PERI HUTAN
1. Hilangnya Sayap
Halo, terima kasih sudah mampir, cerita ini hanya fiktif yah, Kakak-kakak! Semoga suka dan menghibur!
Sebuah hutan belantara yang jauh dari hiruk pikuk suasana perkotaan ada seorang lelaki bernama Robbin tengah menikmati keindahan alam yang masih perawan, benar-benar belum tersentuh atau pun diraup sumber daya alamnya oleh manusia. Dalam perjalanannya lelaki bernama Robbin itu bertemu seorang gadis yang memiliki sayap.
Peri Hutan (FORENA)
Siapa, Kamu?! Mana sayapmu?
Peri Hutan (FORENA)
Iya, sayap seperti aku....
Robbin
Aku tidak punya sayap. Kamu, siapa?
Peri Hutan (FORENA)
Peri Hutan!
Lelaki bertubuh tegap mengucek mata berulang kali, tak lama kemudian ia mendekati wanita di hadapannya lalu menyentuh sayap hijau berkilau yang menempel di punggung peri itu.
Peri Hutan (FORENA)
Oh, tidak!
Jangan sentuh sayapku...!
Sayang sekali, lelaki yang memiliki rambut gondrong itu sudah lebih dulu menyentuh sayap sang peri.
Peri Hutan (FORENA)
Arrrgghhhh... ini sakit sekali!
Peri Hutan (FORENA)
Jangan mendekat!
Cahaya hijau yang menyilaukan penglihatan mengelilingi gadis itu. Robbin mundur beberapa langkah.
Tak lama kemudian wanita bergaun hijau tersebut tersungkur ke tanah.
Robbin
Kamu, baik-baik saja?
Peri Hutan (FORENA)
Tidak, tolong ambilkan aku air di sungai sebelah Utara!
Robbin
Tunggu sebentar! Aku akan segera kembali.
Dengan langkah gesit pria itu menuju ke arah Utara mencari sungai. Peri hutan sekuat tenaga menahan rasa sakit, perlahan sayapnya mulai mumudar.
Menyusuri pepohonan rindang dan berlumut, pria yang menggendong ransel tampak kesusahan menapaki jalan berbatu yang licin karena terbungkus lumut.
Jauh sudah ia berjalan, tetapi belum juga menemukan sungai.
Peri Hutan (FORENA)
Tolong...!
Suara peri hutan menggema hingga ke telinga Robbin. Tak perpikir panjang lelaki itu segera balik menuju sumber suara yang berteriak minta pertolongan.
Robbin
Kamu kenapa? Ada apa dengan sayapmu?
Peri Hutan (FORENA)
Mana airnya? Cepat...!
Robbin
Aku belum sampai ke sungai kamu sudah teriak minta tolong, makanya aku balik lagi ke sini.
Peri Hutan (FORENA)
Tolong aku, sebelum sayap ini benar-benar hilang!
Peri itu masih berlutut di atas tanah, sayap kanannya telah lenyap, hanya tersisa sayap kiri yang tinggal secuil, hingga akhirnya tak sampai semenit benar-benar hilang kedua sayap itu.
Peri Hutan (FORENA)
Oh ya ampun, aku tidak bisa terbang lagi...!
Robbin
Maaf, ini salahku. Kenapa bisa seperti ini? Aku harus bagaimana?
Lelaki itu tampak kebingungan.
Peri Hutan (FORENA)
Kamu, manusia?
Robbin
Iya, aku manusia. Namaku Robbin.
Peri Hutan (FORENA)
Kata kakak, sayap kami tidak bisa di sentuh manusia. Jika tersentuh maka, akan berubah jadi manusia juga.
Tadi, kalau aku minum air dari sungai Floran yang ada di sebalah Utara akan bisa bertahan, tapi semuanya sudah terlambat!
Robbin
Tolong maafkan aku! Sungguh aku tidak tahu soal itu.
Peri Hutan (FORENA)
Aku harus bagaimana? tanpa sayap aku tidak bisa bertahan hidup di sini.
Peri Hutan (FORENA)
Di hutan Selatan! Tapi, aku takut bertemu dia.
Peri Hutan (FORENA)
Aku sudah menghianati peraturan kerajaan hutan!
Bisa aku ikut denganmu?
Peri Hutan (FORENA)
Iya, sekarang ragaku menjadi manusia. Tapi jiwa dan kekuatanku masih sentengah peri.
Karena merasa bersalah, akhirnya Robbin setuju. Ia tak tega membiarkan seorang wanita di tengah hutan sendirian.
Robbin
Baiklah semua ini juga salahku!
Peri Hutan (FORENA)
Bisa kah kita pergi sekarang? Sebelum kakakku datang.
Robbin
Baiklah, ayo ikut denganku!
Peri Hutan (FORENA)
Namamu siapa?
Peri Hutan (FORENA)
Aku Forena!
Robbin
Tunggu sebentar, aku mau lihat peta dulu.
Peri Hutan (FORENA)
Tidak usah, ikut saja denganku, aku tahu semua jalan di sini.
Keduanya melewati lembah yang ditumbuhi berbagai macam flora, dari yang kecil hingga yang paling besar. Nyanyian burung saling bersahutan, sesekali Forena menyapa mereka yang bertengger di ranting. Pepohonan dan rumput pun berbicara dengan cara melambai-lambai. Sepertinya penghuni rimba tahu, bahwa peri ini akan meninggalkan hutan.
Peri Hutan (FORENA)
Apa yang Kamu lakukan di sini?
Robbin
Cari inspirasi saja, dan mengambil gambar!
Peri Hutan (FORENA)
Datang di hutan ini dengan siapa?
Robbin
Sendiri saja, kenapa?
Peri Hutan (FORENA)
Kamu, tidak takut?
Peri Hutan (FORENA)
Apa itu enggak?
Robbin
Maksudnya, tidak. Aku tidak takut!
Peri Hutan (FORENA)
Tahu tempat ini dari mana?
Lelaki itu merogoh tas kecil yang terikat di pinggangnya, tak lama kemudian ia mengeluarkan sebuah kertas berwarna kuning emas.
Mata Forena si peri hutan terbelalak. Air mukanya tampak sekali terkejut.
Peri Hutan (FORENA)
Kamu dapat peta ini dari mana, Rubbin?
Robbin
Ro-bin! bukan Rubbin...!
Peri Hutan (FORENA)
Iya itu, Roubbin. Dapat dari mana petanya?
Peri Hutan (FORENA)
Ro....
Peri Hutan (FORENA)
Roubbin...!
Robbin
Ah, bodo amat lah! Terserah, Kamu saja.
Peri Hutan (FORENA)
Kamu, dapat petanya dari mana?
Robbin
Ketemu di rumah tua kosong yang ada di kaki Gunung Bervia!
Peri Hutan itu terdiam sejenak, sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
Peri Hutan (FORENA)
Ayo lewat sini!
Ajaknya melewati jembatan bambu, air yang mengalir di bawah sana sangat jernih, hingga dasar sungai jelas terlihat. Ikan warna-warni berenang sesuka hati. Sungainya lebih mirip akuarium besar.
Peri Hutan (FORENA)
Sungai Margov... ayo cepat!
Rupanya Robbin terpana akan keindahan itu, tetapi Forena sangat terburu-buru, takut kalau saja ketahuan kakaknya.
Robbin
Sebelum aku, apa ada orang yang pernah ke sini?
Peri Hutan (FORENA)
Kamu, yang pertama!
Peri Hutan (FORENA)
Kalau tidak nyata, tidak akan mungkin kamu bisa ke sini!
Peri Hutan (Zhamy)
Forena...!
Teriak wanita bergaun ungu senada dengan warna sayapnya yang mengepak. Raut wajah cantik rupawan itu tampak menatap bengis.
2. Salah Mendarat
Peri Hutan (FORENA)
Roubbbin pegang tanganku!
Dengan cepat tangan Robbin meraih jemari lentik peri hutan itu.
Peri Hutan (Zhamy)
Mau kemana kalian?
Peri hutan ungu berteriak keras semakin marah.
Peri Hutan (FORENA)
Hulala... hule hule hula hula...!
Setelah merapalkan mantra, seketika Forena dan Robbin menghilang.
Peri Hutan (Zhamy)
Anak itu keterlaluan!
Dua makhluk mendarat pada tumpukan jerami kering. Sapi-sapi yang sedang melahap makananya seketika mundur, merasa tidak aman dengan keberadaan Forena dan Robbin.
Robbin
Shit! Apa-apaan ini?
Peri Hutan (FORENA)
Maaf, pendaratan meleset!
Keduanya berusaha bangun dan keluar dari tumpukan pakan ternak. Entah di daerah mana mereka saat ini. Hanya ada puluhan ekor sapi dan sebuah gubuk kecil di kejauhan sana.
Peri Hutan (FORENA)
Aku tidak tahu!
Peri Hutan (FORENA)
Di hutan, semua peri hutan tidak bisa keluar dari sana. Kecuali sayapnya hilang. Seperti aku!
Atau sudah memiliki kalung permata.
Ujar wanita berambut panjang itu sambil mengibas-ngibas gaun hijaunya. Ada banyak jerami yang menempel.
Robbin
Maaf, itu kesalahanku!
Peri Hutan (FORENA)
Lupakan saja! Sebenarnya aku penasaran dengan dunia manusia!
Robbin
Penasaran? Kamu, tahu dari mana tentang manusia?
Peri Hutan (FORENA)
Dulu, kakakku pernah hidup di dunia kalian selama tiga hari....
Robbin
Sayapnya hilang juga?
Peri Hutan (FORENA)
Iya! Kakakku bercerita banyak hal tentang manusia.
Robbin
Bagaimana cara dia kembali ke hutan?
Peri Hutan (FORENA)
Seseorang yang menemukan dia, berbaik hati menolongnya.
Robbin
Caranya bagaimana, supaya aku bisa menolongmu?!
Peri Hutan (FORENA)
Nanti saja, aku bahkan belum melihat rumahmu.
Robbin dan Forena terus berjalan menyusuri kandang sapi yang ukurannya sekitar dua hektar lebih. Sejauh mata memandang hamparan rumput hijau bagai karpet yang digelar.
Peri Hutan (FORENA)
Coba lihat di sana!
Forena menunjuk ke arah gubuk. Seorang lelaki tua memakai topi fedora berjalan ke arah mereka.
Kedua makhluk berbeda alam itu berlarian kecil. Forena mengangkat kedua sisi gaunnya yang panjang, tampak anggun ketika hembusan angin yang kencang meniup helai rambut indahnya.
Peri Hutan (FORENA)
Hoiiiii!
Robbin
Sstttttt! Jangan teriak seperti itu!
Peri Hutan (FORENA)
Kenapa?
Peri Hutan (FORENA)
Sopan?
Robbin
Iya, tidak beradab.
Jarak mereka semakin dekat dengan lelaki tua yang sepertinya pemilik gubuk
Lelaki tua yang membawa sebuah ember terhenti, ia menatap Robbin dan Forena bergantian.
Peternak Sapi
Kalian siapa?
Peri Hutan (FORENA)
Aku Per--
Robbin menginjak kaki Forena dengan sepatunya.
Robbin
Kenalkan, Pak! Aku Robbin dan ini istriku Forena.
Robbin menjabat tangan lelaki tua itu
Peternak Sapi
Sedang apa kalian di sini?
Robbin
Tadinya mencari spot foto yang menarik, karena berjalan terlalu jauh, kami kesasar di sini!
Robbin
Peternakan ini milik, Bapak?
Peternak Sapi
Iya, ini milik saya dan tinggal sendiri di sini. Keluargaku di kota, setiap akhir pekan baru bisa balik. Sebentar sore berangkat lagi ke sana.
Robbin
Benar, Pak? Kami boleh ikut?
Peri Hutan (FORENA)
Iya, Pak!
Peternak Sapi
Iya boleh sekali, ayo istirahat dulu di gubuk saya!
Robbin
Iya... terima kasih, Pak!
Lelaki tua itu mengantar Robbin dan Forena ke tempat ia tinggal.
Saat pintu terbuka sebuah tikar tergelar menyambut kedatangan mereka. Forena dan Robbin segera masuk mengikuti pria tua itu untuk melepas penat.
Robbin
Pak, tidak usah repot-repot! Kami bawa makanan sendiri
Cegah Robbin ketika peternak sapi itu baru saja menuju belakang.
Peternak Sapi
Oh, iya. Kalau begitu istirahat lah!
Robbin
Iya... terima kasih, Pak!
Hanya ada Robbin dan Forena di gubuk tua yang reot itu. Atap dan dindingnya terbuat dari dari rumbia. Namun, cukup nyaman untuk mengusir lelah dan sengatan matahari di luar yang sangat terik.
Robbin membuka ransel besarnya. Ia mengeluarkan sebotol air dan beberapa potong roti.
Robbin
Makan lah! kalau suka.
Peri Hutan (FORENA)
Ini apa?
Peri hutan menggigit roti perlahan-lahan.
Peri Hutan (FORENA)
Emmm... ini enak sekali! Membuatnya pakai mantra apa?
Peri Hutan (FORENA)
Ajari aku!
Robbin
Makanlah! Nanti aku ajari
Peri hutan bertubuh semampai itu menghabiskan sepuluh potong roti. Sedangkan Robbin hanya kebagian satu buah. Setelah perut mereka kenyang, keduanya tertidur pulas.
3. Menuju Kota
Peternak Sapi
Den! Bangun, Den....
Lelaki tua itu membangunkan Robbin sebab sebentar lagi akan berangkat ke kota.
Robbin yang bertubuh tinggi dan kekar perlahan membuka kelopak matanya serta meregangkan otot-otot yang kaku karena berbaring dengan posisi menekuk kaki.
Robbin
Oh... maaf, Pak. Ketiduran.
Peternak Sapi
Tidak apa-apa... sudah sore, kita balik sekarang agar tidak kemalaman di jalan!
Lelaki itu membangunkan peri hutan yang tertidur pulas.
Robbin
Forena, bangun... Forena!
Kedua netra bak semburat pelangi menyesuaikan dengan bias cahaya. Sejenak ia terdiam memandangi wajah Robbin yang berewok.
Robbin
Ayo, bangun! Kita berangkat!
Peri Hutan (FORENA)
Iya, Iya!
Sebuah sedan antik berwarna hijau army berjalan pelan melewati jalan tanpa aspal, hanya tanah kering yang gundul. Mungkin karena sering terinjak ban mobil rerumputan itu kering dan mati.
Peri Hutan (FORENA)
Ini apa namanya? asyik sekali!
Peri hutan itu berbisik di telinga Robbin yang duduk di sebelahnya.
Peri Hutan (FORENA)
Apa itu mobil?
Peri Hutan (FORENA)
Oh! Iya...
Lelaki tua menikmati adrenalin menyetir di medan gersang berdebu . Namun, sesekali asap mengepul dari mulutnya, satu tangannya mengapit rokok.
Peternak Sapi
Rumah kalian di mana, Den?
Robbin
Kota Denin, Pak!
Kalau Bapak di mana?
Peternak Sapi
Kenzul, Den!
Robbin
Wah! Keren tuh, kotanya terkenal dengan Museum Flora!
Peternak Sapi
Iya, tapi bapak belum pernah ke Museum itu
Forena menatap pepohonan dari balik jendela mobil. Tampak hewan-hewan kecil dan burung di sana menatapnya tertegun.
Robbin
Biasanya berapa jam bisa tembus kota, pak?
Peternak Sapi
Sekitar tiga jam!
Kurang lebih lima kilometer menempuh jalan tanah, akhirnya mereka sampai di jalan beraspal yang sempit. Sisi kirinya berupa bukit, sedangkan sisi kanannya jurang tampak tidak dalam. Bapak tua itu mamacu mobilnya sedikit lebih cepat.
Peri Hutan (FORENA)
Roubbin!
Peri Hutan (FORENA)
Kepalaku pusing!
Peri Hutan (FORENA)
Pusing!
Wanita itu bersandar di kursi mobil. Kedua matanya tertutup
Robbin
Tidur saja! kalau sudah sampai, nanti aku bangunkan.
Peri Hutan (FORENA)
Iya....
Peri Hutan (FORENA)
Hueeaaakkkk!
Roti yang sudah dicerna usus beraroma khas itu muncrat keluar dari mulut Forena.
Robbin
Oh my God! Muntah enggak bilang-bilang!
Robbin memandangi jaketnya yang disembur muntah Forena. Sekilas lelaki tua memandang ke arah belakang.
Peri Hutan (FORENA)
Haaa... tolong!
Robbin
Pak, berhenti sebentar! Istri saya mabok!
Pria tua itu menepikan mobil. Baru saja satu kaki Forena menyentuh tanah, mulutnya kembali menyemburkan muntah.
Peri Hutan (FORENA)
Aku tidak sanggup lagi!
Robbin menyodorkan sebotol air
Peri Hutan (FORENA)
Tidak usah naik benda itu!
Robbin
Kota masih jauh... kamu mau jalan kaki?
Peri Hutan (FORENA)
Kita menghilang saja, pakai kekuatanku!
Robbin
Kenapa enggak kepikian dari tadi?! Ah ngeselin...
Peternak Sapi
Gimana, Den? Sudah mendingan?
Robbin
Duluan saja, Pak! Kami turun di sini saja.
Peternak Sapi
Kota masih jauh, Den!
Robbin
Enggak apa-apa, Pak! Istri saya tidak sanggup kalau harus lanjut...
Peternak Sapi
Baiklah! Bapak lanjut dulu...
Peternak Sapi
Iya, hat-hati! Biasanya ada truk yang lewat. Kalian numpang saja!
Sedan tua itu kembali berjalan, hingga benar-benar hilang. Robbin dan Forena duduk bersandar di sisi bukit sebelah kiri jalan menunggu perasaan gadis itu kembalu normal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!