Di negri nusantara ini yang tercinta ini, dulu di jamannya manusia masih jauh dari peradaban, banyak sekali kekejaman kekejaman dan angkara murka, dari cita cita dan cinta anak manusia.
Matahari kini sudah bersinar menerangi bumi nusantara ini.
Di sebuah desa batu gambir letaknya dibawah bukit kahuripan, ada hidup sepasang anak manusia yang belum lama berumah tangga, danang jaya dan dewi harum, dia pasangan sejati yang sama" saling mencintai.
Dewi harum adalah putri dari sodagar kaya raya, sedangkan danang jaya hanya seorang pemuda miskin yang hidup serba kekurangan, hubungan mereka ditentang sama orang tuanya, alasannya karena danang jaya hanya orang miskin, tapi karena dewi harum sangat mencintainya, dan sudah menjalin cinta cukup lama, tanpa sepengetahuan orang tuanya dewi harum, karena cinta mereka sangatlah besar dan tidak bisa dipisahkan.
Mau tidak mau orang tuanya mengalah, karena takut terjadi hal hal yang tidak di inginkan.
Sementara di desa batu gambir, ada sebuah rumah panggung dengan kolongnya yng begitu tinggi, hiduplah pasangan danang jaya dan dewi harum yang di usir dari rumahnya.
Karena cintanya danang jaya pada dewi harum begitu besar, begitupun sebaliknya dewi harum sangat mencintai danang jaya suaminya.
Danang jaya terlihat lagi membelah kayu bakar dengan sebuah kapak besar, keringat mengalir membasahi tubuhnya yang kekar.
''Kakang ayo makan dulu.'' Ucap dewi harum.
''Iya harum bentar, kakang cuci tangan dulu.'' Jawab danang jaya.
Danang jaya ahirnya naik kerumahnya yang cukup tinggi.
''Ini kakang makanannya, cuma adanya ini.'' Ucap dewi harum.
''Jangn bilang begitu, masih untung ada makanan juga, justru kakang kasihan sama kamu, yang biasa hidup serba enak, apa aja ada, sekarang hidupmu jadi sangat memprihatinkan, maapkan kakang ya.'' Ucap danang jaya.
''Tidak apa kakang, saya sangat senang biarpun hidup kita serba kekurangan, asalkan ku bisa bersama mu kakang.'' Ucap dewi harum.
''Ya terimakasih ya istriku sayang.'' Ucap danang jaya sambil mencium kening dewi harum.
''Dengan begini pun bagiku sudah lebih dari cukup kakang.'' Ucap dewi harum sambil memeluk danang jaya dari belakang.
''Kau emang bidadariku yang sengaja sang pencipta, ciptakan untukku.'' Ucap danang jaya.
''Sekarang jaga bayi kita yang lagi dalam kandunganmu sayang.'' ucap danang jaya sambil mengelus elus perut dewi harum, yang semakin membesar.
Dewi harum menyenderkan tubuhnya pada suaminya, dan danang jaya tidak henti"nya mengelus elus perut istrinya yang sebentar lagi mau melahirkan.
Akhirnya danang jaya dan istrinya tertidur lelap.
Tanpa disadari hari kini mulai senja, danang jaya dan istrinya masih tertidur.
Tok tok tok
''Kang danang-kang danang.''
Yang dipanggil masih tertidur pulas.
Ahirnya lelaki itu membuka pintunya, dan apa yang dilihatnya, danang dan istrinya dalam keadaan tertidur.
''Yaa ammpuuun jam segini ko sudah pada ngorok, kang, kang danang.'' Ucap lelaki itu membangunkan danang jaya.
Danang jaya dan istrinya pun kaget akhirnya pada terbangun.
''Siapa sih berisik amat.'' Ucap danang sambil melihat pada arah suara yang membangunkannya.
''Haaahh adi wira mau ngapain kamu.'' Ucap danang, rupanya dia adik kandungnya danang jaya yaitu wira jaya.
''Saya kesini itu, karena kuatir pada kakang, karena kakang seharian ini tidak ada di ladang.'' Ucap wira jaya.
''Oooh terima kasih ya dek wira atas perhatiannya.'' Ucap Dewi harum.
''Iya teh sama-sama, ku kuatir takutnya teh Harum lagi melahirkan, makanya ku buru buru dari ladang kesini.'' Ucap wira jaya.
''Tadi tuh emang perut aku kerasa, dan aku yang bilangin kang danang jangan ke ladang dulu, abis makan bareng tidak terasa kita jadi ketiduran deh.'' Ucap dewi harum.
''Ya syukur atuh kalau baik-baik aja, saya undur diri atuh, jaga kesehatanmu kakang dan teh harum, kalau ada apa-apa jangan sungkan bilang padaku kakang.'' Ucap wira jaya sambil melangkah keluar menuruni tangga rumah yang cukup tinggi.
''Terima kasih dek Wira.'' Teriak Danang jaya.
Hari terus berlalu begitu cepatnya, karena roda kehidupan terus berputar, tidak terasa perut harum yang sudah besar sekali.
Tepatnya di hari selasa kliwon, disaat matahari lagi lurus di ubun" kepala, perut Dewi Harum mulai terasa melilit seperti mau melahirkan.
''Aduuuh perutku mules sekali, mana kakang danang lagi ke ladang lagi, ku harus kuat memperjuangkan jabang bayi ini.'' Begitu ucap Dewi Harum, sambil memegang perutnya.
Sementara danang jaya yang bekerja di ladang bersama adiknya Wira jaya, seperti tidak ada gairah dan semangat bekerja.
''Ko hatiku merasa tidak enak ya Dek Wira.'' Ucap Danang jaya.
''Apa mungkin kakang belum makan tadi pagi.'' Jawab Wira Jaya.
''Kakang sudah makan ko, tapi kenapa bawaannya lemes begini.'' Ucap Danang Jaya.
''Wah wah jangan-jangan, kakang teh harum kakang.'' Ucap Wira Jaya.
Danang jaya pun langsung kaget pas di ingetin sama adiknya wira jaya, tanpa pikir lagi danang langsung bergegas pergi sambil memikul cangkulnya.
''Ayo di wira takut teh Harum kenapa-napa.'' Ucap Danang jaya.
''Iya ayo kakang.'' Jawab Wira Jaya.
Merekapun bergegas pergi dengan langkah setengah berlari.
Ahirnya mereka berdua telah tiba didepan rumahnya, danang pun menaro cangkul setengah dilemparkan, dan bergegas naik keatas rumah panggungnya, disusul sama wira jaya.
'Ea ea ea ea ea.
Ternyata dewi harum sudah berjuang mengeluarkan jabang bayinya dengan selamat.
''Haaahhh istriku, maapkan kakang ya, pantesan hati kakang tidak enak terus dari tadi, syukur jabang bayi sudah keluar dengan selamat.'' Ucap danang jaya sambil memegang istrinya yang masih belum sadarkan diri.
''Di wira tolong panggilin nini jampe ya.'' Ucap danang jaya.
''Baik kakang.'' Jawab wira jaya.
Wira jaya langsung pergi menuju rumah nini jampe dukun beranak itu.
''Harum harum, bangun lihat anak kita seorang lelaki tampan dan gagah sekali.'' Ucap danang jaya
Tidak lama kemudian munculah wira jaya dengan nini jampe, seorang dukun beranak, yang sudah tidak asing lagi di desa batu gambir.
''Ooh nini, gimana istri saya, belum sadar juga.'' Kata danang jaya panik.
''Tenang nak danang, jangan panik itu hal yang wajar bila seorang wanita melahirkan untuk yang pertama kali.'' Ucap nini jampe sambil meraba raba perut dewi harum.
''Tolong ambilkan air hangat ya.'' Kata Nini jampe.
''Baik saya ambilkan kakang.'' Ucap wira jaya sambil melangkah kedapur.
''Maap ya di wira, jadi repot karena kakang.'' Ucap danang jaya.
''Iiih kakang kaya siapa aja, simpan pikiranmu yang begitu itu, sama siapa lagi kita harus saling membantu.'' Jawab wira jaya sambil membawa air hangat.
''Ini airnya.'' Kata wira jaya.
Lalu nini jampe mengurut perutnya dewi harum untuk mengendorkan urat uratnya, yang masih tegang karena habis melahirkan bayi pertamanya, dan wira jaya menunggu diluar.
''Nak wira boleh nini minta bantuanmu.'' Ucap nini jampe.
''Ooh tentu boleh ni, apa yang perlu wira bantu.'' Jawab wira jaya.
''Tolong ambilin sembilu buat memutus tali pusarnya, dan ambilkan kunyit lalu diparut ya.'' Ucap nini jampe
''Baik nini.'' Jawabnya wira jaya.
Wira jaya pun terus pergi untuk mencari apa yang dperlukan oleh nini jampe.
''Aku harus ambil golok dulu untuk mengupas sembilu.'' Ucap wirajaya berkata sendiri.
Lalu wira jaya mengambil sebilah golok yang terselip di balik tiang tiang rumahnya Danang jaya, setelah didapatnya, wira pun langsung melaksanakan tugas yang diberikan nini jampe itu.
Kemudian semua yang dibutuhkan nini jampe sudah didapatnya.
''Ini sembilunya nini, dan ini kunyitnya mau ku parut dulu.'' Ucap Wira.
''Iya bagus cepetan ya.'' Kata nini jampe.
''Baik nini.'' Jawab wira singkat.
Tidak lama kemudian tugas wira sudah diselesaikan dengan baik, terus menyerahkan parutan kunyit tersebut pada nini jampe.
''Nah ini parutan kunyitnya ni.'' Ucap wira.
Lalu nini jampe juga melaksanakan tugasnya sebagai dukun beranak, parutan kunyit itu di balurkan pada bagian tubuh bayinya danang jaya.
''Waduuuh nini jampe, ko bayinya dbalur kunyit sih kaya mau dipepes aja hehee?'' Tanya wira jaya.
''Hus, diam kamu wira, ini artinya biar nanti tubuh bayi ini, kalau sudah besarnya tidak bau badannya.'' Jawab Nini jampe.
''Ooooh begitu yaa.'' Ucap wira.
Sesudah itu tugas nini jampe sudah selesai, dan dewi harum juga sudah sadarkan diri.
''Ini nini kasih ramuan, ini direbus dan di minum, pagi dan sore hari ya.'' Ucap nini jampe.
''Baik nini, terima kasih banyak.'' Ucap danang jaya.
''Iya sama-sama nini juga dalam seminggu pasti kesini terus untuk ngurus istrimu, tapi ingat kamu harus puasa dulu ya tunggu istrimu pulih dulu.'' Ucap nini jampe.
''Maksud Nini jampe, saya harus puasa apa?'' Tanya danang jaya.
''Iiih kamu mah tidak paham, ya puasa itu tuh.'' Ucap nini jampe sambil menunjuk kebawah perut dewi harum.
''Wah waah nini ada-ada aja, kalau itu mah saya juga mengerti atuh, hehee.'' Jawab danang jaya sambil tersenyum malu.
''Heheeee.'' Wira ketawa mesem.
''Apa kamu wira, emang ngerti kamu?.'' Tanya nini jampe.
''Hehe nini, nini ya saya juga paham, kan wira sudah gede alias dewaasa.'' Jawab wira.
''Makanya cepetan cari istri, biar pikiranmu itu lempeng.'' Ucap nini jampe.
Nini jampe ahirnya pamitan pada danang jaya dan dewi harum.
kini kebahagiaan danang jaya dan dewi harum lengkap sudah, setelah kehadiran anaknya di dunia ini.
''Kakang ayo cepetan kasih nama, mungpung de wira masih ada.'' Ucap dewi harum.
''Iya benar kakang, jangan tunggu lama-lama, lebih cepat lebih baik.'' Ucap wira ikut nimrung.
''Sebentar saya mikir dulu, siapa ya nama yang cocok untuk pahlawan kita.'' Ucap danang jaya sambil memegang dagu.
''Oooh iya, bagaimana kalau saya kasih nama, darma seta, yang artinya biar nanti anak ini berguna bagi masrakat dan berbudi luhur.'' Ucap danang jaya.
''Waah Nama yang cukup bagus, sesuai dengan anaknya yang tampan dan gagah, darma seta, iya betul saya cocok dengan nama itu.'' Jawabnya wira jaya.
''Benar bagus kakang, semoga anak kita kelak bisa berguna bagi nusa dan bangsa kita.'' Ucap Dewi harum sambil memeluk suaminya.
Kini anaknya danang jaya dan dewi harum sudah resmi dberi nama.
Darma seta, ayah dan ibunya berharap, kelak anaknya bisa menjadi anak yang berguna bagi bangsanya, dan orang disekitarnya.
Satu tahun kemudian, dikala senja sudah datang, dewi harum lagi menyusui anaknya dengan di dampingi oleh suaminya di ruang tengah rumahnya, mendadak angin kencang menerpa masuk kedalam rumahnya yang di iringi suara burung gagak.
Gak.. gak.. gak.. gak.
''Wah kakang saya jadi merasa tidak enak hati, perasaan kaya takut ada apa ya.'' Ucap dewi harum.
''Tenangkan hatimu sayang, anggap saja ini kejadian alam biasa.'' Ucap danang jaya sambil mengelus ngelus istrinya.
Dan burung gagak itu tidak henti-henti terus bersuara diatas pohon dekat rumahnya danang jaya.
''Biasa kalau burung gagak terus bersuara di kala senja, itu pertanda kurang baik, sang pencipta lindungilah kami, istri dan anak hamba dari segala mara bahaya.'' Begitu ucap danang jaya.
Kini senja telah berganti dengan gelapnya malam, udarapun kini mulai tenang kembali, danang jaya dan istrinya sudah mulai memasuki kamarnya.
dan malam pun sudah mulai bergeser, danang dan istrinya sudah tertidur pulas.
Dimalm yang sepi para penduduk batu gambir, sudah tidak terlihat lalu lalang di tapal batas perkampungan.
terlihat sekelompok orang berjalan menuju perkampungan batu gambir, terlihat dari cara berpakaian dan gerak geriknya, menandakan sedang merencanakan itikad tidak baik.
Kira kira dua puluh tumbak dari rumahnya Danang jaya, nampak sekelompok orang tersebut lagi sedang mengatur siasat dan strategi, di antara kelompok mereka dibagi menjadi tiga bagian, kayanya sasaran pertama menuju rumahnya danang jaya, lima orang sedang mendekati kediamannya danang jaya, dua dari mereka naik tangga bagian depan rumah dan tiga lagi naik dari belakang melalui pintu jendela dapur.
Sementara danang jaya, yang lagibtertidur pulas tiba-tiba dikagetkan oleh suara kayu yang di patahin, ahirnya danang jayapun terbangun.
''Suara apa itu, seperti ada suara kaya pintu dicongkel.'' Ucap danang jaya sambil perlahan mengintip dan mengambil sebilah pedang yang terselip dibalik dinding kamarnya.
Danang jaya pun mengintip dari celah dinding kayu yang bolong, nampak terlihat ada beberapa bayangan manusia diruang tengah.
''Wah celaka ini pasti perampok kelabang merah, pantesan aja tadi suara burung gagak berkoar terus, sang pencipta lindungilah aku dan keluargaku, terutama istri dan anaku.'' Ucap danang jaya sambil memegang pedangnya yang sudah dihunus dari sarungnya,
''Harum, harum bangun.'' Ucap danang jaya berbisik.
''Ada apa kakang.'' Tanya Dewi harum.
''Diluar ada kawanan perampok, sekarang selamatkan dirimu dan bayi kita ayo'', ucap danang jaya.
''Tapi kakang gimana.'' Jawab dewi harum
''Sekarang pikirkan keselamatanmu dan anak kita, tidak ada tapi tapian ayo cepat sebelum mereka memasuki kamar ini.'' Ucap danang jaya sambil berbisik.
''Terus kakang gimana.'' Ucap dewi harum seperti ketakutan.
''Kakang akan menghadang mereka dan kakang bisa jaga diri kakang, ayo cepetan harum.'' Kata danang jaya.
Dan dewi harum pun menurutinya, dia keluar lewat pintu jendela dengan menggendong bayinya, yang di ikat pake selendang.
untungnya ketiga perampok yang masuk dari belakang sudah duluan masuk lewat dapur, dan dewi harum kini sudah berada di bawah kolong rumah.
Pelan-pelan danang jaya membuka pintu kamar tidurnya, dengan menggenggam sebilah pedang yang sudah terhunus dari sarungnya.
''Waiii perampok-perampok tengik enyahlah dari hadapanku.'' Teriak danang jaya sambil menerjang kelima perampok itu.
''Hahaaa punya nyali juga rupanya kau anak muda.'' Kata perampok itu.
Mereka langsung menerjang danang jaya, perkelahianpun berlangsung sengit, danang jaya membawa perampok-perampok itu keluar, dan danang jaya langsung melompat dari atas rumahnya yang cukup tinggi.
ayo kejar saya kalau emang kalian benar-benar lelaki.'' Teriak danang jaya.
''Brengsek kau anak muda'', kata perampok" itu sambil melompat mengejar danang jaya.
Dan pertarungan berlangsung didaratan luas, danang jaya membabi buta, biarpun danang jaya tidak pernah belajar bela diri dengan sungguh-sungguh, setidaknya danang bisa hanya untuk membela diri dari kekejaman para perammpok.
Didalam pertarungan memang tidak bisa mengandalkan keberanian saja, perlu taktik dan strategi untuk memenangkan dalam suatu pertarungan.
Danang Jaya yang membabi buta tidak karuan, sangat mudah dipatahkan oleh para perampok yang sudah kenyang makan asam garam dalam pertempuran.
Mungkin karena nasib danang jaya sedang tidak menguntungkan golok para perampok mampu menebas pangkal lengan danang jaya, ditambah tusukan olleh kawanannya, ahirnya danang jaya menjerit kesakitan.
''Aaaaaaawwwwwwwwww.
Tubuh danang jaya ambruk ditanah dengan bersimpuh darah..
Dewi harum yang mengintip dibawah kolong rumahnya sepontan menjerit sambil memburu tubuh danang jaya yang sudah tidak bernapas lagi.
''Kakaaaaang, kakang danang jangan tinggalin harum kang.'' Ucap dewi harum sambil memeluk tubuh danang jaya.
Dewi harum menangis histeris dengan bayi yang masih tetap di gendongannya.
''Brengsek kalian, dasar manusia manusia biadab, tidak punya perasaan.'' Ucap dewi harum sambil menyerang perampok-perampok itu.
''Hahaahaa, boleh juga kau nona manis, untuk apa, orang sudah tidak bernyawa ditangisi, mending layanin kami, iya gak hahahaha.'' Kata perampok-perampok itu sambil menangkap dewi harum yang lagi ngamuk.
Sekuat apapun wanita berontak tidak akan mampu menahan tenaga laki-laki apalagi lelaki itu berlima.
Ahirnya dewi harum tidak sadarkan diri.
''hahaaha, wooowww mulus juga tubuh wanita ini, dan kau sapar buang bayi itu.'' Ucap salah satu perampok yang bertubuh besar.
Sapar pun lalu mengambil bayi itu dengan kain gendongannya, dibawa jauh dari rumah danang jaya.
''Nah itu didepan ada jurang yang cukup dalam, biar anak ini buat makanan binatang buas hahaaha.'' ucap sapar.
Betapa kejamnya perampok" itu.
para perampok itu langsung langsung memperkosa tubuh dewi harum yang seksi dan roman yang cantik rupawan, dinikmati secara bergantian, sungguh biadab kelakuan mereka.
Kelakuan para perampok itu laksana binatang, setelah mereka beres semua kebagian, untuk menghilangkan jejaknya, tubuh dewi haru dibawa ketempat yang jauh dan dibuang kedasar lemmbah.
''Huhahaha, pergilah kau nona manis bersama suamimu.'' Kata para perampok itu sambil tertawa puas.
setelah itu mereka semua pergi meninggalkan tempat itu, untuk menemui kawanannya yang lain..
Kini malampun sudah berlalu, dan pagi sudah tiba.
Disaat matahari sudah mulai bersinar, letaknya disebuah jurang, tempat para perampok itu membuang bayinya danang jaya itu.
Kini langit sangat cerah sekali, dan burung elang memutar mutar di angkasa seperti lagi mencari mangsa untuk santapan di pagi hari.
Burung elang itu melorot turun ketika mendengar suara dari pohon teureup.
Ea ea ea ea ea ea eaeaaaa
Ternyata bayi yang dilemparkan itu, dan kain selendang yang membungkus tubuh bayi itu nyangkut di dahan kayu teureup.
Dan burung elang itu langsung menyambar tubuh bayi itu, untuk di bawa kesarangnya.
Dengan sangat entengnya burung elang membawa bayi yang baru berumur satu tahun, seperti mematuk se ekor anak ayam.
Burung elang melorot memasuki sebuah goa, ternyata goa itu tempat sarangnya, burung elang tersebut.
Setelah didalam goa, si bayi itu ditaro di atas batu yang hitam mengkilap, burung elang pun lalu mematuk kain yang menutipi bayi itu, dengan paruhnya yang tajam kain itu lalu terlepas, terus kain itu dipatuk dan ditaro di atas kepala bayi itu.
Apa yang akan dilakukan burung elang itu terhadap bayi yang sudah dinamai oleh ayahnya darma seta.
Darma seta sudah tidak lagi menangis kini ia nampak tertidur pulas, dan burung elang itu pergi entah kemana, selang beberapa waktu burung itu datang kembali dengan membawa kepingan madu, lalu kepingan madu itu dipatuk-patuk oleh paruhnya, terus paruh burung itu dimasukan pada mulutnya darma seta, sungguh keajaiban, mungkin ini adalah pertolongan dari sang pencipta, bahwa darma seta harus hidup, mungkin yang maha kuasa telah menciptakan burung elang itu untuk mengurus darma seta.
Beta agungnya ciptaan yang maha kuasa, apa pun bisa terjadi bila sang pencipta mengijinkannya, tidak ada yang tidak mungkin bila sang pencipta berkehendak.
Apa pun bisa terjadi bila sang pencipta mengijinkannya, tidak ada yang tidak mungkin , apabila sang pencita sudah berkehendak, dari hari ke hari, berganti minggu, dan bulan.
Kini darma seta hampir sudah setahun berada di digoa elang, darma seta sudah berumur dua tahun, dengan di asuh terus oleh se ekor burung elang.
Darma seta kini sudah bisa belajar berjalan, dan burung elang selalu membingbing berjalan dengan mengibaskan sayapnya yang panjang, darma seta bisa hidup hanya dengan dikasih madu oleh burung elang, darma seta biarpun baru berumur dua tahun, tapi dari cara dia berjalan seperti, sudah tidak kaku lagi, setiap hari hanya bermain dan bercanda dengan burung elang.
Pertumbuhan darma seta begitu cepatnya darma kini sudah pintar memanjat dan sudah bisa berbicara.
Sementara waktu kejadian didesa batu gambir, tubuh danang masih tergeletak sudah tidak bernyawa lagi, sedangkan adiknya wirajaya, merasa penasaran karena kakanya lama sekali g pergi ke ladang.
pas di lihat tubuh danang jaya terkujur kaku dan sudah meninggal kan batu gambir untuk selama lamanya.
''Haaahhh kakaaaaaaaang, kakang danang betapa malang nasibmu kakang, dan begitu cepatnya kakang meninggalkan adikmu, kini aku tidak punya saudara lagi kakang.'' Ucap wirajaya, sambil meratapi tubuh danang jaya yang sudah tidak bernyawa lagi.
''Pasti ini kejadian perampokan, tidak salah lagi ini ulahnya kelabang merah, bedebah akan ku balas kekejaman mereka kakang.
Haiiii para begundal kelabang merah tunggulah pembalasanku.'' Ucap wira jaya.
''Terus teteh harum dan ponakanku kemana.'' Ucap wira jaya
Pas berjalan kesamping ditemukan sobekan sobekan baju dewi harum.
''Jagat dewa batara, ternyata para bajingan itu telah memperkosa teteh harum, sudah tidak bisa didiamkan lagi ulah mereka, haaaiii para bajingan" tengik akan ku balas ini semua.'' Teriak wira jaya sangat geram.
Mendengar teriakan wira jaya para pendudukpun pada berdatangan, dan.membantu wira jaya, untuk mengurus tubuh danang jaya, sebagian penduduk ada yang menggali tanah, untuk menguburkan jenajahnya danang jaya, setelah penggalian selesai, tubuh danang jayapun langsung di kubur, di samping rumahnya.
''Selamat tinggal kakang semoga kakang tenang di alam sana, biar adikmu yang akan membalas perlakuan mereka pada keluarga kakang.'' Ucap wira jaya berkata sendiri sambil duduk dekat kuburannya danang jaya.
Setelah beres para pendudukpun, satu persatu meninggalkan wira jaya, yang masih duduk dekat kuburan yang baru memerah itu.
Wira jaya terus pergi hendak mencari dewi harum dan darma seta ponakannya, dia terus menyusuri setiap pelosok perkampungan, dan dibantu oleh beberapa penduduk batu gambir, seharian pencarian terus dilakukan, tapi tidak kunjung menemukan tanda-tandanya, pas pencarian dekat lembah seorang warga penduduk melihat sobekan-sobekan kain yang ada bekas darah yang sudah mengering.
''Wira sini, saya menemukan beberapa helai kain yang tersobek dan ada bekas darah yang sudah kering.'' Ucap warga.
Dan wira pun bergegas melihatnya.
''Iya benar ini bajunya teh harum, berarti para bajingan itu membuang teteh dan ponakanku kedasar lembah hantu ini.'' kata wira jaya dengan roman yang sangat sedih dan tidak terasa air mata wira mengalir dari sudut matanya.
''Sabar wira, mungkin ini juga sudah kehendak sang pencipta, kakamu harus meningglkan kita semua dengan cara begini.'' Ucap warga yang bertubuh jangkung.
''Iya saya mengerti, tapi kenapa sang pencipta mengambilnya dengan cara begini.'' Ucap wira sambil terisak isak menangis.
''Sekarang kami semua pamit dulu ya wira, kami semua ikut bela sungkawa, atas peristiwa yang menimpa kakamu wira.'' Ucap warga sambil menenangkan.
''Iya terima kasih ya semua sudah mau perduli pada keluarga saya.'' Ucap wira.
''Iya sama-sama wira.'' Ucap warga serempak menjawab.
Semua warga pada pergi meninggalkan wira sendirian.
Wira masih kelihatan sedih dan rasa dendam yang kini bergejolak didalam hati wira jaya.
''Saya yakin bahwa ponakanku darma seta belum mati, dan saya harus mencarinya, dan mudah-mudahan teteh harum juga kayanya masih hidup.'' Ucap wira jaya.
Wira jaya bersiap siap untuk mencari darma seta dan dewi harum barang kali masih hidup.
''Tapi pencarian pasti harus bawa bekel yang banyak, dan setidaknya harus bisa ilmu bela diri, karena dalam perjalanan pasti ada aja gangguan- gangguan pisik maupun mental, apakah ku sudah siap dengan itu semua, ku harus mencari guru yang sakti. untuk membalaskan dendam kakang danang, pada kelompok kelabang merah.'' Ucap w
ira jaya sambil berkata kata sendiri.
Ke'esokan harinya wira jaya pamit pada kepala kampung batu gambir dan sebagian warga, untuk mencari darma seta, dan dewi harum.
Pencarian pertama wira jaya, menelusuri lembah hantu dulu, karena jejak yang ditemukan menunjukan disekitar lembah hantu.
Wira jaya kini mulai menuruni lembah hatu, karena lembah ini angker makanya orang-orang menyebutnya lembah hantu.
Semua rimbunan semak semak terus wira jaya geledah sampai ke jurang-jurang yang sempitpun, tapi tidak menemukan tanda-tandanya.
Tapi wira jaya tidak menyerah begitu saja,
dia terus geledahi semua tempat dilembah itu.
''Kalau emang jatuh disekitar lembah ini, setidaknya pasti ada bekas yang bisa ku temui.'' Ucap wira jaya.
''Coba aja ku panggil, darma setaaaaa, darma setaaaaa, teh Haruuumm, teh Haruuuumm.'' Begitu wira jaya memanggil manggil, dewi harum dan anaknya.
Ternyata suara wira jaya mengundang penunggu disitu jadi terusik.
''Haaiii anak muda ngapain kamu berteriak teriak mengganggu istirahatku, huhahaha.'' Begitu suara tanpa wujud berkata.
''Maapkan saya kake kalau suara saya sempat mengganggu kake, saya lagi mencari orang yang jatuh kelembah ini.'' Ucap wira jaya.
''Kalau manusia jatuh kesini pasti sudah mati anak muda.'' Jawab suara tanpa wujud itu.
''Kalau emang mati pasti ada tulang belulangnya ke, tapi saya tidak menemui tanda-tanda itu.'' Ucap wira jaya.
''Kamu tidak akan menemui orang yang jatuh kesini anak muda, karena tempat ini sangat angker, banyak dihuni oleh para lelembut, lebih baik sekarang pulanglah.'' Ucap suara tanpa wujud.
''Tidak, saya sudah bersumpah tidak akan pulang sebelum cita-citaku terlaksana.'' Jawab wira jaya.
''Ya terus kamu mau mati disini.'' Ucap suara itu.
''Saya lagi mencari guru yang didjaya, saya mau belajar ilmu kanuragan kake.'' Jawab wira jaya.
''Buat apa kamu belajar ilmu kanuragan kalau hanya buat kesombongan dan angkuh.'' Ucap suara itu.
''Saya membela rakyat batu gambir, yang hampir setiap abis panen selalu dijarah sama perampok-perampok kelabang merah, sampai kaka saya danang jaya mati dan anak istrinya dibuang kelembah ini, makanya saya sampai kemari mau mencari keberadaannya hidup atau mati.'' Ucap wira jaya.
''Sungguh mulia cita-citamu anak muda, siapa nama mu anak muda?.''Tanya suara itu.
''Nama saya wira jaya ke, adik dari danang jaya yang mati dibunuh olek kelompok kelabang merah.'' Begitu jawab wira jaya.
''Ya sudah, sekarang kamu datanglah kelembah kuning, disitu kamu bisa melaksanakan cita-citamu anak muda.'' Ucap suara itu perlahan menghilang.
''Ke kake, lembah kuning dimana, apa masih berada disekitar sini.'' Ucap wira jaya.
Wira jaya terus berjalan menelusuri lembah itu, untuk mencari lembah kuning yang disebutkan olleh suara tanpa wujud itu.
''Harus kemana lagi ku mencarinya, perasaan tempat ini sudah ku jelajahi, tapi dimana letaknya lembah kuning itu.'' Ucap wira jaya berkata sendiri.
Wira jaya terus mencari yang di maksud lembah kuning itu, lembah demi lembah terus wira jaya telusuri, hingga akhirnya Wira jaya duduk di atas batu sambil memandang kebawah dasar lembah itu sambil melamun, bertahun tahun Wira jaya tidak henti-hentinya mencari keberadaannya darma seta dan dewi harum.
''Rasanya ku cape dan pingin nyerah dalam pencarian ini, yang tidak kunjung menemukan tanda tanda yang bisa menggembirakan ku.'' Ucap wira jaya.
Disaat lagi duduk sambil melamun, tiba tiba seperti ada suara anak kecil.
''Iiih kamu curang sahabat.'' Begitu suara anak kecil itu.
''Haaahhh suara apa itu, masa ditempat kaya gini ada anak kecil.'' Ucap wira jaya.
kliilll klilll kliiill
Kaaakkk kaaaakkk
''Suara elang kencang banget, dan kenapa kaya barengan sama suara anak kecil itu, masa iya anak kecil sama seekor burung elang, hiiihhh tempat ini tidak bersahabat, rasanya ku pingin sudahin pencarian ini.'' Ucap wira jaya.
Ahirnya wira jaya beranjak dari tempat itu, mau memutuskan untuk pulang dulu.
baru saja wira jaya berdiri dari tempat yang ia duduki, tiba-tiba batu itu bergeser, membentuk sebuah lobang setinggi dua tumbak.
''Waah kenapa batu ini bergeser.'' Ucap wira jaya.
''Masuklah anak muda.'' Ada suara tanpa wujud.
''Hahh suara itu, bukankah itu suara kake yang nyuruh saya datang ke lembah kuning.'' Ucap Wira didalam hati.
Rasa penasaran, membuat wira jaya jadi pingin memasuki gua itu.
perlahan lahan wira memasuki gua itu, semakin jauh wira berjalan dalam goa itu, semakin tidak kelihatn harus kemana wira melangkah, dan wira pun meraba raba dinding goa itu, tanpa wira sadari tangan wira menyentuh sesuatu.
''Iiih apa ini, kaya sebuah benda dari bambu tapi licin sekali apa yah.'' Ucap wira.
pas wira ambil benda itu, dinding goa bergetar seperti mau ambruk.
''Oooh sang pencipta, goa ini mau ambruk tamatlah riwayatku disini.'' Ucap wira jaya sangat panik dengan diliputi ketakutan.
Disaat wira lagi panik suasana tiba-tiba jadi terang, wira jaya pun kaget pas meihat didepannya, seorang kake berjubah kuning lagi duduk sambil bersemedi.
''Haaah, sungguh tidak masuk akal.'' Ucap wira di dalam hati.
''Jangan kaget anak muda, inilah yang disebut lembah kuning itu, kemari dan duduklah.'' Ucap kake berjubah kuning itu, sambil membuka matanya.
''Iya ke, maap kalau saya tidak sopan memasuki tempat ini tanpa permisi dulu.'' Ucap wira sambil membungkukan badannya.
''Tidak apa anak muda, sebelum kamu datang kelembah hantu juga, kake sudah tau niatmu.'' Ucap kake itu.
''Tau dari mana, padahal bertemu juga baru kali ini.'' Ucap wira.
''Tau dari amarah dan niat baikmu, saat kamu berteriak teriak lagi menangisi jasad kakamu itu, suaramu sampe terdengar kesini.'' Ucap kake berjubah kuning.
''Haaaahhh'', wira melotot kaget.
''Siapa nama mu anak muda?.'' Tanya kake itu.
''Nama saya wira Jaya ke.'' Jawab wira jaya.
''Nama yang sangat bagus.'' Kata kake sambil tersenyum.
''Kalau boleh saya tau, siapa gerangan kake ini?.'' Tanya wira jaya.
''Di Rimba persilatan orang menyebut kake, elang kuning.'' Jawab kake itu.
''Ooooh pantesan tdi saya dengar suara elang.'' Ucap wira jaya.
''Yang kamu dengar itu, suaranya ellang perak dia jelmaan dari saudara kake yang paling sakti.'' Ucap kake elang kuning itu.
''maksud kake, saya kurang paham?.'' Tanya wira.
''maksudnya, kake tiga bersaudara, yang pertama elang perak yang tadi kake sebutin.
Yang kedua elaang merah, dia seorang wanita.
Dan yang terakhir kake, elang kuning.'' Ucap elang kuning menjelaskan.
''Ajari saya ilmu silat dan kadidjayaan ke.'' Ucap wira jaya.
''Kalau kamu mau berguru sama kake kamu harus lulus dulu seleksi tahap pertama.'' Ucap elang kuning.
''Apatuh ke?.'' Tanya wira.
''Kamu harus penuhin tempat air itu dalam waktu sehari, bila dalam satu hari sudah penuh kamu lulus.'' Kata elang kuning.
''Ngambil airnya dari mana ke?.'' Tanya wira.
''Besok kake tunjukin.'' Jawab elang kuning.
Wira jaya terus ber istirahat, dengan merebahkan tubuhnya, kepala diganjal pake batu, wira menatap langit-langit goa sambil melamun memikirkan nasib ponakannya yang tidak kunjung ketemu.
Sementara disebuah goa yang dihuni seekor elang, nampak anak kecil lagi loncat loncat dari batu ke batu, dengan se ekor elang menyaksikan aksinya anak kecil itu.
kaak kaaak, elang bersuara, sambil membentangkan sayapnya lalu meluncur terus membalikan tubuhnya, dan menggerakan cakar cakar dari kakinya.
Nampaknya anak kecil itu lagi belajar jurus jurus elang.
Anak itu tidak lain adalah darma seta yang dibuang oleh komplotan kelabang merah, darma seta diselamatkan oleh se ekor elang warna perak, sungguh agung keajaiban sang pencipta.
hingga ahirnya darma seta tumbuh dan bisa hidup, dengan lantaran elang perak.
Tidak terasa waktu terus berlalu, dari hari ke hari, dan bulan berganti tahun demi tahun, tidak terasa sangat cepat sekali roda kehidupan berputar, hinga darma seta kini telah tumbuh menjadi dewasa,
bertubuh tinggi, dengan otot-otot kekar dan dada yang bidang.
Darma seta, hanya mengenal satu sahabat yaitu se ekor elang berwarna perak, elang perak bukan elang biasa sebagaimana halnya burung elang, tapi elang perak tau dan mengerti pada sipat-sipat manusia yang tidak berbudi baik.
Darma seta menguasai jurus-jurus hanya di ajarkan oleh se ekor elang, mungkin sangat mustahil bila kita berpikir pake logika.
Sementara dewi harum yang habis di perkosa secara bergantian oleh komplotan perampok kelabang merah, tubuhnya di buang kelembah hantu.
Dan sang pencipta masih melindungi dewi harum, datang seseorang yang menolongnya, seorang wanita tua berpakaian serba merah, dengan rambut yang sudah memutih dan tidak terurus.
Dewi harum juga di ajarkan ilmu silat dan ilmu kadidjayaan oleh perempuan itu, supaya bisa membela dan mempertahankan harga dirinya bila di injak-injak.
''kini semua ilmuku sudah kamu kuasai dewi, pergunakanlah ilmu itu dijalan yang benar, dan tolonglah orang-orang yang membutuhkan pertolonganmu.'' Begitu ucap nene tua berbaju merah.
''Iya ne, ku pasti akan ingat terus pesan dari nene.'' Jawab dewi harum.
''Dan carilah anakmu yang hilang itu, bantulah rakyat yang tertindas.'' Ucap nene elang merah.
Dewi harum berpamitan untuk pulang dan kembali kerumahnya setelah sekian lamanya ditinggalkan.
Sementara Darma seta yang sudah tumbuh menjadi dewasa, dan sudah menguasai jurus-jurus dari elang perak, ditambah lagi dengan ilmu kadidjayaan yang darma seta pelajari dari buku yang ada di dalam goa, setelah semua dapat dikuasai, buku itu terus dibakar, karena begitu petuah yang ada dalam buku itu.
Sedangkan wira jaya juga sudah berhasil menguasai jurus-jurus dari kake elang kuning
''Ingat wira pergunakan ilmu yang sudah kamu kuasai itu, untuk membantu orang-orang yang lemah, dan orang yang membutuhkan pertolonganmu, dan kamu harus ingat semua murid-murid dari pendekar elang sudah mempunyai ciri masing-masing yaitu ini pakaian khas dari para pendekar elang.'' Ucap kake elang kuning.
kake elang kuning menyerahkan baju khas pendekar elang, sebuah pakaian tanpa lengan mungkin bisa disebut juga rompi, berwarna kuning bercorak corak sebuah bulu elang.
''Nah ini pakailah, apabila kamu bertemu dengan orang yang berpakaian sama namun beda warna berarti itu saudara.'' Ucap kake elang kuning.
''Iya guru, wira pasti ingat semua pepatah dari guru.'' Jawab Wira jaya.
''Bagus sekarang carilah pengalaman hidupmu buat bekal dikehidupanmu nanti.'' Begitu kata kake elang kuning.
Wira jaya setelah pamitan terus keluar dari goa lembah kuning, tujuan pertamanya untuk pulang dulu kerumah yaitu dikampung batu gambir.
Kini goa itu menutup kemabali, setelah wira jaya keluar, kini goa itu sudah jauh tertinggal di belakangnya wira jaya.
Hari pun kini sudah mulai siang, wira jaya semakin jauh meninggalkan goa lembah kuning.
Jalanan menanjak dan penuh bebatuan tidak membuat wira jaya merasa capek, kini wira jaya susah mendekati tebing batu terjal, jalan yang mau masuk menuju kampung batu gambir, karena tebingnya terlalau curam, sangat tidak mungkin bisa dialalui oleh orang-orang biasa.
wesss weesss
Wirajaya melompat menggunakan ilmu elang terbang.
''Ahirnya sampe juga ku dipenghujung kampung batu gambir.'' Ucap wira.
Disaat wira mau melanjutkan perjalanannya.
Wuuk wuuukk wukkk
bayangan melesat dengan cepat di atas wira jaya.
''Waah wah siapa tadi yang melesat melintasiku.'' Ucap Wira.
Wirapun langsung mengejarnya, melesat menggunakan ilmu elang terbang.
dan bertengker dipohon yang tinggi, nampak terlihat oleh wira seorang perempuan berpakaian serba merah, dengan corak corak bulu raja wali.
''Siapa itu, k jadi ter ingat apa kata guru.
setiap murid dari perguruan elang, ada ciri khas supaya sesama saudara elang tidak jadi bermusuhan, yaitu di pakaian ada corak bulu burung elang.'' Gerutu wira dalam hati
''Ku harus tau siapa dia.'' Ucap wira, melesat menghadang wanita yang bepakaian serba merah itu.
''Hai siapa kisanak kenapa menghalangi perjalananku.'' Kata wanita itu.
''Maap kisanak dari berpakaianmu saya mengenalnya.'' Kata wira sambil membelakangi wanita itu.
''Oooh rupanya kamu mengenali saya, siapakah kisanak sebenarnya.'' Ucap wanita yang berpakaian merah.
''Apakah kisanak dari perguruan elang?.'' Tanya wira jaya.
''Sebentar, emang kisanak ini siapa kenapa bisa tau tentang perguruan elang.'' Ucap wanita berpakaian merah.
''Emang gurumu nenek elang merah, tidak pernah mengasih tau, tentang perguruan elang.'' Jawab wira jaya.
''Wa waah kisanak tau juga dengan guruku, sekarang balikan badanmu siapa kisanak sebenarnya.'' wanita itu bertanya
Wira jaya ahirnya menuruti permintaan dari wanita itu, dengan membalikan badannya dan keduanya saling berpandangan sambil melotot kaget.
''Haaaahhh, apa saya tidak salah.'' Ucap wira jaya sambil menepuk nepuk pipinya.
''De wira, benarkan ini de wira jaya?.'' Tanya wanita itu.
''Berarti ini benar teteh, dewi harum istri dari kang danang.'' Jawab wira jaya.
''Iya de wira ini ku dewi harum.'' Jawabnya.
betapa gembiranya wira jaya, ternyata yang di cari cari selama bertahun tahun, kini bisa berjumpa dengan tidak di sangka sangka.
''Ee'eeh darma seta kemana teteh.'' Tanya wira.
''Justru itu teteh juga lagi mencari cari, de wira.'' Jawab dewi harum.
''Pirasat saya menyatakan darma seta masih hidup.'' Ucap Wira jaya.
''Berarti pirasat kita sama de wira.'' Jawab dewi harum.
''De wira ko de wira bisa tau kalau teteh, dari perguruan elang merah?.'' Tanya dewi harum.
''Ceritanya panjang teteh, nanti saja saya ceritain dirumah, sekarang mendingan kita pulang dulu, karena terlalu lama rumah teteh ditinggalin.'' Ucap wira.
Ahirnya wira jaya dan dewi harum beranjak pergi dari tempat itu, untuk segera pulang, karena rindu dengan rumahnya yang sekian lama ditinggalin.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Bersambung
Ahirnya wira jaya dan dewi harum, beranjak pergi dari tempat itu, untuk segera pulang, karena rindu dengan rumahnya yang sekian lama ditinggalin.
Setibanya di depan rumah, wira jaya dan dewi harum melangkah naik memasuki rumahnya yang tinggi.
Wira jaya pun membantu membereskan rumahnya yang berantakan, karena bekas bertarungnya kakanya, danang jaya dengan komplotan perampok kelabang merah, yang menewaskan suaminya dewi harum.
''Kalau ingat kejadian ini, teteh sangat sedih bercampur dendam de wira, karena teteh melihat dengan mataku sendiri tewasnya kakang danang ditangan orang-orang bajingan itu.'' Ucap dewi harum.
''Iya teteh saya mengerti dengan kesedihan yang teteh rasakan, saya juga begitu, makanya saya bertahun tahun mengelana mencari keberadaan teteh dan darma seta, yang pada ahirnya saya berjumpa dengan kake elang kuning, yang seterusnya saya berguru pada kake elang kuning, makanya saya mengenali pakaian yang teteh pakai itu, karena kake elangnkuning memberi tahuku.'' Ucap wira jaya.
''Memberi tahu apa de wira?.'' Tanya dewi harum.
''Iya kake elang memberi tahu, katanya setiap murid dari perguruan elang selalu memakai pakaian ciri khasnya, dengan corak corak bulu burung elang atau raja wali, makanya sebelumnya saya mencegat perjalanan teteh, dan kake elang juga mempunyai tiga saudara, pertama katanya elang perak, tapi beliau sudah wapat puluhan tahun yang silam.
Dan yang kedua, se orang wanita dengan julukan elang merah yaitu gurunya teteh.
Yang terakhir kake elang kuning, guru saya itu, dan saya juga dibekali sebuah tongkat yang dibuat dari bambu kuning, tongkat itu juga bisa ditiup seperti suling untuk memanggil semua perguruan elang, begitu katanya teteh.'' Ucap wira jaya menjelaskan panjang lebar.
''Oooh begitu, apa yang de wira katakan semua itu, benar sekali karena guru nenek elang merah pun menceritakan begitu, sama persis seperti apa yang de wira ceritakan.'' Ucap dewi harum.
Setelah wira jaya dan dewi harum menceritakan pengalamannya, tidak terasa kini senja telah datang yang sebentar lagi akan berganti dengan malam hari.
Wira jaya pun pamit pada dewi harum, untuk menengok gubuknya yang sudah lama ditinggalkan.
Dalam perjalanannya menuju tempat kediamannya, wira jaya banyak disambut oleh warga kampung batu gambir, karena lama sekali wira jaya menghilang dari kampung batu gambir.
''Waah kang wira kini sudah kembali ketengah tengah kita.'' Ucap pak kepala kampung.
''Selamat datang kembali di kampung kita kang wira'', ucap warga yang bernama karna.
''Terima kasih kang k
arna, dan terima kasih pada semua warga kampung batu gambir, yang selalu bersatu, sekarang kita tumpas kejahatan di muka bumi ini, kita tidak boleh lemah.'' Ucap wira jaya.
''Hidup wira jaya, hidup wira jaya.'' Kata pak kepala kampung.
''Kang wira bagaimana pencarian tetehmu itu dan ponakanmu, ketemu tidak?.'' Tanya karna.
''Teteh dewi harum sudah ketemu dan sekarang sudah berada di tengah tengah kita lagi.'' Ucap Wira jaya.
''Ya syukur atuh kang.'' Ucap karna.
''Tapi darma seta ponakanku belum ketemu juga.'' Wira berkata.
''Dan nanti malam bagaimana kalau kita syukuran, berterima kasih pada sang pencipta, atas kepulangan dewi harum dan wira jaya.'' Ucap pak kepala kampung batu gambir.
''Setuju setuju, setuju.'' Ucap para warga batu gambir.
Setelah itu wira jaya meminta ijin mau lihat dulu gubuk tempat kediamannya selama ini.
Setibanya digubuk tempat tinggalnya wira selama ini, semenjak ditinggal oleh kedua orang tuanya, wira jaya tinggal digubuk pinggiran kampung batu gambir, kini wira sudah tidak mempunyai lagi sodara, karena sodara satu-satunya telah mendahului meninggalkan wira untuk selama lamanya.
Wira jaya membersihkan gubuknya dari kotoran daun-daun kering yang jatuh dari pepohonan.
''Begini rasanya bila tidak punya istri, setiap malam kesepian, kini usiaku sudah mulai tua, sang pencipta turunkanlah padaku seorang istri yang baik untuk mendampingiku selama lamanya.'' Ucap wira berkata sendiri.
Senja telah berlalu, kini hari pun berubah jadi gelap karena waktu malam telah tiba, setelah selesai bere-beresnya wirapun pergi ketempat kaka iparnya yaitu dewi harum.
Setibanya di rumah dewi harum wira langsung naik memasuki rumahnya dewi harum.
''Tok tok tok
Sammpuuu raasuuun.'' Ucap wira.
''Raaammmpeesss''.
Dewi harum menjawab dan membuka pintu rumahnya.
''Eeh de wira ada apa?.'' Tanya dewi harum.
''Begini teh Harum, teteh harus ketempat pak kepala kampung sekarang.'' Kata wira jaya.
''Emang ada apa?.'' Dewi harum bertanya.
''Pak kepala kampung mau mengadakan syukuran, atas kepulangan teh harum ke batu gambir ini, dan sekalian memancing gembong kelabang merah untuk keluar.'' Ucap wira jaya.
''Oooh begitu, ya sudah, teteh siap-siap dulu ya mau ganti baju.'' Ucap dewi harum.
Setelah itu Wira jaya dan dewi harum bergegas pergi ketempatnya pak kepala kampung.
Tidak lama kemudian wira jaya dan dewi harum, sudah tiba di rumahnya pak kepala kampung batu gambir, nampaknya warga kampung sudah pada datang.
''Sammpuu rasuuunn''.
Ucap wira jaya.
''Rammmpeesss''
Ucap warga kampung menjawab.
''Waah kang wira, ayo kang duduk'.'' Ucap jumadi.
''Iya kang jumadi, terima kasih'.'' Ucap wira jaya.
''Teh dewi tuh disana batuin bu sumi di dapur.'' Ucap wira.
''Iya de wira.'' Jawab dewi harum sambil melangkah masuk.
Setelah semua warga kampung batu gambir pada kumpul semua, acara syukuran pun dimulai.
''Kepada semua wargaku, betapa kita merasa senang bahwa wira jaya dan dewi harum telah kembali ke tengah tengah kita dengan selamat.'' Ucap pak kepala kampung.
Dan acara di awali dengan berdoa bersama memohon pada sang pencipta agar kampung batu beserta para warganya di jauhkan dari mara bahaya.
Begitulah acara adat di kampung batu, dan sebagai penutup acara itu, pak kepala kampung sudah menyiapkan seni tradisi dikampung itu, yaitu seni ronggeng, acarapun berlangsung seru dan meriah.
''Pak kepala kampung tadi si kohar melihat komplotan perampok kelabang merah berjalan menuju kesini.'' Ucap Jumadi.
''Ya sudah, panggil wira jaya dan dewi harum.''
Jumadipun langsung bergegas memanggil wira jaya dan dewi harum.
wira jaya dan dewi harum langsung menemui pak kepala kampung.
''Ada apa pak?.'' Tanya wira.
''Begini wira dan kau dewi harum, kata jumadi, sikohar melihat komplotan kelabang merah lagi berjalan menuju kemari.'' Ucap pak kepala kampung.
''Oooh bagus kalau begitu, sekarang kita cegat aja sebelum sampai kemari, jangan sampai meruksak acara ini pak.'' Jawab wira jaya.
''Ya sudah kalau begitu.''
Wira jaya dan dewi harum langsung pergi meninggalkan acara itu.
agar lebih cepat sampai wira dan dewi menggunakan ilmu elang terbang, dan terus mengintip di atas pohon, nampak komplotan kelabang merah lagi berjalan menuju kearah acara yang di rayakan di rumah kepala kampung.
Setelah mereka mendekati wira jaya dan dewi harum, melepaskan senjata raahasia elang merah, untuk menghambat perjalanannya.
''Waaaiii siapa yang mau unjuk gigi pada kelabang merah, tunjukan batang hidungmu, jangan cuma kucing kucingan.'' Ucap salah satu dari mereka yang bernama dirga.
''Selamat datang di kampung batu, wahai para bajingan.'' Ucap wira sambil mengerahkan tenaga dalam.
Sang kepala rampokpun kaget begitu mendengar suara dengan tenaga lapisan yang sangat sempurna.
''Tenaga dalamnya sangat tinggi, sampai menggetarkan jantungku.'' Ucap dirga berkata dalam hati.
''Turunlah kamu, manusia atau siluman jangan main-main dengan kelabang merah.'' Teriak dirga dengan sombongnya.
Ciiaatt
Wira dan dewi harum melompat menghadang mereka.
''Apa kabar para bajingan tengik.'' Sapa dewi harum.
''Huhahahahaha, nona manis ini rupanya masih hidup, ayo bermain main lagi ama kita-kita.'' Ucap salah satu dari komplotan kelabang merah.
''Kurang ajar kau manusia-manusia terkutuk, mampus kalian.'' Kata dewi harum sambil melesat menerjang mereka.
Wira jaya pun langsung menerjang komplotan kelabang merah.
Pertarungan sangat seru, komplotan kelabang merah yang berjumlah sepuluh orang, dengan sombongnya dan menganggap enteng pada dewi harum dan wira jaya.
Jurus-jurus dua perguruan, elang kuning dan elang merah terlihat sangat cepat dan gesit, dengan rasa dendam yang sangat dalam pada komplotan kelabang merah, dewi harum mengubah pola jurusnya, dengan jurus elang menembus mega
Buk buk buk buk
Tendangan, pukulan berikut cakaran masuk kejantung pertahanan kelabang merah.
Aaaaaawww
Lima orang kelabang merah tersungkur di tanah.
Begitu juga wira jaya, dengan sejata ampel kuningnya sangat cepat dan lincah dalam memainkan jurusnya.
Trang trang trang.
Suara benturan senjata terdengar nyaring, kelima orang yang menghadapi wira terlihat cukup kelelahan dalam menghadapi jurus elang kuning, kelengahan mereka menjadi petaka baginya, ahirnya jurus elang kuning wira menembus menghantam, senjata ampel kuning yang dilapisi dengan tenaga dalam
memporak porandakan pertahanan mereka
buk buk buk buk
pukulan bertubi tubi menghajar kelima orang dari komplotan kelabang merah.
Aaadaaww
Aaawwww
Aduuuhhh
Tubuh mereka pada roboh dan tersungkur ditanah.
''Hahaha cuma segitukah kemampuan kelabang merah yang ditakuti itu.'' Ucap wira dan dewi harum.
''Jangan Jumawa dulu kau, akan ku robek mulutmu itu.'' Ucap dirga.
''Sadarlah kalian semua, sudah bangkotan dan bau tanah juga, masih aja kalian melakukan hal-hal yang kotor.'' Ucap wira jaya.
''Bedebah pake berceramah lagi, ayo teman-temen kita robek mulut orang ini.'' Ucap dirga.
Para komplotan kelabang merah, menyerang dan menggulung wiara jaya dan dewi harum.
Pertempuran wira dan dewi harum, kini banyak di tonton oleh warga kampung batu gambir, karena jumadi dan kohar yang memberi tau, mereka semua membawa senjata, golok , arit dan tombak dari bambu.
Dirga salah satu ketua dari mereka, melihat para warga pada berdatangan hatinya mulai gentar.
''Bisa-bisa komplotanku jadi bulan bulanan para warga, kenapa warga kampung batu gambir ini jadi pada berani.'' Ucap dirga didalam hatinya.
Tapi dewi harum dan wira sudah bisa membaca gelagat dari para komlotan kelabang merah itu, wira dan dewi harumpun tidak membiarkan mereka lolos begitu saja.
Sebruuuuttt, dewi harum melepaskan pukulan, plos pukulan dewi makan ruang kosong, tapi tidak di duga oleh komplotan kelabang merah, tangan kiri dewi harum menyambar dengan jurus elang menghantam samudra.
Buuk bukkk..
pukulan tangan kiri dewi harum menghantam ulu hati salah satu dari komlpotan kelabang merah, dan jarinya dewi harum yang keras bagaikan baja langsung merobek perut salah satu dari mereka.
Aaaaaaaaawwwww....
Dawiri namanya langsung roboh karena isi perutnya hampir keluar.
Dan temannya kaspar, barda, keling dan raspa, menyerang dewi harum dari empat penjuru, tapi mata dewi harum begitu tajam laksana matanya elang, dengan spontan dewi harum merubah kuda-kuda dengan jurus elang jatuh, ploooss terjangan keempat kawanan kelabang merah itu makan ruang kosong, melihat begitu dewi harum memasukin jurus elang seribu bayangan.
Buuuuk bukk buk buuukk
Sapuan kaki dan cakaran dewi harum menghantam mereka berempat.
Aaawww
Aaadaaaww, mereka pada terjatuh ditanah.
Sementara wira jaya didalam menggunakan jurus-jurus elang kuning, ditambah dengan senjatanya yaitu ampel kuning sangat cepat terlihat dari kilatan-kilatan ampel kuning yang tersinari cahaya bulan.
meliuk liuk bagaikan baling-baling kincir angin, dirga dan kawanannya merasa sangat kelelahan menghadapi satu orang wira jaya.
Kini sapuan kaki dan sabetan ampel kuning , tidak bisa di elakan lagi oleh mereka.
Buk buk buk buk taktak tak
Sapuan kaki dan sabetan senjata ampel kuning menghujani kepala mereka.
Aaaaaawwwww adaaaaaww.
Semua pada roboh dan tersungkur di tanah.
''Hayo tua bangkotan bangun, jangan cuma tiduran ditanah, mana nyali seorang kelabang merah itu.'' Ucap wira jaya.
''Kurang ajar kamu, kami belum kalah.'' Ucap dirga.
''Menyerahlah kalian semua, sebelum ku habisi satu persatu.'' Ucap dewi harum.
''Dan kalian semua akan ku bawa ke pengadilan kerajaan, atas tindakan kalian selama ini, yang banyak memeras rakyat dan sudah merugikan orang banyak.'' Ucap wira jaya.
''Dari pada kami menyerahkan pada kerajaan, lebih baik kami mati berkalang tanah.'' Ucap Kepala rampok itu.
''Baiklah kalau begitu, jangan salahkan kami, bila semua Warga kampung batu gambir menghabisi kalian.'' Ucap wira jaya.
''Banyak omong kau.'' Ucap dirga sambil menyerang wira jaya.
Ciaaaat....
Dirga dan kawanannya menyerang wira jaya, sampai tetes darah peghabisan.
Sebruuuuutt dirga dan kawanannya menghujani wira jaya dengan pukulan dan tendangan, tapi serangan mereka sia-sia saja karena wira jaya merubah jurusnya dengan jurus elang bayangan.
Plooossss serangan dirga dan kawanannya makan ruang kosong, melihat kawanan kelabang merah seperti sudah lupa kendali, wira jaya balik menyerang kawanan kelabang merah, dengan jurus elang menembus sukma.
Tak tak tak tak tak.
totokan jari Wira jaya berhasil menotok kepala mereka.
Blak blak blak blak blak
mereka semua pada roboh dan tersungkur di tanah, tidak bisa berdaya lagi karena kesakitan dan rasa lemas yang luar biasa.
Sementara Dewi harum juga berhasil melupuhkan lawannya dengan jurus elang dewa.
Disaat para komplotan kelabang merah sudah tidak berdaya, dewi harum yang sudah diliputi oleh dendam pada kelabang merah, menghunus pedangnya.
''Sekarang apa permintaan kalian yang terahir sebelum kalian meregang nyawa.'' Kata dewi harum sambil mengacungkan pedangnya ke atas.
''Taaahhhhaaaaaannn....
Teh harum, sebagai kesatria sejati pantang menghabisi lawan yang sudah tidak berdaya, teteh.'' Ucap wira jaya sambil menghalangi Dewi harum.
Dewi harum yang sudah gelap pandangan, disaat itu pula rasa amarahnya dikeluarkan dengan menebas pohon pohon yang ada disekitar situ.
Ciaat ciaat ciaattt
Dewi harum membabi buta melampiaskan amarah dendamnya pada pohon-pohon yang tidak berdosa.
''Kenapa kamu halangi saya de wira, biarkan mereka mati, atas perlakuannya padaku.'' Ucap dewi harum.
''Maapkan kami nona, atas kelakuan kami dulu padamu.'' Ucap para komplotan kelabang merah.
''Jumadii.'' Panggil wira jaya pada jumadi
''Iya kang wira, ada apa.'' Jawab jumadi.
''Panggil pak kepala kampung kesini.'' Ucap wira jaya.
''Baik kang.'' Jawab jumadi sambil bergegas pergi.
Tidak lama kemudian pak kepala kampung datang.
''Ada apa Wira?.'' Tanya pak kepala kampung.
''Begini pak, bawa mereka semua kepengadilan kerajaan, biar pengadilan kerajaan yang menghukumnya.'' Ucap Wira jaya.
''Tidak bisa kalau saya langsung kesana Wira, karena harus melewati dulu kademangan, baru pihak kademangan yang menyerahkannya kesana.'' Ucap pak kepala kampung.
''Ya sudah kalau Begitu, tunggu apa lagi.'' Kata Wira jaya.
''Ammpuunn kisanak jangan bawa kami kesana.'' Ucap dirga melas melas.
''Hahaha, hahaha, hahaha, bakar aja kang Wira, biar nanti abunya buat pupuk pala wija kita.'' Teriak para warga sambil menertawakan kawanan perampok kelabang merah.
''Iya kang.'' Ucap salah satu dari warga kampung batu gambir.
''Taahhaan...
Biarlah pengadilan kerajaan yang mengadili mereka semua.'' Ucap wira jaya.
Ahirnya para kawanan perampok kelabang merah, yang selalu bikin resah penduduk, berhasil diringkus, untuk dibawa ke kademangan, sedangkan satu dari kawanannya yang mati karena isi perutnya keluar oleh dewi harum, langsung dikubur oleh warga kampung batu gambir.
Ke esokan harinya jumadi datang ke tempat tinggalnya wira jaya.
''Sampu rasuun.'' Sapa jumadi.
''Rampeessss.''
Terdengar wira jaya menjawab dan membuka pintunya.
''Waaah dkira siapa.'' Ucap wira jaya.
''Iya kang, maap kalau saya mengganggu.'' Jawab jumadi.
''Tidak apa-apa jumadi, emangnya ada apa.'' Jawab wira jaya.
''Ya ingin saja main kesini kang.'' Jawab jumadi.
''Mau minum apa, kopi apa teh?.'' Tanya wira jaya.
''Kopi saja kang.'' Jawab jumadi.
Wira jaya lalu bikinin kopi buat tamunya yaitu jumadi.
''Nah pagi-pagi begini minum kopi sama umbi rebus pas banget jumadi.'' Ucap wira jaya sambil memberikan kopi dan umbi yang sudah di rebus.
''Begini kang sebenarnya saya kesini mau menyampaikan kabar, tapi kabarnya juga belum pasti benar apa tidaknya.'' Ucap Jumadi.
''Emang ada kabar apa, kalau belum pasti kenapa tidak di pasti'in dulu.'' Jawab Wira jaya.
''Begini kang, di kampung lebak haur, kata si pranata ada se orang pendekar yang wajahnya mirip dengan kang danang, dia selalu membawa se ekor raja wali di pundaknya.'' Ucap Jumadi.
''Apa berita itu benar mad?.'' Tanya wira jaya.
''Ya kan saya cuma menyampaikan, benar tidaknya mendingan tanya langsung pada pranata.'' Jawab jumadi.
''Ya sudah, nanti antar saya menemui pranata.'' Ucap wira jaya.
''Baik kang.'' Kata jumadi
Setellah itu wira jaya dan jumadi bergegas pergi dari tempat tinggalnya, hendak menemui pranata, untuk memastikan apa benar yang di lihatnya itu.
Kebetulan rumahnya pranata tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya wira jaya.
wira jaya dan Jumadi telah tiba didepan rumahnya pranata.
''Tok tok tok
Sampu rasuun.'' Ucap wira sambil mengetik pintu.
''Rampeesss.''
Terdengar dari dalam rumah menjawab, dan pintu rumahpun terbuka.
''Wah kang wira, dan jumadi, ada apa nih tumben-tumbenan.'' Ucap pranata sambil menyambut wira dan jumadi.
''Ada yang mau saya tanyakan padamu pranata.'' Ucap wira jaya.
''Oooh begitu, ayo masuk, ngobrolnya didalam saja biar enak.'' Ucap pranata.
Wira dan Jumadi pun masuk kedalam rumahnya pranata.
''Begini, saya dengar tdi dari jumadi, bahwa kamu pernah melihat seorang pendekar yang mirip sama kang danang.'' Ucap wira jaya.
''Ooh iya benar kang, kemarin waktu saya habis dari kampung lebak haur, ku berpapasan dengan seorang pemuda gagah dan tampan, berambut ikal dengan sorot matanya yang tajam, bertengker dipundaknya seekor burung elang, dan saya lihat lihat, wajahnya, hidungnya, rambutnya, mirip dengan kang danang.'' Ucap pranata.
''Terus dia mau kemana kira-kira?.'' Tanya wira jaya.
''Dia berjalan keselatan timur, ya kurang tau dia mau kemana.'' Ucap pranata.
''Ya terima kasih atas kabar yang kau berikan, dan ini jadi menguatkan pirasat saya, kemungkinan darma seta masih hidup saya yakin itu.'' Ucap wira jaya.
Setelah beres dengan yang dibicarakannya, wira jaya dan jumadi berpamitan sama pranata.
Wira jaya tidak pulang kerumahnya, melainkan ketempatnya dewi harum, sedangkan jumadi pulang kerumahnya, mereka berpisah, karena beda arah.
Setibanya di rumahnya dewi harum, wira jaya menceritakan perihal, atas kabar yang diterimanya dari pranata.
''Menurut teteh gimana, mau mencarinya apa kita nunggu keajaiban dari sang pencipta.'' Ucap wira jaya.
''Iya teteh akan mencarinya, de wira.'' Ucap dewi harum.
''Terus gimana kalau pemuda itu cuma mirip aja teteh?.'' Tanya wira jaya.
''Seorang ibu dengan anaknya ada kontak batin yang kuat de wira, dan satu ciri yang tidak bisa di bohongi.'' Ucap dewi harum.
''Apa tuh yang menjadi cirinya?.'' Wira bertanya.
''Ada tanda hitam menggurat lurus ditelapak tangan kirinya, sejajar dengan garis tangan tangannya yang lurus satu arah.'' Jawab dewi harum.
''Waah waaah itu garis tangan yang langka, namanya garis tangan tapak jalak.'' Ucap wira jaya.
''Besok kita berangkat de wira, maapkan teteh ya, sudah banyak nyusahin de wira.'' Ucap dewi harum.
''Iiih teh harum jangan bilang begitu, karena saya sangat sayang pada kakang danang, teh harum, juga darma seta.'' Ucap wira jaya.
''Terima kasih ya de wira jasamu sungguh tiada tara, harus dengan apa teteh membalas kebaikan de wira.'' Ucap dewi harum sambil memeluk wira jaya, karena terharu dengan ketulusan hatinya wira jaya.
''Iiih teteh jangan begitu, takut ada yang lihat nanti malah jadi pitnah.'' Ucap wira jaya.
''Maapkan teteh ya, habisnya de wira serasa kang danang, sama tulusnya dalam mengemban amanat.'' Ucap dewi harum sambil melepaskan pelukannya.
''Saya juga minta maap, karena saya tidak bisa menjaga kang danang, yang ahirnya teteh harus kehilangan suami tercinta.'' Ucap wira jaya.
''De wira jangan menyalahkan diri sendiri, mungkin ini juga sudah menjadi kehendak sang pencipta.'' Ucap dewi harum.
Setelah wira jaya dan dewi harum, ngobrol panjang lebar, ahirnya wira, pamitan pada dewi harum, karena tidak enak lama-lama ditempat wanita, apalagi wanita itu seorang janda cantik rupawan, takut nanti jadi pitnah.
Setelah dewi harum ditinggal wira, dia nampak sedih, karena suasana jadi sepi, dewi harum kini terbawa oleh lamunannya, wajah danang jaya kini muncul dalam lamunan dewi harum.
Danang jaya seperti datang dan tersenyum manis padanya dan berkata.
''Janganlah sedih istriku, meski aku telah pergi meninggalkanmu untuk selamanya, karena ku tenang, de wira selalu ada untuk membantumu, dia adiku satu-satunya yang paling setia dan baik hati, jadikanlah de wira teman dalam suka dan dukamu, dan masalah anak kita, nanti juga kamu akan bertemu, dia sudah tumbuh menjadi manusia yang gagah kuat dan pemberani.'' Ucap danang jaya dalam lamunannya dewi harum.
Serentak dewi harum kaget, saat tersadar dari lamunannya.
''Kakang kakang.'' Teriak dewi harum sambil terisak menangis.
''Apa maksudnya kang danang bilang begitu, saat ku lagi melamun, seperti nyata.'' Ucap dewi harum berkata sendiri.
Kini malampun telah datang, untuk menyejukan bumi, yang telah kepanasan disiang harinya.
Dewi harum duduk merenung sambil membuka jendela, dan menatap ke arah rimbunnya pepohonan yang ada di samping rumahnya.
Dewi harum kepikiran terus tentang bisikan almarhum suaminya, yang menyuruh, menjadikan wira jaya teman suka dan duka.
''Padahal ku juga mulai menyukai de wira, selain tampan, de Wira juga sangat perhatian padaku.'' Ucap dewi harum didalam hatinya.
Tak terasa malampun telah berlalu, dewi harum kini mulai menutup jendela dan merebahkan badanya, dengan mata menatap ke langit-langit kamar, kini wajah adik iparnya itu terus membayang bayangi dikelopak matanya.
Dan ahirnya dewi harum tertidur, dan lamunan dewi harum, sampai terbawa di dalam mimpinya, dalam mimpi dewi harum bersama wira jaya berada disuatu tempat yang sangat indah, dengan dipenuhi tanaman bunga bunga disekelilingnya.
''Teh harum ku sebenarnya sangat sayang padamu'', ucap wira jaya di alam mimpi.
''Ku juga begitu de wira, sambil rebahan di dada wira jaya.
Dan wira jaya membelai rambut dewi harum yang panjang terurai.
Didalam mimpi dewi harum terlena oleh wira jaya yang sangt tampan, wira jaya memeluknya dan menciumnya, dengan ciuman-ciuman yang lembut, kini gairah asmara dewi harumpun bangkit.
Wira jaya terus menciumi dewi harum, sambil membelai mesra.
Di saat mereka mau melakukan hal yang tidak pantas dilakukan, oleh pasangan yang bukan suami istri, tiba-tiba dewi harum terbangun dari tidur.
''Oooh rupanya ini cuma mimpi, tapi kenapa kaya beneran, apakah de wira akan menggantikan kang danang yang telah tiada.'' Berkata dewi harum dalam hatinya.
Setelah bangun dari mimpinya, dewi harum tidak bisa melanjutkan tidurnya, sampai waktu pagi datang.
☆☆☆☆•••••••☆☆☆☆
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!