Suasana siang yang sedikit menyengat, Saat itu Geisha sengaja hari ini datang ke perusahaan tanpa memberi tahu dulu pada suaminya, karena ia ingin memberi kejutan di mana hari ini adalah anniversary pernikahan mereka.
Dengan langkah mantap, ia pun berjalan menuju ruang CEO sambil menyapa para karyawan yang sedang berlalu lalang di perusahaannya peninggalan orang tuanya itu.
Saat pintu CEO di buka, mata Geisha langsung terbelalak saat melihat suaminya sedang bermesraan dengan sahabatnya yang ia pekerjaan di perusahaannya itu sebagai manager pemasaran, saat itu mereka sedang berciuman. Seketika kue yang sudah ia buat sendiri dengan tangannya jatuh ke lantai dan hancur.
"Mas, Gina, apa-apaan kalian ini? Kenapa kalian berciuman? Apa kalian selingkuh di belakang ku?" tanya Geisha seketika membeku di depan pintu.
Aldi yang tadi sedang asik bersama Gina merasa terganggu dan menatap istrinya dengan tatapan sayup.
"Berhubungan kamu sudah tahu sekarang, terpaksa aku akan mengakui semuanya. Benar, aku dan Gina berselingkuh, kami saling mencintai dan akan segera menikah? Sekarang kamu mau apa? Mau bercerai?" tanya Aldi memiringkan kepalanya dengan senyum sinis menatap istrinya itu.
"Mas... Kenapa kau lakukan ini! Aku ini istrimu! Aku sudah memberikan segalanya pada mu, aku juga sudah baik pada keluarga mu. Meskipun aku tahu kau dulunya hanyalah karyawan biasa di perusahaan ku dan belum banyak pengalaman memimpin perusahaan ini, bahkan aku rela memberi posisi CEO ku berikan padamu agar kau mengurus perusahaan mendiang ayah ku karena aku sangat percaya padamu, lantas kenapa kau malah berselingkuh! Kenapa kau lakukan ini pada ku Mas!" teriak Geisha tak mengerti, kenapa suaminya tega menghancurkan pernikahan mereka. Perlahan-lahan air matanya jatuh ke pipi merasakan sakit hati yang dalam.
Gina pun berdiri dari pangkuan Aldi dan berjalan berlenggok mendekati Geisha dengan tersenyum licik.
"Aduduh Geisha, kamu itu benar-benar polos sekali ya, kamu pikir Aldi benar-benar mencintai mu? Asal kamu tahu, Aldi sebelum menikah dengan mu dia adalah kekasih ku, aku yang selama ini membantu mu dan Aldi untuk mendekat dan menikah, coba kamu pikirkan, untuk apa semua ini kami lakukan?" tanya Gina memegang dagu sahabatnya itu dengan tersenyum miring.
Geisha menghempaskan tangan Gina dengan kasar, air matanya jatuh begitu saja dan ia menyekanya dengan cepat.
"Kalau kau ingin bercerai, maka hari ini kita bercerai sekarang juga. Jadi kalian berdua pergi dari perusahaan ku sekarang juga!" teriak Geisha dengan nafas yang memburu karena amarah.
"Pergi dari perusahaan ini? Ha ha ha ha, asal kamu tahu, perusahaan ini sudah menjadi milik aku dan Aldi, tanpa sepengetahuan mu, kami diam-diam membalikkan nama perusahaan ini menjadi milik Aldi, kalau kau ingin bercerai maka kau yang pergi dari sini, perusahaan ini bukan lagi milik mu," ucap Gina tertawa renyah merasakan kebahagiaan tiada tara.
"Apa kamu bilang? Kalian sudah mengambil alih perusahaan ku menjadi milik kalian?" tanya Geisha dengan mata memerah, tubuhnya bergetar, ia menggenggam erat tangannya dengan erat.
Aldi menunjukkan sebuah berkas surat pengalihan perusahaan dari milik Geisha menjadi nama Aldi.
Tangan Geisha gemeteran memegang berkas tersebut, darahnya bergejolak, semua impian ingin hidup bahagia selamanya dengan suami tercinta pupus sudah.
"Dan asal kamu tahu, aku sengaja meminta kamu memecat Pak Azam asisten kepercayaan mendiang Papa mu, itu karena Pak Azam sudah mengetahui jika aku dan Gina akan mengambil alih perusahaan ini. Berhubungan dia sudah tidak ada lagi, maka rencana kami berjalan dengan lancar, dan akhirnya aku berhasil mengambil alih perusahaan ini menjadi milik ku," ucap Aldi sambil memeluk Gina dan mencium Gina lagi dan bermesraan di depan Geisha.
"Ah Aldi, kamu nakal deh, kan di depan kita masih ada istri mu," ucap Gina dengan suara manja yang membuat hati Geisha semakin panas.
Karena sudah tak tahan lagi, Geisha pun berlari ke arah Gina dan Aldi, ia sangat ingin merobek mulut mereka dan mencakar wajah mereka.
Tapi Gina malah mendorongnya ke jendela yang terbuka itu, membuat Geisha terjatuh dari jendela tersebut. Untungnya Geisha berhasil bergelantungan di pinggir jendela itu.
"Tolonggggg! Tolong aku Mas!" teriak Geisha sangat ketakutan saat melihat kebawah, karena ia bergelantungan berada di lantai 10.
Gina mengambil sebuah gunting, lalu menancapkan gunting itu di jari-jari Geisha dengan kuat. Geisha sudah tak tahan lagi bergelantungan dan akhirnya terjatuh ke bawah.
"Aaaaaaaaaaaaa! Tolonggggggggg!" teriaknya kencang, dan pada akhirnya ia mendarat di ke bawah.
Brukk!
Hantaman keras itu membuat kepalanya pecah dan darah segar mengalir membasahi tubuhnya.
Perlahan-lahan kesadaran Geisha menghilang, tapi ia melihat Aldo dan Gina saling berpelukan dari lantai sepuluh itu sebelum kematiannya.
'Tuhan, aku tidak rela mati seperti ini, sungguh aku tak rela! Tolong beri aku kesempatan sekali lagi, atas nama kematian ku beri aku kesempatan sekali lagi untuk merubah hidup ku.'
Setelah mengatakan itu, Geisha menutup matanya dan ia pun benar-benar kehilangan kesadarannya.
Semua orang terkejut karena ada orang jatuh dari lantai atas, semuanya pun turun untuk melihat kejadian tersebut. Para karyawan panik, ada yang menelpon Polisi, ada menelpon ambulance juga. Sementara Aldi dan Gina tersenyum bahagia atas kematian Geisha.
******
Tiba-tiba saja ia terbangun karena terdengar suara bising di ruang tamu. Geisha terkejut karena saat itu ia berada di kamarnya.
Ia merasa nyeri di kepalanya, seolah-olah baru saja mengalami kejadian yang sangat buruk.
"Ughhh! kenapa kepala ku sakit sekali? Kenapa aku di kamar ku? Bukannya aku sudah mati?" tanyanya bingung.
Geisha memegang kepalanya, seperti ada sebuah ingatan masa lalu di kepalanya yang di putar ulang. Ia ingat jika menangkap basah perselingkuhan suaminya dan sahabatnya di kantor, dan pada akhirnya ia mati jatuh dari lantai 10 dengan mengenaskan.
Ia melihat seluruh tubuhnya utuh, ia juga bercermin dan melihat tubuhnya baik-baik saja dan tidak ada terluka, ia ingat jika potongan rambutnya itu adalah potongan tiga tahun lalu atas permintaan Gina, karena menurut Gina ia terlihat cantik dengan potongan seperti ini, tapi sebenarnya tampilannya malah seperti orang udik.
Geisha pun melihat sebuah kalender yang ia lingkari dan tertera jika kalender itu tahun 2022, sementara ia mati tahun 2025. Itu artinya ia kembali ke masa lalu.
"Apa yang terjadi? Apa aku kembali ke masa lalu?" tanyanya lagi. Ia juga mendengar sebuah pertengkaran Pak Azam, asisten kepercayaan mendiang ayahnya dengan Aldi sebelum Pak Azam ia pecat atas permintaan Aldi.
"Jadi benar sekarang... aku benar-benar kembali ke masa lalu, tiga tahun lalu sebelum Pak Azam ku pecat? Karena aku sudah kembali ke masa lalu, maka aku akan balas dendam pada suami brengsek dan sahabat bejat itu. Tunggu pembalasanku Aldi, Gina dan keluarga besar Aldi, ku buat kalian jadi gelandangan," ucap Geisha penuh tekad.
Geisha pun menendang pintu kamarnya dan melihat Aldi dan Pak Azam sedang bertengkar hebat, Geisha pun semakin percaya jika ia memang terlahir kembali.
"Kamu jangan asal bicara Azam! Aku sangat menyayangi istriku! tidak mungkin aku mengambil alih perusahaan mendiang ayahnya! tidak mungkin! Kau jangan asal menuduh ku sembarangan!" bentak Aldi menunjuk-nunjuk jarinya ke arah Pak Azam dengan mata membulat.
"Tapi aku melihat sendiri jika kau melakukannya, ingin mengganti nama perusahaan itu menjadi milik mu," jawab Pak Azam bersikeras.
"Mana buktinya jika aku melakukannya!" teriak Aldi tak terima.
"Berhenti bertengkar!" ucap Geisha berjalan mendekat ke arah Pak Azam.
Melihat Geisha datang, Aldi pun langsung berlari menghampiri Geisha. "Sayang, kamu lebih baik pecat Pak Azam, dia sudah menuduh ku sembarangan, dia Memfitnah ku! Dia menuduhku mengambil alih perusahaan mu, mana mungkin aku melakukan itu pada mu sementara aku sangat mencintaimu," ucap Aldi dengan wajah memelas meminta keadilan dari istrinya itu.
Ucapan itu adalah kata-kata manis Aldi tiga tahun lalu, mungkin dulu ia percaya dengan kata-kata Aldi, tapi sekarang ia bukan dirinya yang dulu lagi, ia sudah tahu semua kebusukan Aldi. Ia tidak akan jatuh pada kesalahan yang sama.
"Nyonya, saya melihat sendiri jika Tuan Aldi ingin mengambil alih perusahaan Anda," ucap Pak Azam sambil menundukkan kepalanya memberi hormat kepada majikannya itu.
"Mana buktinya? Kau tidak punya bukti kan? Sayang, pecat dia sekarang, aku sungguh tak bisa terima dengan tuduhannya!" ucap Aldi memohon tapi sebenarnya memaksa.
Jika dulu ia langsung memecat pak Azam, tapi sekarang apa pun yang terjadi, ia akan mempertahankan Pak Azam.
"Kenapa aku harus memecatnya? Dia adalah asisten kepercayaan Papa ku, memang kamu siapa memerintah ku?" tanya Geisha menatap Aldi sambil mengangkat alisnya.
"Aku ini suami mu, kau harus mendengarkan ucapan ku!" ucap Aldi tak percaya jika Geisha malah melawan, bukannya selama ini istrinya itu sangat penurut.
"Tapi itu adalah perusahaan ku, aku berhak memecat siapa pun yang ingin ku pecat, dan aku berhak mempertahankan siapa pun yang ingin aku pertahankan," jawab Geisha tegas dan lugas.
"Tapi kan aku CEO sekarang," ucap Aldi tak terima.
"Oke, mulai sekarang kau di pecat dari jabatan CEO dan tidak di perbolehkan menginjak selangkah pun dari ruang CEO, karena aku sendiri yang akan memimpin perusahaan ku kembali," jawab Geisha berdiri di depan Aldi sambil mengangkat dagunya. menatap tajam ke arah suaminya itu.
"Apa? Kenapa kau tiba-tiba ingin memimpin perusahaan? Bukannya dulu aku bilang kau akan mempercayai semua perusahaan pada ku? Kenapa sekarang berubah? Jika kau menjabat menjadi CEO, lantas aku jadi apa di perusahaan?" tanya Aldi terlihat panik dan kecewa.
"TERSERAH! Mau kembali jadi karyawan biasa seperti dulu lagi juga boleh, mungkin mau jadi tukang sapu juga nggak apa-apa. Dan satu lagi, mulai hari ini, aku tidak akan pernah menafkahi keluarga mu lagi. Jadi silakan kau nafkahi keluarga mu sendiri," jawab Geisha ketus lalu menarik tangan pak Azam ke ruang kerjanya.
Aldi melongo mendengar ucapan Geisha, ia tak menyangka jika istrinya yang selama ini baik dan penurut kepada keluarga besarnya, tiba-tiba berubah.
Di dalam ruang kerjanya, Geisha duduk di kursi dengan wajah menatap ke meja dengan tatapan kosong.
Saat itu Pak Azam berdiri di depan Geisha menunggu perintah. Di dalam ruangan terasa sepi mencengkram karena Geisha tak kunjung berbicara.
Geisha pun pun mencari-cari dokumen yang ada di meja tersebut. "Pak Azam, di mana dokumen yang ingin di ambil alih oleh Aldi, berikan kepada ku," ucap Geisha.
Pak Azam terkejut, bukannya selama ini Geisha sangat mempercayai ucapan Aldi. Tapi tiba-tiba Geisha mempercayainya, ini sungguh sangat aneh, apa lagi ia sama sekali tak punya bukti karena sudah menuduh Aldi yang akan mengambil alih perusahaannya, meskipun Aldi memang ingin mengambil alih perusahaan Geisha.
"Ja-jadi, Nyonya percaya pada saya?" tanya pak Azam.
"Ya, pak Azam adalah orang kepercayaan Papa, hanya saja selama ini aku yang buta karena lebih mempercayai Aldi dari pada Anda. Maaf jika selama ini sudah merepotkan Anda, membuat Anda selalu dalam masalah," ucap Geisha tulus, tapi ia tak berani menatap Pak Azam karena selama ini ia merasa bersalah.
"Baik Nyonya, saya sendiri akan ambilkan langsung dari perusahaan," ucap Pak Azam menundukkan kepalanya menuruti perintah Geisha.
Pak Azam pun berjalan keluar dari ruang kerja Geisha dan berjalan menuju keluar dari rumah, ia masuk ke dalam mobil dan mobil itu melaju di jalanan menuju perusahaan.
Geisha mengambil laptop lalu membukanya, ia ingin melihat data perusahaan, apakah ada yang di manipulasi oleh Aldi atau tidak. Ia tidak akan membiarkan masa depan terulang kembali dan mati mengenaskan.
Tiba-tiba Aldi masuk ke dalam ruang kerja dengan wajah marah, ia membuka pintu ruang kerja dengan kasar.
"Geisha, kamu kenapa seperti ini sih? Selama ini aku sudah berjuang dengan sekuat tenaga untuk memajukan perusahaan kita. Sekarang ini Aku punya proyek besar yang akan di luncurkan, jika tiba-tiba kamu menjabat jadi CEO proyek itu akan hancur, ini juga demi kebaikan perusahaan kita, masa depan perusahaan kita agar terkenal," ucap Aldi meminta pengertian istrinya yang tiba-tiba berubah itu.
"Kita? Sejak kapan perusahaan ku menjadi milik bersama? Dan proyek yang kau bilang itu apa benar untuk memajukan perusahaan? Bukan untuk diri mu sendiri?" tanya Geisha meletakkan tangannya di meja menopang dagunya menatap suaminya yang berdiri di hadapannya penuh dengan emosi.
"Kamu bicara apa sih? Mana ada aku melakukan itu? Semuanya Murni untuk perusahaan. Atau jangan-jangan kamu percaya dengan ucapan Azam tadi jika kau ingin mengambil alih perusahaan?" tanya Aldi dengan nafas memburu. Darahnya mendidih karena Istirnya lebih percaya pak Azam dari pada dirinya.
"Wajah jika aku percaya dengan Pak Azam, karena dia sudah bekerja puluhan tahun dengan Papa ku lalu bekerja lagi dengan ku dan sekali pun tidak pernah berkhianat, aku justru meragukan kesetiaan mu. Apa kau benar-benar mencintai ku atau hanya mencintai harta ku? Aku ingat kau punya teman bernama Gina, aku juga ingat jika kalian sangat dekat, jangan-jangan kalian pacaran ya?" tebak Geisha sambil melayangkan senyumannya.
Aldi tersentak dengan tuduhan Geisha. Tapi ia harus tetap tenang menjawab pertanyaan istrinya itu. "Aku... Aku hanya kenal saja, tidak dekat sama sekali, aku sudah punya istri sempurna seperti mu, bagaimana mungkin aku memiliki seorang kekasih? Kamu jangan pikir yang aneh-aneh deh. Jangan-jangan otak mu di cuci oleh Azam sehingga kau berubah. Makanya aku bilang pada mu untuk memecatnya saja, dia udah pengaruh buruk untuk mu," ucap Aldi memperingati.
"Siapa kamu memerintah ku untuk memecat orang? Kau itu hanya suami di atas kertas. Sekarang kamu keluar dari ruang kerja ini. Mulai hari ini, ruang kerja ini hanya boleh aku dan Azam masuk, kau... Tidak di izinkan masuk ke dalam ruang kerja ini!" ucap Geisha tegas menatap tajam ke arah Aldi.
"Hey apa maksud mu? aku ini suami mu! Ini rumah kita bersama, kenapa hanya boleh kau dan Azam saja yang masuk?" tanya Aldi marah besar, ia tak terima dengan perlakuan Geisha yang membatasinya.
"Ini rumah warisan orang tua ku. Kau adalah karyawan biasa yang aku nikahi, minimal kah sadar diri lah menumpang hidup dengan ku, kalau kau tidak suka, kau boleh pergi dari rumah ku sekarang juga. Pintu rumah ku terbuka lebar jika kau ingin pergi," ucap Geisha mempersilakan dengan tangan terbuka.
Aldi merasa sangat marah, ia langsung keluar dari ruang kerja tersebut dengan mendengus kesal. Ia pergi dengan langkah berat.
Melihat Aldi pergi, Geisha melipat tangannya sambil tersenyum sinis. "Akan ku buat kau menderita Aldi! Lebih menderita dari apa yang sudah kau lakukan aku di masa depan. Aku akan membuat kau dan kekasih mu itu menjadi gelandangan. Ini hanya permulaan, karena akan ada permainan besar-besaran yang akan aku ciptakan untuk mempermainkan hidup mu," gumam Geisha lirih.
Ia pun kembali fokus melihat laptopnya dan melihat data perusahaannya dan mencari tahu apa saja yang sudah di lakukan oleh Aldi selama ia menjabat menjadi CEO.
Pak Azam bergegas menuju rumah sambil membawa sebuah amplop cokelat tua berisi dokumen penting dari perusahaan terjepit erat di tangannya.
Ini bukan sekadar dokumen biasa, ini adalah kunci besar yang menentukan masa depan perusahaan.
Sesampainya di depan gerbang rumah megah itu, sebelum sempat ia menekan bel, Aldi sudah muncul, wajahnya memerah menahan amarah.
Tubuhnya yang tegap menghalangi jalan Azam. "Azam! Berikan dokumen itu sekarang juga!" bentak Aldi, tangannya mengepal, siap merebut amplop tersebut.
Azam berdiri tegak, matanya tak gentar menatap Aldi. Ia tahu resikonya jika sampai dokumen itu jatuh ke tangan Aldi.
"Maaf, Tuan Aldi," jawab Azam dengan suara tenang namun tegas, "Dokumen ini sangat penting dan saya tidak berwenang memberikannya kepada Anda tanpa seizin Nyonya Geisha." Ia melindungi amplop itu di balik tubuhnya, seperti melindungi harta yang tak ternilai harganya.
"Cepat berikan!" bentak Aldi, wajahnya merah padam menahan amarah.
Suara kerasnya menggema hingga terdengar oleh Geisha yang ada di ruang kerja tersebut. Tapi Azam bertahan memegang amplop cokelat tua berisi dokumen penting itu.
"Maaf, Tuan Aldi," jawab Azam, suaranya terdengar tegas tidak ingin menuruti keinginan Aldi. "Saya telah bersumpah untuk melindungi dokumen ini sampai sampai ke tangan Nyonya. Ini adalah tanggung jawab saya." Ia memegang erat amplop itu, seolah-olah itu adalah nyawanya sendiri.
Aldi, tak tahan lagi, kesabarannya sudah habis, ia mengulurkan tangannya, berusaha merebut amplop tersebut. Namun, Azam dengan sigap menghindar. Seketika itu juga, terjadilah perebutan dokumen yang menegangkan. Keduanya menarik amplop itu dengan sekuat tenaga.
"Cepat berikan dokumen itu! Atau aku akan mengusir mu dari sini!" bentak Aldi, amarahnya memuncak. Ia menarik kuat amplop cokelat tua itu, namun Azam dengan gigih mempertahankan dokumen penting tersebut.
Tiba-tiba dari belakang, Geisha muncul melihat pertengkaran mereka berdua lagi.
"Siapa kamu yang berani mengusirnya?" Geisha muncul mengejutkan Aldi dan Azam.
Aldi, yang tadinya penuh amarah, seketika terpaku. Wajahnya berubah pucat. Ia melepaskan tarikannya pada amplop itu, langkahnya mundur. Dengan panik, ia berlari ke arah Geisha, meraih tangannya erat-erat.
"Sayang, sayang… Azam itu berbohong! Dia sengaja memfitnahku untuk membuat kita bercerai! Tolong, jangan percaya padanya lagi!" Aldi memohon dengan suara lirih, matanya berkaca-kaca.
"Kalau begitu, mari kita bercerai," ucap Geisha dengan suara tenang namun tegas, membuat Aldi tersentak kaget. Ia tak menyangka Geisha akan mengatakan hal tersebut.
"Sa-sayang… apa maksudmu? Kenapa kita harus bercerai? Kita kan sudah berjanji akan sehidup semati! Kenapa tiba-tiba kamu minta bercerai? Aku… aku tidak mau bercerai denganmu, sayang. Aku benar-benar sangat mencintaimu!" Aldi memohon dengan suara bergetar, ia terlihat takut dan panik.
Bukan hanya cinta dan hidupnya, tetapi juga kekayaannya. Perceraian berarti kehilangan akses terhadap sumber keuangannya.
Geisha menatap Aldi dengan tatapan datar, tanpa sedikit pun rasa simpati. "Kamu mencintaiku, atau kamu mencintai harta kekayaanku?" tanyanya, suaranya dingin menusuk. Ia sudah lelah dengan kepura-puraan Aldi, berpura-pura mencintainya.
Sebenarnya Geisha merasa mual. Kata-kata cinta Aldi terasa menjijikkan di telinganya. Ia ingin muntah mendengarnya.
"Ya, cintaku padamu, Sayang. Aku mencintaimu dengan tulus dari lubuk hatiku yang terdalam. Sekalipun kau tak punya harta sedikit pun, selamanya aku akan tetap mencintaimu," ucap Aldi dengan wajah memelas, berusaha meyakinkan Geisha.
Ia mencoba menyakinkan Geisha membuat ia terkesan bersungguh-sungguh yang amat dalam.
Geisha tersenyum tipis, "Baiklah, kalau begitu," katanya, suaranya terdengar tenang menantang. "Mari kita hidup susah bersama. Aku akan mendonasikan seluruh harta kekayaanku kepada panti asuhan dan yayasan amal. Rumah ini pun akan kuberikan kepada panti jompo. Bagaimana menurutmu?" Geisha menatap Aldi, menunggu reaksi pria itu. Ini adalah ujian terakhir untuk mengukur ketulusan cinta Aldi.
Aldi terlihat panik. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin membasahi dahinya. Ia gugup, ketakutan tergambar jelas di matanya. Mana mungkin ia rela hidup miskin? Kemewahan dan kekayaan yang selama ini dinikmatinya mana mungkin ia rela berpisah dengan kekayaan Geisha.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!