NovelToon NovelToon

Jarum Penunggu

cincin yang hilang

Hari itu hari Jumat sore, hujan turun dengan derasnya ditemani langit bergemuruh, kilat menyambar pekakkan telinga, dirumah sederhana yang pekarangannya dipenuhi aneka bunga, seorang wanita paruh baya terlihat kuatir menunggu kepulangan suaminya.

tak hentinya wanita itu duduk dan bangkit berulang kali, dengan raut wajahnya yang tegang, kaki terus bergerak bolak balik, untuk melihat jalan dari balik jendela, berharap siluet suami tertangkap mata

"Al, bapak kamu belum pulang sudah sore begini, cuaca diluar sangat buruk, ibu kuatir Al, katanya kepada Alia putri semata wayangnya, dengan hati yang masih dipenuhi kekhawatiran.

"Bu, ini masih sore, bapak insyaAllah gak akan apa-apa Bu, mungkin dia berteduh dulu, kita doakan saja, ucap Alia seorang gadis cantik berambut panjang yang masih belia ikut duduk disamping ibunya walau hatinya juga diliputi kecemasan yang sama.

beberapa menit kemudian hujan pun mulai reda, aroma tanah yang basah tercium, memberi sedikit kedamaian dalam penantian yang kini terasa begitu lama, mawar merah pun tersenyum dalam kelopaknya yang basah, kini hanya ada semilir angin yang menambah dingin cuaca sore, dan terdengar pintu diketuk dengan keras.

"mba... mba saida, Alia... buka pintunya, keluar kalian, harapan Bu Saidah akan suaminya sirna ketika didengar suara itu, seorang wanita.

dengan hati yang masih risau dia terkejut mendengar seruan itu tergopoh-gopoh berlari menuju pintu.

"dek sari ada apa?.

perempuan yang mengetuk pintu itu langsung masuk ketika pintu terbuka.

"mbak saida mana Alia, mana anakmu itu mbak, dia telah mencuri mbak, "Alia...alia teriaknya sambil celingukan mencari sebuah sosok.

mendengar suara keras memanggilnya sianak berlari menemui sosok itu.

"sari ada apa sebenarnya apa yang Alia curi?, ucap sang ibu ingin tahu.

perempuan adik ipar Bu saida itu memandangi keponakan dihadapannya.

"dimana cincin Naina Al, dimana balikin al, teriaknya.

"cincin apa Tante, saya tidak tahu, apa maksudnya Bu, Alia gak ngerti, ucapnya menatap sang ibu.

"cincin apa dek, tolong jelaskan.

Alia dan Rania dirumah kemarin, mereka bermain bersama Naina adiknya, baru kuperhatikan cincin Naina raib, kata Rania Alia kemarin yang menggendongnya dan dia bertanya tanya soal cincin itu, matanya terus saja memandangi cincin itu.

"tapi tidak ada bukti juga kan kalau alia yang ambil, dek anakku itu tidak akan melakukan hal seperti itu, kami memang miskin, tapi pantang bagi kami memakan sesuatu dari hasil yang haram, ucap Bu saida lantang.

"iya Tante, demi Tuhan, disuruh sumpah pocong pun saya mau, timpal Alia.

"iya kan dek, bisa saja cincin itu terjatuh atau kamu lupa naruhnya.

"ala... mba, mana ada maling mau ngaku.

Tiba tiba dari luar muncul seorang lelaki paruh baya, tubuh dan pakaiannya basah kuyub walaupun kerut kerut diwajahnya mulai nampak namun badannya masih terlihat kuat, mungkin karena pekerjaannya di sawah sebagai petani membuat badannya kuat dan kekar, dialah pak madi siempunya rumah.

"ada apa...ada apa ini dek, Bu, alia, ribut ribut terdengar sampai di luar.

"bang... anakmu mencuri cincin Naina bang, ucap Bu sari tanpa rasa takut.

"apa...pak madi terperangah mendengar ucapan adiknya namun tampak tak percaya, dia pun coba menenangkan diri.

"Alia..., bentaknya.

"pak Alia tidak mencuri, cincin itu hilang, dan Alia yang dituduh mencurinya, demi Tuhan potong tangan Alia kalau Alia yang melakukannya, lagian gak ada buktinya, ujarnya dengan suara gemetar dan ketakutan.

"bukti... bukti apa lagi, siapa lagi kalau bukan kamu, ucap Bu sari lantang.

"baik... baik sekarang kita geledah kamarnya, ucap pak madi penuh amarah.

"baik bang, tapi saya yakin benda itu sudah disembunyikan.

mereka bergegas menuju kamar sang gadis mencoba mencari, didalam lemari di balik bantal, kasur, diantara lipatan baju, dibawah ranjang, mereka kasak kusuk mencarinya, tapi hasilnya nihil.

" Saya yakin benda itu telah disembunyikan atau malah dijual untuk menghilangkan jejak, bang anakmu itu pencuri bang, pencuri, ajari anakmu baik baik,

Akhirnya Bu sari pun pergi, tapi keluar dari rumah wanita itu berteriak teriak mengatai anak pak madi seorang pencuri hingga mengundang keinginan Tahuan para tetangga, hingga banyak tetangga yang berkumpul sekedar ingin tahu, ada yang hanya memandang saja, ada yang berbisik bisik, ada juga yang mengikuti Bu sari dan bertanya tanya tentang apa yang terjadi

entah apa yang akan dilakukan oleh Bu sari, dia tidak langsung pulang kerumahnya tapi dengan tergesa-gesa dan penuh amarah menuju rumah pak RT.

pak madi terduduk di kursi kayu ruang tengah, dia masih memindai apa yang baru saja terjadi, tak dihiraukannya pakaiannya yang masih basah, bagaimana mungkin adik kandungnya sendiri menuduh anaknya mencuri tanpa bukti, hatinya sakit bagai teriris sembilu,

anak satu satunya yang dari kecil diajarinya dengan agama dan sopan santun, dia tak percaya anaknya akan melakukan itu.

Alia dan Bu Saida ikut duduk di samping pak madi, Alia nampak sedih setetes embun menetes di pipinya.

"jangan menangis nak jika engkau tidak salah, waktulah nanti yang akan membuktikan sebuah kebenaran, jangan mendendam pada tantemu, ucap pak madi walau sebenarnya hatinya juga terluka.

"luka dan sakit hati akan datang dan pergi seperti matahari muncul dan tenggelam, namun dendam, seperti api dalam sekam, tidak terlihat namun mampu membuat sekam menjadi abu, ucap pak madi lalu beranjak untuk membersihkan dirinya.

memanggil orang pintar

selepas isya terdengar ketukan pintu di rumah pak madi, ibu saida segera membukakan pintu, terlihat seorang pemuda tetangga mereka

"nak Samsul ada apa nak, tanya Bu Saidah terkejut.

"begini Bu, pak madi dan Alia dipanggil pak RT kerumahnya ibu sari, jawabnya dengan sopan.

"ada apa nak?, tanya pak madi penasaran.

"sebaiknya kita segera kesana.

sekilas Bu saida memanggil anaknya yang masih berada dalam kamar, dan mereka bergegas kerumah sang adik yang jaraknya tidak terlalu jauh, setibanya disana banyak tetangga sudah berkumpul, ada pak RT, dan yang membuat heran adalah kehadiran Mbah Sarwo seorang dukun atau orang pintar dikampung mereka.

"itu dia pencurinya, berani juga dia datang, tiba tiba Bu sari menunjuk nunjuk Alia ketika memasuki rumah tersebut.

"sabar..., sabar Bu, pak RT mencoba menenangkan.

"sari ada apa ini, ini hanyalah masalah cincin, bisa kita selesaikan dengan kekeluargaan saya kakakmu dan Alia keponakanmu, tega sekali kamu menuduhnya tak kau anggap lagikah Abangmu ini, ucapnya tanpa memanggil sari dengan sebutan adik lagi.

"Bang..., sudahlah kau anggap aku memfitnah, anakmu yang kau bangga banggakan itu sudah terlalu sering..., tapi aku diamkan saja dan sekarang bukan persoalan cincin, bukan pula masalah persaudaraan tapi masalah kebenaran, aku ingin ungkap siapa anakmu ini bang, biar kamu tahu, biar bisa kamu didik dengan baik, balas Bu sari tak mau kalah.

"Baik..., baiklah semua sudah terjadi, dan seharusnya tidak perlu seperti ini, mudah mudahan tak ada yang menyesal, dan apa yang terjadi hari ini akan aku ingat seumur hidupku, betapa tidak berharganya Abang miskinmu ini sari, baiklah pak RT, Mbah Sarwo silahkan, saya ikhlas apapun itu saya akan ikhlas, ucap pak madi kemudian.

"Baiklah Bu sari, pak madi, Bu saida, dan nak Alia, dan para warga sekalian sesuai dengan permintaan Bu sari, Mbah Sarwo akan melakukan ritual untuk mengetahui sebuah kebenaran, apa ada yang keberatan?, pak RT pun menatap semua yang hadir, "jika tidak ada maka ritual akan Segera dilaksanakan, silahkan Mbah, ucapnya kepada Mbah Sarwo.

sang dukun pun duduk bersila di tengah kerumunan dan mengeluarkan sebuah bungkusan dari saku bajunya.

"ambilkan dupa, gumamnya.

sang empunya rumah berlari kebelakang mengambil perlengkapan dupa, dupa dinyalakan, seketika asap mengepul, tercium aroma dupa merebak ke seluruh ruangan.

si Mbah mengeluarkan sebatang jarum, agak besar dari jarum biasanya, lalu komat Kamit membaca mantra dan meniup jarum itu, lalu berdiri, dan berjalan keluar rumah menuju sebuah sumur tempat para warga mengambil air.

kemudian lelaki yang sudah agak berumur itu berdiri di tepi sumur, membaca mantra dan melempar jarum tersebut ke dalam sumur sambil mulutnya terus komat-kamit, sampai dia berhenti dan memandangi para warga.

"kalian semua, siapa pun yang mengambil air di sini bahkan menyentuh air ini saja, dan barang siapa yang telah mengambil cincin anak dari ibu sari, dia akan merasakan tertusuk jarum, jarum itu akan bergerak gerak didalam tubuhnya dari kaki ke perut hingga akhirnya kekepala dia akan merasakan sakit yang luar biasa, jadi maka dari itu apabila ada yang mau mengakui dan meminta maaf maka mantra itu bisa saya batalkan, jadi tolong saudara saudara lebih baik mengakuinya sekarang dari pada menyesal nantinya.

para warga saling berpandangan mendengar kata kata dari mbah Sarwo lalu memandangi Alia, seolah meminta gadis itu mengakuinya.

"bagaimana nak Alia, tanyanya memandangi gadis didepannya.

"silahkan mbah, saya sama sekali tidak merasa mengambilnya, jadi silahkan dilanjutkan saja Mbah, ucap Alia meyakinkan.

"ya...ya baiklah, Bu sari, pak madi, pak RT, saya akan meminumkan air ini kepada Alia terlebih dahulu, karena nak alialah tersangka dalam kasus ini.

kemudian Mbah Sarwo menimba air dari sumur kembali membacakan mantra dan meminta Alia untuk meminumnya, dan tanpa ragu Alia meminum air itu dengan satu keyakinan bahwa Allah pasti akan membukakan kebenaran.

setelah ritual selesai Mbah Sarwo meminta diri tak lupa pak RT menyalaminya dengan sebuah amplop yang agak tebal mungkin dari Bu sari, sebegitu seriusnya Bu sari dengan prasangka nya itu, membuat dirinya membuat keputusan yang menghancurkan hubungannya dengan kakak kandungnya sendiri.

setelah Mbah Sarwo pergi satu persatu orang orang pun meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang tidak menentu, dan begitu pun keluarga pak madi tapi sebelum beranjak pak madi mendekati sang adik.

"sungguh Abang sangat menyayangkan kejadian ini, tak ada lagi arti sebuah persaudaraan, mungkin karena materi yang membuat sekat antara kita hingga kamu setegah ini, tapi sudahlah dek semua sudah terjadi semoga tidak ada penyesalan, dan apa yang terjadi hari ini akan Abang ingat seumur hidup.

sari hanya tertunduk tak mampu berkata apa apa walaupun ada sedikit penyesalan tapi ya sudahlah semua sudah terjadi, kita lihat nanti saja semua yang akan terjadi siapa benar, siapa salah.

Akhirnya para warga membubarkan diri,walau mungkin dibenak mereka ada seribu pertanyaan, bagi mereka keluarga pak madi adalah keluarga yang agamis, jadi mustahil bagi mereka, mereka hanya menatap lba keluarga itu yang dengan agak tergesa berjalan menuju pulang.

"Tega sekali adikmu itu,pak, apa karena dia lebih sedikit diatas kehidupannya hingga tak memandang bapak sebagai kakaknya?,ucap Bu saida tat kala mereka telah sampai dirumah, "entahlah Bu,tapi bapak percaya akan ahlak anak kita, tidak mungkin dia melakukannya, tidak akan pernah dia berbuat seperti itu Bu .

Esok paginya tiba-tiba Alia muncul dengan telapak kaki berdarah,

"Bu,pak....,ringisnya,

"ada apa nak?, Tanya Bu Saidah terkejut,

"Kaki Alia tertusuk paku Bu,

"apa paku.....?, Pak madi berdiri tertegun "kok bisa, jantungnya berdebar dengan tak karuan, "tunggu bapak akan panggilkan pak mantri, kemudian pak madi segera bergegas berjalan menuju rumah pak mantri yang jaraknya hanya beberapa meter dari rumah mereka.

Beberapa menit kemudian pak madi datang  bersama pak mantri untuk mengobati lukanya, dan memberikan suntikan anti tetanus, dan beberapa macam obat untuk diminum.

Melihat kedatangan pak mantri, beberapa warga penasaran dengan apa yang terjadi, hingga terdengar desas-desus yang semakin menguatkan dugaan bahwa alialah pelaku hilangnya cincin anak Bu sari.

Setelah pak mantri pergi pak madi menutup rapat pintu rumahnya,

"pasti kita akan digosipkan lagi Bu, pasti warga berpikir inilah tumbal dari mantra itu, "pak...pak Alia tertusuk paku pak bukan jarum, "ya...ya semoga setelah ini semua akan baik-baik saja, kasihan anak kita Bu.

Sayup-sayup terdengar suara riuh diluar sana, "sekarang terbukti kan bapak-bapak ibu-ibu siapa pelakunya,baru sehari Tuhan sudah menunjukkan jalannya, liat saja tidak lama lagi anak itu akan merasakan sakit, dan semua akan percaya pada apa yang saya katakan.

"Ibu sari ini sama keponakan sendiri kok gitu amat, lagian si Alia itu kan tertusuk paku loh Bu, dan yang Mbah Sarwo katakan kan jarum bukan paku,ujar Bu RT memberi pembelaan.

"Ala...emang ada yang lihat, mau paku, mau jarum sama sama terbuat dari besi,gak mungkin ada asap kalau gak ada api,ada sebab ada akibat, yang namanya orang miskin Bu, dimana ada kesempatan pasti dia akan sikat, celetuk Bu sari dengan lantangnya seolah olah dia telah memenangkan sebuah perlombaan, menyeringai memperlihatkan gigi giginya yang agak menguning.

Walaupun tidak terlalu jelas kata kata itu,tapi mampu membuat hati pak madi remuk berkeping keping,

"sari, salah apa Abang padamu, tapi kalaupun seminggu atau sebulanpun ternyata kaki Alia tidak membaik Abang akan menghukum anak Abang itu, lihat saja sar.

"Pak...!, ibu saida menyadarkan suaminya yang tidak sadar bergumam sendiri,

"sekarang kau pun percaya juga sama adikmu itu, kata Mbah Sarwo, jika jarum itu tertusuk  maka tak akan keluar lagi secara perlahan naik ke tubuh sampai ke kepala hingga orang itu merasakan sakit yang luar biasa,

"iya Bu biarlah waktu yang akan menjawabnya, sekarang bagaimana keadaan anakmu?.

"Kalau kakinya sudah tidak apa apa pak, tapi sekarang hatinya yang terluka pak, dia melihat Arya, calon menantu kita.

fitnah yang kejam

"kalau kakinya sudah tidak apa apa pak, tapi sekarang hatinya yang terluka, dia melihat Arya calon menantu kita ada diantara warga yang bergosip, dan dia tidak menghiraukan Alia sedikit pun, sepertinya dia termakan kata kata adikmu itu.

"Astaghfirullah, bu, kasihan anak kita sudah terjatuh tertimpa tangga pula, kita pasrah saja ya Bu dengan apa yang terjadi, semoga nak Arya tidak percaya dengan segala gosip gosip itu Bu, balas pak madi dengan wajah sedih.

"iya pak, Bu saida mendesah, rasanya tak sanggup membayangkan apa yang terjadi nanti, "Allah maha tahu dan pasti ada hikmah di balik ini semua.

setelah beristirahat dan terlelap beberapa menit karena pengaruh obat dari pak mantri, Alia terbangun, badannya sudah agak baikan dan kakinya pun sudah tidak terasa sakit lagi diapun berjalan hendak keluar.

"Bu, pak, Alia ke warung dulu ya sabun mandi sudah habis, pamitnya.

"hati hati nak, ucap Bu saida kuatir

"ke warung ini koq.

setelah membeli sabun mandi Alia hendak melangkah pulang namun sayup-sayup didengarnya suara orang tertawa, suara yang sangat dikenalnya diapun menoleh, tak jauh dari rumah Bu Sinta pemilik warung dia dapat melihat dengan jelas siapa sosok itu.

Alia mengucek ucek matanya seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya, sosok lelaki yang sangat dikenalnya duduk di teras Bu sari bertiga dengan Rania, mereka kelihatan begitu bahagia.

dialah Arya seorang lelaki ganteng, anak pak Satrio juragan sapi dikampung mereka rumah kostnya ada ratusan bahkan diluar kampung itu, Arya memang belum bekerja dia baru saja menyelesaikan pendidikan S1 di sebuah universitas ternama di kota ini, dan pekerjaan bukan masalah buatnya yang notabene ayahnya kaya raya.

Alia pun berjalan mendekat ingin rasanya dia berteriak melihat apa yang terjadi.

"mas Arya...!, suara Alia membuat lelaki itu menoleh padanya.

"Walah...kamu, berani sekali kamu menunjukkan mukamu kemari, tidak punya malu ya, asal kamu tahu siapapun tidak akan mau berhubungan dengan pencuri, ucap Bu sari dengan sinisnya.

"Al... maaf ya Al aku..., suara mas Arya menggantung.

Alia menatap dengan raut wajah tak percaya, apa ini ya Allah, dia pun berlari meninggalkan tempat itu dengan air mata yang tak kuasa dibendungnya, mengapa setegah itu orang yang selama ini begitu dicintainya tak ada kata kata apapun, berpaling begitu saja tanpa ada penjelasan sedikit pun.

Alia terus berlari tak dihiraukannya kakinya yang masih sakit, sesampai di rumah dia segera masuk ke kamarnya mengunci pintu dan menumpahkan segalanya diatas guling.

sementara kedua orangtuanya hanya menatap heran kelakuan anaknya, namun dibiarkannya mungkin saat ini dia butuh sendiri untuk menenangkan diri.

sementara itu di rumah Bu sari.

"eh nak Arya, sekarang semua warga pada tahu siapa Alia itu, walaupun keponakan tapi kalau salah tidak mungkin Tante bela, seandainya cuma sekali, ini sudah berkali-kali loh hanya Tante sembunyikan.

"masa tante..?, ucap arya sekenanya.

"janganlah nak Arya itu dibutakan oleh cinta, gimana nanti kehormatan keluarga pak Satrio apa dia mau bermantukan pencuri, ceplos Bu sari.

"tapi Tan,...belum selesai Arya bicara sudah di potong lagi.

"eh nak Arya bukannya Tante ngompor ngomporin ya, coba kamu lihat Rania anak Tante, jauh... jauh lebih cantik, lebih ber akhlak dan yang pasti lebih berada, celoteh Bu sari lagi.

"ibu apa apaan sih, celetuk sang anak, "mas saya dan Alia bersahabat dari kecil, kalau memang mas cinta sama Alia perjuangkan mas atau kalau memang ingin putus sebaiknya bicara baik baik.

"Aku ragu ran, sebenarnya dari dulu orang tuaku tidak setuju atas pertunangan kami, tapi aku bersikeras karena kupikir Alia pantas di perjuangkan, tapi sekarang aku jadi hilpil, apa masih pantas Alia untukku, pasti orang tuaku malu, terlepas dia melakukannya atau tidak, masyarakat sudah mencapnya sebagai pencuri, malu aku ran.

"nak Arya gak apa-apa, kamu bisa mempertimbangkan kata kata Tante ini, coba liat dong anak Tante.

Arya menatap Rania yang duduk di seberangnya, iya Rania kecantikannya tidak kalah dengan Alia, mereka hampir mirip, kulit yang putih mulus, bulu mata yang lentik hidung yang mancung, sempurna, dan yang pasti ayahnya tidak akan menolak, karena ayah Rania kan seorang pegawai di kantor perpajakan, gajinya lumayan besar, walaupun ayah Rania pulang sebulan sekali namun kebutuhannya terpenuhi dan mereka bisa hidup mapan. tapi apa semudah itu ia berpaling.

"gimana mas mau aku bantu bicara dengan Alia, tawar Rania.

"gimana ya, aku kaya'nya sudah malas ketemu nama dia, seorang pencuri malu aku ran, jawab Arya kemudian.

"tapi kan mas pertunangan sudah terjadi gimana kalau Alia masih berharap.

"nanti aku bicarakan dengan orang tuaku gimana baiknya, tapi yang pasti pertunangan ini harus di batalkan, aku pikir walaupun miskin dia punya ahlak yang baik, tapi ternyata di balik kebaikan dan paras cantiknya tersimpan sifat buruk, mungkin Tuhan tidak mengizinkan Kami bersama ran, dan sebelum semuanya terlanjur, sebaiknya semua kami akhiri dan aku akan menata hidupku dengan orang lain.

mendengar itu Bu sari tersenyum sendiri dibalik pintu kemudian mengepalkan tangannya kebawah, YESS... ucapnya bahagia.

sebenarnya inilah hari yang sudah sejak tiga tahun lalu dinantikan oleh Bu sari, saat awal kebencian itu bermula, dulu sebelum kebencian itu hadir dia menganggap Alia seperti anaknya sendiri, bahkan sering membelikan baju yang sama dengan Rania, sungguh lucu baginya melihat keponakan dan anaknya itu seperti anak kembar karena memiliki wajah yang mirip.

hari itu kebencian tiba tiba merasuki dadanya saat melihat kedekatan antara Arya dan Alia, pemuda yang selama ini didambakan untuk menjadi menantunya, siapa yang tidak iri jika bersanding dengan Arya pemuda tampan, baik hati dan yang pasti kaya raya, Arya adalah anak satu satunya pewaris kekayaan pak Satrio yang berlimpah, bahkan tidak akan habis tujuh turunan.

selain sawah berhektar-hektar, rumah kost yang ratusan petak, pak Satrio juga memiliki puluhan mobil kontener yang dioperasikan oleh para sopir yang pemasukannya tidak sedikit, lalu apa salah jika seorang ibu sari menjadi iri dan benci melihat pertunangan mereka.

apapun akan dilakukan untuk menghancurkan hubungan mereka dan ternyata nasib baik berpihak padanya, dan hari ini adalah hari kemenangan baginya, baginya yang pantas bersanding dengan Arya itu adalah Raina anaknya bukan Alia walaupun Alia adalah keponakannya sendiri.

sekarang sakit hati dan kebenciannya sedikit terobati, namun dia harus terus mendekatkan anaknya dengan Arya, tak boleh lengah sedikit pun karena bisa saja Alia akan kembali membujuk Arya untuk kembali.

" tidak akan kubiarkan itu terjadi, bisiknya lalu berjalan masuk ke kamar dengan tawa penuh kemenangan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!