Pelukan Di Senja Abadi
Episode 1: Sebuah Chet
Naya
Reza, aku denger Black Venom bakal perang lagi sama Iron Fangs?
Naya
Banyak. Berita udah nyebar di jalanan.
Reza
Naya, ini bukan urusan kamu.
Naya
Gimana bukan urusan aku, Za? Aku pacar kamu! Aku nggak mau kehilangan kamu cuma gara-gara geng gini.
Reza
Aku tau kamu khawatir. Tapi ini udah jalanku.
Naya
Jalur yang bisa bikin kamu mati?
Reza
aku tidak akan kalah.
Naya
Reza… aku capek hidup dalam ketakutan. Tiap malam nungguin kabar dari kamu. Takut kalau tiba-tiba ada yang nelpon bilang kamu—
Reza
Stop. jangan lanjutin.
Naya
Kalau aku minta kamu berhenti, kamu bakal berhenti?
Naya
Kenapa? Apa aku nggak cukup buat kamu?
Reza
Bukan gitu. Black Venom itu keluarga. Dan Iron Fangs udah terlalu jauh. Mereka nyerang duluan.
Naya
Jadi Kamu Balas? Dengan Kekerasan?
Reza
Aku nggak punya pilihan, Nay.
Naya
Selalu ada pilihan, Reza. Cuma kamu yang nggak mau lihat.
Reza
Damar nyari aku. Dia ngajak perang terbuka. Kalau aku nggak maju, mereka bakal injak harga diri kita.
Naya
Dan harga dirimu lebih penting daripada aku?
Reza
Aku nggak pernah mau kamu masuk ke dunia ini. Aku udah coba jaga jarak, tapi kamu tetap masuk ke hidupku. Aku nggak nyesel, Nay. Aku cuma takut satu hal.
Reza
Kalau suatu hari aku harus milih antara Black Venom atau kamu… aku nggak tau bakal pilih yang mana.
Naya
Aku juga nggak tau sampai kapan aku bisa bertahan, Reza.
Episode 2: Lanjutan Di sebuah Chet
Reza
Aku tau kamu masih baca.
(Reza menggenggam ponselnya erat. Nafasnya berat, dadanya sesak. Setiap detik yang berlalu tanpa balasan dari Naya terasa seperti tamparan.)
Reza
Aku Gak Mau Berakhir Seperti Ini
Naya
Hah… Aku juga nggak mau. Tapi kamu nggak bisa janji buat berhenti.
Reza
Bukan cuma aku yang terikat di sini, Nay. Ini tentang Black Venom, tentang keluarga yang udah aku bangun dari nol.
(Reza menatap layar ponselnya, rahangnya mengeras. Hujan mulai turun di luar, menambah berat di kepalanya.)
Naya
Terus aku siapa? Aku bukan bagian dari keluarga kamu?
(Naya duduk di tepi kasur, matanya berkaca-kaca. Pikirannya dipenuhi ingatan tentang setiap malam tanpa tidur, setiap luka di tubuh Reza, setiap suara motor yang membuat jantungnya berdegup kencang.)
Reza
Kamu itu satu-satunya yang bisa bikin aku ngerasa hidup, Nay.
Naya
Tapi aku juga satu-satunya yang kamu siap buat kehilangan?
Reza
Jangan ngomong gitu...
Naya
Jangan datang ke pertarungan besok malam.
(Reza terdiam. Jari-jarinya menegang di atas layar. Kata-kata Naya menusuk lebih dalam dari pisau Damar yang pernah hampir menembus punggungnya.)
Naya
Aku udah tau jawabannya. Makanya aku pamit sekarang.
Naya
Aku pergi, Reza. Bukan cuma dari chat ini. Aku pergi dari hidup kamu.
(Jantung Reza seperti berhenti berdetak. Dadanya sesak, tangannya mengepal. Motor di luar sudah bersiap, suara knalpot bergemuruh. Besok malam perang dimulai. Tapi sekarang, perang dalam hatinya terasa jauh lebih besar.)
Naya
Selamat Tinggal, Reza.
[NANYA MEMBLOKIR KONTAK INI.]
(Reza menghempaskan ponselnya ke kasur, kepalanya menunduk. Hujan makin deras di luar, tapi rasa kehilangan dalam dirinya jauh lebih deras. Apa dia baru kehilangan satu-satunya hal yang benar-benar berharga? Atau… masih ada kesempatan?)
Episode 3: Malam Pertarungan
(Reza berdiri di depan motornya, menatap puluhan anggota Black Venom yang sudah siap berangkat. Jaket kulitnya basah oleh gerimis. Di genggaman tangannya, ada helm hitam yang belum juga ia pakai.)
Raka ( Wakil Ketua Black Venom)
Za, kita udah siap. Lo yakin mau jalan?
(Reza tidak langsung menjawab. Kepalanya penuh dengan suara Naya. Kata-kata terakhirnya menusuk lebih dalam dari luka mana pun yang pernah ia dapat di jalanan.)
Aku pergi dari hidup kamu."
Raka ( Wakil Ketua Black Venom)
Reza?
Reza
Kita nggak ada pilihan. Damar ngajak perang. Kalau kita nggak maju, Black Venom bakal diinjak.
(Suaranya tegas, tapi dalam hatinya ada keraguan yang menggerogoti. Untuk pertama kalinya, ia merasa ada sesuatu yang lebih besar dari perang ini—Naya.)
(Naya duduk di sofa, ponselnya di atas meja. Ia menatap layar dengan tatapan kosong. Chat terakhir Reza masih ada di sana, tapi sekarang hanya sekadar teks. Hatinya masih sakit.)
(Di luar, hujan mulai berhenti, tapi di dalam dadanya badai belum reda.)
Naya
"Kenapa, Reza? Kenapa harus gang itu yang kamu pilih?".[Bisik Naya]
(Tangannya gemetar, tapi ia tetap mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu—kemudian menghapusnya lagi. Ia ingin bicara, tapi harga dirinya menahannya.)
(Lalu, suara deru motor memenuhi jalanan. Naya berdiri dan menyingkap tirai. Dari jendela apartemennya, ia melihat rombongan Black Venom melaju ke jalan utama.)
*(Di depan mereka—adalah Reza.)
[Lokasi Pertarungan – Gudang Tua]
(Puluhan motor dari dua geng besar berhadapan. Black Venom di satu sisi, Iron Fangs di sisi lain. Suasana panas. Mesin motor menderu, knalpot menggelegar, mata-mata tajam saling bertemu. Damar berdiri di depan pasukannya dengan senyum sinis.)
Damar ( ketua Iron Fangs)
Akhirnya datang juga. Gue pikir lo bakal sembunyi di balik ekor cewek lo, Reza.
(Reza mencengkeram setang motornya. Napasnya berat, tapi bukan karena ucapan Damar. Pikirannya masih pada Naya.)
Raka ( Wakil Ketua Black Venom)
Lo, fokus za?
(Itu pertama kalinya Raka mendengar suara Reza goyah. Biasanya Reza adalah tembok baja—tapi malam ini, ada retakan di dalamnya.)
Damar ( ketua Iron Fangs)
Apa Lo Siap kalah, Black Venom?
*(Semua anggota Iron Fangs tertawa, siap menyerang.)
*(Reza mengencangkan genggamannya. Seharusnya dia marah. Seharusnya dia maju. Tapi entah kenapa, sekarang, yang ada di pikirannya hanya satu hal—Naya. Apakah ini layak? Apakah perang ini sepadan?)
Suara motor lain terdengar di kejauhan.
Lampu motor menyorot dari kejauhan. Suara mesin mendekat—cepat. Hati Reza berdetak lebih cepat. Itu bukan suara motor geng biasa. Itu… milik Naya.
(Naya turun dari motor, wajahnya penuh amarah. Ia berjalan melewati barisan Black Venom, langsung menuju Reza.)
(Reza menatapnya dengan mata melebar. Semua orang terkejut. Tidak ada yang mengira Naya akan datang ke tempat ini.)
Raka ( Wakil Ketua Black Venom)
Sial, Cewe Lo dateng...
Damar ( ketua Iron Fangs)
Wah, Ini menarik. [Sambil Tertawa melihat itu]
(Naya berhenti di depan Reza, menatapnya tajam.)
Naya
Kalau kamu tetap bertarung malam ini… aku pergi. Selamanya.
Semua terdiam. Napas Reza tercekat. Ini bukan ancaman. Ini ultimatum.
Tangannya mengepal, pikirannya berkecamuk. Dua dunia yang selama ini ia coba pertahankan kini berada di dua sisi yang berlawanan.
Naya
Pilih, Reza, Perang Ini Atau aku?
(Jantungnya berdegup kencang. Ini bukan keputusan mudah. Black Venom atau Naya. Keluarga atau cinta. Dendam atau masa depan.)
(Satu pilihan akan mengubah segalanya.)
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!