di taman bermain seorang anak perempuan usia 6 tahun sedang asik bermain sendirian dengan pasir memainkan jari jemarinya di pasir menggambar sesuatu yang entah apa yang ia pikirkan. anak anak yang bermain tidak jauh darinya memperhatikannya diam diam mereka bertiga tiba tiba sudah ada di depan gadis itu, gadis kecil yang melihat sepasang kaki di depannya mendongak dengan mata sayu.
Ketiga anak itu menatap tak suka pada gadis kecil itu " hei kenapa kamu menatap kami seperti itu, itu menjengkelkan " kata anak laki laki seusianya menarik rambut gadis itu dengan keras teman temannya yang lain juga ikut.
Dari kejauhan orang tua ketiga anak itu hanya menatap kelakuan anak mereka tanpa berniat untuk melerai atau menghentikan kelakuan anak mereka . mereka hanya terus tertawa dan berbincang, " aaaaaa hiksssh sakit lepas, lepasin lambut aku, hehehehe sakit" tangis gadis kecil itu tak di gubris sama sekali.
" hahahahahahaha ternyata ini menyenangkan, ayo tarik lebih keras lagi" kata anak itu mereka menariknya semakin keras hingga banyak rambut gadis itu yang rontok, mereka berhenti, gadis kecil itu hanya menangis segugukan tak ada yang mendengar pertolongan nya.
Mereka memukul wajah gadis kecil itu dengan sangat keras hingga merah keunguan gadis itu melawan, tapi tak mungkin bisa melawan tiga anak laki laki bertubuh besar sedangkan dirinya begitu kecil .
Gadis kecil itu terkapar di pasir dengan tak berdaya air matanya mengalir dengan deru nafas yang keluar dengan pelan. " hentikan, kalian bisa membunuhnya, ayo kita pulang" kata salah satu orang tua anak itu mereka masih ingin bermain main dengan gadis itu, tapi orang tua mereka menyeret mereka untuk pulang, mereka memberontak tapi tak di gubris oleh orang tua nya.
Banyak orang orang dewasa yang berlalu lalang tapi tak ada satu pun yang berperikemanusiaan, mereka hanya menatap gadis itu dengan jijik dan pergi tanpa membantunya. gadis itu duduk dengan rasa sakit di tubuhnya ia berjalan pelan.
Gerimis hujan membasahi baju dan lukanya yang basah ia duduk di bawah pohon menunggu lampu merah menyala . tiba tiba suara sirene ambulance mengalihkan perhatiannya yang menatap trotoar ke mobil itu, ia melihat salah satu orang tua anak yang memukulnya.
tiba tiba ia merasakan dingin di pipinya, ia menoleh menatap anak gadis yang memberikan susu kotak dingin " kamu ciapa" tanyanya " aku kakak kamu " kata gadis itu "kakak? apa itu kakak" tanya dengan polos " hmm aku pelindung kamu" kata gadis itu dengan senyuman " pelindung? (berpikir sejenak) bohong kamu bohong, buktinya aku di pukulin kamu tidak membantuku" kata gadis itu dengan wajah kesal.
" kamu sangat mengemaskan, siapa namamu" kata gadis yang jauh lebih tinggi darinya " aku.... tidak punya nama" kata nya " hmm kalau begitu aku, akan memberimu nama, aruna harlen bagaimana kamu suka " kata gadis itu semangat " telus, nama kamu ciapa" "hmm kamu mau memberikan aku nama " katanya " Azuma harlen " kata aruna " Azuma harlen hmm nama yang bagus aku suka" kata Azuma duduk mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi aruna " aruna sekarang kita adik kakak, jadi kamu harus panggil aku kakak Azuma " kata Azuma.
"kakak Azuma" kata aruna membuat Azuma berjingkrak kesenangan " kamu tadi lihat mobil yang berisik itu " kata Azuma menunjuk mobil ambulance yang menjauh dari pandangan " mereka anak anak yang memukul kamu" lanjutnya membuat aruna terkejut " kamu memukul mereka " kata aruna pelan " tidak aku tidak memukulnya " kata Azuma menambah kebingungan aruna "sudahlah siapapun yang memukulnya itu tidak penting, kamu tinggal dimana" kata Azuma, aruna mengeleng dengan sedih, terlahir sebagai yatim piatu membuat aruna hidup dengan penderitaan meski dulu ia diasuh oleh nenek sampai usia 5 tahun karena nenek itu sudah meninggal dan anaknya mengusirnya . " tenang saja , aku akan membawamu ke rumah tuan harlen, dia akan memenuhi semua kebutuhan kita selama kita patuh " kata Azuma, Azuma sendiri juga terlahir sama seperti aruna, meski tinggal dengan tuan harlen ia sama sekali tak memiliki nama, bila mereka memanggilnya mereka akan mengatakan Hai bocah.
aruna dan Azuma sampai di sebuah rumah mewah " siapa yang kamu bawa ini bocah" kata pengawal yang berjaga, Azuma merangkul aruna " dia adikku, biarkan kami masuk tuan harlen sudah menunggu ku" kata Azuma, pengawal itu berdecih " sombong sekali kau anak kecil, bila sudah gadis nanti kau pasti akan di jual oleh tuan harlen " kata pengawal itu menatap remeh pada Azuma dan aruna " kita lihat saja nanti" kata Azuma masuk tak memperdulikan ucapan pengawal itu.
Mereka berjalan menuju sebuah kamar dengan pintu hitam berkilau "ini sepeltinya , tempat menakutkan kak" kata aruna takut, tapi Azuma memegang tangan aruna dengan erat " tenang, tenang saja, dari luar memang menakutkan tapi di dalam tak seperti yang kau bayangkan" kata Azuma mengetuk pintu. pintu di buka oleh pria dewasa bermata hazel rambut pirang " hei bocah kenapa kamu lama sekali keluar, cepat bereskan kamarku" kata tuan harlen dingin, aruna memegang tangan Azuma dengan gemetar " siapa dia" kata tuan harlen memperhatikan wajah aruna yang lebam rambut yang berantakan " dia adikku " kata Azuma, tuan harlen langsung keluar dari kamar itu.
Azuma masuk bersama aruna pemandangan pertama yang aruna lihat adalah kamar yang berantakan dan wanita yang tertidur menutupi tubuhnya dengan selimut " kenapa kamal ini sangat belantakan kak" kata aruna.
" sudah, jangan banyak tanya ayo kita bersihkan " kata Azuma. mereka membersihkannya dengan baik tanpa mengganggu wanita itu tidur setelah selsai, Azuma mengajak aruna ke dapur disana berbagai macam makanan sudah ada di meja, aruna yang memang tidak makan selama seharian menelan air liurnya, Azuma mengambil nasi dan lauk dengan porsi yang sangat banyak " aruna pegang ini" kata Azuma memberikan piring, Azuma mengambil minum dua gelas, disana tidak ada pelayan sama sekali " sekarang ayo ikuti aku" kata Azuma, aruna mengangguk mereka berjalan tanpa melewati pelayan sama sekali mereka berhenti di sebuah semak semak, Azuma menyingkirkan semak semak dan daun belukar , disana terdapat pintu Azuma membuka pintu itu dan mereka masuk.
Pandangan pertama yang aruna lihat adalah rumah kecil dengan tanaman bunga dan kolam ikan kecil " ini, lumah siapa" kata aruna terpesona, Azuma tersenyum menaruh dua gelas jus di teras " ini rumah kita" kata Azuma " lumah kita jadi ini lumah aluna juga" kata aruna dengan berambun air mata, Azuma mengambil piring di tangan aruna dan menaruhnya, ia mengelap air mata aruna dengan pelan, " aruna, kamu jangan sedih sekarang kamu sudah bersama aku, jadi kamu akan baik baik saja" kata Azuma memegang tangan aruna dengan tersenyum manis " Telima kasih" kata aruna " sama sama " kata Azuma " ayo kita makan " lanjut nya, mereka makan dengan nikmat.
Bersambung.
kepala pelayan masuk kedapur dengan pelayan lain di belakangnya mengikutinya bak seorang penguasa, kepala pelayan yang mengecek makanan yang akan di hidangkan pada siang majikan " miss maya, semua sudah siap" kata pelayan bernama lena seraya menunduk, maya menatapnya datar dan matanya beralih ke nasi briyani yang sudah di sendok " siapa yang mengambil makanan itu " katanya dengan nada dingin lena yang berjaga mengikuti arah pandang maya.
lena terkejut melihat tumpukan nasi briyani yang sudah di sendok sebagian dengan takut lena menunduk " saya tidak tahu miss" katanya pelan
Maya memejamkan mata lalu kembali membukanya matanya dengan pelan " jangan sajikan nasi briyani itu pada tuan harlen dan nyonya , berikan pada pelayan" kata miss maya membalikan tubuhnya dan pergi.
Mendengar perintah maya semua pelayan bersorak senang dalam hati bibir yang datar berkedut ingin tersenyum selepas kepergian maya mereka bersorak senang " aaaaaaa lena kita makan enak hihihi" kata Heni berjingkrak kesenangan " iya, kira kira siapa ya!! yang berani sekali mengambil makanan ini" kata disa, lena sendiri hanya diam.
" siapapun itu aku senang sekali ini bukan pertama kalinya tapi sungguh aku selalu berdoa agar dia selalu mengambil makanan siap saji ini, kita sudah memasak ini dengan sangat lelah tapi bayarannya kita hanya di berikan sepotong roti" kata Heni cemberut
Lena pergi dari sana " lena!! kamu mau kemana " teriak disa " dia kenapa!! " lanjutnya Heni hanya menghendikkan bahu.
disisi lain Azuma dan aruna sedang makan dengan lahap " makan pelan pelan saja, kalau kamu mau nambah nanti kakak ambilkan " kata Azuma, aruna mengangguk dengan mulut penuh.
mereka makan dalam keheningan tiba tiba suara pintu rahasia terbuka " bocah!! bocah dimana kamu" teriak lena, Azuma menghampiri lena, lena menatap nyalang pada Azuma lalu beralih ke aruna " jangan menatap adikku seperti itu, dia ketakutan " kata Azuma membuat lena menatapnya dengan tangan terkepal " apa!! kamu tahu apa yang kamu lakukan!! " kata lena marah.
" apa yang aku lakukan memangnya " kata Azuma semakin membuat api yang berkobar semakin besar " apa kamu tidak kapok setelah mencuri makanan kamu akan di hukum sama miss maya !! apa luka di tubuh kamu sudah kering " kata lena dengan suara bergetar matanya sampai memerah.
mendengar penuturan lena, aruna menghentikan makannya dan menatap Azuma yang membalakanginya berbalik dan tersenyum " aku baik baik saja, dia berbohong " kata Azuma menunjuk lena, lena yang di tunjuk semakin kesal " hentikan semua ini!!! bila kamu ingin makan aku akan ambilkan untuk mu" kata lena menahan diri agar tak menyakiti Azuma.
Azuma mendelik " aku tidak mau makanan sisa atau sepotong roti yang hambar, dan jangan sok peduli kamu juga ikut menyakiti aku!!! " kata Azuma berbisik dengan gemertak giginya yang berbunyi menahan rasa amarah tak kalah besar dari lena,agar aruna tak mendengarnya, lena menatap Azuma dengan sendu.
" keluarlah, jangan menganggu makan malam adikku, dan pastikan tak ada yang melihatmu keluar " kata Azuma tegas dan kembali makan bersama aruna tanpa menghiraukan lena.
lena pergi dari sana ia menghembuskan nafas kasar " sampai kapan aku harus mengurusnya ini semua karena kamu " kata lena menatap ke atas langit yang gelap.
Di meja makan sudah banyak makanan yang tersaji harlen dan istrinya malina sedang makan dengan ketiga anak laki laki mereka " dimana nasi briyani yang ku minta mom" kata carsen menatap setiap hidangan " dimana pesanan putraku " kata malina menatap kepala pelayan maya " makanan tuan muda di makan oleh bocah itu nyonya" kata maya menunduk.
Carsen yang mendengarnya mengepalkan tangannya Romeo dan Delano menatap kakaknya yang marah " sudah aku bilang daddy, usir saja dia jangan pekerjakan dia kenapa!! daddy membiarkannya masuk kerumah kita " kesal carsen putra harlen yang berusia 9 tahun itu.
" daddy punya alasan mempekerjakan bocah itu, dan kamu masih kecil tidak akan mengerti apa apa" kata harlen tegas, carsen kesal ia membanting piring di depannya, tapi tidak membuat kedua orang tua nya kaget lain halnya dengan pelayan mereka selalu kaget mendengar suara nyaring benda benda yang di jatuhkan oleh carsen.
Carsen pergi tanpa makan malam " maya, berikan hukuman pada gadis kecil itu" kata malina dengan santai lalu ia menatap suaminya " kenapa kamu selalu membuat putraku kesal harlen, apa istimewanya gadis kecil itu " kata malina, Romeo dan Delano makan tanpa memperdulikan orang tua mereka " sudah aku katakan kamu tidak akan mengerti" kata harlen meninggalkan meja makan .
malina tersenyum getir melihat sikap suaminya " memang apa yang tidak aku mengerti " batin malina selsai makan malam. seperti menjadi kebiasaan malina ia selalu mengingat berkunjung ke kamar yang selalu di larang oleh harlen untuk tidak ada yang boleh masuk kesana " aku penasaran memang ada apa disini, hanya ada lukisan yang tertutup tirai di kamar ini" kata malina menatap kamar yang kosong hanya ada lukisan di dinding yang tertutup kain hitam.
Malina merasakan bulu kuduknya berdiri ia mendekat akan membuka penghalang anntara dirinya dan lukisan itu, meski sering mengunjungi kamar itu entah kenapa malina selalu saja takut untuk membuka lukisan itu.
Malina semakin dekat dengan lukisan itu, perlahan malina mengangkat tangannya dengan gemetar membuka kain itu tiba tiba.
BRAAAKKK HUSSSSSSSHHH AWUUUUUUUUUU
Jendela terbuka dengan angin kencang suara serigala terdengar nyaring dimalam bulan purnama ini, malina akan menutup jendela karena angin kencang, angin yang kencang memperlihatkan lukisan yang sedikit terbuka karena kain terhembus angin .
" kenapa malam ini begitu sangat menakutkan " kata malina menatap keluar jendela, samar samar ia melihat seorang gadis desa dengan kebaya merah dengan rambut di sanggul dari arah hutan melambai padanya, baju yang di pakai gadis itu sama persis di lukisan, malina terus memperhatikan gadis yang melambai padanya .
"MALINA!!! SEDANG APA KAMU DISINI!!! " suara bariton harlen mengingatkan malina " sedang apa lagi, aku sedang mencari tahu keistimewaan kamar ini" kata malina tak takut sama sekali dengan harlen yang menatapnya nyalang, harlen langsung menarik malina dengan kasar keluar dari kamar ia mengunci kamar itu .
" SUDAH AKU BILANG KALAU KAMU.... " ucapan harlen terpotong saat lena melewati mereka, malina melirik lena yang menunduk dan menatap harlen yang melirik lena dengan matanya yang memerah " apa kamu juga tergoda oleh nya" kata malina santai.
" bukan urusanmu, lebih baik kamu urus saja anakmu yang tidak tahu etika itu" kata harlen meninggalkan malina dengan rasa penasaran yang amat besar.
10 tahun menikah dengan harlen tak pernah sekalipun pria itu bersikap lemah lembut padanya bahkan ia sering mendapatkan kata kata kasar yang menyakiti hatinya Tapi seiring waktu hati malina seperti baja sulit untuk di robohkan.
" siapapun kamu? kamu benar benar hebat dapat membuatnya tergila gila padamu" gumam malina dengan tangan mengepal hebat.
bersambung.
Terima kasih telah membaca bab ini, semoga teman teman suka dan saya harap teman teman bisa memberikan like koment gift dan rating 5 untuk karya saya 🥰
pagi pagi sekali Azuma membangunkan Aruna " Aruna, Aruna bangun ayo kita harus ke rumah tuan harlen " kata Azuma membangunkan Aruna dengan lembut, merasa terganggu karena badannya di goyangkan oleh Azuma, Aruna mulai mengerjapkan mata.
"eeeeekkkhhhhh hooaaamm kenapa kak, ini masih gelap matahali belum bersinal" kata Aruna dengan suara khas bangun tidur ia mengucek matanya agar tak kembali tidur " kita harus kesana, sebelum penghuni rumah bangun, atau kita akan kehilangan tempat yang memberikan kita makan lezat Aruna" kata Azuma berhasil membuat jiwa Aruna yang belum terkumpul jadi terkumpul penuh.
" kalau begitu ayo kita ke sana, jangan sampai kita ngak makan enak " kata Aruna berdiri menarik Azuma, tapi Azuma menahannya " cuci dulu muka dan sikat gigi, jangan sampai si muka ular itu melihatmu dengan muka bantal " kata Azuma membawa Aruna ke kamar mandi.
" aku akan menunggu di luar " kata Azuma meninggalkan Aruna, Aruna mulai membersihkan diri setelah itu ia dan Azuma langsung menuju rumah tuan harlen jarak rumah Azuma dan tuan harlen tidak terlalu jauh namun karena letaknya di hutan rumah kecil Azuma tidak terlihat.
Azuma dengan cepat membawa Aruna ke dapur ada pintu khusus untuk pelayan masuk, Aruna celingukan mencari pelayan lain " dimana pelayan lain kenapa, hanya kita saja kak disini" kata Aruna menatap Azuma yang mencuci piring.
" pelayan sudah datang Aruna, hanya saja mereka punya pekerjaan lain.., sebelum melakukan tugas lainnya " kata Azuma murung " pekeljaan lain? pekerlaan lain apa" kata aruna bingung.
Azuma tersenyum pada Aruna " nanti kalau kamu sudah besar kamu pasti tahu" kata Azuma lembut " sekarang sebaiknya kamu lap piring yang sudah aku bersihkan " lanjutnya mengambil kursi agar Aruna bisa sampai.
" baik kak" kata Aruna patuh, mereka melakukannya sampai matahari terbit dan satu persatu pelayan mulai berdatangan. mereka sibuk membuat makanan tak ada yang saling merayakan karena sibuk dengan tugas masing masing suara sendok dan bunyi pengorengan, beradu di dapur yang besar itu.
Dua jam Azuma dan Aruna masih berkutat dengan piring dan peralatan makan lainnya dan alat alat memasak, sampai CTASSSSSS.
Suara cambukan mengenai punggung Azuma, Azuma seperti tidak kesakitan ia menahannya dengan sekuat tenaga, lena yang ingin menghentikan tidak berani maju, disa dan Heni hanya bisa menitikkan air mata.
Azuma sama sekali tidak menangis ia masih terus mencuci alat alat dapur yang kotor dengan tangan yang memegang spons dengan erat sampai air mata Azuma menitik tanpa suara.
Aruna yang sejak tadi diam tiba tiba merasakan getaran aneh dan pikiran nya seperti di kendalikan oleh orang lain, suara cambukan yang mengayun terus membuat kepala Aruna pusing dengan tangan bergetar mengelap garpu warna emas, Aruna turun dari kursi matanya yang menatap ke bawah menatap maya dengan nyalang.
"saya rasa akan ada yang menggantikan kamu, disini " kata maya dengan seringai jahat menatap Aruna, Aruna maju dan tanpa basa basi ia menancapkan garpu emas itu di paha maya dengan sangat dalam sampai banyak darah yang mengalir dan muncrat karena Aruna menancapkannya beberapa kali.
mata maya memerah dan berair " aaaaaaaaaa!!!!! aaakkkhhh are your crazy bitch" kata maya di sela sela rasa sakitnya. tak ada yang menolongnya sampai ia pingsan, Azuma sedikit shok dengan kelakuan adiknya tapi ada kepuasan di matanya melihat adiknya melakukan itu bahkan lantai sampai penuh dengan darah maya.
" bagaimana ini, apa kita perlu memberi tahu kan ini pada nyonya dan tuan " kata disa " untuk apa, bukannya dia selalu bilang, kalau kita tidak boleh membantu sama lain, bila memang ingin di bantu biar tuan harlen yang melihatnya sendiri " kata lena santai ia melirik Azuma yang membawa adiknya pergi dari sana.
" lanjutkan saja pekerjaan kita, sebentar lagi sarapan " lanjutnya mereka melakukan pekerjaan mereka tanpa terusik sedikitpun dengan keadaan maya.
Mereka menyajikan dan menata meja dengan cantik. malina datang dengan baju tidur " dimana maya " tanya malina " miss maya ada di dapur nyonya " kata Heni menunduk, malina mengerutkan kening tak biasanya maya tak ada di sampingnya " panggilkan dia " kata malina " dia pingsan nyonya " kata Heni, malina menghembuskan nafas malas " Jack " panggil malina pada asisten nya " lihat keadaan maya di dapur " kata malina, Jack memeriksa CCTV di tablet nya .
" dia pingsan nyonya dengan banyak darah di kakinya " kata Jack " bawa dia ke ruang perawatan pelayan " kata malina karena semua yang mengalami cidera pasti akan di taruh diruangan itu. karena rumah harlen sangat besar, disana ada apotek sendiri, bahkan ada tempat seperti mall, restoran yang di desain.
Karena malina yang tipenya suka sendiri maka semuanya fi desain sesuai kemauannya , Jack menyuruh seseorang untuk membawa maya dan membersihkan darah di lantai.
Malina sarapan seorang diri sudah menjadi kebiasaan ia sarapan sendirian sedangkan ketiga putranya masih tidur di kamar masing masing.
Sedangkan harlen lebih sibuk membersihkan foto di kamar kosong "selamat pagi sayang, kamu usah sarapan belum, kamu tahu ngak sih beberapa tahun belakangan ini... aku ngak bisa lupain kamu " kata harlen memeluk foto itu.
Jhon yang di luar kamar itu mendengar suara tuannya, jhon ikut perihatin melihat tuannya seperti orang gila bahkan kerap kali jhon melihat tuannya menangis seorang diri, harlen mencium foto itu berulang kali " kenapa kamu tidak tua tua sayang, lihat aku.... aku sudah berumur 35 tahun, hahaha aku sudah tua bukan. tapi kamu masih sama seperti dulu sangat cantik" kata harlen
********
"sini aku bersihkan " kata Azuma membawa Aruna ke selang untuk menyiram bunga, Azuma menyiram Aruna dari rambut hingga kaki. "tunggu disini" kata Azuma, masuk ke dalam mengambil handuk.
" Hai kamu siapa " tanya Romeo ia sangat bosan dan tidak ingin sarapan tapi dari jauh ia melihat Aruna dan Azuma, Romeo menatap pakaian Aruna yang berlumuran darah "ituu... saos ya... apa miss maya menghukummu juga" tanya Romeo tapi Aruna diam saja "helloooo... apa kamu bisu... " kata Romeo mengibaskan tangannya di depan Aruna yang sama sekali tak melihatnya.
" tuan muda apa anda tidak sarapan dengan nyonya " kata Jack, Romeo menatap malas Jack "tidak!!! saya tidak mau makan dengan mommy, saya malas" kata Romeo. Aruna melirik tajam Jack yang juga menatapnya dengan intens " diaa... benar benar bukan gadis kecil biasa " batin jack waspada pada Aruna.
Aruna cuek saja "tapi... tuan nyonya... " "katakan saja saya masih tidur" kata Romeo karena bila makan dengan mommy nya ia selalu di tanya tentang carsen dan carsen tidak carsen pasti adik bungsunya Delano Delano, dan ituuu membuatnya malas.
Bersambung
jangan lupa kasih like, comment, subscribe, dan kasih vote juga ya teman 🥰🥰mohon maaf bila banyak typo semoga kalian suka 🤗🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!