ Risa menarik nafas panjang, baru saja akan melanjutkan perkataannya sebelum ada suara yang mendahuluinya.

“Kevin“

“Ibu guru“

mata Kevin membulat saat seorang perempuan berambut hitam menghampirinya. “apa ini, ibunya Kevin“

Sekarang Risa sudah hampir kehabisan waktu, dengan cepat dia mencela dan berkata pada guru tersebut.

“ibu guru, aku memiliki kepentingan yang harus segera diselesaikan, jadi aku izin untuk membawa Kevin pergi, kami permisi dulu”

“sampai jumpa, ibu guru“ ucap Kevin yang mengembangkan senyum menampilkan sederet gigi putihnya.

******

Sangat beruntung Risa bisa bertemu dengan Tuan Alex tepat waktu, dokumen sudah ditandatangani. masalahnya sudah terselesaikan, tapi dia lupa tentang masalah Anak kecil yang terus memanggilnya 'Ibu'

“Ibu, ayo kita pergi ketaman bermain“ suara yang nyaring itu menyentak kesadaran Risa.

“oh, tuhan masalah apa ini?“ Risa hanya bisa menepuk dahinya pelan. “Kevin“ dengan pelan Risa mengusap wajah Kevin.

“dengar, aku bukan Ibumu jadi bisakah kita kembali ke 'Seoul grand park' dan mencari dimana keberadaan Ibumu yang sesungguhnya".

“tapi ini Ibuku, Ayah bilang Ibu akan menjemputku“

wajah Kevin merengut yang membentuk satu kekecewaan didalamnya. Bagaimana anak sekecil ini bisa yakin jika Risa adalah Ibunya? Bahkan mereka baru pertama kali bertemu.

Risa berulang kali memijat pangkal hidungnya dan mencoba mencari solusi untuk akar permasalahannya. “aku kesana bukan untuk menjemputmu sayang, aku memiliki urusan lain, jadi bisakah kita--“

Hebat sekarang Risa terlihat seperti orang jahat melihat bagaimana kesedihan di wajahnya yang semakin terlihat jelas di wajahnya, “mungkin saja Ibumu yang sebenarnya sedang menunggumu disana sekarang“

Kevin menggeleng pelan, air mata nyaris menetes dari matanya “Ayah bilang Ibu sudah ada disurga“

Lalu kenapa anak ini menganggap Risa adalah ibunya?

“Ayah bilang Ibu akan kembali lagi dan akan bertemu denganku“

Lelucon macam apa ini? kembali dari surga? Orang dewasa bodoh mana yang mengatakan hal konyol pada bocah polos ini, mendengar ini Risa hanya bisa menahan emosinya.

Kevin mengambil sesuatu dari tasnya dan mengambil lembaran kertas berisi potret wanita cantik hampir membuat jantung Risa lompat dari tempatnya.

“ini Ibu“ ucap Kevin pelan.

Pantas saja anak ini menganggap Risa adalah ibunya, wajahnya wanita di foto itu mirip sekali dengan Risa, yang berbeda hanya warna rambutnya saja, kini Risa bisa percaya jika didunia ini ada tujuh orang yang berwajah mirip.

“benarkan ini Ibu, sejak dahulu aku hanya bisa melihat Ibu dari foto saja, sekarang Ibu benar-benar sudah disini, jadi jangan tinggalkan Kevin lagi, Ibu“

Dalam sekejap Risa terdiam, mulutnya seperti tersumbat hanya bisa tertutup rapat, kenapa masalah ini menjadi begitu rumit.

“ayo kita pergi ketaman bermain, Ayah tidak pernah sempat mengajakku kesana“ ucap Kevin yang anak itu langsung menarik tangan Risa untuk segera meninggalkan cafe tersebut.

'Seoul land' sudah berapa kali Risa pergi kesini? mungkin lebih dari enam kali, terakhir kali mungkin dua bulan yang lalu, 'Seoul Land' di hari biasa tak seramai hari libur, itu membuat Risa bisa sedikit leluasa mengajaknya menaiki beberapa wahana di sana.

Anak kecil itu terlihat sangat senang, Risa bahkan mengabadikan beberapa moment bersama Kevin dalam jepretan yang menakjubkan, dalam balutan seragam yang terlihat mulai kusut Kevin menampilkan deretan gigi putihnya pada Risa.

“Ibu ayo kita naik itu”

Kevin menunjuk komedi putar dengan penuh antusias, Risa cukup terkejut sebentar. komedi putar? Risa tidak menyukai itu, dia bisa mual-mual seketika, tapi wajah polosnya membuat Risa tidak berdaya untuk menolaknya.

Benar saja setelah selesai dengan wahana komedi putar, perut Risa seperti sedang mengaduk-aduk membuatnya mual.

“Ibu, apa Ibu baik-baik saja?“ tanya Kevin yang mulai cemas.

Risa berusaha tersenyum dan berkata “bagaimana kalau sekarang kita membeli Ice Cream?”

Kevin mengangguk senang dan berkata “aku ingin Ice Cream coklat yang banyak!”

“Wah, aku juga sangat menyukai Ice Cream coklat“ 

Risa yang mengacak pelan rambut Kevin dengan gemas dan dengan lembut dia membawa anak kecil tersebut mendekati sebuah truk Ice Cream.

Dua Ice Cream dengan ukuran besar dengan butiran kacang bisa dihabiskan mereka berdua, saat sedang duduk di bangku taman secara terbuka Kevin menceritakan tentang sekolahnya dan Risa hanya menanggapinya penuh minat mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut kecil Kevin.

“hei apa yang ingin kalian lakukan!“ tanya Risa yang terkejut saat beberapa orang berbadan besar menariknya paksa untuk menjauhi Kevin.

“kamu ingin menculik anakku? Dengan mengajaknya pergi ketaman bermain, lalu kamu akan meminta uang tebusan dariku?“ ucap Pria dengan berjas hitam dan raut wajah begitu datar.

Suara dingin itu benar-benar membuat Risa ingin memarahinya

'menculik? Apa maksudnya ini? Setelah dua orang bertubuh besar ini kenapa harus ada lagi orang yang menyebalkan dan menuduhnya sebagai penculik?'

“aku bukan penculik!!“ Risa yang mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman pria besar disampingnya. “kamu salah orang!!“

“Ayah, tolong jangan biarkan paman itu menyakiti Ibu!“ Kevin nyaris menangis saat menarik ujung jas yang Ayahnya kenakan.

“Ibu“ Alisnya terangkat. 

“bukankah Ayah bilang Ibu akan kembali dari surga, lihat sekarang Ibu sudah kembali“

“bodoh!“ ucap Risa dan membuat pria itu terkejut menatapnya. 

“Bodoh?” tanya pria itu dengan wajah kesal dan bingungnya.

“Ya, kamu pria bodoh yang membohongi anakmu sendiri!“ Risa bahkan tak sadar jika ucapannya membuat hati pria itu terluka.

“Ibu“ suara pelan itu berasal dari Kevin, “Ayah ..”

itu adalah kata yang diucapkan Kevin sebelum kesadarannya hilang.

Di rumah sakit pusat kota.

Risa terus duduk di depan ruang perawatan hampir dua jam menunggu Kevin terbangun, seharusnya dia bisa saja pergi begitu dari rumah sakit ini, tanpa perlu menunggu anak kecil itu kembali sadar, tapi ada sesuatu yang mendorongnya hatinya kecil Risa agar melakukan ini semua.

“Kevin alergi terhadap kacang, kamu seharusnya tak memberinya kacang!“ suara datar Jung Lian Cho membentak Risa.

gadis itu mengangkat kepalanya hanya untuk memastikan raut wajah Jung Lian Cho.

Pria itu sudah tidak rapi seperti saat pertama bertemu dengan ditaman tadi, jas hitam sudah tidak melekat lagi di tubuhnya, Lian mengenakan kemeja putih dengan garis hitam dan celana hitam yang terlihat cocok di tubuhnya, kekhawatiran terlihat jelas di setiap ekspresi wajahnya.

“Aku\-\-tidak memberinya kacang“ ucap Risa, dia mencoba mengingat apa yang dia berikan pada Kevin. “aku hanya memberi Ice Cream dengan butiran kacang”

Wajah Lian langsung menatap Risa dengan tatapan dingin dan berkata padanya “itu sama saja bodoh! Kamu hampir mencoba untuk membunuhnya“

“Bodoh?” Risa kesal, dia tak suka saat pria itu membentaknya. “aku tidak tahu jika dia akan kesulitan bernafas dan aku juga tidak tahu bahwa dia alergi terhadap kacang!”

Jung Lian masih menatap tajam pada Risa.

Gadis di depannya masih setia menunggu Kevin sampai sadar dengan suka rela, padahal dia bisa saja pulang dari tadi jika bukan karena Kevin.

“salahmu bukan hanya itu saja, kamu tahu aku hampir saja menyuruh seluruh polisi di Seoul untuk mencari anakku“

“ini bukan jelas salahku, Kevin yang memaksa memanggilku 'Ibu', lalu dia memaksaku ikut dengannya, saat aku mencoba membawanya kembali ke tempatnya, tapi terus dia menolaknya“ ucap Risa sudah sangat kesal, ini bukan salahnya.

dia tak suka cara pria itu menghakiminya seolah\-olah Risa adalah dalang dibalik semua ini, meskipun secara tidak langsung memang salahnya tapi bukan sepenuhnya salah Risa.

“dan kamu juga begitu saja membawa anakku tanpa tahu siapa dia?” ucap pria itu lagi, dia terus menumpahkan segala masalah pada gadis yang bahkan belum dia ketahui namanya.

Risa memijat pelan dahinya, entah dengan cara apa dia harus menjelaskan tentang kejadian yang dialami. 

Kim Keira, Tuan Alex, dan taman bermain.

Risa tidak yakin jika pria dihadapannya mau mendengarkan penjelasannya, yang Risa ingat sejak tadi pria itu terus menerus menatapnya dengan tajam dan dingin.

“Ibu“

Itu suara Kevin, Lian dengan cepat masuk dengan Risa yang mengikuti dari belakang, pria itu mengusap kepala Kevin, raut ketegangan hilang seketika tergantikan dengan senyuman. “kamu baik\-baik saja, jagoanku?“

“ya, aku baik\-baik saja Ayah”

“bukankah sudah Ayah bilang jangan memakan sesuatu yang berhubungan dengan kacang, Kevin tak menuruti kata\-kata Ayah“

Anak kecil itu hanya mengangguk dengan raut ketakutan, Risa menatap dengan tidak percaya, Kevin baru saja sadar dan pria itu langsung memarahinya.

“hei! Jangan bersedih seperti itu, Ayahmu hanya khawatir padamu. Seharusnya Kevin mengatakan padaku jika kamu alergi kacang. Lain kali jangan lakukan itu, mengerti“ Risa yang mengangkat tangannya untuk melakukan high five dengan Kevin.

“kupikir Ibu akan meninggalkanku“

“tentu saja Ibu tidak akan meninggalkan Kevin, kamu sedang sakit dan Ibu tidak akan meninggalkanmu saat Kevin sakit”

“apa itu artinya setelah aku sembuh Ibu akan meninggalkanku? Apa aku harus sakit selamanya agar Ibu tidak meninggalkanku lagi?”

Kata ini jelas bukan perkataan yang Risa ingin dengar dari anak kecil itu. “Hei, kenapa Kevin berkata seperti itu? Tentu saja Ibu akan menemanimu, justru Kevin harus segera sembuh agar kita bisa kembali bermain bersama”

“benarkah kita bisa pergi ke taman bermain lagi? Lain kali pergi bersama Ayah“

mata Kevin menatap Lian penuh dengan harapan, menunggu persetujuan secara langsung dari Sang Ayah yang masih tidak mengerti dengan jalan cerita yang Risa mainkan.

Lian mengangguk, membiarkan putra kecilnya untuk bahagia. 

“Kamu!“ Lian menunjuk Risa. "Kita harus bicara nanti!“

Risa menarik nafas dalam\-dalam, mungkin kepalanya sudah terbentur sesuatu hingga ucapannya tak beraturan lagi, Cinta pasti akan tertawa mendengar kejadian yang dialami hari ini.

\*\*\*\*\*\*\*

"Ibu?“ Alis Lian terangkat, pria itu menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya, Menatap Risa tanpa berkedip.

“kamu bercanda? bagaimana bisa kamu membohongi Kevin?”

Setelah menunggu Kevin tertidur Lian membawa Risa ke taman yang ada di lantai atas, tempatnya cukup sepi tapi dari sini langit malam terlihat jelas.

“membohongi Kevin?“ tanya Risa yang tidak percaya percaya dengan ucapan Lian. “aku melakukan ini karenamu, kamu yang berkata padanya jika Ibunya akan kembali dari surga, bagaimana bisa seseorang kembali dari surga?“

“kamu selalu mengalahkanku sejak awal, seolah\-olah aku yang menyebabkan kekacauan ini, kamu bahkan tidak tahu jika hari ini aku hampir kehilangan kontrak kerjasama dengan seseorang  karena dia tiba\-tiba memanggilku 'Ibu!'“ Risa berteriak mencoba menyalurkan kekesalannya.

“kamu bahkan menuduh aku penculik, lalu sekarang kamu marah? Apa yang harus aku katakan pada Kevin, saat dia rela sakit selamanya hanya demi menahanku agar tetap disisinya!“

“karena semua memang salahmu, kamu seharusnya tidak muncul di depan Kevin“ Lian juga mulai kesal.

“ini sangat lucu! Kamu bahkan masih menyalahkanku, kita bahkan tidak saling mengenali dan kamu sejak tadi kau terus menyalahkanku!“ Risa mengangkat tangannya ke udara dengan ekspresi lelah. “aku pulang, tidak ada gunanya berdebat denganmu, sampaikan salamku untuk kevin.”

Lian hanya bisa memandangi punggung kecil gadis itu yang semakin menjauh, pria itu sungguh tidak mengerti apa yang dia lakukan sekarang, hanya karena gadis itu mirip dengan mendiang istrinya, semua memori kenangan buruk terhampar jelas membuat suasana hatinya kacau.

jangan lupa juga mampir di cerita aku yang lain :

\- Aku bukan takdirmu

\- Angel of death or Siren Prince

\- Istri Lugu Presiden Han

Bab 2 - Meet Up

Bab 2 - Meet up 

Keesokan harinya ….

Jam alarm terus berdering dengan sangat kencang, mata Risa masih terpejam tapi tubuhnya bergerak perlahan ke tepi ranjang, tangannya berusaha mencari jam alarm itu yang sejak tadi berusaha membangunkannya.

“aku masih mengantuk!“ ucapnya pelan, setelah itu dalam satu pukulan tangan jam alarm itu mati. Tak ada gangguan lagi, Risa ingin melanjutkan tidurnya, dia masih merasa sangat lelah.

Semalam dia sampai di apartemen cukup larut, jika diingat-ingat Risa mungkin baru tidur tiga jam.

“Risa--” 

“Risa!!!!“

“Risa, mau sampai kapan kamu tidur? cepat bangun!“ Kim Keira terus berteriak, dia menggedor pintu kamar Risa secara berulang kali. “kamu lupa, jika kita ada meeting pagi ini!“

“Risa!!”

“sepuluh menit lagi, please!“ teriak Risa dalam kamarnya.

“sepuluh menit lagi, dan kamu akan kehilangan pekerjaanmu“ Teriak Kim Keira sekali lagi.

Risa mengibaskan selimut yang menutupi tubuhnya, bangun dari tempat tidurnya dengan malas membuka pintu kamarnya. “tunggu 5 menit lagi, aku akan bersiap-siap dulu”

Mulut Keira terbuka lebar, melihat Risa yang baru saja bangun, lima menit lagi? Bahkan Risa belum mandi, sementara mereka harus berangkat sepuluh menit lagi, sebelum jalanan kota Seoul terserang kemacetan.

Risa dan Keira memang sudah tinggal bersama sejak lima bulan lalu, Risa baru saja menyelesaikan pendidikannya di universitas di Seoul enam bulan yang lalu, kebetulan Keira adalah teman kakaknya, karena saran kakaknya Risa tinggal bersamanya, karena tempat tinggal kakaknya Risa sangat jauh jika dia harus menempuhnya setiap hari.

Karena dari itu ayahnya Risa harus merelakan putrinya untuk tinggal bersama Keira, lagi pula sejak kuliah Risa sudah tinggal sendiri di Seoul, ayahnya tidak terlalu khawatir karena putrinya bisa menjaga diri dengan baik.

“Kim Keira Ri, ayo!!!“

Song Risa Ahn, mengambil tas barunya yang baru dibeli minggu kemarin, lalu mengambil heels berwarna merah maroon senada dengan rok tipisnya yang dia pakai.

“untukmu” ucap Keira, dia menyerahkan sandwiches yang dia buat tadi.

“kita pakai mobilku”

“baiklah”

“bagaimana kemarin dengan Tuan Alex?“

“kita mendapatkan kontraknya, meski aku harus mendapatkan masalah kemarin“

Wajah Song Risa menekuk mengingat kejadian kemarin, bagaimana pria itu menyalahkannya atas apa yang terjadi pada Kevin.

Risa hampir lupa dengan Kevin, apakan anak itu baik-baik saja? Hatinya tersentuh mendengar penuturan Kevin, anak itu sepertinya begitu merindukan ibunya. Bagi Risa, Kevin anak yang menyenangkan terlepas begitu menyebalkan ayahnya. “menyebalkan, karena ada orang arrogant, yang terus menyalahkanku karena anaknya jatuh sakit”

“Siapa?“ tanya Keira santai seolah permasalahan yang Risa hadapi kemarin adalah permasalahan biasa saja.

Kening Risa mengerut, ‘siapa?’ Risa bahkan tidak tahu nama pria itu yang memarahinya kemarin.

“aku tidak tahu” ucap Risa, dia mengunyah sandwich yang ada di tangannya. “anaknya bernama Kevin, dia menganggap jika aku adalah Ibunya.”

Keira hampir saja menginjak rem karena kaget.

“kamu? Ibunya?“ Setelah gelak tawa Kim Keira menggema. "usiamu baru 21 tahun, menikah saja kamu belum“

“berhentilah menertawakan ku, kendarai saja mobilmu dengan benar, aku tidak mau mati konyol karenamu” Risa menatapnya tajam dan dingin, tapi Cinta malah semakin tertawa.

**********

sesampainya di Grup Kyuong, tempat dimana Risa baru saja bekerja beberapa bulan yang lalu.

“yang benar saja?” Keira menggeram kesal, “bertemu dengan Jung Lian Cho? Bukankah sudah cukup bertemu dengan Tuan Alex kemarin!“

Keira hampir saja menghancurkan meja atasannya, amarahnya hampir memuncak mendengar penuturan dari managernya atau biasa dipanggil Tuan Kyuong.

“ayolah Keira, aku tahu kalian bisa melakukan presentasi ini, kemarin kamu dan Risa bahkan sudah berhasil membuat Tuan Alex menandatangani dokumen itu”

“masih ada anggota tim yang lain?“ Keira mendesah frustasi.

“sudahlah Keira dibandingkan terus mengeluh, lebih baik kita lakukan saja“ ujar Risa, atasannya akan terus memaksa mereka jika tidak mau, Risa sudah mengenalnya dengan jelas sifat Tuan Kyuong itu.

Geraman kesal Keira hanya membuat Tuan Kyoung atau nama lengkapnya Lee Su Kyoung, semakin menyunggingkan senyum kemenangan. “lihat! Bahkan Risa sudah setuju, pergilah segera!“

Jika saja He-In masuk hari ini, tentu saja Risa dan Keira tidak perlu melakukan presentasi mengenai tender pembangunan hotel Grup Jung, perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi, perusahaan raksasa yang mempunyai pengaruh besar di Seoul, tapi perusahaan tempat Risa bekerja begitu memperhatikan kesejahteraan karyawannya.

**********

Yang bisa menghentikan Lian dari segala kegilaan terhadap pekerjaan hanya Kevin, hanya puteranya semata wayangnya yang mampu membuatnya melupakan segala kepentingannya.

“Kevin!!“ Lian mengusap pelan dahi anaknya. “ayah pergi dulu bekerja, kamu harus cepat sembuh dan istirahatlah dengan baik“

"Ibu dimana?“ suara Kevin masih terdengar serak tapi cukup jelas.

“Ibu harus mengambil beberapa pakaian di rumahnya, dia akan kembali sore nanti” ucap Lian,  yang tidak peduli jika harus berbohong asalkan puteranya bahagia.

“benarkah? Kalau begitu aku akan menunggu Ibu disini, ibu-kan tidak tahu rumah kita” mata Kevin menatap lekat wajah Lian, guratan luka jelas tersirat di wajah Lian.

“ya, Ibu pasti kembali sore nanti” pria itu mengecup pelan surai Kevin.

“Ahn Shin“ 

Lian menempelkan benda tipis persegi itu tepat di telinganya, dia harus segera menyelesaikan masalah ini secepat mungkin. “tolong bantu aku melacak keberadaan seseorang, temui aku di kantor 30 menit lagi”

“baiklah” suara di seberang sana terdengar lebih santai berbeda dengan ketengangan yang melingkupi Lian, Setelah menelpon Anh Shin, Lian segera melangkahkan kakinya ke area parkir rumah sakit, sopir sudah menunggunya di dalam mobilnya.

“hari ini Tuan, harus menghadiri lelang pembangunan hotel terbaru, di gangnam” ucap sang supir itu setelah dia menyalakan mesin mobil.

“baiklah, kita berangkat“ Jung Lian Cho, dia bukan pria yang dengan mudah terbawa emosi, suasana keseharian akan cenderung tenang tidak menggebu-gebu dan dia bisa begitu pandai menyembunyikan sejuta ekspresi dibalik wajah datar dan dinginnya.

Tapi kemarin, di hadapan gadis itu dia tidak mampu mengontrol emosinya hanya karena wajahnya gadis itu benar-benar mirip dengan mendiang istrinya, bahkan Kevin yang hanya melihatnya ibunya dari foto bisa langsung mengenal kemiripan gadis itu.

Suara sepatu pantofel itu menggema, beberapa karyawan yang lewat menunduk memberi hormat pada pria itu “dimana lelangnya?“

“di lantai 16 Tuan Jung, semua peserta lelang sudah berkumpul“

Sebut saja dunia ini terlalu sempit, atau tuhan terlalu cepat mempertemukan mereka kembali, Jung Lian tidak mampu menyembunyikan raut keterkejutannya di wajahnya saat mendapati gadis itu menjadi perwakilan salah satu perusahaan yang akan mengikuti lelang itu.

Jung Lian Cho, duduk ditempat yang sudah disediakan untuk dirinya, dia bahkan tidak perlu bersusah payah membuka acara lelang ini ketika salah satu pegawainya sudah melakukan itu, matanya sibuk menatap gadis itu, dia membuka beberapa dokumen di depannya.

Song Risa Ahn, gadis berusia 21 tahun perwakilan dari Grup Kyoung, dalam diam Jung Lian menyerap segala informasi yang disuguhkan di depannya, setelah ini dia harus menemui gadis itu.

*********

Setelah penat dengan acara lelang yang begitu melelahkan, masalah baru menghampiri kehidupan Risa.

“jelaskan sesuatu padaku?“ Kim Keira menatap tajam, menarik Risa kedalam toilet wanita adalah satu-satunya cara cepat mewawancarai sahabatnya.

Risa menggigit tangannya “dia--dia pria arogan yang menyebalkan itu”

“apa?“

“Ya, dia pria menuduhku menculik anaknya kemarin dan memanggilku ’Ibu'”

“dan sekarang dia menyuruhku menemuinya di ruangnya” ucap Risa, dia sampai mengigit jari tangan karena terlalu gelisah. “apa yang harus kulakukan Keira?“

Risa berusaha menyembunyikan ketakutannya, kemarin dia punya sedikit keberanian karena tidak tahu siapa yang dia hadapi sekarang? Tapi sekarang bahkan untuk menatap wajahnya saja Risa begitu takut.

Jung Lian Cho, pria itu berusia 27 tahun tapi masih terlihat pria yang berusia 21 tahun, mulut Risa bahkan tidak berhenti terbuka saat Kim Keira menceritakan biografi singkat Jung Lian, pria itu termasuk kedalam 100 orang berpengaruh di dunia. bukan hal yang aneh mengingat Grup Jung adalah perusahaan besar yang mempunyai peran penting di korea selatan atau Seoul.

“temui dia sekarang, sebelum kamu mendapatkan masalah!!“

Tangan Risa mengeluarkan keringat dingin, detak jantungnya tak beraturan seperti biasanya, gadis berambut coklat yang menunggu di depan ruangan Lian menyuruhnya masuk, dalam langkah anggun gadis yang mengenakan blazer hitam itu menuntun Risa masuk kedalam ruangan Tuan Jung Lian.

“duduklah“ 

setelah menyuruh Risa duduk diatas sofa, perempuan itu meninggalkan Risa dalam sejuta kebingungan. Risa menatap sekeliling ruangan yang cukup luas ini, tidak ini bahkan cukup bisa dikatakan cukup luas untuk dihuni seorang diri.

“Song Risa Ahn?” Ucapan itu mengejutkan kesadaran Risa, matanya menatap pria yang baru saja masuk.

“kurasa pertemuan kita kemarin tidak terlalu baik” 

Lian melangkah mendekati sofa, dia duduk tepat di depan Risa. “kamu tahu, aku bukan pria yang senang berbasa-basi, kamu ingat kemarin bagaimana putraku kemarin memanggilmu 'Ibu’“

‘Ya, itu semua karena kebohongan bodohmu‘ ucap Risa dalam hatinya.

“aku hanya ingin kamu berpura-pura menjadi ibu Kevin, sampai aku bisa menjelaskan kepadanya tentang kepergian ibunya selama kamu berpura-pura menjadi ibunya Kevin”

“kamu gila!“ ucap Risa tajam, “aku tidak akan mau”

“kamu harus mau, ini salahmu karena muncul dihadapan Kevin, salahmu juga karena memiliki wajah yang mirip dengan mendiang istriku”

“aku tidak mau, aku sudah memiliki seorang kekasih dan tinggal bersamamu akan membuatnya cemburu lagipula kita tidak saling mengenal“

“kamu tidak memiliki pacar dan aku sudah cukup mengenalmu, kamu anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga Song, sebagian keluargamu tinggal di Daegu bukan?“ ucap Lian tajam, pria itu berdiri melangkah kakinya ke arah Risa.

“kamu sangat suka dengan warna biru, pernah berpacaran satu kali dengan atlet sepak bola di universitas Seoul, Apalagi?“ Lian berpura-pura memasang wajah ingin tahu sementara Risa diam membeku, “apakah aku perlu menyebutkan ukuran pakaian dalammu agar kamu merasa bahwa aku sudah mengenalmu?“

“kamu pria gila!!!“ ucap Risa dengan tajam.

Tinggal bersama Jung Lian? Kepala Song Risa berdenyut mendengar penjelasan Jung Lian, walaupun semua ini demi Kevin tapi jika dipikir lagi Risa tidak punya kesempatan menolak lebih dari lima puluh persen.

Kehidupan Lian bukanlah urusan dirinya, begitu pula dengan kehidupan Kevin, Risa tidak punya pengaruh apapun untuk kehidupan mereka berdua dan seharusnya dengan senyum mengembang Risa bisa menolaknya permintaan, ralat mungkin itu termasuk perintah.

Tapi lihat sekarang, Risa tak lebih seperti tikus yang ketakutan berada di sarang ular, keringatnya menetes tepat di pipinya, Lian berdiri dihadapannya mempersempit jarak diantara keduanya.

“jadi bagaimana?”

“Aku menolaknya“

semoga saja Lian tak mendengar getar dalam suaranya. “itu sudah jelas jawabannya, kamu bisa mencari orang lain. Aku yakin akan banyak perempuan mengantri hanya untuk menjadi ibu dari anakmu”

“Tidak” ucapan Lian membuat alis Risa terangkat, sejak awal pria itu di depannya memang pemaksa.

Risa bahkan tidak habis pikir bagaimana Lian mengetahui segala hal tentangnya, padahal baru kemarin bertemu, sudah jelas pria itu pasti menyelidiki asal-usulnya Risa, tapi untuk apa?

“jadi mana yang akan kamu pilih?“ tanya Lian lagi, seharusnya Risa bisa membuat ini mudah hanya dengan mengatakan 'ya' sejak awal.

“kamu tidak membiarkan aku untuk memilih“ Risa menjerit frustasi.

“aku sudah memberikanmu pilihan, bukan?”

“tidak, kamu hanya mengatakan, ‘kamu bisa menjadi ibu dari Kevin dan tinggal bersamaku, atau menjadi Ibu Kevin meski kamu bukan tipe perempuanku yang ingin aku ajak tinggal bersama tapi demi Kevin aku akan menekan egoisku’ “

Risa mendengus kesal, harga dirinya sedikit terluka saat beberapa saat lalu Lian berucap seperti itu. ”coba jelaskan dimana aku bisa memilih?”

“gadis bodoh, itu justru sebuah pilihan!“

“hahahaha--pilihan yang menyuruhku untuk tetap tinggal bersamamu?“ Risa terus berucap seraya tertawa mengejek, Lian mengangguk membenarkan, dia mengamati setiap ekspresi wajah Risa.

“kita cari win win solution?“

“tidak, win win solution itu pasti hanya menguntungkanmu” ucap Risa dengan tegas.

“kamu boleh meminta apapun yang kamu mau”

“aku tidak membutuhkan apapun, hidupku sudah cukup terpenuhi semuanya, aku tidak membutuhkan apapun darimu” Risa berbicara dengan begitu percaya dirinya.

"kamu harus mau“ ucap Lian tegas, Risa harus mau melakukan ini demi Kevin, dan Lian tak ingin melihat anaknya bersedih.

“dia sedang menunggumu sekarang dirumah sakit, Kevin takut kamu tidak kembali”

Risa termenung, dia teringat janjinya yang tak akan meninggalkan Kevin, anak itu terlihat begitu menyayangi Risa, Kevin tak ingin kehilangan ibunya lagi.

“temuilah dia sore ini, aku bilang kamu akan kembali sore nanti” suara Lian kali ini terdengar lebih lembut.

“baiklah demi kevin, tapi aku mempunyai beberapa syarat, aku akan memikirkannya lebih dahulu” Risa berpikir tak ada salahnya membantu kevin, ini demi kevin bukan demi pria sombong arrogant.

“baiklah akan kuturuti semua keinginanmu”

“kamu tidak akan menolaknya bukan? Bagaimana jika aku minta seluruh hartamu, atau sebagian saham-mu, lalu aku akan menjualnya”

Risa mencoba berpikiran picik, padahal dia sama sekali tidak pernah ingin hal-hal seperti ini, Risa hanya meniru salah satu drama dia nonton, seharusnya pria itu marah dan membatalkan kesepakatan seperti yang ada didalam drama.

“kamu tidak akan bisa melakukannya, menggertakku saja kamu tidak bisa apalagi memaksaku“ sudut bibir Lian terangkat, dia mendekatkan wajahnya pada wajah Risa, wajah gadis itu merona.

“Lihat, baruku dekati kamu sudah gugup seperti ini, bagaimana bisa gadis bodoh sepertimu memaksaku”

Risa menggerutu sebelum akhirnya dia punya kekuatan untuk mendorong Lian, “aku akan menulis list paling atas, jika kamu tidak boleh memanggilku bodoh!“ wajah Risa menunjukan ketidaksukaannya saat Lian terlalu sering memanggilnya bodoh,

“kelinci bodoh“ bisik Lian tepat di telinga Risa, pria itu berhasil memblokir pergerakan Risa dalam kungkungan lengan panjangnya.

“sepertinya itu cocok, aku melihat sesuatu dibawah sana bergambar kelinci berwarna biru”

di telinga Risa suara Lian lebih terdengar seperti desahan, pikiran Risa masih mencerna ucapan Lian.

’kelinci’ berwarna biru? Kelinci berwarna biru? Dalam sekejap Risa merapatkan kedua kakinya

“kamu pria mesum!!“

Seharusnya Risa memarahi Lian, paling tidak memukul kepala Lian, yang dilakukannya malah menyembunyikan wajahnya di dada Lian, pria terkejut kaget saat kepala Risa bersandar di dada bidangnya.

“kamu mempermalukanku, seharusnya sebagai pria baik kamu tidak perlu mengatakan padaku“ Risa merengek malu, wajahnya masih disembunyikan di dada Lian, “kalau sudah begini aku pasti akan terus mengingat kejadian ini terus menerus, dan merasa kalau aku adalah memang gadis bodoh”

“kamu terlalu berlebihan, tapi pada akhirnya kamu mengakui kalau kamu adalah gadis bodoh”

tanpa Risa sadari bibir Lian tersenyum tipis.

“kau memanggilku bodoh lagi!“ 

Lian mengacak rambut Risa saat akan menginggalkan sofa, dia begitu berusaha mengurangi kecanggungan yang terjadi di antara mereka.

Takdir tidak pernah bisa ditebak, Lian tidak pernah menyangka jika dia akan berhubungan dengan Risa, orang asing yang terasa begitu dekat, semuanya seperti sudah direncanakan tuhan, Pertemuan kevin dengan Risa tidak pernah disangka, tapi tuhan dengan begitu ajaibnya mempertemukan mereka seolah terikat sejak lahir.

********

”Apa?“ Teriak Keira, dia begitu terkejut mendengar apa yang baru saja sahabatnya sampaikan.

“kamu bisa membuatku tuli, Keira!“ geram Risa, dia mengaduk-aduk lemon tea miliknya dengan malas, setelah selesai dengan segala urusan di kantor Grup Jung, Risa mengajaknya ke cafe agar Risa bisa menceritakan semuanya.

“kamu--” Keira mengendus tak percaya, “tinggal bersama Tuan Lian? apa yang akan kamu katakan pada ayahmu?“

“karena itu aku butuh bantuanmu, aku akan tetap mengaku tinggal bersama dirimu, kamu tidak boleh memberitahukan pada siapapun, termasuk kakakku”

“apa kamu gila?“

“hanya itu satu-satunya jalan, meskipun aku menolaknya dia akan tetap memaksaku“

“aku semakin tidak mengerti ini semua, bagaimana kamu bisa memiliki wajah yang mirip dengan mendiang istrinya”

“entahlah” Risa menggelengkan tidak yakin, “yang jelas ini semua membuatku terjebak dengan pria arogan itu”

“aku harus kerumah sakit setelah ini” ucap Risa, dia kembali meminum lemon tea miliknya.

“lalu apa yang akan aku katakan pada Tuan Kyoung?“ tanya Keira bingung.

“apa saja terserah kamu” Risa beranjak dari kursinya. “aku pergi dulu“

“hei! Risa berhenti, aku harus berkata apa?“ Keira terus meneriaki Risa, sementara Risa hanya memasang senyum lebar yang menurut Keira begitu menyebalkan.

Bab 3 - Life To Jung

Setelah melakukan perdebatan yang panjang dengan pria arogan itu pada akhirnya semua keputusan kembali ke awal dimana Risa harus tinggal bersama Lian untuk waktu yang tidak bisa di tentu saja kapan akan Risa bisa meninggalkan rumah itu namun untuk saat ini hanya Kevin yang mampu menahan Risa disini.

Di layar laptop di depannya masih setia menampilkan deretan informasi tentang Jung Lian, seminggu sudah terlewati Risa tinggal bersama Kevin.

Risa cukup penasaran tentang kehidupan Jung Lian, pria itu terlalu misterius baginya, terkadang dia bisa sangat baik tapi ada saatnya pria itu sangat kejam, saat Risa pulang terlambat dua hari lalu misalnya, Lian memaki Risa tanpa ampun seperti seorang ayah yang mendapati anak gadisnya pulang malam dari klub.

Pertengkaran itu terjadi begitu saja, Lian mengklaim dirinya mempunyai kewajiban menjaga Risa karena dia sudah berada dalam teritorial dimana Lian harus bersifat protektif.

Sementara Risa sama sekali tidak peduli dengan kewajiban yang Jung Lian terapkan, dia dan Lian tidak memiliki ikat dalam hak dan kewajiban apapun.

Setahu Risa dia sudah menekankan sejak awal bahwa tugasnya hanya mendampingi Kevin, kehidupan pribadinya sama sekali tidak boleh dicampur adukan Lian.

Tapi kembali lagi ke realita yang diajak berdebat adalah Jung Lian, pria yang tidak pernah mau dibantah dan begitu posesif dalam segala hal.

“kenapa tidak langsung bertanya padaku, berita dari internet belum tentu ada kebenarannya”

Risa terkejut kaget, dia sudah mengenal jelas suara itu, tangannya dengan reflek menutup layar laptopnya, dan dia membalik tubuhnya menatap seseorang yang sudah mengetahui kegiatannya.

“apa yang ingin kamu tahu dariku?“ ucap Lian, dia melipat kemejanya hingga siku, pria itu baru pulang.

Risa menarik nafas dalam melihat jam menggantung di dinding, sudah pukul dua malam dan Jung Lian baru tiba dirumah?

“tidak ada” Risa berusaha menutupi rasa malunya, dia begitu ceroboh melupakan keberadaan Lian, Rasanya dia ingin segera berlari ke kamar dan membenamkan diri di antara selimut tebalnya.

“sudah jelas kamu sedang mencari sesuatu tentangku disana”

Lian mengangkat dagunya menunjuk pada Risa laptop yang sudah tertutup, bibirnya bawahnya Risa gigit pelan berusaha mencari alasan logis yang tidak mempermalukannya untuk yang kedua kalinya, tapi apa?

Bahkan otak Risa memenjarakannya dalam tatapan sensualnya. “kamu salah lihat“

Risa mengalihkan pandangannya kemanapun, asal tidak menatap seringai nakal yang tercetak jelas di wajah Lian. alis Lian terangkat sebelah, kakinya melangkah mendekati Risa.

“mataku masih belum rabun Risa, kalau begitu kenapa tidak kita buka kembali laptopmu, kita bisa lihat historynya”

Salah satu sifat menyebalkan Lian adalah tidak mau dibantah, ketika dia meyakini sesuatu maka dia akan memastikannya dengan begitu dalam.

“tidak penting--”

Lian menyeringai melihat Risa sudah terpojok, geraman kesal itu terdengar begitu menyenangkan di telinganya. “tapi bagiku itu sangat penting!“

Entah bagaimana caranya kini wajah Lian dan Risa terpaut beberapa centimeter, kegugupan luar biasa mendera Risa, dia semakin kencang menggigit bibir bawahnya.

“itu--tidak--penting”

“bagiku itu penting, untuk mengetahui seberapa tertariknya dirimu padaku“

Nafas hangat Lian berhembus di wajahnya, Risa yakin sekali jika saat ini wajahnya sudah merah.

“kelinci bodoh“ setelah mengatakan itu Lian mengecup bibir Risa sebentar.

Risa tidak percaya bahwa pria didepannya sudah mencuri ciuman pertamanya! Oh Risa yang malang, bahkan remaja saja tahu jika itu hanya sebuah kecupan bukan ciuman.

“Ayah--”

Risa mendorong dada Lian, sebelum akhirnya menatap pada Kevin yang tengah sibuk mengucek matanya pelan.

”kenapa terbangun Kevin?“

Tangan Kevin menyentuh lehernya, membentuk sebuah ekspresi menggemaskan di wajahnya. “kevin haus, Ibu”

Setelah menyuruh Kevin duduk di sofa Risa mengambil segelas air putih, Kevin menenggaknya hingga habis, sepertinya anak itu benar-benar kehausan.

“Oke, sekarang kita tidur lagi“

Kevin mengangguk pelan saat Risa mengusap pelan rambutnya. ”tapi aku ingin tidur bersama Ibu“

“baiklah” Risa mengisi kembali gelasnya dengan air lalu meneguknya hingga setengah, baru saja Risa ingin meletakkan gelas tangan Lian menahannya mengambil gelas itu lalu meneguk sisa air itu.

Risa menatap tak percaya pada sosok di depannya, sejak kapan dia menjadi sedekat ini dengan Lian? Berbagi minum bersama? Yang benar saja, Risa mendengus sejenak melupakan kegugupannya.

“sekarang pergilah tidur” Jung Lian mengangkat tubuh Kevin, anak itu terlihat masih linglung,

“ayah mau tidur bersamaku dan Ibu?”

“tidak!!“ dalam hati Risa, dia ingin berteriak, dia tidak ingin satu ranjang dengan pria itu.

“sepertinya menyenangkan” dan tubuh Risa lemas seketika mendengar ucapan Lian, bencana apalagi yang akan terjadi setelah pria itu mencium bibirnya, Risa tak yakin bisa memejamkan kedua matanya dengan jantung berdebar seperti ini.

*********

“ada apa denganmu?”

Keira menatap heran pada Risa yang sejak tadi hanya diam saja, lingkaran hitam dibawah matanya begitu terlihat mengganggu.

“apa Tuan Jung itu kembali memarahimu? atau dia melakukan sesuatu padamu? Seperti memukulmu mungkin?“ ucap Kim Keira, dia terlihat sangat khawatir saat Risa hanya menggelengkan kepalanya.

'dia memang melakukan sesuatu padaku, tapi bukan memukulku, dia menciumku!' batin Risa berteriak, kenapa efek ciuman Lian begitu separah ini terlebih lagi semalam Risa tidur bersama dengan lelaki itu, meski sepenuhnya tidak bisa dikatakan tidur karena Risa hanya memejamkan matanya tanpa pergi ke alam mimpi.

“Kim Keira“ suara Risa terdengar begitu putus asa. “menurutmu pria seperti apa Jung Lian Cho itu?”

“tampan“ Keira mengacungkan jari telunjuknya.

“tampan” jari tengahnya menyusul setelah itu, kening Risa mengerut, “tampan” bahkan kini jari manis gadis itu, turut serta.

Risa meraih tangan Keira menghentikan kekonyolannya, dia meminta pendapat bukan mengatakan hal tak berguna yang bahkan diketahui oleh semua wanita jika Jung Lian adalah pria tampan.

“aku menyesal bertanya padamu“ Risa menelusupkan kepalanya di antara dua lengannya yang bersilang manis diatas mejanya.

“sebenarnya apa yang terjadi diantara kalian?” tanya Keira.

“tidak ada!“

“aku tidak yakin?”

“sungguh tidak ada Keira!“

"aku tidak percaya, jangan katakan padaku jika kamu mulai menyukai Lian?” Keira memekik kencang, beruntung tak ada orang lain di ruangan ini selain mereka berdua.

“suka?“ Risa menggeleng cepat. “aku hanya bertanya tentangnya, bukan berarti aku menyukainya“

“karena rasa suka diawali dengan rasa penasaran, percayalah padaku sebaiknya kamu menekan rasa penasaranmu terhadap Lian, jika kamu tidak ingin jatuh cinta padanya!“

**********

“lihat” Kevin berlari menghampiri Risa yang tengah menunggunya di luar kelas,

“aku menggambar ini” dengan penuh antusias Kevin menunjukan kertas gambarnya, “tadi ibu guru menyuruhku menggambar sesuatu yang aku inginkan di sekolah tadi“

“aku menggambar Ibu, ayah, dan aku, karena yang Kevin inginkan hanya kebersamaan Ibu dan Ayah“ tunjuk Kevin pada setiap goresan crayon diatas kertas.

“gambarnya sangat bagus” Risa berjongkok menyamai tinggi Kevin, “kamu harus menunjukkannya pada Ayah nanti“

Kevin mengangguk penuh antusias, “tentu saja, Ayah harus tahu aku menggambar ini dengan begitu susah“

Senyum yang mengembang di wajahnya membuat Risa semakin merasa bersalah, kebersamaan?

Kenapa dia begitu tega membohongi Kevin dengan kebersamaan palsu yang dia buat bersama Lian.

bagaimana jika dia nanti harus mengakhiri sandiwara ini?

Pagi ini seharusnya Jung Lian sudah duduk manis di kursi kebesaran Jung miliknya, karena ada beberapa dokumen yang harus ditandatangani, tapi dia masih duduk dimeja makan bersama Kevin dan Risa.

Kevin bercerita ria tentang gambar yang dia buat kemarin, anaknya terlihat begitu bahagia.

“Ayah kapan kita bisa pergi ke taman bermain bersama?“

“mungkin minggu depan“

Kevin merenggut tak suka mendengar ucapan ayahnya, “bulan lalu saat Ayah berkata, mungkin kita bisa nonton Big Hero 6 lusa, apa yang terjadi?“

Dahi Lian mengerut, apa yang terjadi?, tentu saja dia melupakan Big Hero 6. “maafkan Ayah, kali ini tidak lagi“

Tapi wajah Kevin masih merenggut menunjukan ketidaksukaannya.

”ayolah jagoan, Ayah janji, minggu depan kita akan pergi ketaman bermain bersama“

Lian menatap Risa mencoba mencari bantuan untuk menyakinkan puteranya, wajahnya Lian membentuk isyarat agar Risa berbicara pada Kevin.

“Kevin, minggu depan Ayah pasti akan ikut kita ketaman bermain”

tangan Risa mengusap pelan jemari Kevin yang bertautan, wajah Kevin ditekuk dengan ekspresi sedih yang membuat Song Risa sedikit sulit membujuknya. “jika minggu depan Ayah melupakan janjinya, kita bisa mencukur rambut kebanggaan Ayahmu hingga tak beraturan sebagai hukuman“

Lian reflek memegang kepalanya. Membayangkan rambutnya hancur dipangkas, Risa dan Kevin tertawa melihat ekspresi ketakutan Lian, pria itu terlalu menganggapnya serius ucapan Risa

“Kevin cepat habiskan sarapanmu! Ayah yang akan mengantarmu”

***********

“tidak mungkin!“

Risa menggeleng kuat, mana bisa dia pergi ke pesta pernikahan Lee Su Kyoung tanpa seseorang yang mendampinginya,

“coba saja dulu, kita tidak pernah tahu hasilnya jika tak mencoba“ ucap Keira, dia hanya mencoba memberikan jalan keluar untuk sahabatnya.

“kamu pergi denganku saja ya?“ Risa menatap dengan tatapan memohon “jangan dengan pacarmu“

terlihat egois memang, tapi mau bagaimana lagi, Risa tidak mungkin mengajak Lian, dia terlalu ceroboh melupakan resepsi pernikahan Lee Su Kyoung dua hari lagi, dia tak bisa mengajak sahabatnya itu yang sedang berada di jepang.

“tidak mau“ tolak Keira dengan tegas, “aku akan tetap pergi bersama dengan pacarku dan kamu bisa mengajak Lian”

“kenapa ini menjadi rumit?”

“itu tidak mungkin! kamu! mau dikemanakan harga diriku! aku ini perempuan, dia bisa menjadi pria yang sombong jika aku yang mengajaknya lebih dahulu!“ 

Risa memutar bola matanya. dia bisa membayangkan bagaimana sikap sombong Lian saat Risa dengan wajah pasrah berharap Lian menemaninya. “meskipun aku yakin ada begitu banyak wanita yang mengajaknya lebih dahulu, tapi aku jelas tidak termasuk kedalam jenis wanita itu“

Keira terkejut tidak percaya pada ucapan Risa, padahal para wanita selalu menyerukan perkataan

“emansipasi wanita“ dimana mereka ingin kesetaraan, tapi Risa memiliki ego tinggi yang menjunjung tinggi jika wanita harus lebih diutamakan dari pria.

“kamu hanya mengajaknya menemanimu ke pesta, bukan melamarnya kenapa harus berlebihan seperti itu!”

“tidak!” Risa tetap pada pendiriannya, tidak mau terlihat menyedihkan dimata Lian, Yang benar saja, gadis itu mendengus kesal.

”kamu tidak tahu jika pria itu yang terus memanggilku kelinci bodoh, lalu dia akan mengejekku sebagai wanita menyedihkan yang sulit mendapatkan pasangan”

“kenyataannya memang begitu!” Keira melipat tangannya di depan dadanya dengan pandangan menyedihkan.

“hei! aku tidak-- ” Risa menarik nafas dalam, bahunya terkulai lemah, apa yang diucapkan Keira memang benar. “ya, aku memang menyedihkan, bahkan mencari pasangan ke pesta pun tidak bisa“

Bukan itu point pentingnya, maksud Keira melontarkan kata-kata seperti itu adalah agar Risa lebih berani memulai sesuatu, terlepas dari egonya sebagai perempuan,

“kamu tahu bukan itu maksudku“

“Ya,seterahlah, aku mau pulang“

Risa mengambil tasnya dan berjalan keluar ruangan, sejak dulu dia memang payah tentang pria, bahkan pengalamannya dalam urusan perasaan terbilang minim, dia hanya pernah satu kali berpacaran dan itupun saat kuliah, terkadang masalahnya hati memang lebih rumit.

********

Biasanya Risa sampai dirumah jam lima paling telat atau jam enam sore, dia akan menghabiskan waktunya hanya untuk sekedar membacakan cerita untuk Kevin atau menemani Kevin menyusun legonya, kadang dia dan Kevin memasak sesuatu di dapur hanya untuk kevin, anak itu sangat menyukai pie apple dan sup ayam.

Hari ini dia baru sampai dirumah pukul sembilan malam, beberapa pembantu menyapanya, Risa hanya membalasnya dengan senyuman hangatnya.

kening Risa terangkat melihat lampu di ruangan kerja Lian menyala, pintu itu tak tertutup sepenuhnya, dia bisa mendengar Lian sedang berbicara dengan seseorang di telepon.

“aku tahu, Ya aku juga mendapatkan undangan dari Tuan Lee" suara Lian menyentak kesadaran Risa, seharusnya dia melangkah kakinya meninggalkan ruangan ini, tapi kakinya membeku menariknya untuk tetap berdiri didepan pintu, membiarkan rasa penasaran menguasainya.

“tentu saja dengan seorang wanita, kamu pikir aku akan pergi ke pesta itu sendiri?”

Risa bisa mendengar tawa ringan Lian, pupus sudah harapannya, harusnya Risa tahu jika Lian pasti diundang oleh Bisma, mengingat pria itu adalah rekan bisnis Bisma,

“apa hobimu menguping?“ Risa terlihat gugup, tidak mungkin dia berkata kalau dirinya ternyata sengaja menguping

”aku ingin mengatakan sesuatu padamu, tapi sepertinya kamu sedang menelpon dengan seseorang“

'Berpikir Risa' batin Risa terus berteriak mencoba mencari jalan keluar

"Aku tidak ingin mengganggumu, jadi aku putuskan untuk menunggu selesai menelpon”

Sebelas alis Lian terangkat, pria itu melipat kedua tangannya di depan dadanya, “lalu, sekarang apa yang ingin kamu katakan?“

Risa menggigit bibirnya bawahnya pelan, apa yang harus dikatakan sekarang?

“Risa”

“Ya! Besok aku akan pergi ke klub dengan teman-temanku, sepertinya aku akan tidur di apartemenku“

“kenapa harus pergi ke klub?”

Risa mundur selangkah ketika Lian mencoba menghilangkan jarak diantara mereka. “karena kami mau ke klub“

“kami?”

“ya kami. aku, Cinta dan teman-temanku” Risa terlihat semakin terpojok, dia mencoba mengalihkan pandangannya.

“apa ada pria?” suara Jung Lian terdengar begitu berat, tangannya mencekal lengan Risa agar gadis itu tak melangkah mundur lagi.

“tentu saja ada pria!“ mata Risa tiba-tiba saja menatap mata Lian, apa maksudnya menanyakan pria.

Apa dia pikir Risa tidak punya teman pria?

 Apa pria itu memandang remeh dirinya?

Risa mengingat betul waktu itu bagaimana wajah dingin Lian menyela ucapan Risa yang ingin menyatakan, berpura-pura karena dirinya memiliki kekasih, tapi Lian dengan tidak berperasaan mengatakan Risa belum memiliki kekasih dan hanya pernah berpacaran satu kali, dia benar-benar tidak mempunyai privasi ketika Lian masuk ke dalam kehidupannya.

“tidak boleh” Lian menarik Risa mendekat dia melingkarkan tangannya di pinggang Risa.

“aku akan tetap pergi!“

bohong Risa tidak mungkin mengatakan yang sesungguhnya bahwa dia hanya berpura-pura agar tidak ketahuan menguping, kenapa bisa menjadi rumit seperti ini? Risa hanya mengelak.

Dalam jarak sedekat ini, Risa bisa merasakan hembusan nafas Sean yang beraroma mint, ini terlalu dekat. “bisakah kamu lepaskan tanganmu“

Lian menggeleng pelan, dia malah menelusupkan kepalanya di perpotongan leher Risa. “tetap seperti ini“

Tubuh Risa mematung degup jantungnya tak beraturan, dia bahkan bisa merasakan jika aliran darahnya memusat tepat di wajahnya, ada apa dengannya? harusnya jantungnya tak berdebar seperti ini, harusnya dia memberontak saat Lian mengeratkan pelukannya.

“hari ini aku lelah“ suara Lian terdengar begitu berat, sesuatu pasti akan terjadi. “biarkan seperti ini untuk sementara waktu“

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!