NovelToon NovelToon

PENYAMARAN CEO

GABUT

Dini hari telah datang. Jam pun terdengar berdetak kencang. Saat ini pukul 00.20 malam. Namun, mata seorang pria belum juga mau terpejam.

Ia adalah Hyung Kimra, pewaris tunggal perusahaan literasi ternama di Asia. Wajahnya elok bak pria di anime Jepang. Ia belum lama ini sampai di ibukota untuk memulai aktivitasnya, sebagai CEO, menggantikan ayahnya yang pindah ke kantor cabang. Dan saat ini ia sedikit terganggu dengan situs judol yang bergentayangan di live streaming-nya.

"Apakah aku harus pakai VPN luar negeri? Kenapa situs judol semakin banyak saja yang tayang?"

Ia kesal lalu terpaksa memakai VPN luar negeri agar aman dari kejaran iklan judol. Namun, saat kembali menonton live streaming-nya, kembali pula situs tak dikenal nongol di layar ponselnya. Ia pun tanpa sengaja mengekliknya. Dan akhirnya terlihatlah beranda depan dari situs tersebut di depan matanya.

"Ini?!" Apa ini? Kenapa isinya begini?

Ia terheran. Dan karena sedang tidak ada kerjaan, ia membaca semua yang ada di situs itu. Hingga akhirnya tertarik pada sebuah slot yang terdapat di sana.

Jual-beli pacar sewaaan? "Hahaha. Situs ini gila."

Hyung kemudian meng-copy link situs tersebut lalu diarahkannya ke mode samaran. Ia tertarik untuk mengetahui situs itu lebih lanjut. Senyum seringai pun terlukis di wajahnya kala membaca syarat dan ketentuan yang ada di sana. Hyung tertarik untuk menjual dirinya.

"Kali-kali aku bisa bersenang-senang sebelum memimpin perusahaan. Toh, tidak ada yang tahu siapa diriku." Ia berkata kepada dirinya. "Baiklah. Saatnya menyamar."

Dan akhirnya Hyung pun mendaftarkan diri menjadi pacar sewaan. Ia tertarik dan ingin mengeksplorasi dirinya di sana.

...Hyung Kimra...

Esok harinya...

Lahir di keluarga kaya membuat Hyung bisa melakukan apa saja. Namun, ia masih memikirkan baik-buruk tindakannya. Dan kini ia sedang menimbang ulang sebelum mengirimkan video gilanya ke situs itu. Yang mana menari-nari tak jelas untuk menarik perhatian pembelinya. Dan akhirnya ia mengirimkan juga.

"Aku harap cepat ada yang membeliku. Jadi bisa bersenang-senang." Hyung berharap.

Hyung mendaftarkan diri pada pukul tujuh pagi. Ia sangat antusias untuk menjadi pacar sewaan. Hyung tidak ada kerjaan. Jadi ia ingin menghabiskan waktu dengan bersenang-senang dan bersantai. Tapi sampai pukul dua belas siang, ternyata tidak ada satu orang pun yang membelinya. Hyung berkecil hati. Ia melihat kembali postingannya.

"Sudah tiga puluh orang yang melihat. Tapi kenapa tidak ada satupun yang membeliku?"

Hyung terheran sendiri. Ia merasa lelah menunggu. Ia pun akhirnya tertidur di atas kasur karena mengantuk. Ia biarkan situs itu terus terhubung dengan ponselnya. Agar notif bisa didapatkannya. Hyung terlelap dalam mimpinya. Ia melepas lelah.

Malam harinya...

Malam telah datang. Langit pun cerah berbintang. Hyung mulai bosan karena tidak ada kerjaan. Sedari tadi ia hanya hilir-mudik di apartemen mewahnya. Ia gabut bukan kepalang. Matanya pun sesekali melirik ke arah jam. Tapi ternyata tidak ada juga pemberitahuan.

"Sudah jam delapan malam dan sudah seratus orang yang melihat postinganku. Tapi kenapa tidak ada juga yang membeliku? Apa aku kurang tampan?" Ia bertanya sendiri.

Hyung merasa situs itu menipunya. Postingannya tidak ada yang memikat wanita untuk menjadikannya pacar sewaan. Hingga jam delapan malam pun belum ada pemberitahuan untuknya. Hyung mulai kesal. Ia berniat membatalkan penjualan dirinya. Namun, tak berapa lama sebuah pesan diterimanya.

"Apa ini?" Hyung membuka kotak masuknya segera. Dan ternyata... "Yes! Akhirnya!" Ia merasa senang bukan kepalang karena ternyata ada yang membelinya.

"Hm ... lumayan cantik."

Hyung membaca data diri si pembeli. Ia perhatikan dengan saksama. Ternyata wanita yang ingin menyewanya itu cantik. Ia terus amati dan perhatikan. Tersirat hatinya untuk lebih mengenal.

"Apa?! Di-dia bekerja di ...?!! Ini tidak mungkin!"

Tapi saat tahu di mana wanita itu bekerja, saat itu juga Hyung syok bukan kepalang. Ternyata yang akan menyewanya adalah wanita yang bekerja di kantor ayahnya sendiri.

"Astaga ...." Hyung mengusap kepalanya.

Terima tidak, ya? Bagaimana jika dia tahu siapa diriku? Ah, tidak. Aku baru pertama kali datang ke sini. Mereka pasti hanya sekedar tahu namaku, tidak wajahku. Ayah juga tidak pernah memajang fotoku. Mungkin lebih baik kuterima saja dulu.

Dan pada akhirnya Hyung menerima pembelian atas dirinya. Ia pun segera membalas pesan dari pihak situs itu. Ia bersedia menjadi pacar sewaan. Hyung pun segera mempersiapkan dirinya.

Esok harinya, pagi-pagi buta...

Pukul empat pagi Hyung sudah terbangun dan mempersiapkan dirinya. Ia bingung memilih pakaian mana yang akan dipakai untuk menemui pembelinya. Hyung harus menyamar dengan baik agar tidak terbongkar. Tapi ia juga tidak tahu bagaimana selera wanita di negeri ini.

"Apa baju ini bagus?"

Dan pada akhirnya pilihannya jatuh kepada pakaian klasik. Hyung mengenakan kemeja putih dengan rompi. Ia juga mempersiapkan seikat bunga untuk dipersembahkan. Hyung ingin kesan pertama begitu mendebarkan.

"Ini saja. Sepertinya aku sudah tampan."

Ia pun mengusap rambutnya dari depan ke belakang. Hyung siap menemui penyewa jasanya. Tak lama dering telepon pun terdengar.

"Halo?" Hyung segera menjawabnya.

"Saudara Vi?" tanya seseorang dari seberang.

"Ya, saya sendiri. Ini dari mana?" tanya Hyung yang menyamar sebagai Vi.

"Saya dari situs dream web. Saya akan menjemput Anda pada pukul setengah enam. Apakah Anda keberatan?" tanya seseorang itu.

Hyung berpikir cepat. Ia melihat jam saat ini sudah menunjukkan pukul lima pagi. Ia akhirnya menjawab, "Baik, saya siap. Saya tunggu di depan apartemen Luxury Diamond," kata Hyung kepada seseorang itu.

"Baik. Sampai nanti."

Seseorang itu pun mengiyakan. Telepon akhirnya terputus dan Hyung segera bersiap-siap untuk menemui penyewa jasanya. Hyung akan bertemu dengan penyewa jasanya hari ini juga.

Pukul enam pagi waktu ibu kota dan sekitarnya...

Hyung akhirnya tiba di sebuah kawasan kontrakan rumah. Ia pun melihat keadaan sekitar. Tampak matahari yang baru saja terbit. Namun, cahayanya masih malu-malu untuk terlihat. Seseorang yang mengantar Hyung pun memberikan sebuah map perjanjian.

"Sesampainya di sana segera minta pihak penyewa untuk menandatangani kontrak perjanjian ini. Saya akan menunggu di sini. Paling lama setengah jam. Jika terlewat, saya akan segera pergi," tutur seseorang berbadan kekar kepada Hyung.

"Baik."

Hyung mengangguk. Ia kemudian segera mengeluarkan koper yang dibawanya. Hyung turun dari mobil. Ia menuju ke nomor rumah penyewanya. Hingga akhirnya ia sampai di depan pintu rumah. Hyung pun segera mengetuknya.

Entah kenapa jantungku berdebar. Apakah benar dia karyawan perusahaan ayahku? Apakah dia secantik yang di foto?

Hyung bertanya-tanya sendiri di dalam hati. Ia mempersiapkan diri menunggu pintu dibukakan. Di tangannya sudah ada seikat bunga untuk diberikan. Tak lama pintu rumah yang dituju pun terbuka. Hyung segera menebarkan senyumannya.

"Selamat pagi, dengan Nona Saras?" tanyanya kepada seorang wanita yang membukakan pintu.

"Em, siapa ya?" Wanita itu tampak terheran. Ia balik bertanya kepada Hyung.

Hyung tersenyum dengan satu tangan yang disembunyikan ke belakang. "Ini untukmu." Ia kemudian memberikan seikat bunga kepada wanita itu.

"Hah?!" Wanita itu pun terkejut.

"Aku Vi, pacarmu," katanya yang membuat wanita itu seketika lemas lalu terjatuh di depan pintu.

PERTEMUAN PERTAMA

"Nona! Nona!!!"

Sontak saja Hyung kaget melihat wanita itu jatuh. Ia pun berteriak-teriak memanggil wanita itu. Tapi wanita itu tidak menjawabnya. Seseorang dari kamar pun terlihat keluar dan melihat mereka. Ia kemudian mengambil sapu untuk memukul Hyung. Tapi Hyung segera menjelaskan siapa dirinya.

"Nona, aku pacar sewaan Saras! Tolong jangan pukul aku!"

Hyung meminta kepada wanita itu. Wanita itu pun berhenti memukul Hyung. "Pacar sewaan Saras?" Wanita itu tampak bingung.

"Ya, benar. Aku ke sini atas permintaan dream web," kata Hyung lagi.

Terlihat kecemasan di raut wajah wanita itu. Ia pun segera membangunkan temannya yang tak sadarkan diri di lantai. "Saras, sadarlah." Dan ternyata wanita yang jatuh pingsan itu adalah Saras.

Apakah aku terlalu menakutkan sampai dia pingsan seperti itu?

Sungguh Hyung tak mengerti mengapa kesan pertama malah menyeramkan. Ia tak tahu mengapa bisa membuat penyewa jasanya pingsan.

Setengah jam kemudian...

"Ras, kau baik-baik saja?"

Sinar matahari yang masuk lewat ventilasi menjadi saksi atas Saras yang tersadarkan. Hyung pun duduk di kursi yang sedikit berjauhan dengan mereka. Ia merasa bersalah dan juga tidak enak hati karena telah datang pagi-pagi.

"Maafkan kedatanganku yang tidak mengabari lebih dulu." Hyung menyesal. Ia mengutarakan permintaan maafnya kepada Saras dan juga temannya.

Teman Saras menoleh ke Hyung. "Apakah kau tidak bisa datangnya lebih siang? Kau datang pagi sekali ke sini. Temanku baru saja bangun dan melihatmu. Mungkin dia mengira kau itu hantu!" Teman Saras mendengus kesal kepada Hyung.

Saras menepuk tangan temannya, seolah ingin mengatakan baik-baik saja. Hyung pun melihat Saras yang dapat memaklumi tindakannya. Wanita yang baru bangun tidur itu membuat Hyung berpikir lain tentangnya.

Wajahnya cantik walau tanpa make up. Hyung membatin.

"Tak apa. Aku baik-baik saja. Mungkin terlalu kaget karena kedatangan tamu pagi-pagi," kata Saras dengan suara yang masih lemas.

Hyung pun segera ingat dengan map yang dibawanya. "Em, Nona. Maaf, ini dokumen perjanjian yang harus ditandatangani. Pria berbadan kekar itu menunggu di bawah," kata Hyung kepada Saras dengan tak enak hati. Namun, ia terpaksa mengatakannya karena telah ditunggu.

"Pria berbadan kekar?" Saras pun menoleh ke arah temannya.

Teman Saras mengangguk. "Ya, memang begitu. Dulu juga begitu," katanya lagi.

Dulu juga begitu? Hyung terheran.

Pada akhirnya Saras menandatangani kontrak perjanjian itu. Hyung pun segera menyerahkannya kepada pihak situs. Ia akan mulai dipekerjakan hari ini. Hyung menjual dirinya sebagai pacar sewaan.

Tiga jam kemudian...

Hyung masih duduk di ruang tamu. Ia memerhatikan keadaan sekitar rumah kontrakan Saras. Hyung jadi berpikir berapa gaji yang ayahnya berikan kepada wanita itu. Hyung ingin tahu lebih lanjut. Tapi ia tidak mungkin membongkar penyamarannya saat ini. Hingga akhirnya Saras keluar dari kamar dan mengajaknya berbincang.

Dia cantik.

Hyung pun melihat Saras yang baru saja mandi. Aroma tubuh sehabis mandi itu pun tercium olehnya. Membuat Hyung merasa tenang. Saras juga kemudian duduk di seberangnya. Ia melihat-lihat data diri Hyung yang menyamar sebagai Vi.

"Usiamu dua puluh delapan tahun?" tanya Saras kepada Hyung.

"Benar, Nona." Hyung pun menjawab dengan formal.

"Panggil saja Saras. Sekarang aku temanmu. Eh, bukan! Aku ratumu. Selama enam bulan kau harus menuruti semua keinginanku." Saras terlihat tidak suka dipanggil dengan sebutan Nona.

"Tentu." Hyung pun mengangguk-angguk.

"Aku jarang merapikan rumah jika tidak seminggu sekali. Aku juga jarang mencuci pakaian jika tidak tiga hari sekali. Kau bisa menggantikan tugasku?" tanya Saras kepada Hyung.

"Tentu." Hyung tampak terheran dengan tugasnya. Namun, ia bersikap seolah bisa menerimanya.

"Bagus. Kebetulan yang punya kontrakan juga datang setahun sekali. Jadi jika ada yang bertanya siapa dirimu, katakan saja kau itu adikku. Lingkungan di sini juga tidak terlalu peduli pada tetangga. Tapi ada baiknya kau bersapa saat bertemu mereka. Karena bagaimanapun kesopanan yang utama," kata Saras lagi.

"Baik."

"Dan satu lagi. Di depan teman-temanku kita harus berlaku mesra seperti sepasang kekasih. Jangan tunjukkan jika kita hanya pura-pura. Karena tujuan utamaku adalah menyumpal mulut mereka agar tidak seenaknya lagi mendiskriminasiku yang masih sendiri. Kau mengerti?!" tanya Saras dengan tegas.

Dia ternyata banyak permintaannya. Dasar wanita, tidak mau rugi sama sekali.

Hyung tertawa kecil.

"Kau menertawaiku?!" Saras langsung ngegas kepada Hyung.

"Eh, tidak-tidak. Itu suara perutku! Ya, perutku. Aku belum makan sejak semalam. Aku lapar sekali." Hyung pun segera beralasan kepada Saras.

Saras mengerutkan dahinya. Ia merasa kesal kepada Hyung. Sedang Hyung berusaha menempatkan diri seperti tidak tahu apa-apa tentang Saras. Ia melakukan penyamarannya.

"Baik, kita ke pasar sekarang. Aku juga belum berbelanja," ajak Saras kepada Hyung.

Hyung mengangguk. Dengan senang hati ia menurutinya.

Beberapa jam kemudian...

Pewaris tunggal perusahaan literasi ternama itu memainkan perannya dengan baik. Bagaimana tidak, Hyung yang menyamar sebagai Vi melakukan pekerjaan rumah dengan nyaris sempurna. Ia menyapu, mengepel lantai, mencuci piring, pakaian, bahkan memasak. Tak lama si empu rumah pun keluar dari kamarnya. Hyung melihat Saras yang baru saja terbangun dari tidurnya.

Wajahnya lucu saat baru bangun tidur. Ia kemudian menyapa Saras. "Aku sudah masak. Kau mau makan?" Hyung berjalan mendekati Saras yang terdiam di depan pintu kamar.

"He-em."

Saras pun menjawabnya dengan ragu. Saat itu juga Hyung melihat Saras yang membalikkan badannya. Saras kembali masuk ke kamarnya.

Eh? Dia kenapa? Kenapa masuk kamar lagi?Hyung bertanya-tanya dalam hatinya.

Malam minggu pertama...

Malam ini adalah malam minggu pertama bagi Vi atau Hyung yang bekerja sebagai pacar sewaan Saras. Dan sebagai pekerja, sebisa mungkin memberikan pelayanan terbaiknya. Ia membuat Saras terhibur dengan kehadirannya. Dan terkadang melakukan hal konyol agar Saras tertawa. Tapi wanita berusia tiga puluh tiga tahun itu seperti menahan dirinya. Hyung pun kehilangan kepercayaan diri saat membuat lelucon jenaka namun Saras tidak tertawa karenanya.

Mungkin dia tipikal jinak-jinak burung merpati.

Lantas Hyung pun membantu Saras membuatkan pamflet untuk menyambut anniversary perusahaan yang ke-9. Dan tentu saja Hyung menunjukkan bakatnya dalam membuat desain grafis. Terlebih untuk perusahaannya sendiri. Saras pun tampak terpana dengan keahlian Hyung.

"Nama aslimu memang Vi?" tanya Saras sambil melihat Hyung mewarnai desain yang telah jadi di laptop.

"Bukan. Nama asliku Kimochi," jawab Hyung penuh percaya diri.

"Hah???" Saat itu juga Saras tak percaya. Ia terbelalak mendengarnya.

Hyung tertawa. Ia merasa Saras ingin mencari tahu lebih jauh tentang dirinya. Tapi Hyung bukanlah tipikal pria yang mudah tertipu. Ia kemudian balik bertanya kepada Saras.

"Bukankah cukup tahu sebatas yang ada di perjanjian saja?" tanyanya.

Saat itu juga Hyung melihat wajah Saras yang cemberut. Dan entah mengapa ia ingin sekali mencubit pipi gembul itu. Hyung gemas dengan wanita di dekatnya.

Dia sepertinya keibuan, tapi juga manja. Dia wanita yang mandiri. Hari libur saja masih digunakan untuk mengerjakan tugas kantor. Tapi bagaimana sikapnya dengan keluarga? Apakah dia sayang orang tua?

"Kau pintar membuat desain gambar. Sepertinya bukan berasal dari keluarga yang kekurangan. Apakah kau sedang menyamar di situs itu?" tanya Saras kepada Hyung. Saat itu juga pertanyaan itu membuyarkan lamunannya.

SELIDIK

...Saras...

Hyung melirik ke arah Saras. Terdiam sejenak lalu tersenyum. "Saras, kau ingin tahu tentangku?" Hyung balik bertanya kepada Saras.

Saras mengangguk. "Sejujurnya iya. Karena Elen mendapatkan pacar yang di luar ekspektasinya dari situs itu," katanya.

Elen? Jadi wanita yang memukulku itu bernama Elen?

"Lalu kau ingin pria yang bagaimana? Aku akan memenuhinya. Lagipula ini pertama kalinya aku menjual diri di situs itu." Hyung mengatakan.

"Apa kau sedang mengalami kesulitan keuangan?" Saras ingin tahu.

Hyung merapatkan bibirnya, berpikir sejenak atas pertanyaan Saras. "Em ... tidak juga. Mungkin hanya sekedar coba-coba," jawab Hyung sedikit ragu.

Saras terlihat terdiam mendengar jawaban Hyung. "Vi." Ia kemudian menyebut nama Hyung lagi.

"Ya?" Hyung pun menjawabnya.

"Kau pernah berciuman?" tanya Saras lagi.

Saat itu juga Hyung terdiam dan menghentikan pewarnaan desainnya. "Kau ingin kita berciuman?" tanya Hyung dengan raut wajah harap-harap cemas.

Saras melipat kedua tangan di dada. "Di perjanjian mengatakan pihak pembeli bisa meminta pria sewaannya untuk melakukan apa saja. Apa kau keberatan jika aku memintanya?" tanya Saras, memancing Hyung.

Saat itu juga Hyung menelan ludahnya. "Kau yakin? Kita baru saja kenal?" Keringat dingin itu mulai bermunculan di dahinya.

Saras seperti ingin menggoda Hyung. Ia semakin menjadi-jadi dengan mendekatkan dirinya ke Hyung. Kedua lengan mereka pun bersentuhan yang mana membuat debaran jantung Hyung tak karuan. Hyung tak mengerti mengapa bisa seperti ini. Ia pun melihat wajah Saras yang dekat sekali dengan wajahnya.

Wanita ini agresif. Apakah dia benar-benar menginginkannya?

Hyung diliputi rasa penasaran akan Saras. Ia baru kali ini melihat wanita seagresif Saras. Dan entah mengapa Hyung merasa risih dengan keadaannya sendiri. Ia adalah pria normal yang menyukai wanita. Hyung khawatir lupa akan tujuan awalnya. Sementara Saras seperti tidak memedulikan dirinya yang sudah gemetaran karena didekati.

"Kau harus siap jika suatu saat aku meminta hal itu kepadamu."

Saras mengatakannya lagi. Saat itu juga Hyung seperti tidak bisa bergerak sama sekali. Perkataan itu seolah tidak memberi jalan baginya untuk lari dari godaan Saras. Hyung pun menelan ludahnya berulang kali.

"Aku harap kau tidak akan menyesal." Hyung akhirnya berkata seperti itu.

Saras mengembuskan napas lalu berdiri di hadapan Hyung. "Kita lihat saja nanti."

Ia seakan menerima tantangan dari Hyung. Sedang Hyung entah mengapa mulai kurang fokus. Suara lembut Saras dan penekanan intonasi yang menggoda itu membuat degup jantungnya melaju kencang. Ia pun mencoba mengalihkan apa yang ada di pikirannya.

Ini tidak baik. Bisa-bisa aku lepas kendali.

Beberapa hari kemudian...

Malam telah datang. Hyung pun baru selesai mencuci pakaian. Ia melihat sendiri bagaimana pakaian dalam milik Saras yang berenda. Ia pun tersenyum-senyum sendiri melihatnya. Ternyata selera Saras memang seperti wanita penggoda.

Dia itu ... menggemaskan.

Tak lama rintik-rintik hujan pun mulai turun. Semakin lama semakin besar. Hujan akhirnya mengguyur ibu kota. Hyung pun melihat jam di dinding rumah. Dan ternyata sudah pukul tujuh malam saja.

Dia pasti lembur di kantor. Aku harus menjemputnya.

Hyung pun lekas mengambil jaket dan juga payung untuk menjemput Saras. Ia tidak bisa membiarkan Saras kehujanan dan pulang sendirian. Hyung mulai menunjukkan perhatiannya yang murni kepada Saras.

Sesampainya di depan kantor...

Angin semakin lama semakin kencang. Hyung pun baru saja sampai di depan kantor Saras. Atau lebih tepatnya di depan kantor ayahnya sendiri. Ia segera mengenakan masker yang ada di jaketnya lalu menelepon Saras.

"Halo?" Tak lama teleponnya pun diangkat oleh Saras.

"Aku sudah di bawah. Aku menjemputmu pulang," katanya kepada Saras.

"Hah?! Kau di pos satpam?!" Saras pun tak percaya Hyung menjemputnya.

"Tidak. Aku tidak berani masuk ke kantormu. Aku menunggu di bawah pohon yang ada di dekat gerbang. Cepatlah. Aku sudah bawakan payung untukmu," kata Hyung lagi.

"Baik. Tunggu aku." Saras pun meminta Hyung menunggu.

Hyung kemudian menunggu. Ia berkata kepada dirinya sendiri.

Aku harus memainkan penyamaran ini dengan baik. Jangan sampai terbongkar sebelum waktunya.

Ia pun menunggu Saras di bawah pohon yang ada di dekat gerbang kantor. Dinginnya malam seolah tidak menggoyahkannya. Hujan pun seakan tidak ada apa-apanya.

Pukul setengah sembilan malam...

Itu dia! Hyung melihat Saras keluar dari kantornya. "Saras!" Ia pun memanggil Saras. Terlihat Saras yang tersenyum senang melihat kehadirannya. "Kau kebasahan. Kita ke halte bis sekarang."

Hyung pun menarik tangan Saras lalu memayunginya. Tanpa peduli bagaimana perasaan Saras terhadap sikapnya.

"Kau ingin pakai jaket buluku?" tanya Hyung kepada wanita di sampingnya.

Saras tersenyum. "Terima kasih. Blezerku masih cukup menghangatkan," jawab Saras tampak malu-malu.

Hyung mengangguk. "Aku sudah masak. Aku juga sudah mencuci semua pakaianmu." Hyung berkata lagi.

"Benar, kah? Kau rajin sekali." Saras tak menyangka.

"Aku memenuhi apa yang kau inginkan. Bukankah itu cukup memuaskan?" tanya Hyung lagi.

Sejenak Saras terdiam mendengar pertanyaan Hyung. Hyung pun memerhatikan Saras yang berjalan di sisinya.

Apakah kau calon istri masa depanku?

Ia tersenyum melihat wanita itu. Perasaan di hatinya mulai tumbuh. Tapi Hyung juga sadar tidak boleh terburu-buru. Ia masih ingin meneruskan penyamarannya.

Sesampainya di rumah kontrakan...

Hyung segera menggantung payung yang digunakannya untuk menjemput Saras. Ia biarkan payung itu terbuka agar cepat kering. Ia juga memasakkan air untuk Saras mandi. Ia begitu telaten menjadi pacar sewaan. Bak sudah menjadi suami sendiri. Tak lama air yang dimasaknya pun sudah jadi.

"Saras, air panasnya sudah jadi. Mandilah agar tubuhmu lebih segar," kata Hyung kepada Saras.

Saras beranjak bangun dari duduknya. Ia berjalan mendekati Hyung yang ada di dapur. "Aku maunya dimandiin," kata Saras, menggoda Hyung.

Sontak Hyung menelan ludahnya. Ia ragu-ragu menatap Saras. "Em, nanti. Sekarang mandi sendiri dulu." Ia akhirnya hanya bisa menjawab seperti itu.

"Kapan?" tanya Saras semakin menjadi.

Dia ini. Seringkali menggodaku. Apa dia tidak tahu jika aku pria normal?

Hyung menggerutu sendiri. "Em ... saat kau tidak akan pernah menyesalinya." Hyung pun menjawabnya.

"Maksudmu?" Saras bertanya kembali tanpa ragu. Seolah menantang Hyung.

Hah ... wanita ini memang harus diberi hukuman! "Saat kau siap punya anak." Hyung akhirnya terus terang.

Sontak Saras menahan tawanya. Ia merasa Hyung itu lucu. "Hm, baiklah. Aku akan mempersiapkan diri untuk itu. Tapi ... aku ingin kau juga bekerja untuk menafkahi anak itu. Jangan cuma aku." Dan akhirnya obrolan terus berlanjut.

Hyung mengembuskan napas sambil menggelengkan kepalanya. "Saras, mandilah. Jangan bicara lagi. Aku ini lelaki." Hyung pun mulai kesal karena Saras terus menggodanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!