NovelToon NovelToon

My Dad Is Billionaire

Prolog

Asalam mualaikum.

Tak kenal, maka tak sayang. Begitulah kata papatah, jadi author akan memperkenalkan nama-nama Tokoh terlebih dahulu.

Luffi, pria berusia tiga puluh tahun, berbadan kekar dan berparas tampan kaya author. Ibu Luffi telah lama meninggal disaat Luffi sudah berkuliah, sedangkan ayah Luffi merupakan pengusaha terkaya di Negara I. Namun Luffi telah lama di asingkan oleh ayahnya karena kehadiran orang keempat dalam keluarganya.

Luffi, mempunyai seorang istri bernama Alice. Alice merupakan gadis berusia dua puluh lima tahun, berparas cantik dan mempunyai tubuh seksi seperti gitar Spanyol.

Dulu Luffi mengenal Alice, saat mereka kuliah bersama di salah satu Universitas di Serang, yang bernama UNSERA (Universitas Serang Raya). Awalnya mereka hanya berteman dekat, hingga pada akhirnya mereka menikah dan memiliki seorang anak gadis cantik bernama Clara.

Sebenarnya Orang tua Alice tidak menyetujui pernikahan antara mereka berdua, karena dia menganggap Luffi sebagai orang miskin dan tidak jelas asal-usulnya.

Laras (Ibu Alice) menginginkan seorang menantu yang kaya tidak miskin seperti Luffi, sedangkan Damar (Bapak Alice) ingin punya seorang menantu yang mempunyai usaha milik sendiri.

Luffi memang seorang pemuda miskin yang hidup sebatang kara, tapi dia merupakan pemuda yang pintar dan ahli beladiri, hanya saja nasib dia kurang beruntung.

Walaupun demikian, Alice tetap menerima Luffi apa adanya. Karena ia sudah sangat mencintai pemuda itu, dan menurut dia harta dapat di cari, sehingga ia sangat bersikeras untuk menikah dengannya.

Pada akhirnya, Laras dan Damar hanya bisa merestui pernikahan antara mereka berdua. Meskipun sebenarnya mereka tidak pernah suka terhadap Luffi, bahkan menganggapnya sebagai benalu di dalam keluarga mereka.

Setelah menikah dan di karuniai seorang anak perempuan, pada akhirnya Luffi memilih untuk hidup mandiri bersama istri dan anaknya. Dia tidak ingin bergantung lagi dengan mertuanya yang selalu menganggap rendah dia.

Luffi mengambil sebuah perumahan kecil di Kota Cilegon. Alasan dia mengambil sebuah perumahan di Kota Cilegon, pertama karena uang muka yang murah dan cicilannya ringan. Kedua, karena lokasinya dekat dengan tempat kerja mereka, sehingga mereka dapat berbagi waktu dengan anaknya.

Setelah hidup mandiri, akhirnya mereka dapat merasakan kebahagiaan bersama keluarga kecilnya. Namun semua itu tidak berlangsung lama, karena terjadi gejolak di antara keluarga kecil mereka.

Semua berawal dari putri kecil mereka yang sakit keras, dan ditambah lagi oleh si mertua yang selalu membesar-besarkan masalahnya.

Clara mengalami penyakit yang serius, di usia balitanya. Sehingga harus di rawat di Rumah Sakit, untuk mendapatkan perawatan intensip.

Sudah selama tiga minggu Clara berada di dalam ruang inap. Luffi dan Alice yang selalu berjaga secara bergilir, terkadang Laras dan Anissa (adik, Alice) juga ikut menjaganya.

°°°°

Luffi sedang berjalan di tengah ramainya kota, sambil membawa sekotak kue bolu coklat kesukaan Clara, anaknya.

"Akhirnya Aku bisa membelikan kue bolu kesukaan putriku," gumam Luffi dalam hati sambil tersenyum puas, melihat kotak kue di tangan kanannya.

Kemudian di tengah perjalanannya, tiba-tiba Luffi di hadang oleh sekelompok orang asing berbadan kekar dan berotot. Mereka semua memakai pakaian serba hitam, kacamata hitam dan berkulit hitam. Di bagian belakang kelompok pria serba hitam itu, ada seorang pria paruh baya dengan penampilan elegan berjalan menghampiri kearah mereka.

Pria paruh baya tersebut merupakan seorang Bos dari kelompok pria yang menghadang Luffi.

Setelah berjarak setengah meter, pria paruh baya itu membungkukan badannya memberi hormat kepada Luffi.

"Tuan muda Luffi, sudah lama kita tidak bertemu," ucap pria itu sopan dan berdiri tegak kembali.

Luffi mengerutkan keningnya, dia mengenal sosok pria paruh baya di hadapannya.

"Paman Candra! Kenapa Paman ada disini? Lalu untuk apa Paman menghalangi jalan, Ku?" Luffi bertanya dengan nada tinggi, karena merasa tidak senang akan tindakan yang di lakukan oleh pria paruh baya itu.

Pak Candra adalah Asisten pribadi ayah Luffi, dan dia merupakan orang kepercayaannya.

"Aku sudah lama mencari keberadaan Tuan Luffi, kebetulan Aku mendapatkan informasi bahwa Tuan Luffi berada di Kota ini," ucap pak Candra sopan.

"Mencari, Ku? Untuk apa Paman mencariku?!" Luffi merasa penasaran, kenapa tiba-tiba pak Candra sampai mencari dia setelah sekian tahun lamanya.

"Apakah Dia, ingin Aku kembali ke rumah?!" Tanya Luffi sambil menaikan alis sebelah kiri.

"Benar Tuan! Sekarang keadaan Tuan Ricky sedang sakit, Beliau sangat ingin bertemu dengan Anda. Bahkan, Beliau sendirilah yang meminta Aku untuk mencari keberadaan Tuan muda Luffi, dan mengajak Tuan muda kembali pulang ke rumah," ucap pak Candra dengan nada serius menjelaskan pada Luffi.

Luffi terdiam sejenak, dia merasa kasihan saat mendengar kabar tidak baik tentang keadaan ayahnya. Namun dia merasa kesal dan benci, saat teringat dengan tragedi yang menimpa dia dan ibunya dulu.

"Untuk apa orang tua itu mencariku? Bukan dia sudah membuangku dan Ibuku!" Luffi emosi mengingat bahwa ayahnya sendirilah, yang menelantarkan dia dan ibunya hanya demi wanita lain.

"Paman pasti tahu jawabanku! Jadi pergilah dan jangan ganggu kehidupanku lagi-!" lanjut Luffi sambil berjalan meninggalkan pak Candra dan pengawalnya.

Pak Candra tidak menahan kepergian Luffi, karena dia tahu seperti apa kelakuan Tuan Ricky terhadap Luffi dan ibunya dimasa lalu.

"Tuan Ricky menginginkan anda meneruskan semua perusahaan Beliau, dan wanita ****** yang di maksud Tuan, dia telah lama pergi," teriak pak Candra, menjelaskan alasan Tuan Ricky, untuk mencarinya.

Luffi berhenti dan membalikan badan setelah mendengar teriakan pak Candra, yang sangat membuat dia tertarik adalah wanita simpanan yang telah merebut ayahnya telah tiada.

"Aku tidak peduli, dan tidak butuh harta atau kekuasaan dari Ayah. Karena Aku sudah hidup bahagia dengan keluarga baruku, jadi tolong jangan ganggu kehidupanku lagi," ucap Luffi lalu berbalik badan melanjutkan langkahnya.

"Jika Tuan Luffi berubah pikiran, datanglah ke perusahaan Candra Asri," ucap pak Candra dari kejauhan.

"Candra Asri! Apa itu juga perusahaan milik Ayah? Tapi, kenapa namanya mirip dengan Paman Candra?" Luffi bergumam pelan tanpa menoleh kebelakang.

Luffi berjalan lurus kedepan, hingga berhenti di sebuah Halte Bus untuk menunggu Bus jurusan RS Husada Utama.

Sepanjang perjalanan, Luffi memikirkan semua ucapan pak Candra. Hingga tidak terasa Bus berhenti di Rumah Sakit terbesar di Kota Cilegon, "RS. Husada Utama."

Bersambung ...

°°°°°

Ketika kamu membaca cerita ini janganlah hanya membaca beberapa lembar saja, tapi bacalah sampai lembar terakhir. Karena kamu nanti akan tahu alur dan makna dari cerita ini, jika kamu membacanya hingga akhir.

Jika ada saran bisa di tulis dalam kolam komentar dibawah ini, " Terima Kasih "

Kesalahan yang fatal

Sepanjang perjalanan Luffi memikirkan apa yang terjadi barusan, tentang pertemuannya dengan Pak Candra. Hingga tidak terasa Bus berhenti di sebuah Rumah Sakit terbesar di Kota Cilegon. "RS. Husada Utama"

RS. HUSADA UTAMA

Terlihat seorang gadis kecil yang cantik dan unyu-unyu, sedang terbaring di dalam ruang inap dengan jarum infusan yang tertusuk di bagian pergelangan tangannya, membuat gadis kecil ini terlihat sedang sakit dan tidak berdaya.

Gadis kecil ini bernama Clara, seorang anak perempuan, berusia empat tahun. Clara masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak ( TK ).

Clara menderita Penyakit ginjal kronis atau biasa disebut penyakit ginjal. Kata Dokter Clara mengalami gangguan kesehatan yang bisa menyebabkan penurunan fungsi ginjal sampai tahap gagal ginjal.

Saran dokter. Clara harus di operasi ginjal, agar bisa menyembuhkan penyakitnya secara total. Namun, Luffi dan Alice belum punya biaya untuk melakukan operasi ginjal Clara.

Luffi yang bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah perusahaan kecil hanya mendapat gaji empat juta perbulannya, sedangkan Alice yang bekerja sebagai karyawan memiliki gaji yang agak tinggi dari Luffi, gaji Alice lima juta perbulan.

Mereka bekerja di perusahaan yang sama, nama perusahaannya adalah Abadi jaya. Sebuah perusahaan kecil yang mempunyai jasa penyalur tenaga kerja dan kendaraan alat berat untuk perusahaan-perusahaan besar.

Tapi Luffi bekerja di kantor pusat bersama dengan Alice istrinya, bukan di tempatkan di perusahaan besar di kota itu.

°°°°

Luffi melihat anak kesayangannya tertidur di dalam ruang inap, Luffi merasa sedih. Hatinya bagaikan tertusuk ribuan jarum suntik, tak sadar air matanya keluar. Luffi sedikit kecewa, karena dia merasa tidak berguna sebagai seorang ayah.

Ketika Luffi sedang melamun, terdengar suara merdu Clara memanggilnya, "Ayah... Kenapa ayah menangis?" ucap Clara dengan suara lirih.

Luffi tersadar dari lamunan dan menghapus air matanya, sambil tersenyum Luffi berkata. "Gak papa putriku, Ayah hanya kelilipan debu tadi di jalan." Ucap Luffi tegar, menutupi rasa kesedihan dia dihadapan malaikat kecilnya.

"Tebak Ayah membawa apa?" ucap Luffi bertanya pada Clara untuk mengalihkan pembicaraan, sambil memperlihatkan kotak kue yang di pegangnya.

Clara berfikir sejenak, tangannya memegangi dagu munginya, sehingga terlihat sangat imut dan ngegemesin.

"Clara tau, pasti Ayah membawa kue bolu coklat, kan?" jawab Clara sambil merapatkan kedua telapak tangannya di dada.

Luffi cemberut, berpura-pura seperti apa yang di jawab anaknya, salah. Lalu Luffi membuka kotak kue bolu coklat yang dibungkus dengan kado, di hadapan anaknya.

"Tarraa...! Kue bolu coklat kesukaan tuan putri telah datang," ucap Luffi mengejutkan Clara sambil tersenyum.

"Horee... Ayah emang tau kesukaan Clara." balas Clara kegirangan mendapatkan apa yang dia inginkan.

Luffi merasa bahagia, melihat putri kecilnya tersenyum dan ceria. Tanpa di ketahui oleh Luffi, bahwa Clara tidak boleh memakan, makanan yang manis-manis terlebih dahulu.

Clara mengambil kue bolu kesukaannya, lalu memakan sedikit kue bolu coklat itu, tiba-tiba saja perutnya terasa sakit, Clara menjerit dan menangis menahan rasa sakit sambil tangan memegang perut. "Aduuh... Sakit-! hiks, hiks,"

Luffi panik bukan kepalang, melihat Clara nangis histeris dia langsung mencari suster untuk memeriksa anaknya.

Tap Tap Tap!! Derap langkah kaki.

Dokter dan suster datang dengan tergesa-gesa ke ruangan inap Clara. Kemudian Dokter memeriksa keadaan pasien dan memberikan suntikan obat padanya. Akhirnya Clara bisa tenang dan tertidur, Luffi merasa lega melihat kondisi anaknya telah membaik.

Dokter melirik kearah Luffi, dan menyuruh dia ikut keruangannya. Didalam ruangan dokter, Luffi duduk berhadapan dengan sang Dokter yang menangani penyakit anak perempuan nya. Lalu Dokter menjelaskan keadaan Clara pada Luffi.

"Apa Pak Luffi memberikan kue bolu coklat yang ada di kotak tadi?" ucap Dokter Ferdi bertanya pada Luffi.

"Iya Dok, itu adalah kue pesanan anak Ku, karena dia sangat ingin memakan kue itu." Luffi membalas pertanyaan Dokter Ferdi dengan tegas dan cemas.

Dokter Ferdi terlihat kecewa, pasalnya karena memakan kue itulah penyakit yang di derita pasien malah memburuk.

"Pak Luffi, kurasa Kita harus cepat mengambil tindakan operasi. Kalau tidak, keselamatan nyawa anak Pak Luffi tidak akan bisa lebih lama lagi," ucap Dokter Ferdi dengan nada simpati pada Luffi.

Bagaikan tersambar halilintar di siang hari, setelah mendengar ucapan dokter Ferdi tentang kesehatan anaknya.

"Karena kue yang di berikan pak Luffi adalah pemicu hingga penyakit pasien menjadi lebih buruk." lanjut Dokter Ferdi menjelaskan.

Wajah Luffi semakin kacau, dia meremas rambut di kepalanya merasa sangat bersalah.

Karena dia, anaknya malah berada di ujung maut.

"Jadi apa yang harus...!" belum selesai Luffi bertanya pada Dokter Ferdi, terdengar suara penuh intimidasi dari arah pintu ruangan.

"Apaa?! Jadi ini gara-gara perbuatan kamu yang sudah memberikan kue bolu itu pada cucu saya." Laras memotong pembicaraan Luffi dan dokter Ferdi.

"Dasar menantu tak berguna, mengurus anak sendiri saja, gak becus." Ucap Laras dengan nada tinggi sambil menunjuk-nunjuk Luffi.

"Aku akan bilang sama anak ku, agar segera menceraikan mu. Kalo tidak, cucuku akan benar-benar mati oleh mu." Laras pun pergi keruangan inap Clara.

Flash back!

Laras datang menjenguk Clara, ketika tiba didalam ruangan dia melihat suster sedang sibuk merawat cucunya.

Kemudian dia bertanya kepada Suster tersebut, "Suster, kenapa? Apa terjadi sesuatu pada cucu Ku?" Laras merasa penasaran dan dia juga tidak melihat Luffi.

"Tadi pasien kejang-kejang kesakitan, lalu sekarang sudah membaik karena sudah di kasih suntikan penenang," ucap Suster cantik dengan menjelaskan.

"Lalu dimana pria yang menjaganya? Kenapa tidak keliatan, apa Suster tahu?" tanya Laras.

"Maksud Ibu, orang tua pasien! Dia sekarang sedang di ruangan Dokter Ferdi, karena ada sesuatu yang penting harus di bicarakan sama Dokter," balas si suster cantik sambil menyuntikan obat kedalam botol infusan.

Setelah mendengar ucapan dari suster, Laras langsung pergi keruangan Dokter Ferdi.

°°°°

Setelah di ruangan inap, Laras menatap pilu cucu kesayangannya. Dia sangat benci pada Luffi, setelah mendengar ucapan dokter Ferdi. Bahwa karena Luffi, penyakit cucunya tambah parah. Dia pun langsung menelpon Alice, untuk mengadukan kelakuan Luffi padanya.

"Tut..tuut..tuuuttt..!!" 📱

📲"Asalam mualaikum. Ada apa mah? Telepon Alice jam segini?" tanya Alice melalui telepon di sebrang sana.

📱"Alice cepat kamu kerumah sakit-! Keadaan Clara nambah memburuk!" suruh Laras pada Alice, langsung tanpa basa basi.

📱"Kan disana ada Luffi, Mah. Emang mamah tidak bertemu dengannya?" tanya Alice yang mulai cemas.

📱"Maksud, Mu. Menantu tak berguna itu-!? Justru karena dia penyakit cucuku jadi lebih parah...!" jawab Laras dengan nada emosi menjelaskan pada Alice.

Alice yang mendengar ucapan mamahnya, spontan syok. "Bagaimana mungkin, Luffi tega membuat anaknya jadi lebih buruk?" gumamnya dalam hati.

Alice terdiam tidak menjawab ucapan Laras, dia masih merasa bingung dengan apa yang terjadi. Laras yang merasa kalau tidak ada jawaban dari Alice, dia langsung mengakhiri panggilannya.

📱"Yasudah, cepat kamu kesini-! Asalam mualaikum," Laras pun menutup teleponnya.

"Waalaikum salam," ucap Alice lesu, saat

mengetahui keadaan anak perempuan nya.

Tak Ada Uang Semua Susah

Setelah mendengar kabar anak perempuannya, Alice meminta izin kepada atasan-nya untuk pergi ke rumah sakit.

Tok Tok Tok!!

"Masuk...!" terdengar suara pria dari dalam ruangan.

Ceklek!

Alice membuka pintu ruangan, dan melihat manajer Sandi sedang duduk sambil menatap laptop di meja kerjanya.

"Maaf Pak Sandi bila saya mengganggu waktu Bapak," ucap Alice sopan pada manajer Sandi.

"Ada perlu apa?" balas pak Sandi datar, sambil terus menatap laptopnya.

"Saya mau minta izin pulang, Pak! Karena Anak Ku yang berada di Rumah Sakit, kini dalam keadaan kritis!" ucap Alice dengan suara yang cemas.

Manajer Sandi melirik kearah Alice, dia dapat melihat kecemasan di wajah cantik karyawan nya itu, "Baiklah, Aku beri izin kamu pulang hari ini. Apa tugas, Mu sudah selesai?" tanya manajer Sandi pada Alice.

"Sudah, Pak," balas Alice sambil mengangguk.

" Yasudah pulanglah, titip salam Ku kepada Anak Mu dan keluarga, Mu," ucap manajer Sandi lalu menatap laptopnya kembali.

Alice keluar ruangan langsung pergi menuju rumah sakit kurnia. Kemudian manajer Sandi membuka handphonenya, lalu menghubungi wakil direktur perusahaan.

📱"Asalam mualaikum," ucap manajer Sandi sopan via telepon.

📱"Waalaikum salam. Ada apa? Pak sandi menelpon Ku?" jawab seorang pria via telepon.

📱"Ada berita penting mengenai Alice, Pak!" ucap manajer Sandi pada pria yang di telepon nya.

📱"Ada berita penting apa? Cepat katakan padaku atau kau bisa kehilangan jabatan Mu!" balas pria sana mengancam.

📱"Anaknya mulai kritis, sekarang sedang berada di ruangan operasi. Begitu yang saya tahu dari Alice, Pak," ucap manajer Sandi ketakutan, sambil melebih-lebih kan keadaan.

Pria yang di telepon manajer Sandi adalah wakil direktur perusahaan, bernama pak Asep.

Pak Asep memang sudah lama menyukai Alice, bahkan dia kadang terang-terangan kepada mertuanya Luffi. Bahkan Luffi sendiri mengetahuinya, dan itulah alasan mengapa Laras sering mengolok Alice untuk bercerai dengan Luffi.

Alice merupakan wanita cantik yang tidak terhitung banyak di kantor. Lelaki yang normal pasti akan tertarik dengan kecantikan-nya, tapi sayangnya Alice telah memiliki suami.

Menurut pak Asep, Luffi tidak pantas menjadi suami Alice. Dia hanya seorang petugas ke-amanan, lebih pantasan dirinya yang seorang wakil direktur.

Pak Asep menutup telepon-nya, terlihat senyuman licik di wajahnya, seakan ingin mengambil keuntungan dalam keadaan ini.

°°°°

Di ruangan dokter Ferdi, Luffi masih sedang berdiskusi dengan dokter Ferdi.

"Lakukan operasinya sekarang, Dok!" pinta Luffi kepada dokter Ferdi.

"Pak Luffi harus melunasi biaya perawatan Rumah Sakit terlebih dahulu, dan membayar biaya operasi-!" ucap Dokter Ferdi pada Luffi.

Luffi pun terperanjat, langsung menarik kerah baju dokter Ferdi karena emosi bercampur cemas.

"Lakukan saja Dokter, berapapun biayanya saya akan bayar!" ucap Luffi dengan amarah yang membara.

"Baik Pak! Silahkan Pak Luffi selesaikan administrasinya, Kami akan mempersiapkan operasinya," dokter Ferdi sedikit ketakutan.

Luffi pun keluar ruangan dokter Ferdi, dia pun berjalan menuju ruang inap anaknya. Setelah di ruangan inap Clara, dia melihat istri dan mertuanya sedang duduk di samping putri kecilnya.

"Apa kamu sudah tidak sayang lagi sama anakmu? Sehingga memberikan kue bolu coklat ini pada anak kita!" ucap Alice emosi.

Luffi hanya terdiam, mendengar ucapan istrinya. Dia melirik kearah Clara, melihat keadaan anaknya yang sudah membaik karena efek obat dari dokter, dia merasa lega.

Bagi diri Luffi anak perempuannya merupakan segalanya, bahkan jika harus menukar dengan nyawa sendiri, dia pasti akan rela memberikan nyawanya.

Tak lama suara pintu ruang inap itu terbuka.

"Ceklek!"

Terlihat seorang wanita cantik dan seorang pria memakai jas hitam berdasi, memasuki ruangan. Luffi mengerutkan keningnya, karena dia mengenal jelas pria yang bersama adik iparnya itu.

Setelah mendapat informasi dari manajer Sandi, pak Asep langsung menghubungi Anisa, adiknya Alice. Pak Asep sengaja ingin mengajak Anisa sebagai alasan dia datang ke rumah sakit, Anisa pun menyetujuinya. Karena pak Asep selalu memanjakan dia, supaya bisa lebih dekat dengan keluarga Alice.

"Mau apa Kamu datang kesini?!" ucap Luffi sinis saat melihat kedatangan pak Asep.

Anisa yang melihat tatapan benci Luffi pada pak Asep, dia pun membalas ucapan Luffi.

"Aku yang mengajak Pak Asep, datang kesini. Karena aku takut, terjadi apa-apa kepada keponakan, Ku," ucap Anissa pada Luffi.

Pak Asep hanya tersenyum kecil, melihat Luffi se-akan tidak di anggap oleh keluarga Alice.

"Aku hanya sekedar menjenguk Clara, bagaimana pun Alice dan kamu adalah pegawai di perusahaan kami," ucap pak asep sambil tersenyum, namun senyuman itu mengandung ejek-kan.

"Sudahlah jangan bertengkar, lagi pula apa yang bisa Kamu lakukan. Kalau bukan karena kebaikan hati atasanmu itu mungkin Anak Mu sudah di keluarkan dari Rumah Sakit ini," ucap Laras membela pak Asep.

Alice hanya terdiam, dia lebih fokus kepada anak perempuan-nya yang terbaring lemah. Luffi mengepal erat tangannya, hingga kuku dia menusuk pun, tidak terasa. Karena sudah sangat emosi, bahkan di depan orang lain pun, mertua dan adik iparnya mengucilkan dia dan membela orang lain itu.

Suster cantik datang kedalam ruangan, untuk menanyakan masalah administrasi dan biaya untuk melakukan operasi.

" Permisi Pak Luffi, anda harus melunasi biaya administrasi terlebih dahulu!" ucap suster cantik pada Luffi.

"Berapa jumlah biaya tersebut, Sus?!" tanya Luffi pada suster.

"Jumlahnya 100 juta rupiah, Pak! Di tambah dengan biaya operasi, menjadi 200 juta rupiah," ucap suster cantik menjelaskan.

"Jika pihak keluarga tidak dapat melunasi biaya administrasi, maka kami pihak Rumah Sakit akan menghentikan pemberian obat, kepada pasien," ucap suster itu kepada Luffi.

Luffi dan Alice terkejut, biaya administrasi sebesar 100 juta rupiah. Bahkan tabungan mereka saja sudah habis untuk biaya rumah sakit dan cicilan rumah.

"Biar saya yang akan menanggung semua biayanya Suster," ucap pak Asep pada suster cantik itu.

"Baiklah Pak. Mari ikut dengan Ku, kebagian administrasi-!" balas suster pada pak Asep sambil melangkah keluar ruangan.

"Tunggu...! Aku yang akan membayarnya!" ucap Luffi dingin, menghentikan suster dan pak Asep.

Laras dan Alice menatap tajam kearah Luffi, karena merasa jika Luffi lebih mementingkan egonya, daripada nyawa anaknya.

"Apa maksud Mu? Berkata jika kamu yang akan membayarnya! Bukankah kamu juga tahu, bahwa kita sudah tidak mempunyai tabungan?!" ucap Alice emosi menatap Luffi dengan kecewa.

"Dasar menantu tak tahu di untung! Sudah baik ada yang mau membayarnya, malah berlaga sok punya. Apa kamu ingin Anakku yang mencari pinjaman?" ucap Laras emosi menatap tajam kearah Luffi.

Luffi pun hanya terdiam, dan melirik kearah anak perempuannya. Lalu berkata, "Aku yang akan mencarikan pinjaman 200 juta rupiah itu, tidak perlu pakai uang dia," ucap Luffi sambil melirik kearah pak Asep.

"Baiklah, jika kamu tidak membutuhkan uang, Ku. Maka Aku akan pergi darisini," ucap pak Asep meremehkan Luffi.

"Apa yang bisa kamu lakukan! Kamu hanya seorang penjaga keamanan saja. Mana mungkin ada yang mau meminjamkan uang sebanyak itu, hehe.." gumam pak Asep dalam hati, sambil tersenyum kecil.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!